Anda di halaman 1dari 25

Teknik Penyediaan Air Minum

Jurusan Teknik Sipil FT Unsri


1

M. Baitullah Al Amin
X. ANALISIS JARINGAN PIPA

Sebuah jaringan pipa dianalisis untuk menentukan energi tekanan titik dan debit aliran
dalam pipa. Sebagaimana debit aliran keluar (kebutuhan air) bervariasi terhadap waktu,
sehingga menyebabkan perubahan secara kontinyu pada energi tekanan titik dan debit
aliran. Jaringan pipa dianalisis terhadap kondisi terburuk dari kombinasi debit aliran
keluar yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan rendah pada beberapa titik. Analisis
jaringan pipa juga digunakan untuk memperkirakan ulang hasil pengukuran terhadap
suatu jaringan. Selain itu, dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi pipa yang akan
ditutup untuk keperluan darurat, misalnya untuk kebutuhan pemadam kebakaran, di
beberapa lokasi karena keterbatasan kapasitas jaringan. Efek penutupan pipa akibat
perbaikan juga dapat diamati melalui analisis jaringan. Dengan demikian, analisis
jaringan pipa merupakan hal yang sangat penting untuk pengoperasian dan pemeliharaan
yang tepat dari suatu sistem penyediaan air.

10.1. POLA KEBUTUHAN AIR

Dalam suatu sistem penyediaan air, setiap rumah (pelanggan) dihubungkan melalui
sambungan pelayanan pada jaringan distribusi air. Sambungan rumah di jaringan
distribusi ini disebut sebagai titik sadap (tapping). Pada sambungan rumah umumnya
terdapat meteran air yang dilengkapi dengan stop kran yang mengatur aliran air. Air
keluar selama stop kran di rumah terbuka, dan akan berhenti apabila stop kran tersebut
ditutup. Besarnya debit aliran yang mengalir akan bervariasi tergantung pada pemakaian
air oleh pelanggan yang disebut sebagai kebutuhan air (water demand). Umumnya,
pemakaian air terbesar terjadi pada pagi dan sore sampai menjelang malam. Debit aliran
maksimum dalam jaringan distribusi merupakan fungsi dari jumlah rumah yang terdiri
dari beberapa orang yang dilayani melalui sambungan rumah tersebut. Dalam analisis dan
perancangan jaringan pipa, debit maksimum tersebut harus diperhatikan.

Sambungan rumah dilakukan di sepanjang saluran pipa dalam jaringan penyediaan air
(Gambar 10.1a). Bukan suatu hal yang mudah untuk menganalisis kondisi jaringan seperti
itu kecuali digunakan asumsi penyederhanaan terhadap jarak dari masing-masing
sambungan rumah tersebut. Salah satu cara dilakukan dengan membagi total debit aliran
yang keluar di sepanjang pipa kepada titik awal dan akhir pipa (Gambar 10.1b). Total
debit aliran dibagi menjadi dua, dimana masing-masing titik memiliki debit yang sama
besarnya. Cara yang lebih realistis adalah dengan mendistribusikan total debit aliran
keluar di sepanjang pipa (Gambar 10.1c).


Gambar 10.1. Pola sambungan pelayanan untuk analisis pipa

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
2

M. Baitullah Al Amin
10.2. KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA
10.2.1. Kehilangan Energi dalam Pola Sambungan di Ujung Pipa

Ditetapkan q sebagai debit aliran keluar per satuan panjang pipa, sehingga total debit
aliran keluar di sepanjang pipa L adalah qL. Dengan membagi total debit aliran keluar
pada tiap ujung pipa, kehilangan energi akibat tahanan permukaan diberikan sebagai:

2
5 2
2
2
1
8
|
|

\
|
=
Q
qL
gD
fLQ
h
f

(10.1)

Dimana Q = debit aliran yang masuk ke pipa. Persamaan (10.2) berikut dapat digunakan
untuk menghitung nilai faktor gesekan Darcy-Weisbach f:

2
9 , 0
Re
74 , 5
7 , 3
ln 325 , 1

(

\
|
+ =
D
f

(10.2)

Dimana angka Reynold Re dapat diambil sebagai:

D
qL Q

) 5 , 0 ( 4
Re

= (10.3)

10.2.2. Kehilangan Energi dalam Pola Sambungan Terdistribusi

Debit aliran pada jarak x diukur dari titik masuk pipa adalah Q qx, dan kehilangan
energi pada jarak dx diberikan sebagai:

5 2
2
) ( 8
gD
dx qx Q f
dh
f


= (10.4)

Integrasi persamaan (10.4) pada jarak batas x = 0 dan L, sehingga diperoleh persamaan
berikut:

(
(

|
|

\
|
+ =
2
5 2
2
3
1
1
8
Q
qL
Q
qL
gD
fLQ
h
f

(10.5)

Untuk menghitung nilai faktor gesekan f, angka Reynolds Re dapat diperoleh
menggunakan persamaan (10.3).

Contoh 10.1. Pipa CI dengan panjang L = 500 m mengalirkan debit aliran Q pada titik
masukan (awal pipa) sebesar 0,1 m
3
/det dan diameter pipa D = 0,25 m. Jika debit aliran
keluar per satuan panjang pipa q = 0,0001 m
3
/det/m, hitung kehilangan energi apabila
debit aliran keluar menggunakan pola (a) sambungan di ujung pipa, (b) sambungan
terdistribusi.

