Anda di halaman 1dari 6

Kajian Kode Etik Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi

Indonesia (HAMKI)
Joan,
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

1. Latar Belakang
Teknik Sipil merupakan salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari mengenai
bagaumana merancang, membangun hingga merenovasi bangunan dan inftastruktur.
Teknik sipil juga mencakup mengenai lingkungan dan keselamatan hidup manusia. Oleh
karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berada dalam bidang tersebut.
Salah satunya yaitu mengenai etika dalam berdinamika terutama ketika berdinamika
dalam dunia kerja. Dalam dunia kerja, kita diharuskan untuk berdinamika secara
profesional. Hal itu dikarenakan dalam dunia kerja, terutama dalam bidang teknik sipil,
kita akan bekerja sama juga dengan bidang-bidang yang lain. Sehingga apa yang kita
lakukan dapat berdampak pada bidang yang lain juga.
Sikap dan paham profesional perlu dipahami oleh setiap insinyur teknik sipil. Oleh
karena itu perlu adanya sebuah sistem norma, nilai serta aturan profesional secara tertulis.
Sistem norma, nilai dan aturan tersebut disebut juga dengan kode etik. Dengan adanya
kode etik diharapkan dapat membatasi dan menanggulangi berbagai permasalahan yang
muncul dalam proses kerja insinyur teknik sipil. Tujuan lainnya juga agar ketika terjadi
permasalahan yang belum termuat dalam hukum yang berlaku dapat ditanggulangi
menggunakan referensi dari kode etik yang ada.
Setiap asosiasi profesional pasti memiliki kode etiknya masing-masing. Di Indonesia
sendiri ada beberapa asosiasi profesional bagi para insinyur. Salah satu asosiasinya yaitu
Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI). Himpunan Ahli Manajemen
Konstruksi Indonesia (HAMKI) adalah Asosiasi profesi nirlaba yang didirikan di Jakarta
pada tanggal 23 Agustus 1986 untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Dengan tujuan
sebagai wadah komunikasi, konsultasi, koordinasi dan pemersatu semua anggota HAMKI
pada khususnya dan para Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia pada umumnya.
HAMKI memliki beberapa kode etik yang perlu dilaksanakan oleh anggotanya.
Namun, beberapa kode etik yang ditetapkan oleh HAMKI masih dirasa belum cukup
spesifik. Hal tersebut dapat berpengaruh nantinya ketika dilakukan penerapan dilapangan.
Pasti akan ada hal-hal yang tidak diinginkan dari kurang spesifiknya kode etik yang
diterapkan. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan maka perlu adanya
revisi atau penambahan dalam perumusan kode etik tersebut. Tentunya hal tersebut juga
demi kebaikan anggota HAMKI sendiri. Juga agar nantinya dapat menjadi pedoman bagi
para insinyur dalam bersikap ketika melakukan pekerjaan.
2. Tujuan
2. 1. Mengkaji rumusan kode etik Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia
(HAMKI)
2. 2. Memberikan saran kepada rumusan kode etik Himpunan Ahli Manajemen
Konstruksi Indonesia (HAMKI).
3. Landasan Teori
3. 1. Kode Etik Profesi
Kode etik profesi adalah sebuah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari, bisa dalam bentuk yang
berupa norma, nilai dan aturan professsional yang tertulis secara tegas menyatakan
apa yang benar dan baik untuk dilaksanakan oleh seorang profesional, dan apa yang
tidak benar dan tidak baik bagi professional dalam pekerjaannya. Kode etik
menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik - baiknya kepada pengguna jasa seperti masyarakat umum.
Sehingga, dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
professional.
Kode etik profesi muncul dalam bentuk norma, dan setiap anggota profesi
harus berpegang pada norma tersebut dalam menjalankan tugas profesional dan
kehidupan sosialnya. Norma-norma ini berisi petunjuk tentang bagaimana anggota
industri menjalankan profesinya dan larangannya, yaitu peraturan tentang hal-hal
yang tidak boleh mereka lakukan atau lakukan, tidak hanya untuk menjalankan tugas
profesionalnya, tetapi juga melibatkan perilaku anggota. Secara umum, mereka
semua adalah profesional dalam komunikasi sehari-hari di masyarakat.
3. 2. Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI)
Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) adalah Asosiasi
profesi nirlaba yang didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Agustus 1986 untuk jangka
waktu yang tidak terbatas. Dengan tujuan sebagai wadah komunikasi, konsultasi,
koordinasi dan pemersatu semua anggota HAMKI pada khususnya dan para Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia pada umumnya. Himpunan Ahli Manajemen
Konstruksi Indonesia (HAMKI) memiliki visi yaitu ‘BERPERAN sebagai organisasi
profesional Manajemen Konstruksi diseluruh Indonesia’. Himpunan Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) juga memiliki Misi yaitu antara lain:
a. Menyediakan jasa Manajemen Konstruksi pada stakeholder
b. Memajukan ilmu Manajemen Konstruksi
c. Mendorong Manajemen Konstruksi menjadi organisasi profesi yang handal
Adapun Program dari Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI),
antara lain:
a. Keanggotaan
b. Sertifikasi Nasional dengan kualifikasi Ahli Muda Manajemen Konstruksi,
Ahli Madya Manajemen Konstruksi, Ahli Utama Manajemen Konstruksi
c. Lesson and sharing
d. Lesson and learned
e. Workshop
f. Seminar nasional
g. Newsletter 2 kali dalam setahun
h. CM Gathering
i. Kerjasama dengan Lingkungan Akademi
j. Kerjasama dengan Mitra Usaha di bidang Pelatihan Manajemen Konstruksi
Oleh karena Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI)
merupakan sebuah asosiasi profesi, maka Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi
Indonesia (HAMKI) memiliki kode etik sebagai bentuk profesionalitas anggotanya.
Etika Profesi tersebut wajib dilaksanakan oleh setiap anggota assosiasi. Kode etik
Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) antara lain :
a. Penuh perhatian terhadap sesama (Caring for others).
b. Jujur terhadap diri sendiri dan lingkungannya (Honesty).
c. Bertanggung jawab atas semua pikiran, ucapan dan tindak-kan yang
dilakukannya (Accountability).
d. Menepati janji (Promise Keeping).
e. Bekerja dengan tujuan untuk Mendapatkan hasil yang baik dan
sempurna (Pursuit of Excellence).
f. Bersikap setia dan taat asas (loyalty).
g. Bersikap adil (fairness).
h. Mempunyai integritas dan komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya
(integrity and commitment).
i. Dapat menghargai dan menerima pendapat orang lain (respect for others).
j. Bersikap, bertingkah laku dan bertindak sebagai warga Negara yang baik dengan
penuh tanggung jawab (responsible Citizenship) atas semua akibat yang mungkin
terjadi.
3. 3. Kode Etik Referensi
Dalam melakukan pengkajian mengenai kode etik dari Himpunan Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) diperlukan beberapa referensi kode etik
dati institusi atau asosiasi lain. Referensi kode etik yang saya gunakan dalam hal ini
yaitu kode etik dari Construction Management Association of America (CMAA).
Ketiga institusi teresebut merupakan institusi yang bekerja dalam bidang yang sama
dengan Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI). Oleh karena
itu kode etik dalam institusi tersebut dapat digunakan sebagai referensi dalam
mengkaji dan memberikan saran pada rumusan kode etik Himpunan Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI).
Referensi pertama yaitu dari Construction Management Association of
America (CMAA). Berikut Merupakan kode etik dari CMAA, antara lain:
3. 3. 1. Ethical Practice
A. Construction Managers should be guided in all their relationships by the
highest standards of integrity and honesty.
B. Construction Managers should conduct themselves honorably,
responsibly, ethically, and lawfully so as to enhance the honor,
reputation and value of the profession.
C. Construction Managers should avoid conduct or practices that deceive
the public or represent a real or perceived conflict of interest.
D. Construction Managers should respect the rights of others and should
not discriminate on the basis of race, color, gender, marital status,
religion, national origin, age, disability, or sexual orientation nor
knowingly violate any law, statute, or regulation in the performance of
professional services. Construction managers should strive to create a
diverse workforce.
E. Construction Managers should have a zero-tolerance policy for any
form of harassment including sexual harassment and bullying.
3. 3. 2. Professional Excellence
F. Construction Managers should perform services only within their areas
of competence and qualification.
G. Construction Managers should contribute to the advancement of the
program, project, and construction management profession by using
best practices, continuing their professional education, and contributing
to the development of the future workforce.
3. 3. 3. Responsibility to the Public
H. Construction Managers should hold paramount the health, safety, and
welfare of the workplace and the public.
I. Construction Managers should guide and aid in defining and meeting
objectives for environmental sustainability and resiliency throughout a
project’s life cycle.
3. 3. 4. Client-Centered Practice
J. Construction Managers should ethically represent the best interests of
the owner or client, as consistent with this code.
4. Pembahasan
Seperti yang kita ketahui bahwa kode etik ada berdasarkan prinsip-prinsip moral.
Kode etik ada dengan tujuan agar setiap tenaga profesional dapat memberikan jasa dengan
sebaik-baiknya kepada konsumen dan sebagi pelindung dari perbuatan-perbuatan yang
tidak profesional. Oleh karena kode etik merupakan norma yang berhubungan dengan
nilai-nilai moral, maka setiap profesi memiliki kode etik tersendiri. Pada hal ini Himpunan
Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) merupakan asosiasi Insinyur di
Indonesia. Maka kode etik yang dirumuskan juga harus berhubungan dengan keinsinyuran
atau bidang teknik sipil. Hal ini bisa kita lihat dalam referensi kode etik yang digunakan
yaitu kode etik Construction Management Association of America (CMAA). Dalam
rumusan kode etik Construction Management Association of America (CMAA), pada poin
keenam sudah menyatakan hal yang lebih spesifik yaitu ‘Construction Managers should
perform services only within their areas of competence and qualification.’ Atau dapat
diartikan ‘Manajer Konstruksi harus melakukan jasa hanya dalam bidang kompetensi dan
kualifikasi mereka..’ Sedangkan dalam kode etik yang dirumuskan oleh Himpunan Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) masih merupakan poin-poin universal yang
belum spesifik sehingga belum ada kaitannya dengan bidang keteknik sipilan. Sehingga
ketika ada kasus-kasus tertentu akan sulit ketika nantinya kode etik Himpunan Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) ini akan dijadikan sebuah acuan dalam
menyelesaikan kasus terebut. Contohnya pada poin keenam diatas yaitu mengatur
mengenai jasa mana yang bisa diambil oleh anggota. Sehingga ketika ada anggota yang
melakukan jasa diluar kompetensi mereka, ada aturan yang jelas yang mengatur mengenai
hal tersebut. Bahkan mungkin kode etik Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia
(HAMKI) ini bisa dikatakan merupakan kode etik umum pagi seluruh profesi atau tenaga
profesional. Akan lebih baik jika kode etik yang diterapkan lebih spesifik dalam bidang
keteknik sipilan. Dengan lebih spesifiknya kode etik juga dapat mendukung terwujudnya
tujuan dari Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) itu sendiri.
Dalam rumusan kode etik dari Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia
(HAMKI) memeiliki beberapa poin penting. Poin-poin tersebut antara lain :
a. Kepedulian
b. Kejujuran
c. Bertanggung jawab
d. Setia
e. Ketaatan
f. Adil
g. Berintegritas
h. Menghargai
Poin-poin diatas diambil dari poin-poin kode etik Himpunan Ahli Manajemen
Konstruksi Indonesia (HAMKI). Dalam sepuluh poin kode etik Himpunan Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) ada delapan poin besar yang berhubungan
denagn nilai-nilai. Ada poin-poin yang memiliki kesamaan jika diambil dasar nilai dalam
poin tersebut. Kesamaan tersebut dapat dilihat dalam poin tiga dan sepuluh dimana kedua
poin tersebut mengangkat nilai tanggung jawab. Kedua poin tersebut dapat dijadikan satu
poin yang mengangkat nilai bertanggung jawab sehingga terjadi kefektifan.
Dari poin-poin tersebut dapat kita lihat bahwa sebenarnya kode etik Himpunan Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) sudah sesuai dengan nilai-nilai moral. Hanya
saja perumusannya kurang menjurus ke bidang yang ditempu sehingga kurang bisa
mewakilkan asosiasi. Sebenarnya tinggal pengembangan saja kea rah yang lebih spesifik
dan berhubungan dengan keinsinyuran atau berhubungan dengan bidang teknik sipil.
Meskipun dalam lamannya Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI)
menyatakan sebagai asosiasi nirlaba tetapi tentu saja tetap harus memperhatikan
profesionalitas anggotanya. Salah satunya dengan memperbaiki kode etik asosiasi terebut.
Hal itu dikarenakan kode etik ada dengan tujuan setiap tenaga profesional datap
memberikan jasa dengan profesional dan sebaik-baiknya. Ketika kode etik yang digunakan
belum bisa mewakilkan pekerjaan yang dilakukan maka kode etik tersebut belum bisa
dijadikan acuan para anggota asosiasi dalam melakukan kegiatan dilapangan.
Hal-hal yang kemudian perlu diperhatikan juga yaitu mengenai beberapa poin yang
sebenarnya tidak perlu. Salah satunya yaitu seperti poin ke-empat dari kode etik
Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI). Dalam poin tersebut
disebutkan ‘menepati janji’ Poin ini dirasa tidak perlu karena dalam pengaplikasiannya di
bidang ketekniksipilan pasti ada sebuah perjanjian tertulis antara pihak pemberi jasa dan
konsumen atau juga disebut kontrak. Jika menepati janji yang dimaksud adalah menepati
janji mengenai relasi satu pribadi dan pribadi yang tidak berhubungan dengan bidang
keinsinyuran atau ketekniksipilan maka hal tersebut dirasa tidak perlu untuk dituliskan.
Koreksi besar pada kode etik Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia
(HAMKI) yaitu terletak pada dimana kode etik terebut masih merupakan kode etik umum
yang belum berhubungan dengan bidang keinsinyuran atau bidang ketekniksipilan
sehingga belum bisa digunakan dalam dinamika kerja dilapangan.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dari kajian yang telah dilakukan yaitu bahwa kode etik Himpunan Ahli
Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) masih memerlukan pematangan kembali
nilai-nilai dan poin-poinnya. Terlebih agar tidak ada hal yang rancu kembali dan kode etik
itu nantinya dapat digunakan dalam dunia kerja yang berhubungan dengan bidang yang
dijalani oleh Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI).
Dari kajian ini juga didapatkan beberapa hal yang mungkin dapat menjadi saran
revisi kode etik bagi Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) guna
mematangkan kode etik. Saran-saran tersebut antara lain:
a. Pengubahan poin-poin menjadi poin yang lebih spesifik.
b. Memadukan beberapa poin dengan nilai yang sama didalamnya agar lebih efektif.
c. Menghilangkan poin-poin yang tidak berhubungan langsung dengan keinsinyuran atau
ketekniksipilan.
6. Referensi
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-kode-etik-dan-tujuannya/
https://hamki.or.id/
https://www.cmaanet.org/about-us/code-ethics
https://steelindonesia.com/asosiasi/index.php?association_id=ASS0000022&pg=4
https://hamki.or.id/tentang/visi-misi-program/
7. Lampiran
Saran Kode Etik
a. Menghindari perilaku atau praktik menipu publik.
b. Mengutamakan Kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan dalam lingkungan kerja.
c. Pemberian jasa hanya dapat dilakukan pada bidang kompetensi dan kualifikasi masing-
masing.
d. Berkontribusi pada kemajuan program manajemen konstruksi.
e. Berkontribusi pada pengembangan tenaga kerja masa kontruksi masa depan.

Anda mungkin juga menyukai