Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUMSITE PLAN

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH DAN GEOSPASIAL


PERIODE SEMESTER B
T.A. 2022/2023

Disusun oleh:
Kelompok 9

No Nama NIM
1 M. Devin Alfalah Rambe 220404094
2 Adelia Andina Damanik 220404099
3 Bintang Azizi 220404098

Dosen Pengampu:Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia M.Sc.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemetaan situasi (site plan) merupakan perkembangan dari denah dimana


pada site plan penggambaran tampak atas dari suatu bentuk bangunan dan daerah
sekelilingnya diukur dengan menggunakan alat pengukur (theodolite) kemudian
digambar menggunakan skala tertentu. Secara umum pemetaan situasi (site plan)
adalah gambaran/ peta rencana peletakan bangunan/ kavling dengan segala unsur
penunjangnya dengan skala batas-batas luas lahan tertentu. Seiring dengan
perkembangan zaman dan teknologi, pemetaan situasi (site plan) semakin
berkembang dan lebih cepat dalam penggambaran dari suatu daerah karena telah
menggunakan pencitraan dari satelit dan alat penunjang lainnya.

Site plan merupakan salah satu bentuk aplikasi dari bab theodolite karena
berkaitan dengan poligoon. Poligoon terbentuk dengan menghubungkan titik pada
ujung awal poligoon dengan sudut jurusan tetap dengan titik pada ujung akhir
yang memiliki sudut jurusan tetap pula. Pada umumnya poligoon dimulai dan
diakhir pada titik-titik tertentu dan diikat pada kedua ujung dan jurusan yang
tertentu. Sebelum dimulai dengan menghitung koordinat titik poligoon, terlebih
dahulu pengukuran harus diteliti karena untuk menentukan koordinat
diperlukan sudut dan jarak

1.2 Pengukuran Poligon Jarak Mendatar


Berdasarkan bentuknya, alat ukur datar dibagi dalam empat bagian, antaralain:
 Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap
 Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo refersi dan
ditempatkanpada teropong
 Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian
 Bawah alat ukur, sedang nivo ditempatkan pada teropong Pengukuran
poligoon sudut mendatar

2
1.3 Penggunaan Pengukuran Poligon Sudut Mendatar
Poligoonu sudut mendatar dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Cara Reiterasi

Dapat disatukannya beberapa jurusan pada suatu titik tertentu, dimana teodolit
pada titik ini dengan sumbu kesatu tegak lurus dan diletakkan pada titik ini juga.

b. Cara Repetisi

Pada cara ini tidak langsung ditentukan, misalnya: besarnya suatu sudut karena
dengan cara ini ditentukan besarnya kelipatan suatu sudut yang dinamakan
repetisi.

1.4 Menetapkan Koordinat Poligon


Penentuaan koordina tpoligoon dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Cara mengikatdibagi dua, yaitu:


 Mengikatkemuka
 Mengikat kebelakang
2) Bila harus dicarikoordinat pada beberapa titik digunakan cara sebagai berikut:
 Membuatpoligoon dengan menghubungkan titik-titik dengan garis lurus
 Membuat jari segitiga dengan menghubungkan titik-titik sedemikian rupa
dengan lebar dan panjang yang sama.

3
BAB II
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dari suatu bangunan
maupun sekelilingnya sehingga penggunaan lahan lebih efektif.

BAB III
TUJUAN PERALATAN
Peralatan yang dipakai dalam pengujiaan ini:
a. Theodolite
b. Tripod/statif
c. Unting-unting
d. Baakukur
e. Segitiga statif
f. Kompas
g. 9 Jalon
h. Pita ukur
i. Pilox

BAB IV
MEMBUAT KERANGKA PETA
Sebelum hasil pengukuran digunakan untuk membuat pets, terlebih dahulu
pengukuran harus diteliti. Penelitian dilakukan dengan menggambar poligoon
dengan skala yang dua kali lebih besar daripada skala yang digunakan pada
pembuatan peta. Agar kesalahan yang dibuat tampak lebih jelas, penggambaran
poligoon utama dilakukan diatas kertas milimeter dan untuk menglokalisir
kesalahan, pada poligoon utama digambar pada tiap-tiap titik tertentu yang
digunakan pada pengukuran

4
BAB V
PENENTUAN LUAS
Penentuan luas tergantung pada cara pengukuran daerah dan ketelitian yang
dikehendaki.

Cara-cara penentuanluas adalah sebagai berikut.