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
3

M. Baitullah Al Amin
Penyelesaian. Untuk pipa CI, nilai tinggi kekasaran = 0,25 mm dan viskositas
kinematik air pada temperatur 20C = 1,012 x 10
-6
m
2
/det.

a) Pola Sambungan di Ujung Pipa (Gambar 10.1b); menggunakan persamaan (10.3):

( )
513 . 377
0,25 x 10 x 1,012 x 1415 , 3
500) x 0,0001 x 5 , 0 1 , 0 ( 4 5 , 0 4
Re
6 -
=

=
D
qL Q


Menggunakan persamaan (10.2) untuk Re = 377.513, faktor gesekan f = 0,0205.
Menggunakan persamaan (10.1), kehilangan energi dapat dihitung:

m. 4,889
0,1 x 2
500 x 0001 , 0
1
0,25 x 9,81 x 3,1415
0,1 x 500 x 0,0205 x 8
2
1
8
2
2 2
2
2
5 2
2
=
|

\
|
=
|
|

\
|
=
Q
qL
gD
fLQ
h
f



b) Pola Sambungan Terdistribusi (Gambar 10.1c); sebagaimana diperoleh Re =
377.513, dan f = 0,0205, menggunakan persamaan (10.5) diapat dihitung
kehilangan energi:

m. 5,069
1 , 0
500 x 0,0001
3
1
1 , 0
500 x 0,0001
- 1 x

0,25 x 9,81 x 3,1415
x0,1 500 x 0,0205 x 8
3
1
1
8
2
2 2
2
2
5 2
2
=
(
(

\
|
+
=
(
(

|
|

\
|
+ =
Q
qL
Q
qL
gD
fLQ
h
f



10.3. ANALISIS PIPA TRANSMISI AIR

Pipa transmisi air merupakan pipa panjang yang tidak terdapat debit aliran keluar di
sepanjang salurannya. Jika air dialirkan secara gravitasi, disebut sebagai saluran transmisi
gravitasi (gravity main) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10.2. Dalam analisis
saluran tersebut, debit air yang dialirkan perlu diketahui.


Gambar 10.2. Saluran transmisi gravitasi

Energi yang tersedia dalam dalam saluran gravitasi adalah h0 + z0 zL, dan hampir
seluruh energi hilang akibat tahanan permukaan. Dengan demikian,

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
4

M. Baitullah Al Amin
5 2
2
0 0
8
gD
fLQ
z z h
L

= + (10.6)

Dimana f diberikan dalam persamaan (10.2). Debit air dapat diperoleh menggunakan
persamaan (9.38) sebagai:

+
+
(

+
=
5 , 0
0 0
5 , 0
0 0 2
) (
78 , 1
7 , 3
ln
) (
965 , 0
L
L
z z h gD
L
D D L
z z h gD
D Q

(10.7)

Jika air dipompa dari elevasi z0 ke zL, saluran disebut sebagi saluran transmisi pompa
(Gambar 10.3). Dalam analisis saluran tersebut, perlu diketahui energi tekanan pompa h0
untuk debit aliran Q. Hal ini dapat dilakukan dengan menggabungkan persamaan (9.3),
(9.5), dan (9.36) sebagai berikut:

4 2
2
0 0
8
gD
Q
D
fL
k z z H h
f L

\
|
+ + + = (10.8)


Gambar 10.3. Saluran transmisi pompa

Dimana H = tekanan sisa di ujung saluran. Dengan mengabaikan kehilangan energi
sekunder untuk saluran transmisi yang panjang, persamaan (10.8) menjadi:

5 2
2
0 0
8
gD
fLQ
z z H h
L

+ + = (10.9)

Contoh 10.2. Saluran pipa transmisi gravitasi terbuat dari pipa PVC (Gambar 10.2)
dengan panjang L = 600 m, dan diameter D = 0,3 m. Elevasi reservoir dan outlet masing-
masing adalah z0 = 20 m dan zL = 10 m. Tinggi air dalam reservoir adalah h0 = 5 m, dan
tekanan sisa di outlet disyaratkan H = 5 m. Hitung debit air dalam saluran tersebut.

Penyelesaian. Pada temperatur 20C, viskositas kinematik air = 1,012 x 10
-6
m
2
/det;
dan dari Tabel 9.1 diperoleh tinggi kekasaran = 0,05 mm untuk jenis pipa PVC. Dengan
L = 600 m, h0 = 5 m, z0 = 20 m, zL = 10 m, dan D = 0,3 m, menggunakan persamaan
(10.7) diperoleh:

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
5

M. Baitullah Al Amin

. det / m 227 , 0
10) - 20 (5 0,3 x 9,81
600
3 , 0
10 x 1,012 x 78 , 1
0,3 x 7 , 3
05 , 0
ln
600
10) - 20 (5 0,3 x 81 , 9
3 , 0 x 965 , 0
) (
78 , 1
7 , 3
ln
) (
965 , 0
3
5 , 0
6 -
5 , 0
2
5 , 0
0 0
5 , 0
0 0 2
=

)

+
+
(

+
=

+
+
(

+
=
L
L
z z h gD
L
D D L
z z h gD
D Q


10.4. ANALISIS PIPA DISTRIBUSI AIR
Pipa distribusi air merupakan pipa dimana terdapat beberapa debit aliran keluar/outflow
di sepanjang salurannya. Pada pipa distribusi, air dapat dialirkan secara gravitasi (Gambar
10.4) atau menggunakan pompa (Gambar 10.5) dengan outflow q1, q2, q3,...., qn pada
titik keluaran (tapping) 1, 2, 3,....,n. Dalam analisis pipa disribusi, perlu diketahui energi
tekanan titik h1, h2, h3, ..... , hn. Debit air dalam pipa j yaitu Qj diberikan sebagai:

=
=

j
p
p n j
q Q
0
(10.10)



Gambar 10.4. Pipa distribusi air secara gravitasi


Gambar 10.5. Pipa distribusi air menggunakan pompa


Dan energi tekanan titik hj diberikan sebagai:

