Anda di halaman 1dari 5

Kuliah 3

ETIKA BISNIS KONSTRUKSI


Setelah pembelajaran ini pembaca diharapkan dapat menjelaskan:

1.Pengertian etika konstruksi

2. Kode etik bisnis konstruksi

3.1. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Konstruksi


Etika bisnis konstruksi mempunyai tujuan supaya pelaku-pelaku bisnis konstruksi sadar akan
dimensi etis kegiatan bisnis konstruksi, belajar bagaimana mengadakan pertimbangan yang
baik secara etis maupun ekonomis.
Prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam dunia bisnis konstruksi sesungguhnya berhubungan
erat dengan nilai kehidupan manusiawi dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat. jadi,
prinsip-prinsip etika bisnis konstruksi yang berlaku di Indonesia sangat erta terkait dengan
sistem nilai masyarakat Indonesia pula.
Karena itu, tanpa mengesampingkan kekhasan sistem nilai dari setiap bisnis konstruksi,disini
secara umum dapat dikemukakan lima prinsip etika bisnis konstruksi ( Magnis – Suseno,
dalam Etika Bisnis Konstruksi, Ir.Andy Kirana,MSA):
1. Prinip Sikap Baik
Diwujudkan melalui prinsip tidak berbuat jahat ( non-maleficence ) dan berbuat baik
( beneficence ) kepada orang lain . Sebagaimana yang diharapkan adalah agar situasi apapun
pelaku bisnis konstruksi melakukan tindakan yang baik atau menguntungkan bagi orang lain
2. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya
sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan. Pelaku bisnis konstruksi yang
otonom adalah pelaku bisnis konstruksi yang sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi
kewajibannya dalam dunia bisnis konstruksi.
3. Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan suatu jaminan dan dasar bagi kegiatan bisnis konstruksi yang baik dan
berjangka panjang. Dalam dunia bisnis konstruksi, kejujuran menemukan wujudnya dalam
berbagai aspek sebagai berikut :
a. Kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak pekerjaan dan
jasa konstruksi.
b. Kejujuran juga menemukan wujudnya dalam penawaran harga pekerjaan dan jasa
konstruksi dengan mutu yang baik .
c. Kejujuran menyangkut pula hubungan kerja dalam perusahaan konstruksi.

4. Prinsip Keadilan
Adil pada hakekatnya berarti memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya
.karena pada hakekatnya semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka tuntunan
dasariah ialah perlakukan yang sama terhadap semau orang lain yang berada dalam situasi
yang sama. Hak orang lain harus dihargai dan jangan sampai dilanggar, persis seperti kita pun
mengharapkan agar hak kita dihargai dan tidak dilanggar.

5. Prinsip Hormat Terhadap Diri Sendiri


Manusia Wajib selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada diri sendiri.
Manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak yang memilki kebebasan dan
suara hati, mahluk berakal budi. Oleh karena itu, manusia tidak pernah boleh dianggap
sebagai sarana semata-mata demi satu tujuan lebih lanjut. Hal itu juga berlaku buat diri kita
sendiri, maka kita wajib untuk memperlakukan diri sendiri dengan hormat .kita wajib
menghormati martabat diri kita sendiri.
Prinsip ini mempunyai dua arah :
Kita dituntut agar idak membiarkan diri kita diperlakukan secara tidak adil, diperas, diperalat,
diperkosa, diperbudak dan sebagainya.
Kita jangan sampai membiarkan diri terlantar.