1. Penentuanluas dengan menggunakan angka-angka yang menyatakan jarak

Penentuan luas pada suatudaerah dapat dibagi dalam bentuksegitiga dantrapesium


agar dalam pencarianluasnyalebihmudah.

Cara I

Pengukuran dilakukan dengan menguk urunsur-unsur dan menghitung


bentuk- bentuk segitiga dan trapesium dimana bentuk tersebut didapat dengan
membuat suatu garis ukur. Garis ukur dipilih sedemikian rupa, hingga jarak-jarak
dari titik-titik batas ke garis ukur ini kecil dengan tujuan untuk mempermudah
pengukuran Untuk mencapai ini, sebagai garis ukurdiambil garis lurus yang
memotong dengan memanjangdaerah yang akanditentukanluasnya.

Cara II
Menggunakan koordinat-koordinat titi-titik batas daerah yang ditentukan
misalnya dengan mengukur batas daerahtersebut sebagai poligoon yang diukur
oleh teodolit dengan menggunakan suatutitik yang tentu terhadap suatu salib
sumbu YOX yang tentu pula.

1. Penentuanluas dengan carasetengahgrafis

Cara ini menggunakanprinsip sebagai berikut :

 Sebuahsegitigamempunyai alas yang pendek a dan tinggi yang panjang t,


1
maka luassegitiga = 2 . a . t

 Misalkan pengukuran alas a diliputi oleh kesalahan da dan pengukuran


1 1 1
tinggit diliputi oleh kesalahan dt, maka L. =2(a + da) (dt) = a.t+ a.
2 2
1 1
dt+2 tda + 2da dt, karena suku terakhir adalah hasil dua kesalahan dalam dt

5
1
yang kecil, dapat diabaikan dan ditulis L = at + (a dt +1 da) sehingga
2
1
kesalahan pada luas dL = 2 (a dt + t da)

 Untuk membuat kesalahan di kecil, diusahakan agar kesalahan


yang diperbanyak dengan angka yang besar dibuatsekecil-kecilnya,
 Pada rumus dapat dilihat bahwa suku tersebut adalah t da karena t
besar, kesalahan da pada pengukuran alas yang pendek harus
dibuat sekecil- kecilnya.
2. Penentuan luas dengan caragrafis
Pengukuran luas dengan cara grafis ada beberapa cara yang semuanya
menggunakan alat pengukur luas (planimeter) yang dibuat dari gelas dan
pada gelas tersebut digores berupa garis-garis dengan menggunakan skala
tertentu.
3. Penentuan luas dengan cara mekanis-grafis. Pada penentuan luas ini
digunakan alat yang dinamakan planimeter. Menurut bentuknya dapat
dibagi dalam dua bagianutama, yaitu:
 Planimeter kutub
 Planimeter roda
Roda ukur merupakan bagian yang penting pada alat ini oleh sebab itu
diusahakan agar roda ukur ini tidak mudah rusak, dengan menempatkan
roda ukur diatas suatu piringan yang halus dan roda ukur bergerak di atas
bidang yang halus ini

6
BAB V
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Gambarkan sketsa kasar bangunan atau tempat yang akan dibidik dan
tentukan titik-titik pembidikannya.
2. Tentukan penempatan posisi pertamaalat (P1) dimana titik-titik pada
sketsa dapat dibidik oleh alat.
3. Setel tripod/statif dengan cara :
 Tancapkan kaki statif kuranglebih dengan sudut60°
 Sesuaikan tinggi statif dengan pembidik Kepala statif letaknya pada
posisi mendatar
 Gunakan segitiga statifjika diperlukan
 Gunakan unting-unting agar kepala statif dalam posisi datar
4. Letakkan alat pembidik di kepala statif dan kunci dengan sekrup
penghubung yang ada pada kepala statif dengan posisi ditengah
5. Setelteodolit dengan cara
 Setelnivokotak (circular level)
 Putarsekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo
bergeser ke arah garis sekrup C (gambar a).
 Putarsekrup C ke kin atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ketengah. (gambar b).

 Setel nivo tabung dengan sekru pangkit (helling) Bila penyetelan


menggunakan tiga sekrup penyetel (sekrup ABC), caranya:
 Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB (gambar a)
 Putarsekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga
gelembung nivo bergeser ke tengah (gambar a).