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
6

M. Baitullah Al Amin

|
|

\
|
+ + =
=
j
p
p
p
fp
p
p p
i j
D
Q
k
D
L f
g
z z h h
1
4
2
2 0 0
8

(10.11)

Dimana p merupakan pipa ke-p. Untuk pipa distribusi gravitasi, h0 = energi tekanan di
reservoir (intake) atau energi tekanan pompa apabila untuk pipa distribusi menggunakan
pompa. Nilai f untuk pipa ke-p diberikan sebagai:

2
9 , 0
618 , 4
7 , 3
ln 325 , 1

(
(

|
|

\
|
+ =
p
p
p
Q
D
D
f

(10.12)

10.5. GEOMETRI JARINGAN PIPA

Jaringan distribusi air mempunyai tiga jenis konfigurasi, yaitu:
1. Konfigurasi cabang (branched configuration)
2. Konfigurasi loop (looped configuration)
3. Kombinasi antara konfigurasi cabang dan loop (branched and looped
configuration)


Gambar 10.6. Konfigurasi jaringan pipa
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
7

M. Baitullah Al Amin
Gambar 10.6a-c merupakan konfigurasi umum dari jaringan cabang. Gambar 10.6d
adalah jaringan loop tunggal dan Gambar 10.6e merepresentasikan kombinasi konfigurasi
cabang dan loop. Dapat dilihat dari gambar tersebut bahwa geometri jaringan mempunyai
hubungan antara jumlah pipa (iL), jumlah titik/node (jL), dan jumlah loop (kL). Gambar
10.6a menunjukkan bahwa sistem hanya memiliki satu pipa dengan dua node. Gambar
10.6b menunjukkan sistem mempunyai tiga pipa dan empat node, dan Gambar 10.6c
menunjukkan sistem mempunyai delapan pipa dan sembilan node. Dengan cara yang
sama, Gambar 10.6d menunjukkan sistem mempunyai empat pipa, empat node, dan satu
loop tertutup. Gambar 10.6e mempunyai 15 pipa, 14 node, dan dua loop. Hubungan
antara jumlah pipa, jumlah node dan jumlah loop adalah sebagai berikut:

1 + =
L L L
k j i (10.13)


10.6. ANALISIS JARINGAN CABANG

Jaringan cabang adalah konfigurasi sistem distribusi yang tidak memiliki loop. Jenis
jaringan ini umumnya digunakan untuk penyediaan air di pedesaan (rural). Jaringan
cabang yang paling sederhana adalah jaringan dengan pola radial yang terdiri dari
beberapa pipa distribusi yang tersambung dari titik masukan (lihat Gambar 10.7). Debit
aliran dalam pipa dapat ditentukan untuk setiap cabang radial menggunakan persamaan
(10.10), yang ditulis sebagai:

=
=

j
p
p n i ij
q Q
0
,
(10.14)


Gambar 10.7 Jaringan cabang pola radial

Total debit air yang dipompa QT pada Gambar 10.7 diberikan sebagai:

=
=
L
i
i
oi T
Q Q
1
(10.15)

Dalam jaringan cabang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.8, debit aliran pipa
dapat diperoleh dengan menjumlahkan outflow dalam suatu jalur pipa yang melaluinya.
Energi tekanan suatu titik dapat ditentukan dengan menghitung kehilangan energi yang
terjadi di sepanjang jalur pipa yang melalui titik tersebut. Demikian seterusnya sampai
pada titik pelayanan yang paling ujung dari suatu jaringan. Energi tekanan yang harus
disediakan pompa merupakan penjumlahan antara energi tekanan sisa di ujung titik yang
ditetapkan dengan total kehilangan energi sampai di titik tersebut.

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
8

M. Baitullah Al Amin

Gambar 10.8. Jaringan cabang yang terdiri dari beberapa pola radial

10.7. ANALISIS JARINGAN LOOP

Jaringan pipa dimana terdapat satu atau lebih loop tertutup disebut sebagai jaringan loop.
Contoh jaringan loop ditunjukkan pada Gambar 10.9. Konfigurasi jaringan loop dianggap
lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan jaringan cabang. Hal ini dapat dijelaskan
apabila salah satu atau beberapa pipa dalam jaringan harus ditutup akibat perbaikan, air
masih dapat mengalir ke pelanggan melalui jalur pipa yang lain. Keandalan sistem seperti
ini tidak dijumpai pada jaringan cabang. Dalam jaringan loop, perubahan outflow (akibat
perubahan kebutuhan air) menyebabkan perubahan debit aliran dalam pipa termasuk juga
arah alirannya.


Gambar 10.9. Jaringan loop

Analisis jaringan loop terdiri dari menentukan debit aliran pipa dan energi tekanan titik.
Mengikuti hukum Kirchhoff, persamaan analisis jaringan loop didasarkan pada:

1. Jumlah debit inflow dan outflow suatu titik adalah nol.
2. Jumlah kehilangan energi dalam suatu loop adalah nol.

Karena persamaan kehilangan energi akibat tahanan permukaan bersifat nonlinier,
sehingga permasalahan analisis jaringan sulit untuk diselesaikan secara manual. Oleh
karena itu, program komputer digunakan untuk analisis jaringan loop dalam skala yang
luas.

Beberapa metode analisis jaringan loop akan dijelaskan pada subbab berikut ini.



Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
9

M. Baitullah Al Amin
10.7.1. Metode Hardy Cross

Hardy Cross (1885-1951), merupakan seorang professor di bidang teknik sipil pada
Universitas Illinois, Urbana-Champaign, pada tahun 1936 mengusulkan metode untuk
analisis jaringan pipa loop dengan inflow dan outflow yang diketahui yang dikenal
sebagai metode Hardy Cross. Metode Hardy Cross dilakukan secara iteratif, dimana pada
awal hitungan ditetapkan debit aliran melalui masing-masing pipa secara sembarang.
Kemudian dihitung debit aliran di semua pipa berdasarkan nilai awal tersebut. Prosedur
hitungan diulangi lagi sampai persamaan kontinuitas di setiap node dipenuhi.

