Anda di halaman 1dari 58

FORMULIR PENDAFTARAN PENGHARGAAN KINERJA PROYEK KONSTRUKSI 2012

JUDUL KARYA :

PENERAPAN KONSEP BANGUNAN HIJAU PROYEK PEMBANGUNAN KANTOR PT. JASAMARGA (PERSERO) Tbk
KATEGORI :

BANGUNAN GEDUNG < 8 LANTAI

NAMA/INSTITUSI BIDANG KEGIATAN ALAMAT & TELEPON

: PT. PP (PERSERO), Tbk : Construction and Investment : Plaza PP Wisma Subiyanto, Jl. TB. Simatupang No. 57 Pasar Rebo Jakarta 13760 Tel.(021) 8403909 / 8403883 Fax.(021) 8403914

PIMPINAN

: Ir. Bambang Triwibowo

I.

DATA PERUSAHAAN 1. Nama Perusahaan 2. Alamat

: PT. PP (Persero) Tbk. : JL. Letjen TB. Simatupang No.57, Pasar Rebo, Jakarta 13760 Telp : (021) 8403883, 8403909 Fax : (021) 8403914 Website: www.pt-pp.com , Email: pp1@pt-pp.com,pp2@ptpp.com

3. 4. 5. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tanggal didirikan Jenis Usaha Daftar Direksi

: 26 Agustus 1953 : Construction & Investment Direktur Nama Lengkap & Gelar Ir. Bambang Triwibowo Ir. Harry Nugroho, MM Ir. Tumiyana, MBA. Ir. Ketut Darmawan Ir. I Wayan Karioka

Direktur Utama Direktur Teknik dan Pengembangan Bisnis Direktur Keuangan Direktur Operasi Direktur Pemasaran

Jumlah Kepala Proyek & Tim Project Management : 100 Manager Proyek & 163 Tim Project Management. Anggota Asosiasi :

No Nama Asosiasi 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. GBCI (Green Building Council Indonesia) AKI (Asosiasi Kontraktor Indonesia) KADIN (Kamar Dagang dan Industri) AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia) ASPEKNAS (Asosiasi Pelaksana Konstruksi Nasional) AKAINDO (Asosiasi Kontraktor Air Indonesia) GAPEKSINDO (Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia) APNATEL (Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi) GAPENRI (Gabungan Perusahaan Nasional Rancangbangun Indonesia)

8. a. b. c. d. e.

Lampiran data pendukung : Fotokopi SIUJK yang masih berlaku Fotokopi Sertifikat Badan Usaha Fotokopi Sertifikat ISO 9001 : 2008 Fotokopi Sertifikat OHSAS 18001 : 2007 Fotokopi ISO 14001 : 2004

II. DATA UTAMA PROYEK 1. Nama Proyek 2. Lokasi 3. Nomor dan tanggal kontrak 4. Nilai kontrak 5. Jenis kontrak : Pembangunan Gedung Kantor Pusat, Gedung Kantor Cabang Jagorawi dan Mesjid PT. Jasamarga (Persero),Tbk : Plaza Toll Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur Indonesia : 80/KONTRAK-DIR/2011, 26 September 2011 : 82,761,100,220.00 ( Non PPn) : Tunggal

6. Gambar denah, tampak dan potongan dalam ukuran A3 ( terlampir)

Gambaran Umum Lingkup Proyek Arti penting penerapan konsep bangunan hijau dan lingkungan berkelanjutan kedalam kantor JASAMARGA Konsep green bukan hanya pada fisik pembangunan, tetapi juga berperilaku green, itu merupakan kalimat pembuka yang disampaikan oleh Mantan Direktur Utama, Frans S. Sunito dalam kegiatan Sharing Knowledge Forum Green Building Concept yang diadakan di JMDC, pada tanggal 6 juli 2011 yang lalu. Selain dihadiri oleh Direktur Utama, juga hadir Direktur Pengembangan dan Niaga, Abdul Hadi, Direktur Keuangan, Reynaldi Hermansjah, serta sebagai pembicara untuk sharing knowledge yaitu dari PT. PP (Persero) Tbk. Green building concept di Indonesia baru pertama kali sehingga butuh proses adaptasi dan merupakan salah satu komitmen dari Jasamarga yang merupakan tindak lanjut dengan diwujudkannya penghutanan yang dilakukan sepanjang jalan tol, jelasnya. Gedung yang secara arsitektural dan mekanikal/elektrikal memenuhi aspek seperti adanya efisiensi energi merupakan konsep dari green building. Ada 3 hal yang menjadi alasan mengapa konsep green building menjadi suatu keharusan, yaitu:
Foto : Direksi Jasamarga 2007-2012 Doc : antara foto

1. Dahulunya merupakan tren, namun saat ini menjadi suatu prasyarat bagi pembangunan gedung, 2. Mengingat kondisi bumi akibat global warming yang sedang marak sehingga tercipta hal preventif untuk meminimalisir efek tersebut, 3. Value : konsep green building jangan hanya sekedar dilihat sebagai suatu hal yang mahal, akan tetapi merupakan investasi jangka panjang, akan menjadi suatu penghematan. Sebagai contoh yaitu eco patrol, merupakan pendingin ruangan yang mampu menangkap sinyal yang ada, jadi ketika ruangan tidak berpenghuni, alat tersebut dapat menyesuaikan dengan kondisi ruangan dan pada akhirnya tidak beroperasi/mati. Contoh lainnya yaitu lampu, gedung-gedung perkantoran saat ini telah melakukan pemborosan energi, dengan adanya konsep green building dapat memanfaatkan efek pencahayaan dari sinar matahari atau dengan menggunakan sudut. Seperti yang dikatakan Pak Frans, bahwa penciptaan green building harus sejalan dengan produk/ material yang digunakan apakah juga menggunakan bahan yang sifatnya green. Pada kesempatan itu pula Direktur Pengembangan dan Niaga, Abdul Hadi, menyampaikan hal mengenai diferensiasi untuk rest area. Konsep rest area yang sudah diterapkan saat ini diharapkan dapat mengusung konsep green building kedepannya nanti. Dengan mengacu pada standar international dan mengedepankan proses, diharapkan konsep green building dapat diterapkan di Indonesia. (skjm.or.id anasta/ubay JasaMarga) Sejalan dengan pernyataan Jasamarga tersebut, pada Juli 2011 yang lalu, Jasamarga melakukan pembukaan tender untuk proyek yang diberi nama Proyek Perluasan Kantor Pusat, Kantor cabang Jagorawi dan Mesjid Ar Rahman Jasamarga. Proyek ini merupakan tahapan pertama dari tiga tahap yang direncanakan akan selesai pada tahun 2014 mendatang. Proyek Gedung Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Mesjid PT. Jasamarga (Persero),Tbk merupakan suatu proyek design and built yang ditenderkan oleh PT. Jasamarga (Persero),Tbk pada akhir tahun 2011 yang lalu. Proyek bernilai sekitar 90 Milyar (include PPn) tersebut direncanakan akan menghabiskan waktu 18 bulan dengan mengarah pada kantor BUMN pertama yang bersertifikasi Green Building dari GBCI dengan target GOLD certificate. Dari sekitar 5 BUMN Karya yang ikut diundang pada lelang tersebut, kesemuanya diminta untuk dapat mengusulkan bentuk perubahan dari konsep desain awal yang mengarah pada bangunan kantor yang berwawasan lingkungan. Dari hasil evaluasi dan analisa yang dilakukan oleh PT. PP (Persero), Tbk bersama dengan konsultan, ditemukan beberapa kelemahan dalam konsep bangunan versi tender tersebut. Beberapa kelemahan tersebut diantaranya : 1. Konsep arah dan proporsi bukaan kaca pada bangunan berada pada posisi yang kurang tepat. Hampir 60% bukaan kaca pada bangunan mengarah tepat pada orientasi dimana tingkat Solar Faktor dari panas matahari berada pada level yang tinggi. Kecenderungan ini berakibat pada tingkat serap radiasi panas matahari yang masuk pada selubung bangunan juga semakin tinggi. 4

Secara teknis perhitungan tersebut dinamakan dengan istilah OTTV (Overall Thermal Transfer Value). Dari perhitungan dengan software Energy Plus didapatkan hasil OTTV bangunan berada pada level 84 W/m2 atau lebih besar 39 point diatas standar SNI yang diperbolehkan yaitu 45 W/m2. Semakin tinggi nilai OTTV semakin besar pula panas matahari yang dapat diserap oleh bangunan sehingga semakin besar pula beban pendingin (HVAC) yang dibutuhkan oleh bangunan. 2. Konsep arah orientasi bangunan dengan bukaan yang mengarah frontal pada jalan tol menimbulkan intensitas noise yang tinggi. Dan hal tersebut merupakan satu masalah bagi kenyaman didalam lingkungan perkantoran. Dari data pengukuran dilapangan, area pagar yang berbatasan langsung dengan jalan tol dapat mencapai angka 70-90 db atau 15-35 point dari yang disyaratkan SNI pada kisaran 55 db. Dari kedua permasalahan utama yang ditemukan, PT. PP (Persero), Tbk bersama dengan tim berupaya dalam melakukan perubahan seoptimal mungkin. Perubahan dalam menghasilkan bangunan berwawasan lingkungan dan tepat anggaran. Sehingga dimungkinkan rasio antara nilai investasi ekstra dengan biaya operasi yang dapat dihemat bernilai positif. Dengan Indikator PBP (Payback Period) tidak lebih dari 10 tahun. Adapun lingkup pekerjaan utama yang menjadi tanggung jawab kontraktor utama, diantaranya :

III.

DATA KEUNIKAN BANGUNAN DAN SPESIFIKASI

1. Hal-hal yang spesifik dari beberapa aspek a) Aspek Teknis dan Administrasi Kontrak Prasyarat tender mensyaratkan bangunan kantor dapat diredesign sesuai dengan karakteristik bangunan green building yang mengarah pada kategori Gold Certificate. Kontraktor dituntut untuk dapat menawarkan aspek teknis sesuai prasyarat tersebut tanpa melebihi batas anggaran yang diajukan oleh pihak owner. Guna menjawab tuntutan tersebut, kami bersama dengan konsultan independen melakukan redesign pada tampilan facade dengan tetap mempertimbangkan tambahan nilai investasi biaya diawal pembangunan agar tetap dalam pagu anggaran pihak owner. Sistem penilaian yang dilakukan oleh pihak Jasamarga selaku owner pada saat tender adalah sistem penilaian secara merit point. Dimana penilaian aspek teknis pelaksanaan memiliki bobot lebih besar dari aspek harga yang ditawarkan. Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh owner bersama dengan tim GBCI, aspek teknis yang ditawarkan oleh PT. PP ( Persero), Tbk sudah memenuhi hampir sebagian besar kriteria Green yang mereka syaratkan. Kontrol pada penggunaan prioritas material serta teknis hitungan pelaksanaan perlu kami cermati sehingga prioritas pada Green Building dengan target Gold Certificate dapat direalisasikan dalam koridor biaya yang proporsional. b) Aspek K3 & Lingkungan Sebagai suatu perusahaan besar dengan sistem SMK3 yang sudah berstandard nasional, PT. Jasamarga (Persero), Tbk mensyaratkan seluruh aspek K3L harus dalam koridor peraturan yang berlaku. Sebagai calon pelaksana, kami menyertakan beragam SOP yang menjadi tanggung jawab kami dalam menjamin keselamatan kerja seluruh stakeholder yang terlibat dalam proyek tersebut. Selain standar K3 tersebut, sebagai kontraktor yang memiliki spirit Green Contractor, beragam SOP pengolahan limbah konstruksi juga kami lampirkan sebagai acuan dasar proses konstruksi yang ramah lingkungan yang sudah menjadi keseharian dalam aktivitas kami dalam membangun.
Gambar : Kantor Jasamarga redesign Doc : PP

2. Data Keunikan Bangunan Strategi desain yang PT. PP (Persero), Tbk lakukan dalam mengusung konsep bangunan hijau didasarkan pada enam kriteria dasar Konsep Green Building dari GBCI (Green Building Council Indonesia). a. ASD (Appropriate Site Development) Merupakan kriteria yang mensyaratkan hubungan berkesinambungan antara bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa aspek didalamnya diantaranya proporsi antara area vegetasi dengan bangunan, kemudahan akses pejalan kaki disekitar bangunan dan menuju transportasi masal terdekat, kemudahan akses dan fasilitas pesepeda serta penggunaan material untuk dapat menghindari efek heat island pada bangunan. b. EEC (Energy Efficiency & Conservation) Kriteria ini mensyaratkan pada penggunaan energi seminimal dan optimal mungkin. Beberapa aspek didalamnya diantaranya, perencanaan selubung bangunan yang tanggap lingkungan dengan melihat faktor orientasi banguan serta proporsi window to wall rasio (bukaan kaca) sehingga nilai OTTV tidak boleh lebih dari 45 W/m2. Perhitungan nilai efisiensi energi dari masing-masing konsumsi listrik di dalam bangunan sehingga didapatkan nilai Indek Konsumsi Energi (IKE) bangunan yang rendah. Strategi yang dilakukan dalam menghasikan nilai IKE yang rendah diantaranya dengan menurunkan cooling load bangunan yang didapat dari menurunkan OTTV serta mengganti kapasitas alat (HVAC, Lingting, Lift, Pump) dengan yang hemat energi. c. WAC (Water Conservation) Kriteria ini mensyaratkan pada penghematan pemanfaatan air yang sebesar-besarnya dari sumber-sumber primer (air tanah dan air PDAM) untuk kemudian diganti dengan sumber air alternatif seperti air hujan dan olahan air STP. Penghematan selanjutnya didapat dari menekan jumlah penggunaan air didalam bangunan dengan mengganti fixture alat yang jauh lebih effisien. d. MRC (Material Resource Cycle) Kriteria ini mensyaratkan pada penggunaan material yang tidak bersifat toxic pada lingkungan seperti CFC dan Halon. Kemudian material utama merupakan material yang berasal dari proses yang ramah lingkungan, dibuktikan dengan sertifikat label 14001. Aspek selanjutnya meminimalkan penggunaan material kayu. Dan kalaupun ada material kayu harus berasal dari hutan produksi dan berlabel kayu recycle. Lokasi dan jarak sumber material juga menjadi pertimbangan sehingga jumlah fossil fuel yang dibutuhkan untuk transportasi juga harus semakin kecil. e. IHC (Indoor Health and Comfort) Kriteria ini mensyaratkan pada penggunaan material yang sehat dan tidak bersifat toxic pada manusia. Beberapa diantaranya Formaldehide pada kayu olahan, VOC (Vortile Organic Compound) 7

yang rendah, asbes merkuri dan styrofoam yang apabila terhisap oleh manusia dapat menyebabkan penyakit. Kriteria selanjutnya adalah desain interior ruangan dititikberatkan pada comfort yang memenuhi standard SNI. f. BEM (Building Environment Management) Kriteria ini menyaratkan sistem managemen bangunan berbasis pada ramah lingkungan, dari segi pengolahan limbah, aktivitas konstruksi, test commissioning yang independen serta bersedia untuk melakukan survey kenyamanan pengguna sekaligus monitoring konsumsi energi secara berkala. kenyamanan

pengguna banguan dari segi aspek introduksi udara luar, visual comfort, pencahayaan dan thermal

Gambar : Perbandingan Nilai Simulasi Energy Awal Doc : PP

Keenam konsep tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan bangunan secara keseluruhan. Sehingga pada akhirnya diharapkan akan terjadi efisiensi biaya operasional secara berkesinambungan. Dari data perhitungan awal, perbandingan antara investasi tambahan dan biaya operasi yang dapat dihemat berada pada kisara PBP 8,5 tahun dengan target sertifikasi GOLD GBCI. Usulan perubahan green building yang PT. PP (Persero), Tbk tawarkan pada akhirnya mengarah pada suatu konsep master plan kawasan yang berwawasan lingkungan. Dengan

melakukan review dan analisa ulang pada tiap-tiap bangunan lainnya diharapkan kawasan perkantoran Jasamarga yang terdiri dari Kantor, Masjid, Rumah sakit dan Wisma peristirahatan dapat mengusung tema besar JASAMARGA CITY yang ramah lingkungan dan berkesinambungan. 3. Penggunaan Material, Peralatan Konstruksi, Peralatan Pembantu Produk Dalam Negeri Sebagai prasyarat utama bangunan Green Building, spesifikasi material utama diarahkan pada material-material yang ramah lingkungan (dibuktikan dengan standar ISO managemen lingkungan yang dimiliki oleh vendor maupun supplier material tersebut). Material-material beton ataupun besi seoptimal mungkin harus berasal dari supplier yang sudah memiliki ISO 14001 sebagai acuan proses produksi. 8

Gambar : Masterplan Kantor pusat Jasamarga

Beberapa material utama yang sudah memiliki sertifikasi ISO 14001 diantaranya :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Material Beton Besi Kaca Alumunium composit panel Gypsum panel Acoustic panel Cat Sanitary Vendor Supplier ready mix Nasional Supplier besi beton lokal Ashahi mas Alcopanel Knauf Knauf Jotun, ICI Toto

Syarat mutlak kedua adalah tidak menggunaakan material yang memiliki nilai ODS* ( bahan perusak Ozon) seperti CFC dan Halon dalam semua aplikasi material baik MEP maupun finishing. IV. ASPEK PERENCANAAN PELAKSANAAN PROYEK

1. STRUKTUR ORGANISASI

Gambar : Struktur organisasi

10

2. METODE

PELAKSANAAN

KONSTRUKSI

YANG

MENGARAH

PADA

ARSITEKTUR

BERKELANJUTAN a) Prinsip Dasar Arsitektur Berkelanjutan

11

b) Desain Awal Versi Tender Materplan Awal Pengembangan

Kantor pusat perluasan Kantor pusat eksisting Mesjid Kantor cabang jagorawi

Gambar : Masterplan awal pengembangan

Kondisi masterplan pengembangan awal terdiri atas 4 bangunan utama, yang terdiri dari : i. Kantor Pusat Eksisting ii. Kantor Pusat Perluasan iii. Masjid iv. Kantor Cabang Jagorawi Kondisi lahan yang memanjang disepanjang sisi jalan tol mengharuskan desain awal blokplan mengarahkan keempat bangunan tersebut tepat beroritentasi kearah Timur Barat dimana justru pada arah tersebut intensitas radiasi panas matahari berada pada titik tertinggi. Tingginya intensitas radiasi matahari berdampak langsung terhadap intensitas panas yang diserap bangunan. Dari hasil analisa perhitungan OTTV yang dilakukan baik dengan manual dan dengan software didapatkan hasil perhitungan yang berkisar pada angka 84,4 W/m2. Angka ini jauh dari angka yang disyaratkan oleh peraturan SNI dimana OTTV maksimum yang diizinkan pada satu bangunan harus berada pada kisaran angka 45 W/m2. Tingginya angka OTTV hasil simulasi software berdampak terhadap semakin tingginya beban cooling load yang diperlukan pada satu bangunan. Dari hasil perhitungan dengan software energy, tingginya angka OTTV berakibat pada semakin tingginya angka cooling load yaitu pada kisaran 246 W/m2 atau sekitar 14 TR/m2. Dalam range tersebut dapat dievaluasi bahwa bangunan masuk kedalam kategori boros pengunaan AC.

12

Gambar : Pengaruh orientasi timur barat terhadap bangunan versi tender

Kondisi kedua dari hasil analisa yang kami lakukan adalah tingginya intensitas noise yang terjadi akibat dari tata letak opening bangunan yang tepat mengarah pada sisi sepanjang jalan tol Jagorawi. Dengan melihat kondisi tersebut perlu dilakukan satu upaya tambahan guna mereduksi tingkat intensitas noise yang mungkin terjadi terhadap kenyamanan didalam bangunan kantor. Sebagaimana disyaratkan didalam peraturan SNI bahwa tingkat kebisingan yang dapat ditolerir didalam kawasan perkantoran berada pada kisaran 30-55 db.

Gambar : Pengaruh kebisingan terhadap orientasi bukaan versi tender

13

Tabel Perhitungan OTTV ( Overall Thermal Transfer Value) Secara Manual Mengacu Pada Standard Format Worksheet GBCI ( Green Building Council Indonesia)

Tabel : Perhitungan OTTV versi tender manual

14

Hasil Perhitungan OTTV ( Overall Thermal Transfer Value) dengan Bantuan Software

Tabel : Perhitungan OTTV versi tender software

Hasil Perhitungan Cooling Load (Beban Pendingin) Dengan Bantuan Software Energy

Tabel : Perhitungan simulasi cooling load versi tender dengan software energy

15

c) Konsep Desain Perubahan

16

Gambar : Usulan konsep perubahan Redesign oleh PT.PP

Gambar : Ilustrasi Konsep Redesign terhadap arah orientasi baru

17

d) ENERGY BUILDING SIMULATION REPORT

1. KONSERVASI ENERGI Menurut Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau output berguna yang sama. Di masyarakat umum, kadang kala efisiensi energi diartikan juga sebagai penghematan energi.

18

Tujuan konservasi energi adalah untuk memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa sumber energi melalui kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien dan rasional, untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi. Langkah-langkah peningkatan efisiensi energi pada gedung yang sudah ada tercapai melalui peningkatan performa gedung. Untuk mengetahui langkah-langkahnya, perlu dilakukan audit energi yang meliputi identifikasi dan analisis secara keseluruhan masalah-masalah efisiensi energi pada gedung seperti sistem operasional HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning), tingkat kenyamanan dan pemeliharaan gedung. Langkah-langkah yang biasanya diterapkan adalah retrofitting pada bangunan gedung, upgrade teknologi peralatan dan pembiasaan perilaku hemat energi bagi para penghuni gedung. (sumber: http://konservasienergiindonesia.info/energy) Issue konservasi energi banyak dipakai terutama pada pemanfaatan sistem pendinginan pasif dan penerangan alami. Di Indonesia dengan cahaya matahari yang berlimpah, perlu dimaksimalkan penggunaannya sebagai sumber penerangan alami pada siang hari, sehingga dapat menghemat penggunaan energi dan meningkatkan kinerja pengguna bangunan terutama pada bangunan komersial, seperti pada bangunan kantor. Desain selubung bangunan dan luas bukaan sangat mempengaruhi perolehan cahaya matahari dalam bangunan. Sehingga untuk pengoptimalan penerangan alami pada bangunan kantor diperlukan desain selubung bangunan dengan luas bukaan yang tepat. Desain selubung bangunan kantor yang optimal pada penerapan penerangan alami terjadi pada persentase bukaan yang paling besar (70%) dengan pelindung light-shelf dan pelindung gabungan horizontal light-shelf dengan bentang pelindung +90 cm. Hasil ini dapat dijadikan rekomendasi pada optimalisasi desain selubung bangunan kantor terhadap kenyamanan visual penerangan alami. 2. BUILDING DESIGN SPECIFIC DATA a) Kantor Pusat Perluasan

Gambar : Tampilan Redesign Kantor Pusat Jasamarga

Location Function

: Jakarta : Office Building 19

Building Orientation Floor to floor height (first floor) Total zone area Conditioned zone area

68 o 4m

2324.07 m2 595.16 m2

Simulated Floor Software

2th Legacy OpenStudio 1.0.7 (modeling) EnergyPlus 7.0 (simulation)

b) Kantor Cabang

Gambar : Tampilan Redesign Kantor Cabang Jasamarga

Location Function

: Jakarta : Office Building

Building Orientation Floor to floor height (first floor) Total zone area Conditioned zone area

68 o 4m

2324.07 m2 595.16 m2

Simulated Floor Software

2th Legacy OpenStudio 1.0.7 (modeling) EnergyPlus 7.0 (simulation)

20

3. ENERGY BUILDING SIMULATION Berdasarkan perangkat penilaian Greenship GBCI sub penilaian Energy Efficiency and Conservation, Energy Modelling Software digunakan untuk menghitung konsumsi energi di gedung baseline dan gedung designed. Selisih konsumsi energi dari gedung baseline dan designed merupakan penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar 2,5%, yang dimulai dari penurunan energi sebesar 10% dari gedung baseline, mendapat nilai 1 poin dengan maksimum 20 poin (wajib untuk level platinum). a) Asumsi-asumsi Dalam Perhitungan 1. Pembagian Zona Pembagian zona terkondisikan untuk perhitungan ditetapkan sebagaimana gambar berikut : Kantor Pusat

Gambar 19 Zonasi Lantai Tipikal Kantor Pusat

Gambar : Zonasi Lantai Tipikal Kantor Pusat

Kantor Cabang

Gambar : Zonasi Lantai Tipikal Kantor Cabang

21

2. Asumsi Kebutuhan Laju Udara Ventilasi (Fresh Air) Yang Digunakan Dalam Simulasi Kebutuhan udara ventilasi dibutuhkan sesuai fungsi ruangan. Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan laju aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur udara di dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan. Berdasarkan SNI 03-6572-2001 nilai kebutuhan laju udara ventilasi sebagai berikut : Kantor : 0,15 (m/min)/orang, atau sama dengan 2,499 l/s-person Ruang pertemuan (auditorium) : 0,21 (m/min)/orang, atau sama dengan 3.499 l/s-person

Table Kebutuhan laju udara ventilasi dalam SNI 03-6572-2001

3. Asumsi Dalam Perhitungan Simulasi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan ditampilkan dalam tabel berikut.

Modelling Assumption Kantor Pusat

Modelling Assumption Kantor Cabang

22

Lokasi

KANTOR PUSAT Geometry Building Orientation (North Axis) Simulated Floor Floor to Floor Number of Zone Envelope Orientation A B C D E F TOTAL Thermal Zones Zone 01_Z1 01_Z2 01_Z3 01_Z4 01_Z5 01_Z6 02_Z1 02_Z2 02_Z3 02_Z4 02_Z5 02_Z6 03_Z1 Area (m2) 17.8 49.8 18.6 17.21 19.92 174.26 18.96 24.61 18.61 35.05 22.75 108.35 35.69 Volume (m3) Window Opening Area (m2) 38.68 7.65 6.48 39.93 27.95 1.56 122.25 Gross Wall Area (m2) 120.72 105.82 99.9 121.83 103.98 40.13 592.38 WWR (%) 32 7 6 33 27 4 21 68 deg 3st floor 4.00 m 17

23

03_Z2 03_Z3 03_Z4 03_Z5 TOTAL

128.16 31.68 19.96 27.36 768.76 KANTOR CABANG

Geometri Building Orientation (North Axis) Simulated Floor Floor to Floor Number of Zone Envelope Orientation A B C D TOTAL Thermal Zones Zone NE_VOID NE_Z1L2 NE_Z2L2 NE_Z3L2 NE_Z4L2 NE_Z5L2 NE_Z6L2 SW_VOID SW_Z10L2 SW_Z11L2 SW_Z7L2 SW_Z8L2 SW_Z9L2 TOTAL Area (m2) 181.25 15.99 39.95 31.13 18.59 23.38 11.23 153.56 23.67 36.02 29.09 13.11 18.2 595.16 Volume (m3) Window Opening Area (m2) 47.91 13.61 30.64 13.61 105.77 Gross Wall Area (m2) 184.04 87.3 165.32 87.3 523.96 WWR (%) 26.03 15.59 18.53 15.59 20.19 68 deg 2st floor 4.00 m 13

Table Key Parameters for Design

24

Construction External Wall (U-Value 1,231 W/m2-K) Outermost Layer ID Plaster Wall Hebel wall ID Plaster Wall ID Plaster Wall Thickness (mm) Conductivity (W/m-K) Density (kg/m3) Specific Heat (J/kg-K) Thermal Absorbtance Solar Absorbtance Visible Absorbtance 0.015 0.16 600 1000 0.9 0.5 0.5 Hebel wall 0.1 0.16 500 1000 0.9 0.7 0.7

Exterior Window Glazing INDOFLOT CLEAR 6MM

INDOFLOT CLEAR 6MM Thickness (mm) Solar transmittance Front side solar reflectance Back side solar reflectance Visible transmittance Front side visible reflectance Back side visible reflectance Front side infrared hemispherical emmisivity Back side infrared hemispherical emmisivity Conductivity (W/m-K) 0.006 0.759 0.065 0.065 0.882 0.075 0.075 0.84 0.84 1

25

INTERNAL GAIN Occupancy

Lighting

26

Electric Equipment

Schedule

Table Key Parameters for Baseline

27

Lighting

COP

4. HASIL PERHITUNGAN Perhitungan konsumsi energi dilakukan dengan menentukan gedung baseline dengan nilai beban perolehan panas eksternal dan internal mengacu pada standar yang ditetapkan Greenship GBCI. Hasil perhitungan diperbandingkan dengan perhitungan konsumsi energi dari gedung yang didesain, untuk mendapatkan selisih konsumsi energi.

28

4.1 Hasil Perhitungan Kantor Pusat a. Nilai OTTV (Overall Thermal Transfer Value) OTTV atau dalam SNI 03-6398-2000 (tentang konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung) disebut dengan istilah Nilai Perpindahan Panas Keseluruhan adalah suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding dan kaca bagian luar bangunan gedung yang dikondisikan. Panas akibat radiasi matahari lewat selubung bangunan harus dibatasi, SNI telah menentukan nilai OTTV adalah 45 Watt/m. Hasil perhitungan beban panas eksternal yang disimulasikan ditampilkan dalam tabel berikut. ORIENTATION A B C D E F TOTAL TOTAL WINDOW HEAT GAIN + OPAQUE EXTERIOR 6314.77 1657.10 1683.98 5411.46 3096.97 376.32 18,540.59 ENVELOPE (M) 120.72 105.82 99.90 121.83 103.98 40.13 592.38
Table Hasil OTTV Total (Design)

OTTV (W/(M)

52.31 15.66 16.86 44.42 29.78 9.38 31.30

b. Nilai Design Capacity Design Capacity adalah kapasitas dari chiller dengan safety factor sebesar 30% dari nilai total cooling load. (1.3 x cooling load) Dihitung berdasarkan beban panas tertinggi dalam setahun, yaitu pada bulan Mei yang merupakan puncak panas tertinggi. Letak Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa menjadi lokasi terpanas karena pada bulan tersebut matahari sedang bergeser dari selatan ke utara, angin cenderung berputar di sekitar wilayah Indonesia, dan tidak ada efek pendinginan dari wilayah lain. Total Cooling Zone 01_Z1 01_Z2 01_Z3 01_Z4 Load (W) 2261.76 7203.40 2979.28 1284.84 Design Capacity (W) 2940.29 9364.42 3873.06 1670.29 Floor Area (m2) 17.8 49.8 18.6 17.21 TR 0.84 2.66 1.10 0.47 m2/TR 21.29 18.70 16.89 36.24

29

01_Z5 01_Z6 02_Z1 02_Z2 02_Z3 02_Z4 02_Z5 02_Z6 03_Z1 03_Z2 03_Z3 03_Z4 03_Z5 TOTAL

1423.58 11199.55 1530.40 2133.56 1467.51 3568.81 1592.71 7612.22 2577.37 7319.96 2167.48 1471.12 2151.17 59944.72

1850.65 14559.42 1989.51 2773.63 1907.77 4639.45 2070.52 9895.89 3350.58 9515.94 2817.73 1912.46 2796.52 77928.13

19.92 174.26 18.96 24.61 18.61 35.05 22.75 108.35 35.69 128.16 31.68 19.96 27.36 768.77

0.53 4.14 0.57 0.79 0.54 1.32 0.59 2.81 0.95 2.71 0.80 0.54 0.80 22.16

37.86 42.09 33.52 31.21 34.31 26.57 38.64 38.51 37.46 47.37 39.54 36.71 25.24 34.70

Table Hasil Penghitungan Design Capacity

c. Nilai IKE (Indeks Konsumsi Energi) IKE adalah indeks konsumsi listrik setahun bangunan, yang dalam simulasi ini angka konsumsi listrik yang diperoleh hanya pada faktor HVAC, lighting, dan electrical equipment. Simulasi juga dilakukan dengan setting untuk kondisi baseline (setting sesuai dengan SNI), yang bertujuan untuk mengetahui selisih atau persentase penghematan energi bangunan yang didesain terhadap baseline. Simulasi konsumsi energi untuk versi desain sepanjang tahun ditampilkan dalam tabel berikut ini.

30

Electricity Intensity [kWh/m2] Lighting HVAC Other IKE 51.436 125.367 27.39 204.193 Table Hasil Nilai IKE (Baseline) Electricity Intensity [kWh/m2] Lighting HVAC Other IKE 35.8455 91.31 28.635 155.7905 Table Hasil Nilai IKE (Design) 4.2 Hasil Perhitungan Kantor Cabang a. Nilai OTTV (Overall Thermal Transfer Value) Hasil perhitungan beban panas eksternal baseline yang disimulasikan ditampilkan dalam tabel berikut. ORIENTATION TOTAL WINDOW HEAT GAINOPAQUE SURFACE (W) A B C D TOTAL 7699.89 1086.91 4967.31 1116.95 14871.06 184.04 87.3 165.32 87.3 523.96 41.84 12.45 30.05 12.79 28.38 ENVELOPE (M) OTTV (W/(M)

Table Hasil OTTV

31

b. Nilai Design Capacity Zone Z6L2 Z5L2 Z4L2 Z3L2 Z2L2 Z1L2 ZVOID1 Z7L2 Z8L2 Z11L2 Z10L2 Z9L2 ZVOID2 TOTAL Total Cooling Load (W) Design Capacity (W) Floor Area (m2) 1683.724111 3180.047883 2016.109528 4443.638011 3948.355812 2016.367522 11106.61089 2658.816546 1351.208125 2453.400692 1934.575989 1434.87287 9423.755343 47651.48332 2188.841 4134.062 2620.942 5776.729 5132.863 2621.278 14438.59 3456.462 1756.571 3189.421 2514.949 1865.335 12250.88 61946.93 0.622361 1.175452 0.745221 1.642517 1.459444 0.745317 4.105374 0.982787 0.499452 0.906859 0.715084 0.530377 3.483334 17.61358 TR 11.23 23.38 18.59 31.13 39.95 15.99 181.25 29.09 13.11 36.02 23.67 18.2 153.56 595.17 m2/TR 18.0442 19.89023 24.94561 18.95262 27.37344 21.45397 44.14945 29.59949 26.24879 39.71953 33.10102 34.31522 44.0842 33.79

Table Hasil Design Capacity c. Nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi ) Electricity Intensity [kWh/m2] Lighting HVAC Other IKE 51.425 143.275 27.39 222.09 Table Hasil Nilai IKE (Baseline) 32

Electricity Intensity [kWh/m2] Lighting HVAC Other IKE 35.8455 100.28 28.635 164.76

Table Hasil Nilai IKE (Design) 5. PENURUNAN KONSUMSI ENERGI 5.1 Penurunan Konsumsi Energi Kantor Pusat Perbandingan konsumsi energi pada gedung baseline dengan gedung terdesain ditampilkan dalam tabel di bawah ini. COOLING LIGHTING SNI(Baseline) DESIGN EFISIENSI (KWh/M) 48.4025 23.7 % 84963.59 60437.05 39537.77 27556.63 ELECTRICAL 21056.37 22013.47 OTHERS 11416.6 9761.867 TOTAL 156974.3 119769 AREA(M) 768.76 768.76 KWh/M 204.193 155.7905 % 100% 100%

Table Perbandingan Konsumsi Energi Kantor Pusat Selisih antara baseline dengan design: 204.193 - 155.79 = 48.4025 Jadi penghematan yg dilakukan : 48.4025 / 204.193 = 23.7 % Total konsumsi energi setahun untuk gedung baseline sebesar 156974.3 kWh untuk gedung terdesain sebesar 119769 kWh dengan persentase beban terbesar pada konsumsi listrik Chiller (cooling). Berdasarkan hasil perhitungan, Indeks Konsumsi Energi untuk gedung baseline adalah sebesar 204.193 kWh/m2tahun, dan gedung terdesain sebesar 153.9735 kWh/ m2tahun. Sedangkan Selisih Indeks Konsumsi Energi gedung terdesain dengan gedung baseline adalah sebesar 48.4025 kWh/m2 tahun, atau sebesar 23.7 %. Mengacu kepada ketentuan EEC1 Greenship GBCI yang menentukan perolehan sebesar 1 poin untuk setiap penghematan 2,5% dimulai dari 33

penurunan konsumsi energi sebesar 10%, maka penurunan konsumsi energi Kantor Jasa Marga Jakarta sebesar 25% memperoleh poin EEC1 sebesar 5 poin. Perangkat Penilaian Kode Rating Energy Efficiency and Conservation EEC1 Opsi 1 Energy Efficiency Measure 1. EEC 1-1. Energy modelling software Energy modelling software digunakan untuk menghitung konsumsi energi di gedung baseline dan gedung designed. Selisih konsumsi energi dari gedung baseline dan designed merupakan penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar 2,5%, yang dimulai dari penurunan energi sebesar 10% dari gedung baseline, mendapat nilai 1 poin dengan maksimum 20 poin (wajib untuk level platinum). Table Perolehan Poin EEC1 Gedung Kantor Jasa Marga, Jakarta 5.2 Penurunan Konsumsi Energi Kantor Cabang Perbandingan konsumsi energi pada gedung baseline dengan gedung terdesain ditampilkan dalam tabel di bawah ini. COOLING SNI(Baseline) DESIGN EFISIENSI (KWh/M) 57.329 25.8 % 74877.473 51050.77 TTTTTTTTTTTTTT LIGHTING ELEC. 30609.502 21333.9 16301.505 17042.48 OTHERS 10391.282 8633.855 132179.762 98061.01 AREA (M) 595.16 595.16 222.09 164.7605 100% 100% KWh/M % 1 s.d 20 5 Nilai Nilai Maks. 26% 20 20 Acuan Penilaian Penilaian Exercise Project

Table Perbandingan Konsumsi Energi Kantor Cabang Selisih antara baseline dengan design: 222.09-164.7605= 57.329 Jadi penghematan yg dilakukan 57.329/222.09= 25.8 % 34

Perangkat Penilaian Kode Rating Energy Efficiency and Conservation EEC1 Opsi 1 Energy Efficiency Measure 1. EEC 1-1. Energy modelling software Energy modelling software digunakan untuk menghitung konsumsi energi di gedung baseline dan gedung designed. Selisih konsumsi energi dari gedung baseline dan designed merupakan penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar 2,5%, yang dimulai dari penurunan energi sebesar 10% dari gedung baseline, mendapat nilai 1 poin dengan maksimum 20 poin (wajib untuk level platinum).

Acuan Penilaian

Penilaian Exercise Project

Nilai

Nilai Maks. 26% 20 20

1 s.d 20 6

Table Perolehan Poin EEC1 Gedung Kantor Cabang Jasamarga, Jakarta Total konsumsi energi setahun untuk gedung baseline sebesar 132179.762 kWh untuk gedung terdesain sebesar 98061.01 kWh dengan persentase beban terbesar pada konsumsi listrik Chiller (cooling). Berdasarkan hasil perhitungan, Indeks Konsumsi Energi untuk gedung baseline adalah sebesar 222.09 kWh/m2tahun, dan gedung terdesain sebesar 164.760 kWh/ m2tahun. Sedangkan Selisih Indeks Konsumsi Energi gedung terdesain dengan gedung baseline adalah sebesar 57.33 kWh/m2 tahun, atau sebesar 25.8 %. Mengacu kepada ketentuan EEC1 Greenship GBCI yang menentukan perolehan sebesar 1 poin untuk setiap penghematan 2,5% dimulai dari penurunan konsumsi energi sebesar 10%, maka penurunan konsumsi energi Kantor Jasa Marga Jakarta sebesar 25% memperoleh poin EEC1 sebesar 6 poin. 6. PERHITUNGAN EMISI CO2 Emisi karbon dioksida (CO2) setiap kWh konsumi energi pertahun adalah sebesar 0,891 kg. Pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) dihitung dari selisih konsumsi energi antara bangunan baseline dan desain dikalikan angka 0,891. Emisi karbon yang bisa dikurangi dari Kantor Pusat adalah sebesar 33149.9223 kg pertahun atau sebesar 33.15 Ton pertahun dan pada Kantor Cabang adalah sebesar 30399.8116 kg pertahun atau sebesar 30.39 Ton.

35

Emisi CO2 Baseline Design Selisih

Total Konsumsi Energi (kWh) 156974.3 119769 37205.3

Emisi CO2 (kg) 139864.1013 106714.179 33149.9223

Table Pengurangan Emisi Karbon Kantor Pusat Total Konsumsi Energi (kWh) 132179.8 98061.01 34118.76

Emisi CO2 Baseline Design Selisih

Emisi CO2 (kg) 117772.1679 87372.35635 30399.8116

Table Pengurangan Emisi Karbon Kantor Cabang 7. SISTEM DRAINASE DAN PENANGANAN BANJIR KAWASAN Gedung Kantor Pusat Cabang dan Mesjid PT. Jasamarga (Persero),Tbk yang sekarang sedang direnovasi dan dibangun oleh PT. PP (Persero) Tbk, terletak disisi barat Jalan Tol Jagorawi seberang Kawasan Wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Kelurahan Dukuh Jakarta Timur. Batas-batas lokasi Gedung Kantor Pusat Cabang dan Mesjid PT. Jasamarga (Persero),Tbk adalah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Barat : Jl.Pondok Gede Raya. : Jl.Dukuh 6

Sebelah Selatan : Kampung Dukuh Sebelah Timur : Jl.Tol Jagorawi

36

Gambar Lokasi Proyek Gedung Kantor Pusat Cabang dan Mesjid PT. Jasamarga Persero Tbk Dengan adanya pengembangan pembangunan gedung-gedung baru maka sistem drainase yang ada harus direncanakan juga disesuaikan dengan tata letak gedung-gedung yang baru. Kondisi topografi tanah tempat dimana sedang dibangunnya Gedung Kantor Pusat Cabang dan Mesjid PT. Jasamarga Persero Tbk, elevasinya lebih rendah dari daerah sekelilingnya. Elevasi topografi Gedung Kantor Pusat Cabang dan Mesjid, rata rata tanah asli + 21. Dimana pada saat hujan lebat terjadi banjir dan genangan di sekitar parkir dekat masjid yang ada sekarang, tinggi genangan 40 cm yang disebabkan karena kapasitas saluran outlet dibawah jalan toll lebih kecil dari debit banjir yang terjadi. Maksud dari pekerjaan ini adalah merencanakan sistem drainase baru disesuaikan degan rencana pengembangan pembangunan Kantor Pusat Cabang dan Masjid PT. Jasa Marga Persero, Tbk. Tujuannya agar sistem drainase yang baru dapat menangani banjir dan genangan yang telah terjadi saat ini. Sistem Drainase Makro Lokasi perencanaan di Gedung Kantor Pusat Cabang dan Mesjid PT. Jasamarga Persero Tbk, terletak di daerah aliran drainase Kampung Dukuh, yang mengalir dari arah selatan dan barat masuk ke lokasi Gedung Kantor Pusat Cabang dan Mesjid PT. Jasamarga Persero Tbk lalu dialirkan melalui goronggorong yang melintas di bawah Jalan Toll Jagorawi menuju saluran drainase Jalan Taman Mini Indonesia Indah (Depan Kantor Jasamarga Cabang Jagorawi), yang selanjutnya mengalir arah hilir menuju ke arah utara menuju sungai Cipinang. 37

Gambar Saluran Drainase Dari Kampung Dukuh Yang Masuk Ke Proyek 38

Gambar Saluran Drainase Makro Di Dalam Proyek Sistem Drainase Mikro Eksisting Limpasan air dari Gedung Kantor Pusat dialirkan melalui saluran drainase di sisi kiri dan kanan gedung, kemudian dialirkan ke saluran drainase di area parkir dan diteruskan ke saluran drainase (gorong-gorong yang memotong Jalan Toll Jagorawi). Sedangkan sebagian kecil area gedung dan parkir di utara, dialirkan ke arah utara melalui saluran drainase dari arah parkir terus ke arah utara memotong jalan keluar Toll (berupa gorong-gorong, terus dialirkan kea rah Cipinang). Permasalahan Banjir dan Genangan Area Kantor Gedung Pusat Cabang PT. Jasa Marga (Persero). Tbk terletak di depan kawasan Taman Mini Indinesia Indah (TMII), mengalami banjir dan genangan setiap tahunnya. Ketinggian banjir 30-50 cm dengan luas wilayah banjir 0,25 Ha. Daerah terendam paling dalam yaitu di area parkir dekat masjid lama dengan lama genangan 3 jam. Penyebab banjir dan genangan antara lain 1. Kondisi topografi di Gedung Pusat Cabang PT. Jasa Marga lebih rendah dibandingkan dengan kawasan sekitarnya. 2. Kawasan area yang mengalirkan air limpasan dari barat ke arah kantor pusat sudah berkembang dari tanah kosong menjadi pemukiman padat. Sehingga, koefisien aliran meningkat mengakibatkan debit banjir lebih tinggi dari keadaan tahun 70-an ketika gorong-gorong di jalan toll dibangun. 3. Kapasitas gorong-gorong yang melintas di Jalan Toll Jagorawi lebih kecil dari debit banjir yang terjadi sekarang. 4. Terjadinya banjir di hilir outlet gorong-gorong yaitu di saluran drainase, jalan TMII kiri menyebabkan pengaruh back water effect, teradap gorong-gorong di badan Jalan Tol Jagorawi.

39

RENCANA SISTEM DRAINASE Sistem Aliran Drainase 1. Sistem saluran drainase direncanakan sistem aliran gravitasi, kolam retensi dan pompa. 2. Semua aliran air drainase akan dialirkan ke kolam retensi yang direncanakan berada di samping rencana gedung masjid. Kecuali saluran drainase yang berada di area parkir gedung cabang, di sebelah utara yang keadaan eksistingnya memang mengalir ke arah utara. 3. Sistem aliran drainase yang outletnya masuk ke kolam retensi, adalah sebagai berikut : Saluran drainase dari area Kampung Dukuh daerah bagian utara digabung dengan saluran drainase dari gedung lama dan gedung baru. Saluran drainase dari area Kampung Dukuh di bagian selatan yang digabung dengan saluran drainase dari sisis kanan jalan toll dengan saluran drainase lapangan tenis dan parker di selatan. Dua saluran drainase dari gedung masjid.

Sistem Saluran Outlet

Sistem saluran outlet merupakan sistem aliran drainase dari kolam retensi menuju ke saluran outlet gorong-gorong eksisting di Jalan Toll Jagorawi, dialirkan diantara taman di area mesjid dan gedung kantor pusat. Kemudian saluran drainase inlet dibelokkan sejajar dengan gedung kantor pusat menuju saluran outlet gorong-gorong eksisting di Jalan Toll Jagorawi. Saluran outlet yang sejajar dengan gedung kantor pusat, akan terjadi crossing dengan rencana penyambungan terowongan (sebagai lalu lintas dari kantor gedung pusat ke degung pusat cabang).

40

Sistem saluran outlet gorong-gorong yang lama ini mengalir ke arah timur terus memotong jalan tol Jagorawi dan masuk ke drainase jalan Taman Mini Indonesia Indah (Depan Kantor Jasamarga Cabang Jagorawi). KOLAM RETENSI Kolam retensi direncanakan berbentuk oval dengan ukuran ukuran rata-rata diameter dengan tinggi air 1,0 m lokasi di sudut barat rencana gedung masjid dengan luas kolam 872 m 2. Dari hasil analisa kebutuhan pompa dan volume kolam retensi, didapatkan kebutuhan pompa sebesar Q = 0,6 m 3/det, dipakai pompa 2 buah masing-masing Q = 0,3 m3/det. Dinding Kolam Retensi direncanakan dari pasangan batu kali yang berbentuk Retaining Wall. Dinding Kolam Retensi yang berhimpit dengan kolam ikan di dalam gedung masjid kontruksinya dari beton bertulang. Elevasi dasar kolam retensi direncanakan +18,44 m dan tinggi dinding kolam retensi direncanakan +21,64 m. Untuk tetap terlihat asri maka di pinggir kolam retensi direncanakan dipasang pot-pot bunga dan taman landscape. Jalan yang melintas ditengah-tengah kolam retensi dilengkapi dengan 2 (dua) buah goronggorong di bawah jalan ukuran 1,2 x 1,2 yang berfungsi sebagai interkoneksi di dalam kolam retensi. PINTU AIR Pintu air dipasang di bangunan bagi dan bangunan olakan yang berfungsi untuk mengatur air dimana pada saat pemompaan air, pintu air ditutup bisa masuk ke Kolam Retensi kemudian bila aliran gravitasi pintu dibuka maka air dialirkan langsung ke saluran outlet kolam olakan lebarnya 2x2 m. STATION POMPA Station pompa dipasang di ujung utara kolam retensi dekat dengan outlet existing. Pompa direncanakan 2 buah dengan kapasitas masing-masing Q = 0,3 m3/det memakai tipe 300 KRTUK Submersible squirrel cage induction motor 90 kw/3 phase/380 V/50 Hz/14 pole dengan total head loss 4 m. Di depan station pompa dipasang saringan untuk menyaring sampah-sampah agar tidak masuk ke mesin pompa. Untuk menyuplai tenaga listrik dipakai listrik dari Genset. Sentral di Kantor PT. Jasa Marga atau dibangun genset khusus pompa. Kebutuhan genset sebesar 300kva.voltage/phone. 380/220volt 150 kva/50 Hz dengan system soft starter.

41

POMPA

KOLAM OLAK

PINTU AIR

INLET POMPA

OUTLET

KOLAM RETENSI SARINGAN SAMPAH

Gambar Ilustrasi Bangunan Sistem Polder RENCANA SISTEM ALIRAN DI BANGUNAN STASIUN POMPA 1. Keadaan I, dengan aliran pompa : a. Pintu air di kolam olakan harus ditutup, untuk menghindari aliran baik dari kolam olak ke kolam retensi. b. Dalam pengoperasian pompa elevasi muka air di kolam retensi tidak boleh di bawah +18,44 karena sesuai dengan karakteristiknya, pompa tidak bisa bekerja pada kondisi tersebut. c. Pada saat muka air naik di kolam retensi, pompa akan bekerja (beroperasi) dimulai dengan pompa No.1, setelah elevasi mencapai + 18,94 atau 50 cm dari dasar kolam retensi. Pompa No.1 dihidupkan/ bekerja diatur oleh operator pompa. d. Pompa kedua akan dihidupkan oleh operator pompa apabila elevasi air kolam retensi telah mencapai +19, 14 kemudian air akan turun kembali pada saat elevasi +19,14, pompa No.2 akan berhenti kemudian muka air telah turun pada elevasi mencapai +18, 94 pompa No.1 akan berhenti bekerja. 2. Keadaan II, aliran tanpa pompa (gravitasi) : a. Pada musim kemarau pintu air di kolam olakan dibuka, bukaan maksimum pada h = 0,80 m. b. Semua aliran dari kolam retensi dialirkan dengan sistem gravitasi menuju saluran drainase outlet kea rah saluran drainase TMII

42

PERAN SISTEM POLDER TERHADAP RATING PENILAIAN GREEN BUILDING Dari evaluasi penilaian rating mengacu pada standard GBCI, Sistem polder dengan kapasitas maksimum tampungan sebesar 3000 m3. Dapat menunjukkan upaya pengurangan beban limpasan air hujan kejaringan drainase kota sebesar 100% serta secara makro berfungsi dalam mengurangi beban banjir dari luar lokasi bagunan. Sehingga Point yang didapat menjadi Optimal pada kisaran 3 Point. Sistem polder yang direncanakan terpadu dengan system daur ulang (Recycling) selain member point lebih pada kriteria diatas, juga menambah setidaknya 7 point dari Kriteria Water Conservation. Dari kedua data tersebut, didapat paling sedikit 10 Point dalam kriteria Green yang dapat dicapai dengan upaya SIstem Polder sebagai integrasi desain system drainase Jasamarga. Perangkat Penilaian Kode Rating Water Conservation WAC 3 Water Recycling Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan seluruh system flushing, irigasi dan make up water cooling tower ( jika ada) 3 3 Nilai Nilai Maks. 17% Acuan Penilaian Penilaian Exercise Project

WAC 5

Rainwater Harvesting Instalasi tanki penyimpanan air hujan kapasitas 50% dari jumlah air hujan yang jatuh diatas atap bangunan sesuai dengan kondisi intensitas curah hujan tahunan setempat menurut BMKG Atau Instalasi tanki penyimpanan air hujan kapasitas 75% dari perhitungan Atau Instalasi tanki penyimpanan air hujan berkapasitas 100% dari perhitungan di atas 3 2 1

WAC 6

Water efficiency landscaping Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah atau PDAM 1

Total

7 point

43

3. Rencanan Jadwal pelaksanaan proyek

Gambar : Master schedule paket pelaksanaan

44

Gambar : Kurva S Proyek Jasamarga

4. Project Quality Plan Target pelaksanaan yang direncakan pada proyek mengacu pada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan tersebut meliputi Quality Target, SHE Target, dan Green Target yang telah menjadi pedoman pelaksanaan di seluruh proyek PT PP (Persero) Tbk.

Gambar Green Construction Target

45

Gambar Quality Target Gedung

Gambar Quality Target Safety dan Housekeeping

Quality Policy pada Company Policy 46

5. Analisa resiko proyek a. IBPPR

b. IPPAL

47

6. Project safety plan HSE

SHE Policy pada Company Policy

48

49

V.

INOVASI PELAKSANAAN

50

51

52

53

VI.

DOKUMENTASI FOTO Foto-foto visualisasi pelaksanaan (terlampir).

Jakarta, 2 November 2012 PT PP (Persero) Tbk

Ir. Betty Ariana, MT


Corporate Secretary

54

55

56

57

KONSEP POLDER UNTUK PENGANGGULANGAN BEBAN BANJIR KAWASAN

58

Anda mungkin juga menyukai