3.2. Etika Bisnis Konstruksi Di Indonesia


Sikap-sikap dasar etika bisnis konstruksi di Indonesia tentunya harus sama dengan etika
bisnis konstruksi di selurruh dunia, karena setiap etika yang pantas disebut etika
mempertanyakan norma-norma kelakuan manusia sebagai manusia dan buka sebagai anggota
kelompok tertentu .
Akan tetapi, setiap etika, bukan hanya etika bisnis konstruksi, merupakan bagian dari budaya
masyarakat yang bersangkutan .Oleh karena itu etika bisnis konstruksi masyarakat Indonesia
mencerminkan kekhususan budaya, peradaban, nilai-nilai, ciri keagamaan, dan pandangan
dunia masyarakat Indonesia. Etika bisnis konstruksi di Indonesia itu tercermin dalam
ideology pancasila yang selalu menjiwai segala tindak-tanduk dan perbuatan manusia,
manusia pancasila. Etika itu disebut etika pancasila.
1. Etika Pancasila
Ideology adalah sebuah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok masyarakat atau
suatu bangsa, yang dianggap sebagai pegangan dan pedoman kerja untuk mencapai tujuan
hidup masyarakat atau bangsa itu. Pancasila, yang merupakan jiwa dan pandangan hidup
bangsa, telah dianggap mampu membawa bangsa Indonesia ke arah kehidupan yang
merdeka, bersatu, dan berdaulat meskipun pada awalnya sama sekali belum mencapai tahap
kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.
2. Hambatan-hambatan
Walaupun sudah ada “ aturan main “ yang harus mengikat, namun ada hambatan-hambatan
yang akan dialami para pelaku bisnis konstruksi nasional yang mau mempertahankan etos
kerja yang berorientasi pada tuntunan-tuntunan etika bisnis konstruksi. Hambatan-hambatan
itu menurut Magnis – Suseno, dalam Etika Bisnis Konstruksi, Ir.Andy Kirana,MSA, selain
berupa kekurangan mental individual, biasa juga berasal dari nilai-nilai budaya tradisional
atau dari lingkunagn sosial politik.
a. Lingkungan budaya
Unsur-unsur yang dapat menghambat dari segi nilai-nilai budaya adalah :
1.Adanya anggapan tradisional bahwa mencari untung adalah saru (Jawa: tak pantas)
2.Adanya prinsip kekeluargaan.
3.Adanya tekanan berlebihan pada lingkungan sosial dan ketidak mampuan untuk meminati
struktur-struktur objektif material.
b. Lingkungan sosial politik
Penerapan profesionalisme yang bermuara pada tujuan efisiensi yang terkait erat dengan etika
bisnis konstruksi dipengaruhi pula oleh etika sosial-politik yang terdapat dalam masyarakat
itu sendiri. Jika masyarakat bisnis konstruksi diwarnai oleh praktik-praktik bisnis konstruksi
yang didukung oleh kekuasaan politik yang tidak asil, yang pada gilirannya menimbulkan
kondisi persaingan yang tidak sehat dan tidak wajar, etika profesionalisme bisnis konstruksi
pun dapat dipengaruhi.
3.3. Kode Etik Bisnis Konstruksi
Kode etik sebenarnya merupakan sistematisasi sifat-sifat yang mencerminkan penglalaman
moral dari suatu kelompok sosial (profesi) dalam hubungannya dengan maanusia, yang
memberikan petunjuk untuk praktek profesi, (Spillane. dalam Etika Bisnis Konstruksi,
Ir.Andy Kirana,MSA):
1. Hubungan antara klien dan tenaga ahli dari profesi,
2. Pengukuran dan standar evaluasi yang dipakai dalam profesi,
3. Penelitian dan publikasi / penerbitan profesi,
4. Konsultasi dan praktek pribadi,
5. Tingkat kemampuan / kompensasi yang umum,
6. Administrasi personalia,
7. Standar-standar untuk pelatihan (Spillane, dalam Etika Bisnis Konstruksi, IrAndy Kirana).

Dunia bisnis komstruksi mempunyai tanggung jawab besar yang harus disertai dengan
kejujuran dan dedikasi tinggi dalam berbagai bidang diatas. Hal itu merupakan unsur penting
yang melandasi kepercayaan dari masyarakat atau klien kepada dunia bisnis konstruksi.
Kepercayaan masyarakat sangat erat hubungannya dengan perilaku dan kehidupan para
pelaku bisnis konstruksi .
Hal ini berarti para bisnis dituntut memilki moral dan penghayatan etika bisnis konstruksi
yang sebaik mungkin. Penghayatan ini akan dilaksanakan dan diterapkan, jika ada unsur “
pemaksa ” akan kepatuhan pelaku bisnis konstruksi kepada peraturan yang telah dituangkan
dalam ketentuan tertulis yang disepakati bersama, yaitu kode etika bisnis konstruksi.
A. Tujuan Kode Etik
Secara garis besar, sudah banyak bentuk masyarakat profesional yang pada awalnya membuat
kode etik yang tujuannya sangat egoistik, namun pada akhirnya mengarah juga pada
pelayanan terhadap masyarakat umum. Kecenderungan tersebut oleh: Robert D.Kohn, dalam,
Etika Bisnis Konstruksi, Ir.Andy Kirana,MSA. dinyataka dalam lima tahap perkembangan :
1. Kode etik organisasi, dimaksudkan untuk melindungi anggota-anggota untuk menghadapi
persaingan yang tidak jujur dan untuk mengembangkan profesi yang sesuai dengan cita-cita
masyarakat.
2. Hubungan antara anggota profesi, yang dianggap paling penting yaitu sopan santun
diantara anggota dalam profesi yang sama.
3. Dengan kode etik, semua anggota berada dalam satu ikatan yang kuat supaya tidak terjadi
campur tangan “ orang luar “ dan untuk melindungi profesi terhadap pemberlakuan hukum
yang dirasakan tidak adil.
4. Supaya praktik pengembangan profesi dapat sesuai cita-cita, para anggota harus memilki
kualifikasi pendidikan yang memadai dan dikatahui asal-usul sekolah tempat ia menerima
pendidikannya.
5. Tahap ini memandang penting adanya hubungan antara sebuah profesi dengan pelayanan
yang dibutuhkan oleh masyarakat umum.
Jadi, dari lima tahap pengembangan terebut jelas bahwa kode etik mempunyai tujuan untuk
kepentingan profesi itu sendiri namun juga mengarah pada tujuan yang lebih tinggi, yaitu
melayani kepentingan masyarakat luas.
B. Karakteristik Kode Etik
Dalam hubungannya dengan suatu profesi, kode etik mempunyai beberapa karakteristik,
anatara lain :
1. Kode etik merupakan produk kode etik terapan, ini dihasilkan berkat penerapan pemikiran
etis atas suatu profesi tertentu
2. Kode etik dapat berubah dan rubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
3. Kode etik akan efektif bila dibuat oleh kalangan profesi itu sendiri
4. Kode etik harus menjadi hasil pengaturan sendiri (self-regulation) dari profesi
5. Kode etik akan berhasil dengan baik apabila pelaksanaannya diawasi terus menerus

C. Peranan Kode Etik


Menurut Martin dan Schinzinger, dalam Etika Bisnis Konstruksi, Ir.Andy Kirana,MSA, ada
beberapa fungsi yang menonjol dari kode etik, diantaranya adalah :
1. Memberi tuntunan dan inspirasi
2. Memberi dukungan
3. Membina disiplin
4. Mendidik
5. Mendukung citra profesi
6. Melindungi status quo
7. Mempromosikan kepentingan bisnis.
D. Keterbatasan Kode Etik
Kode etik merupakan imbauan agar pelaku bisnis konstruksi secara moral bertangung jawab
dalam menjalankan peran mereka sebagai orang yang mengadakan eksperimen sosial, dari
pada sebagai orang yang diharapkan mampu memecahkan problem moral mereka dengan
berfungsi sebagai pengambil keputusan yang logis. Keterbatasan-keterbatasan kode etik:
1. Rumusan-rumusan yang umum dan kabur
2. Bukan sebagai kata akhir
3. Tidak ada sarana “ pemaksa “ yang efektif
4. Harapan yang terlau tinggi
5. Versi yang bermacam-macam

Soal-soal latihan
Jelaskan hal-hal dibawah ini
1. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Konstruksi
2. Etika bisnis konstruksi di Indonesia
3. Kode etik bisnis konstruksi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai