Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatnya
makalah Pelanggaran Kode Etik dalam Pembangunan Konstruksi ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam tercurahkan kehariban Rosulullah SAW dan semoga kelak kita
mendapatkan syafaatnya di hari akhir, aamiin. Uapan terima kasih teriring untuk semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah pelanggaran etika profesi ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah etika
profesi pada program studi Teknik Lingkungan UINSA Surabaya. Lulusan teknik lingkungan
nantinya akan menjadi bagian dari insinyur-insinyur Indonesia, oleh karena itu dengan adanya
makalah ini semoga pembaca memeroleh informasi mengenai pelanggaran kode etik dalam
pembangunan konstruksi yang cukup jelas dan mudah dipahami.

Penulis menyadari baha dalam penulisan makalah ini masi terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk menyempurnakan
makalah ini.

Surabaya, 22 Mei 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...3

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………..3
B. TUJUAN…………………………………………………………………...4
C. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..4
D. MANFAAT………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………5-10

BAB III PENUTUP………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Mertokusumo (2010) dalam Armaeni, Ni Komang (2015), Pada
hakikatnya Etika merupakan pandangan atau pedoman hidup dalam berperilaku yang
berupa petunjuk tentang hal positif dan negative dimana semuanya berdasarkan
kesadaran masing-masing individu. Etika profesi didasarkan pada kesadaran penuh dalam
diri seorang professional untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Etika
dibedakan menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum berbicara mengenai tolok
ukur baik buruk, prinsip-prinsip dasar seseorang dalam berperilaku dan mengambil
keputusan. Sedangkan etika khusus mencakup tentang penerapan prinsip-pprinsip moral
dasar bidang kehidupan yang bersifat khusus. (Armaeni, Ni Komang. 2015)
Dalam melaksanakan masing-masing pekerjaannya, seorang profesional diatur
atau diikat dengan kode etik profesi yang diembannya. Di mana kode etik tersebut
merupak hasil keputusan bersama antar sesame bidang profesionalisme. Terdapat hukum
yang mengatur tentang kode etik tersebut sehingga apabila ada yang melanggar dan tidak
menjalankan sebagaimana mestinya, maka akan ada hukum yang menjeratnya.
Seorang professional dituntut untuk bekerja sesuai prosedur yang telah ditentukan
di tempatnya bekerja agar produk atau output pekerajaannya memuaskan masyarakat.
Selain itu hasil pekerjaannya tidak akan merugikan dan membahayakan orang lain.
Misalnya seorang insinyur. Insinyur atau lulusan teknik bertanggungjawab atas produk
yang telah dirancang ataupun yang dikerjakan. Mulai dari proses perencanaan,
perancangan dan pengerjaan, semuanya harus berdasarkan SOP yang berlaku untuk
mencapai target tertentu dan mencegah resiko yang membahayakan orang lain.
Namun dalam pelaksanaannya, masih ada beberapa orang yang lalai terhadap
kode etik profesinya. Beberapa diantaranya disebabkan oleh kelalaian pekerja, terhimpit
keadaan atau karena tergiur hadiah, atau memang sengaja tidak menjalankan pekerjaan
sesuai SOP yang berlaku. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas contoh kasus
pelanggaran etika profesi yang dilakukan seorang insinyur dan penyebabnya, serta solusi
atau saran untuk mengatasi akibat yang ditimbulkan oleh pelanggaran tersebut.

3
B. Tujuan
1. Mengetahui beberapa bentuk pelanggaran kode etik oleh seorang insinyur dalam
pembangunan konstruksi
2. Mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran kode etik
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran kode etik
4. Menemukan solusi dari permasalahan yang timbul akibat pelanggaran kode etik
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kode etik seorang insinyur dalam pembangunan konstruksi?
2. Apa saja bentuk pelanggaran kode etik dalam pembangunan konstruksi yang terjadi
di Indonesia, apa penyebab dan akibat yang ditimbulkannya?
3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan akibat pelanggaran kode etik tersebut dan
pencegahannya agar tidak terulang hal serupa?
D. Manfaat
1. Menjadi bahan belajar mahasiswa dan bekalnya ketika terjun di dunia kerja
2. Menjadi evaluasi bersama untuk meningkatkan kinerja dan kepatuhan terhadap kode
etik masing-masing profesi
3. Meningkatkan kajian etika profesi bidang teknik atau seorang insinyur

4
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Etika Profesi Insinyur

Etika pada hakekatnya merupakan pandangan hidup dan pedoman tentang bagaimana
orang itu seyogyanya berperilaku. Etika berasal dari kesadaran manusia yang merupakan
petunjuk tentang perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk.Etika juga merupakan
penilaian kualifikasi terhadap perbuatan seseorang (Mertokusumo, 1991).
Dikaitkan dengan profesi yang merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus,
menuntut pengetahuan dan tanggung jawab, diabdikan untuk kepentingan orang banyak,
mempunyai organisasi profesi dan mendapat pengakuan dari masyarakat, serta kode etik,
sehingga
etika merupakan alat untuk mengendalikan diri bagi masing-masing anggota profesi. Dalam etika
profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya dituangkan dalam
bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi
yang bersangkutan.Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban
profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh
setiap profesi. Tujuannya adalah agar profesional memberikan jasa atau produk yang sebaik-
baiknya kepada masyarakat serta melindungi dari perbuatan yang tidak profesional, dengan
demikian akan mendapatkan kepercayaan di mata masyarakat1

Sebagai insinyur yang memiliki sikap professional dibidang keteknikan supaya tidak
merusak etika profesi diperlukan sarana untuk mengatur profesi sebagai seorang professional
dibidangnya berupa kode etik profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik
profesi yaitu:
1. Kode etik profesi memberikanpedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi
mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan

1
Armaeni, Ni Komang. 2015. Kajian Etika Profesi Keinsinyuran Sipil. Paduraksa Volume 4: No.2

5
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan social).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi
pada suatu proyek atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain
proyek atau perusahaan tanpa mendapatkan suatu ijin terlebih dahulu.
Tugas seorang insinyur adalah mendesain dan merealisasikan sebuah konstruksi seaman
mungkin dengan meminimalkan resiko sehingga menghasilkan struktur konstruksi yang lebih
kuat dan awet dan berdampak pada biaya konstruksi yang lebih mahal.Konstruksi yang dibangun
harus memenuhi standar spesifikasi yang ditentukan dan hasilnya harus selalu diuji untuk
memastikan telah memenuhi spesifikasi dan aman digunakan sehingga resiko akibat cacat
ataupun kegagalan konstruksi dapat diminimalisir.
Tuntutan sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung tinggi kode etik
seorang insinyur yang professional yaitu2:
1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
Masyarakat.
2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.
3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam
tanggung jawab tugasnya.
5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-
masing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan

2.2 Pelanggaran Etika Profesi Insinyur


2
Armaeni, Ni Komang. 2015. Kajian Etika Profesi Keinsinyuran Sipil. Paduraksa Volume 4: No.2

6
Pertumbuhan jasa konstruksi yang tinggi dan belum diimbangi dengan tatanan
penyelenggaraan yang maksimal sehingga menyebabkan munculnya berbagai masalah, antara
lain belum terwujudnya mutu produk, efisiensi waktu pelaksanaan dan efisiensi pemanfaatan
sumber daya, rendahnya tingkat kepatuhan pengguna jasa dan penyedia jasa terhadap
ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan belum terwujudnya kesejajaran
antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban. 3 Bertitik tolak dari kondisi
tersebut, maka dilakukanlah evaluasi kembali terhadap tatanan usaha di bidang jasa konstruksi
yang memunculkan berbagai pertimbangan yakni, jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan
dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian
berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional.

Menurut Hansen (2015) cita-cita jasa konstruksi yang diinginkan di masa mendatang,
yakni: Tertib usaha jasa konstruksi; pemberdayaan jasa konstruksi nasional untuk
mengembangkan kemampuan, meningkatkan produktivitas, dan menumbuhkan daya saing;
kedudukan yang adil antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi, dan kemitraan sinergis dalam usaha jasa konstruksi. Untuk mencapai cita-cita
tersebut, maka pengaturan di bidang jasa konstruksi harus berdasarkan azas kejujuran dan
keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, dan
keamanan dan keselamatan (Undang-undang Nomor 18, 1999).

Masalah umum etika professional dalam industri konstruksi yang disorot adalah praktek
tender, stand ar kualitas pekerjaan konstruksi, budaya keselamatan, pembayaran, korupsi, dan
yang paling penting akuntabilitas publik untuk uang yang dihabiskan untuk bangunan umum dan
infrastruktur, yang kemudian disimpulkan sebagai bentuk perilaku yang tidak adil, kelalaian,
konflik kepentingan, kolusi tender, penipuan dan penyuapan. (Hamimah, Hashim, Yusuwan, &
Ahmad, (2012) dalam Hansen (2015).

Beberapa bentuk pelanggarankode etik dalam proyek yang dibahas oleh Hansen (2015)
antara lain:

1. Perilaku tidak adil


2. Adanya konflik kepentingan

3
Yarisetouw, Hansen Thomas, 2015 dalam Identifikasi Pelanggaran Etika Proyek Konstruksi dalam Lingkup Proyek
Konstruksi Pemerintah Daerah (X). Tinjauan dari perspektif: Pemerinyah dan Kontraktor

7
3. Penipuan dan penyuapan

Menurut KBBI, 2015 masing-masing variable di atas dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Penipuan didefinisikan sebagai proses, cara, perbuatan menipu; perkara menipu


(mengecoh), atau sebagai adanya perbuatan mengakali (mencari akal atau daya upaya)
untuk melakukan sesuatu dengan licik (tidak profesional).
2. Ketidakadilan didefinisikan sebagai adanya perbuatan pengingkaran untuk tidak
memihak; adanya pengingkaran untuk berlaku seimbang (sama berat); dan/atau, adanya
pengingkaran untuk bertindak sepatutnya.
3. Penyuapan didefinisikan sebagai adanya proses, cara, perbuatan memberi “sesuatu”
(uang/benda berharga/biaya perjalanan) yang dengan maksud sebagai suatu bentuk
sogok.
4. Pemanipulasian didefinisikan sebagai adanya proses, cara, perbuatan memanipulasi atau
memanipulasikan “sesuatu” (informasi, pengawasan, keselamatan kerja, dan
pendokumentasian) yang dengan maksud berbuat curang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hansen (2015), diperoleh hasil sebagai berikut:

Responden yang menjadi wakil pemerintah yaitu seorang Pejabat Pembuat Komitmen.
Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah (Perpres 70, 2012). Hasil penelitian
menunjukkan baik PPK ( Pejabat Pembuat Komitmen) maupun Kontraktor dengan pengalaman
mereka sebagai pelaksana proyek konstruksi Pemerintah, di Daerah penelitian, telah merespon
bahwa bentuk-bentuk praktek pelanggaran etika di proyek konstruksi pemerintah diyakini terjadi
dalam bentuk-bentuk praktek “Penipuan”, “Ketidakadilan”, “Penyuapan”, dan “Manipulasi”,
sebagai praktek merugikan sebagai praktek tidak etis. Khusus responden PPK, mereka pun
menganggap dimensi penyuapan berada pada rentang yang sulit untuk diterima secara sosial atau
sebagai pelanggaran norma yang tidak dapat diterima secara sosial, sebab penindakan pelaku
penyuapan terkait erat dengan pelanggaran hukum atau kepada penindakan hukum.

Persepsi PPK menganggap dengan kondisi “lingkungan saat ini di daerah penelitian”
dapat lebih tepat dikategorikan sebagai praktek-praktek pelanggaran etika di proyek konstruksi
Pemerintah, di Daerah penelitian, yakni mengakali material, mengakali volume material, tidak

8
adil dalam tender, tidak memberi kesempatan untuk menegosiasikan kontrak, memanipulasi
pembayaran, dan memanipulasi pengawasan proyek. Sebab, praktek-praktek tersebut selalu
diperhadapkan kepada PPK, tetapi akar permasalahannya dipengaruhi oleh berbagai sebab,
seperti sebab adanya arahan (“negatif”) dari atasan organisasi, dan/atau sebab kurangnya
komitmen masyarakat konstruksi (pengusaha yang terlibat langsung dalam jasa konstruksi
maupun masyarakat umum) untuk bersikap profesional.

75 Kontraktor mengungkapkan “dengan kondisi lingkungan saat ini di daerah penelitian”


menganggap yang dapat lebih tepat sebagai praktek-praktek pelanggaran etika di proyek
konstruksi Pemerintah, di Daerah penelitian, yakni mengakali volume material, tidak adil dalam
tender, tidak adil dalam hubungan (adanya hubungan yang terafiliasi dalam memutuskan
pemborong yang menang tender), dan memanipulasi praktek keselamatan kerja di proyek. Sebab,
praktek-praktek tersebut dapat selalu dihadapi oleh kontraktor, dan jika tidak dapat dikelola,
dapat langsung mempengaruhi keberlanjutan bisnis Kontraktor sebagai penyedia jasa konstruksi
atau sebagai rekanan pemerintah, dan akar sebab praktek-praktek tersebut dipengaruhi oleh
rantai manajemen proyek pengadaan proyek konstruksi pemerintah yang belum “ideal”

Akibat ketidakpatuhan yang dilakukan pihak-pihak ini banyak pihak dirugikan.


Pemerintah mengalami kerugian dalam hal materi dan masyarakat tidak dapat menikmati
fasilitas yang direncanakan dengan sebagaimana mestinya.

2.3 Langkah yang diambil untuk meminimalkan pelanggaran etika profesi

Penelitian yang telah dilakukan oleh Tri Joko Wahyu Adi (2015) didapatkan hasil untuk
mengurangi pelanggaran etika profesi dalam proyek sebagai berikut :

1. Solusi meminimalkan bentuk praktek pelanggaran etika proyek konstruksi


Pemerintah Persepsi responden, mengenai solusi untuk meminimalkan bentuk-
bentuk praktek pelanggaran etika di proyek konstruksi Pemerintah, di Daerah
penelitiansaat ini, yang berasal dari rangkuman hasil wawancara ke-tiga puluh
dua responden penelitian, dan setelah mendapat tanggapan dari responden ahli
mengenai bentukbentuk praktek yang diyakini terjadi, menunjukkan:
2. 59.38% (responden) berpendapat, melalui memberdayakan program pendidikan
dan pelatihan etika profesional dalam bidang pengadaan proyek konstruksi

9
pemerintah di Daerah penelitian. Upaya tersebut juga menunjukkan perlunya
peningkatan penelitian dan pengembangan pendidikan etika profesional, untuk
secara efektif menangani masalah etika di proyek konstruksi pemerintah. Serta,
perlunya peran media asosiasi jasa konstruksi dan instansi pemerintah yang
berwewenang, untuk mempromosikan bentuk masyarakat konstruksi yang
profesional.
3. 31.25% (responden) berpendapat, melalui regulasi dan penegakan hukum oleh
pemerintah di Daerah penelitian, dan penerapan sistem kontrol atau pedoman
operasional yang memadai dalam pelaksanaan proyek konstruksi pemerintah. Hal
ini memandang perlunya merubah perilaku berbisnis di bidang usaha konstruksi
dengan memandang perilaku tidak etis dalam pengadaan proyek konstruksi
Pemerintah di Daerah penelitian, yang merugikan kepentingan umum,
dikategorikan sebagai aktivitas kriminal. Serta perlu adanya kemauan dan
komitmen badan eksekutif dan legislatif, untuk mempromosikan dan menegakkan
lingkungan profesional dalam pengadaan proyek konstruksi pemerintah di
lingkungan Pemerintah di Daerah penelitian.

BAB III

10
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Etika profesi seorang insinyur telah tertuang dalam Tuntunan Sikap dan Perilaku – Sapta
Dharma, Insinyur Indonesia senantiasa:
1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
2. Bekerja sesuai dengan kompetensinya.
3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggungjawab tugasnya.
5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing.
6. Memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi.
7. Mengembangkan kemampuan profesionalnya.

2. Pelanggaran etika terjadi karena kelalaian seorang insinyur atau bisa juga karena kurang
tegasnya hukum yang mengatur hal tersebut.

3. Pelanggaran etika profesi dapat engakibatkan kerugian materi, merenggut nyawa, dan insinyur
kehilangan jabatan serta kepercayaan

4. Solusi untuk meminimalkan pelanggaran etika profesi diantaranya: mempertegas regulasi


yang mengatur tentang profesi insinyur, mengadakan pelatihan untuk meningkatkan
profesionalisme insinyur, dan lain sebagainya.

3.2 Saran

1. Membekali insinyur dengan ilmu dan pelatihan keprofesionala untuk mencegah adanya
pelanggaran etika profesi oleh insinyur

2. mempertegas hukum dan control tentag pelaksanaan etika profesi insinyur.

DAFTAR PUSTAKA

11
Armaeni, Ni Komang. 2015. Kajian Etika Profesi Keinsinyuran Sipil. Paduraksa Volume 4: No.2

Armaeni, Ni Komang. 2014. Kajian Etika Profesionalisme dalam Bisnis Konstruksi Indenosia.
Paduraksa Volume 3: No.2

Redana, I Wayan. 2018. Etika dalam Praktik Keinsinyuran. Seminar dan rapat kerja nasional.

Yarisetouw, Hansen Thomas. 2015. Identifikasi Pelanggaran Etika Proyek Konstruksi dalam
Lingkup Proyek Konstruksi Pemerintah Daerah (X). Tinjauan Perspektif: Pemerintah
dan Kontraktor. Thesis: Program Pascasarjana ITS

Yarisetouw, Hansen Thomas. 2015. Identifikasi Pelanggaran Etika Proyek Konstruksi dalam
Lingkup Proyek Konstruksi Pemerintah Daerah (X). Tinjauan dari perspektif:
Pemerinyah dan Kontraktor

12

Anda mungkin juga menyukai