7
 Putar teropong 90° ke arah garis sekrup C (gambar b). Putar sekrup
c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah-
tengah.
 Periksa kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung
dengan cara memutar teropong ke segala arah, Penyetelan dianggap
benarapa bila gelembung nivo kotak dan nivo tabung berada
ditengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.
 Penyetelan dapat juga dilakukan dengan memutar teropong sejauh

120° mengikuti arah kaki kiap.


 Lihattitik yang berada tepat dibawah alat dengan menggunakan
senteringoptis (adjustment ring) dan tandai titik tersebut dengan
penanda.
 Setelarahvertikal (zenith), caranya:
 Buka sekrup pengunci gerak vertikal teropong (vertical motion
clamp).
 Setelarahvertikal dengan menaikkan dan menurunkanteropong agar
mendapatsudut 90° Lihat pada lensa mikrometer apabila arah
vertikal sudah tepat pada sudut
 Tersebut ataupun mendekatinya lalu dikunci. • Apabila sudutnya
sudah mendekati dengan sudut yang ditetapkan, setel
 dengan menggunakan sekrup penggerak halus vertikal (vertical
tangent clamp) sehingga tepatberadaditengah garis indeks.
 Setelarah horizontal (azimuth), caranya:
 Gunakan kompas untuk mendapatkan arah utara, lalu putar teodolit
tersebut

8
 Setel azimuth 0° dengan memutar piringan lingkaran horizontal
(horizontal circle ring), lalukunci dengan menggunakan sekrup
pengunci gerak horizontal.
 Apabila azimuth belum tepat mencapai 0°, setel dengan sekrup
panggerakhalus horizontal sehingga tepat berad aditengah garis indeks.
 Setel pembacaan menit dan detik 0'00"
 Setelah penyetelan selesai lepaskan kunci horizontal, lalu mulai
pembidikan.
6. Tempatkan bak ukur pada titik BM, bidik dan catat hasil pembacaan BA,
BT,BB, sudut azimuth, zenith, menit, dan detik.
7. Pindahkan bak ukur ke titik-titik yang sudah ditentukan sebelumnya.
8. Lakukan pembacaan dan catat hasil pembacaan BA, BT, BB, azimuth,
zenith, menit, dan detik pada titik-titik yang didapat pada
posisialat pertama (P1).
9. Untuk pembidikan yang tidak dapat dijangkau oleh alat pada
posisipertama, letakkan jalon pada sebuahtitik yang dapat dibidik alat
pertama guna sebagai penghubung
10. Bidik titik penghubungtersebut.
11. Pindahkan alat pada posisikedua.
12. Setel kembali alat
13. Lakukan pembidikan terhadap titik penghubung dan catat data hasil
pembacaannya.
14. Lanjutkan pembidikan ke titiklainnya. Jika terdapa ttitik yang tidak dapat
dibidik oleh alat, lakukan prosedur pada point 9 dengan terlebih dahulu
membidik titik penghubung.

9
BAB VII
HASIL DAN PERHITUNGAN
7.1. Data Perhitungan

HA
No BA BB Doptis HA Xbidik
Konversi
1 123,7 113 10,7 18°21'15" 18,35416 -5,086566135
2 115,8 109,3 6,5 40°41'20" 40,68888 0,9830723
3 122,5 115,5 7 47°07'50" 47,13055 -0,046621028
4 118 112,5 5,5 117°51'00" 117,85 -5,495539786
5 129 105 24 255°28'15" 255,47083 -20,218936
6 132,5 108,5 24 270°51'20" 270,85555 15,06455116
7 134 110 24 273°31'40" 273,52777 -4,984472327
8 132 106,7 25,3 285°32'55" 285,5486 8,349666361

7.2. Hasil Penggambaran

10
BAB VII
GAMBAR ALAT

PANDANGAN DARI BELAKANG

KETERANGAN
1. Tombol micrometer 13. Sekrup koreksi Nivo tabung
2. Sekrup penggerak halus vertical 14. Reflektor cahaya
3. Sekrup pengunci penggerak vertikal 15. Tanda ketinggian alat
4. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Slot penjepit
5. Sekrup penggerak halus horizontal 17. Sekrup pengunci Nivo Tabung Telescop
6. Sekrup pendatar Nivo 18. Nivo Tabung Telescop
7. Plat dasar 19. Pemantul cahaya penglihatan Nivo
8. Pengunci limbus 20. Visir Collimator
9. Sekrup pengunci nonius 21. Lensa micrometer
10. Sekrup penggerak halus nonius 22. Ring focus benang diafragma
11. Ring pengatur posisi horizontal 23. Lensa okuler
12. Nivo tabung 24. Ring focus okuler

11
PANDANGAN DARI SAMPING KANAN

KETERANGAN

1. Ring focus objektif 9. Tanda ketinggianalat


2. Ring bantalanlensaokuler 10. Slot Penjepit
3. Lensaokuler 11. Pengunci limbus
4. PenutupKoreksireticle 12. Reflektorcahaya
5. Sekruppenguncipenggerak vertical 13. Nivotabung
6. SekrupPengaturbacaan Horizontal 14. SekrupkoreksiNivotabung
dan vertical 15. Nivokotak
7. Sekruppenggerakhalusvertikal 16. SekruppendatarNivo
8. Pengunci limbus 17. Plat dasar

12
PANDANGAN DARI SAMPING KIRI

KETERANGAN

1. Visir Collimator 11. PenutupKoreksireticle


2. Lensaobjektif 12. Ring bantalanlensaokuler
3. Sekruppengaturbacaan horizontal dan 13. Ring focus benangdiafragma
vertical 14. Lensaokuler
4. Nivotabung 15. Lensamicrometer
5. SekrupkoreksiNivotabung 16. Ring focus micrometer
6. Sekruppenguncipenggerak horizontal 17. Sekruppenguncipenggerak vertical
7. Nivokotak 18. Tombolmicrometer
8. SekruppendatarNivo 19. Sekruppenggerakhalus vertical
9. Plat dasar( statif ) 20. Sekruppenggerakhalus horizontal
10. Ring focus objektif

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pada kegiatan praktikum modul Site Plan ini, kita mengetahui bahwa site
plan prnggambaran tampak atas dari suatu bentuk bangunan dan daerah
dekelilingnya dengan menggunakan ala tukur.

Dengan mempelajari cara pemetaansite plan, kita dapat mengetahui


keadaan wilayah atau area yang ingin digambarkan atau dipetakan pada
tampakatas, kegunaan lain dari site plan adalah pada saat pembuatan peta dengan
skala batas-batas luas lahan tertentu, dan digunakan untuk merencanakan dan
melaksanakan pekerjaan teknis seperti perletakan bangunan, jalan raya, lapangan
terbang, gedung-gedung, dll.

Untuk menggambarkan garis kontur, kita dapat menggunakan alat


Waterpass,Theodolite, dan Total Station. Untuk pengerjaan pada modul ini
menggunakan Waterpass. Hasil data dari penggunaan alat tersebut dapat langsung
dikonfersikan dalam bentuk garis kontur didalam aplikasi AutoCAD. Garis site
plan menunjukkan titik-titik di lapangan dengan luasertentu. Dengan
menggunakan alat manual seperti Waterpass dan penggambaran sudah
dinyatakanbenar, tetapsaja tidak luput dari kesalahan dalam pembacaan bak ukur,
dalam pengukuran jarak antar titik, dan penyetelan alat yang tidak sempurna pada
saat menggunakan alat..

4.2 Saran
4.2.1 Saran untuk Laboratorium
Saran untuk Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geospasial FT USU dapat
memberikan dukungan dalam hal kelengkapan sarana dan pra-
saranalaboratoriumagar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.Saran untuk

14
4.2.2 Saran untuk Asisten
Saran untuk Asisiten Laboratorium agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum Ilmu Ukur Tanah sehingga kegiatan praktikum dapat
berjalan dengan baik dan praktikan juga dapat lebih memahami materi praktikum
lebi butuh.Saran lainnya agar dapat juga memberikan bimbingan kepada seluruh
praktikan untuk cara pengolahan data serta cara mengekstraksi data kontur dari
alat Total Station serta penggunaan software AutoCAD Civil 3D sehingga para
praktikan dapat menjalankan prosedur kegiatan praktikum dengan baik.

4.3 Dokumentasi

15

Anda mungkin juga menyukai