Anda di halaman 1dari 16

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

JALAN BERWAWASAN
LINGKUNGAN

YUSAR
9312220111095

PENGERTIAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN YANG


BERWAWASAN LINGKUNGAN
Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan modernisasi. Namun dalam
pelaksanaan khususnya pada pembangunan yang bersifat fisik seringkali
para pihak yang terlibat mengabaikan masalah lingkungan, sehingga
menyebabkan
kerusakan
lingkungan.
Demikian
juga
dengan
pembangunan infrastruktur jalan, masalah lingkungan tidak terlalu
diperhatikan, baik pada saat perencanaan maupun pada saat
pengoperasiannya, hal ini karena pihak- pihak yang terlibat dalam
kegiatan pembangunan tersebut lebih mengutamakan hasil atau produk
dari pembangunan itu sendiri, sementara dampaknya terhadap lingkungan
masih diabaikan. Agar pembangunan infrastruktur jalan yang dilaksanakan
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau setidaknya meminimalisasi
dampaknya terhadap lingkungan maka pembangunan tersebut harus
berwawasan lingkungan.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan


adalah pembangunan yang baik dari sudut
pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain
adanya keharmonisan dengan alam. Untuk dapat
mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan
yang berwawasan lingkungan, maka dalam setiap
tahapan pembangunan harus memperhitungkan
dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan
yang berwawasan lingkungan dengan sendirinya
akan
menciptakan
pembangunan
yang
berkelanjutan

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dalam


Pembangunan Infrastruktur Jalan
Kebijakan pembangunan infrastruktur jalan yang
berwawasan lingkungan telah diatur dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/M/1995 tentang
Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum,
yang pada prinsipnya mengatur semua aspek lingkungan
pada seluruh siklus pembangunan proyek bidang
pekerjaan umum, termasuk proyek pembangunan
infrastruktur jalan.

Siklus pembangunan proyek infrastruktur jalan terdiri dari 8


(delapan) kegiatan (Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan,DPU,2006) yaitu :

Perencanaan umum
Pra studi kelayakan
Studi kelayakan
Perencanaan teknis
Pra konstruksi
Konstruksi
Pasca konstruksi
Evaluasi pasca konstruksi

Namun, tidak semua siklus dilaksanakan dalam kegiatan


pembangunan infrastruktur jalan, sebagai contoh dengan
pertimbangan tertentu suatu proyek pembangunan jalan setelah
perencanaan umum langsung studi kelayakan tanpa adanya pra
studi kelayakan.

Tahap perencanaan umum


Siklus proyek atau pembangunan infrastruktur jalan
diawali dengan perencanaan umum yang berupa gagasan
awal baik ide pembangunan jalan baru maupun peningkatan
jalan yang telah ada. Walaupun masih berupa perencanaan
umum dan belum adanya kegiatan fisik, namun pihak
pemrakarsa proyek sudah harus mengidentifikasi sedini
mungkin dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya
proyek atau pembangunan jalan terhadap lingkungan,
melalui proses penyaringan lingkungan. Dengan adanya
proses penyaringan tersebut akan didapat gambaran apakah
suatu proyek perlu adanya AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) atau cukup dengan RKL (Rencana
Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan
Lingkungan) ataupun cukup dengan penerapan SOP
(Standard Operation Procedure).

Tahap pra studi kelayakan


Kegiatan proyek pada tahap ini adalah
perumusan garis besar rencana kegiatan
yang meliputi penentuan beberapa
alternatif koridor trase / alinyemen jalan,
dan setiap alternatif dikaji aspek teknis,
ekomis dan juga kelayakan lingkungan
melalui proses kajian awal lingkungan.

Tahap studi kelayakan


Kegiatan utama proyek pada tahap ini adalah analisis kelayakan teknis,
ekonomi, finansial dan lingkungan secara lebih mendalam terhadap alternatif
trase jalan berdasarkan data yang didapat dari hasil survey. Analisis
kelayakan lingkungan dilakukan melalui studi AMDAL atau RKL dan RPL.
Rencana trase atau lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut, harus
dapat diterima oleh lingkungan di sekitarnya, baik pada waktu
pembangunan, pengoperasian maupun pemeliharaannnya (Studi Kelayakan
Proyek Jalan, DPU,2005), misalnya :
Alternatif rute tidak melalui daerah konservasi
Alternatif rute tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap
lingkungan sekitarnya
Dampak sosial dan pengadaan tanah perlu diantisipasi
Identifikasi keperluan penyusunan AMDAL atau RKL dan RPL, serta
menyiapkan kerangka acuan kerja
Mendukung tata ruang dari wilayah studi
Kesimpulan dan rekomendasi dari studi kelayakan lingkungan disajikan
dalam bentuk dokumen RKL dan RPL yang merupakan pedoman untuk
pengelolaan lingkungan pada tahap perencanaan teknis (detail design),
pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.

Tahap perencanaan teknis


Lingkup pekerjaan pada tahap perencanaan teknis antara lain :
Penetapan trase/rute jalan secara definitif berdasarkan pengukuran
lapangan yang akurat
Perhitungan struktur, pembuatan gambar rencana rencana teknis detail
jalan, dan bangunan pelengkapannya serta penetapan syarat-syarat dan
spesifikasi teknis yang digunakan pada tahap konstruksi
Perhitungan biaya konstruksi
Penyusunan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi
Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah
penjabaran RKL dalam bentuk gambar-gambar dan syarat-syarat serta
spesifikasi dalam pengelolaan lingkungan. Untuk keperluan tersebut,
konsultan perencana teknis harus memahami dokumen RKL yang telah
ditetapkan, karena itu tim konsultan perencana sebaiknya dilengkapi
dengan tenaga ahli lingkungan.
Dalam perhitungan biaya konstruksi jalan sudah harus mencakup
biaya pengelolaan lingkungan, baik pada tahap konsruksi maupun pada
tahap pasca konsruksi.

Tahap pra konstruksi


Kegiatan pada tahap ini adalah pengadaan
tanah dan pemukiman kembali penduduk yang
terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan
oleh pemrakarsa proyek atau instansi terkait.
Pengelolaan lingkungan pada tahap ini adalah
pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL
untuk penanganan dampak sosial yang
mungkin terjadi.

Tahap konstruksi
Kegiatan pada tahap konstruksi terutama pekerjaan
teknik sipil, meliputi pekerjaan tanah, struktur jalan,
bangunan pelengkap dan perlengkapannya. Penerapan
pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah
pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL tahap
konstruksi, untuk menangani semua dampak yang
timbul akibat pelaksanaan kegiatan konstruksi, seperti
erosi, pencemaran udara, kebisingan, gangguan pada
prasarana umum dan utilitas di areal proyek dan
sebagainya.

Tahap pasca konstruksi


Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah
pengoperasian (pemanfaatan) jalan dan sekaligus
pemeliharaannya agar dapat dimanfaatkan secara
optimal dan berkelanjutan. Untuk menangani dampak
terhadap lingkungan akibat pengoperasian dan
pemeliharaan ruas jalan tersebut, diperlukan
pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL tahap pasca
konstruksi, antara lain meliputi pengaturan lalu lintas,
pencemaran udara dan kebisingan serta pengendalian
penggunaan lahan di kiri-kanan jalan.

Tahap evaluasi pasca proyek


Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai penggunaan
atau pengoperasionalan ruas jalan yang telah dibangun /
ditingkatkan sampai dengan tercapainya umur rencana desain.
Pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah evaluasi
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap
sebelumnya agar dapat dijadikan masukan dalam kegiatan
perencanaan pembangunan infrastruktur jalan selanjutnya.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam setiap
siklus kegiatan pembangunan infrastruktur jalan yang telah
dijelaskan di atas harus dipantau pelaksanaannya agar dapat
diketahui kualitas lingkungan sebelum dan setelah pelaksanaan
pembangunan jalan. Selain itu dengan pemantauan pengelolaan
lingkungan dapat diketahui keberhasilan pengelolaan lingkungan
pada kegiatan pembangunan infrastruktur jalan.

Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam kegiatan


pembangunan
infrastruktur jalan dan, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum
telah banyak mengeluarkan keputusan, peraturan dan NSPM (Norma,
Standar, Pedoman dan Manual) pembangunan infrastruktur jalan yang
berwawasan lingkungan. Aturan-aturan tersebut telah dijadikan bagian
dari dokumen kontrak seperti dituangkan dalam syarat-syarat kontrak dan
dalam spesifikasi teknis, sehingga aturan tersebut mengikat para pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak pembangunan jalan baik pihak
proyek maupun penyedia jasa (kontraktor).
Akhir-akhir ini pemerintah tengah menggalakkan program green
construction yaitu kegiatan pembangunan atau konstruksi yang ramah
lingkungan. Dalam kegiatn pembangunan infrastruktur jalan , pemerintah
tengah menggalakkan program penggunaan material daur ulang, yaitu
penggunaan kembali bahan agregat dari konstruksi jalan yang telah rusak
dengan menggunakan teknik dan campuran tertentu sedemikian rupa
agregat tersebut dapat digunakan kembali untuk pembangunan jalan baru
sehingga dapat menghemat penggunaan sumberdaya alam batuan dan
pasir. Dalam hal konstruksi penahan longsor badan jalan tengah
dikembangkan penggunaan rumput vetifer, selain murah, kuat dan ramah
lingkungan juga menambah nilai estetika.

KESIMPULAN
Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan (Sustainable
Infrastructure Development) bukanlah hal yang baru di Indonesia,
karena telah dikenal sebagai kebijakan Pembangunan Berwawasan
Lingkungan. Kebijakan ini menjadi lebih berkembang dan semakin
mengemuka akibat semakin terbatasnya sumber daya, dampak
pembangunan yang tidak terkontrol dan perubahan iklim.
Pembangunan infrastruktur berkelanjutan berfokus pada
keberlangsungan pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat secara terus menerus dan berjangka panjang. Faktor
finansial/pembiayaan yang diharapkan terjadi adalah semakin
murahnya biaya investasi akibat industri konstruksi yang mengikuti
tren pembangunan berkelanjutan dan green building sebagai salah
satu cara mengurangi dampak negatif pembangunan infrastruktur.

E R I MA

AS I H

Any question ??

Anda mungkin juga menyukai