Dianggap bahwa karakteristik pipa, aliran yang masuk dan meninggalkan jaringan pipa
diketahui dan akan dihitung debit aliran pada setiap pipa dari jaringan tersebut. Jika
energi tekanan pada seluruh jaringan juga dihitung maka energi tekanan pada satu node
harus diketahui.

Prosedur perhitungan dengan metode Hardy Cross adalah sebagai berikut.
1. Beri nomor untuk setiap pipa, node, dan loop dalam jaringan yang dianalisis.
2. Pilih pembagian debit aliran melalui setiap pipa sebagai
0
Q hingga syarat
kontinuitas terpenuhi.
3. Tetapkan bahwa aliran adalah positif apabila mengalir dari node yang lebih kecil
ke node yang lebih besar, sebaliknya akan negatif apabila mengalir dari node yang
lebih besar ke node yang lebih kecil.
4. Hitung kehilangan energi pada setiap pipa dengan rumus
2
KQ h
f
= . Dimana:
5 2
8
gD
fL
K

= (10.16)
5. Jaringan pipa dibagi menjadi sejumlah loop tertutup sedemikian sehingga setiap
pipa termasuk dalam paling sedikit satu loop.
6. Hitung jumlah kehilangan energi
f
h pada setiap loop. Jika pengaliran seimbang,
maka = 0
f
h .
7. Hitung nilai KQ 2 untuk setiap loop.
8. Pada setiap loop dilakukan koreksi debit Q , agar kehilangan energi dalam setiap
jaring seimbang. Adapun koreksi debit Q adalah sebagai berikut.

=
0
2
0
2KQ
KQ
Q (10.17)
9. Dengan debit yang telah dikoreksi sebesar Q Q Q + =
0
, prosedur dari 1 sampai 6
diulangi hingga akhirnya diperoleh 0 Q yang berarti
0
Q Q , dengan Q
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
10

M. Baitullah Al Amin
adalah debit aliran yang sebenarnya,
0
Q adalah debit pemisalan dan Q adalah
debit koreksi.
Penurunan persamaan (10.17) adalah sebagai berikut.
( )
2
0
2
0
2
0
2
2 Q K Q KQ KQ h
Q Q K KQ h
f
f
+ + =
+ = =

Untuk
0
Q Q << , maka 0
2
Q sehingga:
Q KQ KQ h
f
+ =
0
2
0
2
Jumlah kehilangan energi dalam tiap loop adalah nol, = 0
f
h


=
= + =
0
2
0
0
2
0
2
0 2
KQ
KQ
Q
Q KQ KQ h
f


Hitungan jaringan pipa sederhana dilakukan dengan membuat tabel untuk setiap loop.
Dalam setiap loop tersebut jumlah aljabar kehilangan energi adalah nol, dengan catatan
aliran searah jarum jam (ditinjau dari pusat jaringan) diberi tanda positif, sedangkan yang
berlawanan diberi tanda negatif. Untuk memudahkan perhitungan, dalam setiap loop
selalu dimulai dengan aliran yang searah jarum jam. Koreksi debit Q dihitung
menggunakan persamaan (10.17). Arah koreksi harus disesuaikan dengan arah aliran.
Apabila dalam suatu jaring jumlah aljabar kehilangan energi adalah positif ) 0 (
2
0
> KQ
karena aliran searah jarum jam lebih besar daripada aliran yang berlawanan, maka arah
koreksi debit adalah berlawanan jarum jam (negatif). Jika suatu pipa menyusun dua buah
jaring, maka koreksi debit Q untuk pipa tersebut terdiri dari dua buah Q yang
diperoleh dari dua jaring tersebut. Hasil hitungan yang benar dicapai apabila 0 Q .

Contoh 10.3. Jaringan loop seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10.10. Tentukan
debit aliran dalam setiap pipa dengan menggunakan metode Hardy Cross. Gunakan
persamaan kehilangan energi Darcy-Weisbach. Diasumsikan faktor gesekan f = 0,02.


Gambar 10.10. Jaringan dengan satu loop

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
11

M. Baitullah Al Amin
Penyelesaian.
Tentukan debit aliran setiap pipa secara sembarang (asumsi) namun memenuhi syarat
kontinuitas. Terapkan persamaan kontinuitas untuk memperoleh debit aliran di setiap
pipa. Perhatikan node 1, dimana debit aliran pipa 1 dan 4 tidak diketahui. Debit inflow
pada node 1 q1 adalah 0,6 m
3
/det dan debit outflow pada node 3 q3 adalah -0,6 m
3
/det
(tanda negatif menandakan bahwa aliran keluar dari jaringan). Sedangkan pada node 2
dan 3 tidak terdapat debit outflow, sehingga q2 dan q3 adalah nol. Diambil debit aliran
pada pipa 1 Q1 = 0,1 m
3
/det, yang berarti positif dimana arah aliran pada pipa 1 adalah
dari node 1 ke node 2. Debit aliran dalam pipa 4 Q4 dapat dihitung dengan menerapkan
persamaan kontinuitas pada node 1 sebagai berikut:

Q1 + Q4 = q1 atau Q4 = q1 Q1, dengan demikian Q4 = 0,6 0,1 = 0,5 m
3
/det.

Debit aliran pada pipa 4 adalah positif yang berarti aliran mengalir dari node 1 ke node 4.
Terapkan juga persamaan kontinuitas pada node 2:

Q1= Q2 + q2 atau Q2 = Q1 q2, dengan demikian Q2 = 0,1 0 = 0,1 m
3
/det.

Dengan cara yang sama, diperoleh debit aliran pada pipa 3 Q3 = -0,5 m
3
/det, yang berarti
negatif dimana aliran mengalir dari node 4 ke node 3.

Hitung nilai K menggunakan persamaan (10.16) dimana nilai faktor geserkan f
diasumsikan 0,02 untuk setiap pipa. Tetapkan bahwa debit aliran yang mengalir searah
jarum jam adalah positif, sedangkan yang berlawanan arah jarum jam adalah negatif.
Nilai koreksi debit terhadap debit aliran yang ditentukan secara sembarang tadi dapat
dihitung dalam bentuk tabel sebagai berikut:



Dari hasil interasi 1, diperoleh nilai koreksi debit Q = -0,20 m
3
/det . Nilai Q tersebut
dianggap masih cukup besar, sehingga perlu dilakukan hitungan kembali dengan nilai
debit di setiap pipa yang telah terkoreksi. Nilai Q yang dihasilkan pada iterasi 1 adalah
negatif, karena debit aliran yang searah jarum jam lebih kecil dibandingkan dengan yang
berlawanan. Oleh karena itu, arah koreksi debit Q harus positif agar mendekati nol. Hal
ini dilakukan dengan cara setiap pipa dengan aliran yang searah jarum jam diperbesar
dengan nilai Q , sebaliknya setiap pipa dengan aliran yang berlawanan diperkecil
dengan nilai Q . Hasilnya diberikan pada iterasi 2 sebagai berikut:

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
12

M. Baitullah Al Amin


Dari hasil iterasi 2, diperoleh nilai Q = 0,00 m
3
/det sehingga dianggap telah
memuaskan. Dengan demikian, debit aliran yang benar untuk setiap pipa adalah:

Q1 = 0,3 m
3
/det
Q2 = 0,3 m
3
/det
Q3 = 0,3 m
3
/det
Q4 = 0,3 m
3
/det.

Contoh 10.4. Jaringan pipa terdiri dari dua loop sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar 10.11. Tentukan debit aliran dalam setiap pipa dengan menggunakan metode
Hardy Cross. Gunakan persamaan kehilangan energi Darcy-Weisbach. Diasumsikan
faktor gesekan f = 0,02.


Gambar 10.11. Jaringan dengan dua loop

Penyelesaian.

Pada Gambar 10.11 jumlah pipa adalah 5 dan jumlah node adalah 4. Menggunakan
persamaan (10.13), diperoleh jumlah loop adalah 2. Loop 1 terdiri dari pipa 3, 4, dan 5,
sedangkan loop 2 terdiri dari pipa 1, 2, dan 5. Perlu diperhatikan bahwa pipa 5 merupakan
pipa penyusun loop 1 dan loop 2, sehingga koreksi debit pada kedua loop diterapkan pada
pipa 5 tersebut.

Ditentukan debit aliran dalam setiap pipa secara sembarang dan memenuhi syarat
kontinuitas sebagai berikut:
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
13

M. Baitullah Al Amin

Q1 = 0,1 m
3
/det (aliran dari node 1 ke node 2)
Q2 = 0,1 m
3
/det (aliran dari node 2 ke node 3)
Q3 = 0,4 m
3
/det (aliran dari node 4 ke node 3)
Q4 = 0,4 m
3
/det (aliran dari node 1 ke node 4)
Q5 = 0,1 m
3
/det (aliran dari node 1 ke node 3)

Nilai koreksi debit Q untuk loop 1 dapat dihitung dalam bentuk tabel sebagai berikut:



Dengan cara yang sama, dihitung juga nilai Q untuk loop 2 sebagai berikut:



Proses hitungan di atas diulangi sampai diperoleh nilai Q sangat kecil dan mendekati
nol seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut:



Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
14

M. Baitullah Al Amin








Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
15

M. Baitullah Al Amin






Pada akhir perhitungan (iterasi 5) telah diperoleh nilai Q yang sangat kecil, dengan
demikian debit aliran di setiap pipa sudah benar. Debit aliran di setiap pipa adalah sebagai
berikut:

Q1 = 0,223 m
3
/det
Q2 = 0,223 m
3
/det
Q3 = 0,192 m
3
/det
Q4 = 0,192 m
3
/det
Q5 = 0,182 m
3
/det
10.7.2. Metode Newton-Raphson
Jaringan loop dapat juga dianalisis menggunakan metode Newton-Raphson, dimana
berbeda dengan metode Hardy Cross, pada metode Newton Raphson seluruh jaringan
dianalisis secara bersamaan. Metode Newton-Raphson ini merupakan metode numerik
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
16

M. Baitullah Al Amin
yang handal untuk menyelesaikan sistem persamaan non-linier. Dimisalkan terdapat tiga
persamaan non-linier yaitu: ( ) 0 , ,
3 2 1 1
= Q Q Q F , ( ) 0 , ,
3 2 1 2
= Q Q Q F , dan ( ) 0 , ,
3 2 1 3
= Q Q Q F
akan diselesaikan untuk
1
Q ,
2
Q , dan
3
Q . Koreksi debit untuk masing-masing debit aliran
adalah
1
Q ,
2
Q , dan
3
Q . Maka persamaan non-linier adalah sebagai berikut.

( )
( )
( ) 0 , ,
0 , ,
0 , ,
3 3 2 2 1 1 3
3 3 2 2 1 1 2
3 3 2 2 1 1 1
= + + +
= + + +
= + + +
Q Q Q Q Q Q F
Q Q Q Q Q Q F
Q Q Q Q Q Q F
(10.18)
Perluas persamaan di atas menggunakan deret Taylor,

| | | | | |
| | | | | |
| | | | | | 0 / / /
0 / / /
0 / / /
3 3 3 2 2 3 1 1 3 3
3 3 2 2 2 2 1 1 2 2
3 3 1 2 2 1 1 1 1 1
= + + +
= + + +
= + + +
Q Q F Q Q F Q Q F F
Q Q F Q Q F Q Q F F
Q Q F Q Q F Q Q F F
(10.19)
Susun ketiga persamaan di atas ke dalam bentuk matriks,

(
(
(

=
(
(
(

(
(
(




3
2
1
3
2
1
3 3 2 3 1 3
3 2 2 2 1 2
3 1 2 1 1 1
/ / /
/ / /
/ / /
F
F
F
Q
Q
Q
Q F Q F Q F
Q F Q F Q F
Q F Q F Q F
(10.20)
Selesaikan persamaan (10.20),

(
(
(

(
(
(




=
(
(
(


3
2
1
1
3 3 2 3 1 3
3 2 2 2 1 2
3 1 2 1 1 1
3
2
1
/ / /
/ / /
/ / /
F
F
F
Q F Q F Q F
Q F Q F Q F
Q F Q F Q F
Q
Q
Q
(10.21)
Dengan demikian, debit aliran
1
Q ,
2
Q , dan
3
Q dapat dihitung sebagai berikut.

(
(
(

+
(
(
(

=
(
(
(

3
2
1
3
2
1
3
2
1
Q
Q
Q
Q
Q
Q
Q
Q
Q
(10.22)

Untuk jaringan pipa yang besar, penyelesaian perhitungan akan membutuhkan waktu
yang lama dalam melakukan invers matriks. Dengan demikian, invers matriks sedapat
mungkin dihindari dan hanya dilakukan setidaknya tiga kali untuk memperoleh debit
koreksi.

Langkah-langkah dalam analisis jaringan loop menggunakan metode Newton-Raphson
dapat diringkas sebagai berikut.

1. Beri nomor untuk setiap pipa, node, dan loop.
2. Tentukan persamaan debit pada setiap node sebagai fungsi F ,
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
17

M. Baitullah Al Amin

=
= =
jn
n
j jn j
q Q F
1
1 - node titik semua untuk 0
3. Hitung kehilangan energi menggunakan persamaan,
( )
=
= = =
kn
n
n kn kn n k
k n Q Q K F
1
, 1 loop semua untuk 0
4. Tentukan debit aliran setiap pipa secara sembarang (penetapan awal)
1
Q ,
2
Q ,
3
Q ,
dst, namun memenuhi hukum kontinuitas.
5. Asumsikan nilai koefisien gesekan f untuk setiap pipa kemudian hitung K
menggunakan persamaan
5 2
8
D g
fL
K

= .
6. Hitung nilai turunan parsial
i n
Q F / dan fungsi
n
F , menggunakan debit aliran
i
Q dan
i
K yang telah ditetapkan pada langkah 4 dan 5.
7. Hitung debit koreksi
i
Q berdasarkan matriks yang telah disusun dalam bentuk
b Ax = .
8. Menggunakan nilai
i
Q yang telah diperoleh pada langkah 7, lakukan koreksi
debit aliran setiap pipa dan langkah-langkah di atas diulangi sampai diperoleh
0
i
Q .

Contoh 10.5. Analisis ulang jaringan pada Contoh 10.3 menggunakan metode Newton-
Raphson. Untuk memudahkan, Gambar 10.10 diulangi pada Gambar 10.12 berikut.


Gambar 12.12. Jaringan dengan satu loop

Penyelesaian.

Fungsi debit aliran pada node adalah:

F1 = Q1 + Q4 0,6 = 0
F2 = -Q1 + Q2 = 0
F3 = Q2 + Q3 0,6 = 0
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
18

M. Baitullah Al Amin

Dan fungsi kehilangan energi pada loop

F4 = 6528|Q1|Q1 + 4352|Q2|Q2 6528|Q3|Q3 4352|Q2|Q2 = 0.

Turunannya adalah:

1 1 4
1 3
1 2
1 1
6528 /
0 /
1 /
1 /
Q Q F
Q F
Q F
Q F
=
=
=
=

2 2 4
2 3
2 2
2 1
4352 /
1 /
1 /
0 /
Q Q F
Q F
Q F
Q F
=
=
=
=

3 3 4
3 3
3 2
3 1
6528 /
1 /
0 /
0 /
Q Q F
Q F
Q F
Q F
=
=
=
=

4 4 4
4 3
4 2
4 1
4352 /
0 /
0 /
1 /
Q Q F
Q F
Q F
Q F
=
=
=
=


Persamaan di atas kemudian disusun dalam bentuk matriks berikut:

(
(
(
(

(
(
(
(





=
(
(
(
(


4
3
2
1
1
4 4 3 4 2 4 1 4
4 3 3 3 2 3 1 3
4 2 3 2 2 2 1 2
4 1 3 1 2 1 1 1
4
3
2
1
/ / / /
/ / / /
/ / / /
/ / / /
F
F
F
F
Q F Q F Q F Q F
Q F Q F Q F Q F
Q F Q F Q F Q F
Q F Q F Q F Q F
Q
Q
Q
Q


(
(
(
(

(
(
(
(

=
(
(
(
(


4
3
2
1
1
4 3 2 1 4
3
2
1
4352Q 6528Q 352Q 4 528Q 6
0 1 1 0
0 0 1 1
1 0 0 1
F
F
F
F
Q
Q
Q
Q


Sebagai asumsi awal, debit aliran dalam pipa 1 ditentukan Q1 = 0,5 m
3
/det, sedangkan
debit aliran pada pipa lainnya diperoleh berdasarkan persamaan kontinuitas, sehingga:

Q2 = 0,5 m
3
/det
Q3 = 0,1 m
3
/det
Q4 = 0,1 m
3
/det

Substitusi nilai debit aliran di setiap pipa pada matriks di atas menghasilkan:

(
(
(
(

(
(
(
(

=
(
(
(
(


2 , 2611
0
0
0
435,2 652,8 176 2 264 3
0 1 1 0
0 0 1 1
1 0 0 1
1
4
3
2
1
Q
Q
Q
Q


Menggunakan metode eliminasi Gauss diperoleh nilai koreksi debit:
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
19

M. Baitullah Al Amin

1
Q = -0,2 m
3
/det
2
Q = -0,2 m
3
/det
3
Q = 0,2 m
3
/det
4
Q = 0,2 m
3
/det

Menggunakan nilai debit koreksi di atas, debit aliran di setiap pipa dikoreksi sebagai
berikut:

Q1 = Q1 +
1
Q = 0,5 0,2 = 0,3 m
3
/det
Q2 = Q2 +
2
Q = 0,5 0,2 = 0,3 m
3
/det
Q3 = Q3 +
3
Q = 0,1 + 0,2 = 0,3 m
3
/det
Q4 = Q4 +
4
Q = 0,1 + 0,2 = 0,3 m
3
/det

Proses di atas kemudian diulangi lagi menggunakan debit aliran di setiap pipa yang telah
terkoreksi, sehingga diperoleh nilai F dan turunannya Q F / yang baru (terkoreksi).
Nilai-nilai tersebut disusun kembali dalam bentuk matriks sebagai berikut:

(
(
(
(

(
(
(
(

=
(
(
(
(


0
0
0
0
1305,6 1958,4 305,6 1 958,4 1
0 1 1 0
0 0 1 1
1 0 0 1
1
4
3
2
1
Q
Q
Q
Q


Sebagaimana sisi kanan pada matriks di atas bernilai nol, sehingga semua nilai koreksi
debit Q = 0. Dengan demikian, debit aliran di setiap pipa telah benar. Hasil akhirnya
adalah:

Q1 = 0,3 m
3
/det
Q2 = 0,3 m
3
/det
Q3 = 0,3 m
3
/det
Q4 = 0,3 m
3
/det

Hasil di atas sama dengan hasil yang diperoleh pada Contoh 10.3 menggunakan metode
Hardy Cross.

10.7.3. Metode Teori Linier
Metode teori linier merupakan metode lainnya dalam analisis jaringan loop yang
dikemukakan oleh Wood dan Charles (1972). Keseluruhan jaringan dianalisis secara
bersamaan seperti pada metode Newton-Raphson. Persamaan kontinuitas pada setiap
node merupakan persamaan linier namun persamaan kehilangan energi jaringan pipa
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
20

M. Baitullah Al Amin
tertutup adalah non-linier. Dalam metode ini, persamaan energi diubah menjadi linier
untuk debit aliran yang diketahui dan diselesaikan secara iteratif. Proses hitungan diulangi
sampai kedua hasil penyelesaian memiliki selisih kesalahan yang sangat kecil. Persamaan
kontinuitas pada node adalah sebagai berikut.

=
= =
jn
n
j jn j
q Q F
1
0 untuk semua node 1 (10.23)
Persamaan (10.23) dapat ditulis untuk keseluruhan jaringan ke dalam bentuk:

=
= =
iL
n
j jn jn j
q Q a F
1
0 (10.24)
Dimana
jn
a merupakan +1 jika debit aliran positif pada pipa n, -1 jika debit aliran
negatif dalam pipa n, dan 0 jika pipa n tidak terhubung dengan titik simpul j . Jumlah
keseluruhan pipa dalam jaringan adalah iL .
Persamaan kehilangan energi:
0
1
= =

=
kn
kn
n
kn n k
Q Q K F untuk semua node (10.25)
Persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan linier sebagai berikut.

=
= =
kn
n
kn kn k
Q b F
1
0 (10.26)
Dimana
kn n kn
Q K b = untuk nilai awal debit aliran pipa yang diketahui. Persamaan (10.26)
dapat ditulis untuk keseluruhan jaringan ke dalam bentuk:

=
= =
iL
n
kn kn k
Q b F
1
0 (10.27)
Dimana
kn kn kn
Q K b = jika pipa n dalam jaring k , selain itu 0 =
kn
b . Koefisien
kn
b
dikoreksi dengan debit aliran pipa tersebut pada iterasi selanjutnya. Hasil ini dalam
bentuk persamaan linier yang diselesaikan dengan menggunakan metode standar lainnya.
Dengan demikian, jumlah persamaan yang dibutuhkan untuk sejumlah debit aliran pipa
iL yang tidak diketahui adalah:

1. Persamaan kontinuitas massa pada node untuk node 1
L
n .
2. Persamaan kehilangan energi jaringan loop untuk loop
L
k .
Langkah-langkah secara keseluruhan untuk analisis jaringan pipa menggunakan metode
teori linier dapat dirangkum sebagai berikut.

1. Beri nomor untuk setiap pipa, node, dan loop.
2. Tulis persamaan kontinuitas node sebagai:

=
= =
jn
n
j jn j
q Q F
1
0 untuk semua node 1
Dimana
jn
Q merupakan debit aliran pipa n pada node j ,
j
q adalah node, dan
n
j
adalah jumlah pipa pada node j .
3. Tulis persamaan kehilangan energi jaringan loop sebagai:
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
21

M. Baitullah Al Amin

=
= =
kn
n
kn kn k
Q b F
1
0 untuk semua loop
4. Asumsikan debit aliran pipa awal
1
Q ,
2
Q ,
3
Q , Pemisalan awal ini tidak perlu
memenuhi persamaan kontinuitas.
5. Asumsikan koefisien gesekan 02 , 0 =
i
f untuk semua pipa dan hitung nilai
i
K
menggunakan persamaan .
8
5 2
D g
fL
K

=
6. Susun persamaan kontinuitas dan kehilangan energi untuk keseluruhan jaringan
dalam bentuk matriks b Ax = .
7. Hitung debit aliran pipa
i
Q yang diperoleh dari penyelesaian pada langkah 6.
8. Hitung ulang koefisien
kn
b dari debit aliran
i
Q yang telah diperoleh sebelumnya.
9. Ulangi langkah-langkah di atas sampai nilai
i
Q hasil hitungan dari dua proses
iterasi mendekati (sama).

Contoh 10.6. Analisis ulang jaringan pada Contoh 10.3 menggunakan metode Teori
Linier. Untuk memudahkan, Gambar 10.10 diulangi pada Gambar 10.13 berikut.


Gambar 10.13. Jaringan dengan satu loop

Penyelesaian.

Fungsi debit aliran pada node adalah:

F1 = Q1 + Q4 0,6 = 0
F2 = -Q1 + Q2 = 0
F3 = Q2 + Q3 0,6 = 0

Dan fungsi kehilangan energi pada loop:

F4 = K1|Q1|Q1 + K2|Q2|Q2 K3|Q3|Q3 K4|Q4|Q4 = 0


Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
22

M. Baitullah Al Amin
Yang dilinierkan sebagai:

F4 = b1Q1 + b2Q2 b3Q3 b4Q4 = 0

Iterasi 1
Diasumsikan debit aliran di semua pipa adalah 0,1 m
3
/det, sehingga koefisien untuk
fungsi kehilangan energi dihitung sebagai:

b1 = K1Q1 = 6528 x 0,1 = 652,8
b2 = K2Q2 = 4352 x 0,1 = 435,2
b3 = K3Q3 = 6528 x 0,1 = 652,8
b4 = K4Q4 = 4352 x 0,1 = 435,2

Dengan demikian, bentuk matriks Ax = B dapat ditulis sebagai:

(
(
(
(

=
(
(
(
(

(
(
(
(

0
6 , 0
0
6 , 0
435,2 - 6528,8 - 435,2 8 , 652
0 1 1 0
0 0 1 1
1 0 0 1
4
3
2
1
Q
Q
Q
Q


Dengan menyelesaikan persamaan linier di atas, diperoleh debit aliran setiap pipa sebagai
berikut:

Q1 = 0,3 m
3
/det
Q2 = 0,3 m
3
/det
Q3 = 0,3 m
3
/det
Q4 = 0,3 m
3
/det

Iterasi 2
Ulangi proses di atas, sehingga diperoleh koefisien fungsi kehilangan energi terkoreksi
menggunakan debit aliran yang baru.

b1 = K1Q1 = 6528 x 0,3 = 1958,4
b2 = K2Q2 = 4352 x 0,3 = 1305,6
b3 = K3Q3 = 6528 x 0,3 = 1958,4
b4 = K4Q4 = 4352 x 0,3 = 1305,6

Dengan demikian, matriks Ax = B ditulis sebagai:

(
(
(
(

=
(
(
(
(

(
(
(
(

0
6 , 0
0
6 , 0
1305,6 - 1958,4 - 1305,6 958,4 1
0 1 1 0
0 0 1 1
1 0 0 1
4
3
2
1
Q
Q
Q
Q


Dengan menyelesaikan persamaan linier di atas, diperoleh debit aliran setiap pipa sebagai
berikut:
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
23

M. Baitullah Al Amin

Q1 = 0,3 m
3
/det
Q2 = 0,3 m
3
/det
Q3 = 0,3 m
3
/det
Q4 = 0,3 m
3
/det

Dengan demikian, nilai debit aliran di setiap pipa telah benar dimana hasil antara iterasi 1
dan 2 adalah sama.

TUGAS

1. Hitung kehilangan energi dalam pipa CI dengan panjang L = 100 m, dengan debit
inflow Q = 0,2 m
3
/det, dan diameter pipa D = 0,3 m. Debit outflow dengan pola
terdistribusi di sepanjang pipa adalah 0,0005 m
3
/det per meter panjang pipa
2. Untuk pipa transmisi CI secara gravitasi, hitung debit aliran dalam pipa dengan
panjang L = 300 m dan diameter D = 0,2 m jika diketahui elevasi reservoir dan outlet
masing-masing adalah 15 m dan 5 m. Tinggi air dalam reservoir adalah 5 m, dan
tekanan sisa pada outlet disyaratkan sebesar 6 m.
3. Hitung debit aliran di setiap pipa dalam jaringan loop seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar berikut.

Gambar 10.14. Jaringan dengan satu loop

Gunakan metode Hardy Cross, Newton-Raphson, dan teori linier. Diasumsikan nilai
faktor gesekan adalah konstan f = 0,02 yang berlaku untuk semua pipa dalam
jaringan.
4. Hitung debit aliran di setiap pipa dalam jaringan loop seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar berikut.


Gambar 10.15. Jaringan dengan dua loop
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
24

M. Baitullah Al Amin
Gunakan metode Hardy Cross, Newton-Raphson, dan teori linier. Diasumsikan nilai
faktor gesekan adalah konstan f = 0,02 yang berlaku untuk semua pipa dalam
jaringan.

Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri
25

M. Baitullah Al Amin
REFERENSI

Swamee, P.K., dan Ashok K.S., 2008, Design of Water Supply Pipe Networks, John
Wiley & Sons, Inc., USA.

Triatmodjo, B., 2003, Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai