PROBABILITAS
Kejadian E Pr{E} =
Dimana E = kejadian
h = besarnya kemungkinan terjadinya kejadian E
n = seluruh kemungkinan kejadian
Probabilitas = F. relatif
Contoh:
1. Dari 20 silinder beton yang ada, terdapat 5 buah yang mempunyai kuat tekan (σb) 160 –
170 kg/cm2. Berapakah probabilitas beton yang mempunyai kuat tekan ( σb) 160 – 170
kg/cm2.
Penyelesaian:
P(σb 160 – 170 kg/cm2) = F relatif
= h = 5 ; n = 20
P=80 kg
A B
12 m
= ruang sampel
= peristiwa E
= di luar E = komplemen E
.“ Diagram Venn”
E1E2 = E1E2
Kejadian diatas merupakan kejadian yang saling mempengaruhi. Ciri dari kejadian ini adalah
terdapat irisan (intersection) , jika kejadian tersebut digabung
misalnya : E1E2 = E1E2
Apabila kejadian E1dan E2 digabung , maka :
E1 U E2= E1+ E2- E1E2, dengan demikian :
p(E1 U E2)= pE1+ p(E2)- p(E1E2)
Contoh: E1 = 2, 3, 4, 5, 6
E2 = 5, 6, 7, 8, 9
E1 U E2 = 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Apabila E1 UE2 UE3 = E1 + E2 + E3 – E1 E2 – E1 E3 – E2 E3 + E1 E2 E3
Contoh :
Survey terhadap 500 mahasiswa T- sipil UMS yang mengikuti satu/beberapa mata
kuliah dalam fisiska, analisa struktur dan struktur bangunan selama satu semester
adalah sebagai berikut:
- Fisika : 329 mhs - Fisika dan analisa struktur 83 mhs
- Analisa struktur 186 mhs - Fisika dan struktur bangunan 217 mhs
- Struktur bangunan 295 mhs - Analisa struktur dan struktur bangunan
63 mhs.
a) Barapakah Pr Mahasiswa yang mengikuti ketiga mata kuliah tersebut?
b) Barapakah Pr Mahasiswa yang mengikuti analisa struktur tetapi tidak fisika?
c) Barapakah Pr Mahasiswa yang mengikuti struktur bangunan tetapi tidak analisa
struktur?
d) Barapakah Pr Mahasiswa yang mengikuti fisika tetapi tidak mengikuti struktur
bangunan?
e) Barapakah Pr Mahasiswa yang mengikuti fisika atau struktur bangunan tetapi tidak
analisa struktur?
f) Barapakah Pr Mahasiswa yang mengikuti fisika tetapi tidak analisa struktur atau
struktur bangunan?
Penyelesaian:
Missal : A : Fisiska
B : Analisa struktur
C : Struktur bangunan
a) AUBUC = A + B + C – AB - AC - BC+ A B C
500 = 329 + 186 + 295 – 83 – 217 – 63 + ABC
ABC = 500 – 447 = 53
Pr (ABC) = 53/500 = 0,106
= 10, 6 %
b) 93 + 10 = 103 Pr = 103/500
c) 68 + 164 = 232 Pr = 232/500
d) 82 + 30 = 112 Pr = 112/500
e) 82 + 164 + 68 = 314 Pr = 314/500
f) 82 Pr = 82/500
AUB = A + B
AB =Ø
Contoh A = peristiwa panas, B= peristiwa dingin
Peristiwa bersatu sempurna
Peristiwa bersatu sempurna dimana peristiwa A dan B jika digabung akan membentuk
ruang sampel
Contoh: dalam suatu proyek yang ikut tender hanya perusahaan A dan B
A= peristiwa perusahaan A menang
B= peristiwa perusahaan B menang
3. Matematika Ilmu Probabilitas
S
S = 1 P(S) = 1
P(E) = P(S) – P ( E ) = 1 – P ( E )
P(E) = P(S) – P (E) = 1 – P (E)
S
E dalam S maka P(E) ≥ 0
Jika E = S = 1 maka P(E) = P(S) = 1
Dengan demikian 0 ≤ P (E) ≤ 1
E1 E2 E1 E2
1.E1 U E1 E2 Saling Eksklusif, sehingga P (E1 U E1 E2) = P(E1) + P (E1 E2)
Contoh
E1 = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
E2 = 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
E1E2 = 4, 5, 6, 7, 8, 9
E1 E2 = 10, 11, 12
(E1 E2 U E1) = (E1) + (E1 E2)
= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
2. E1E2 U E1 E2 = E2
P (E1E2 U E1 E2 ) = P(E2)
P (E1E2 U E1 E2 ) eksklusif
P (E1 E2 U E1E2) = P (E1 E2 ) + P(E1E2)
Karena P (E1 E2 U E1E2) = P(E2)
Maka P (E2) = P (E1 E2 ) + P(E1E2)
P (E1 E2) = P (E2 ) - P(E1E2)
P (E1 E2) = P (E2 ) - (E1 E2)
Contoh :
(E1 E2) = 10, 11, 12
E2 = 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
(E1 E2) = 4, 5, 6, 7, 8, 9
(E1 E2 U E1E2) = 4, 5, 6,7, 8, 9, 10, 11, 12,
3.E1E2 U E1 E2 = E1
Maka P (E1) = P (E1 E2 ) + P(E1E2)
P (E1 E2) = P (E2 ) - P(E1E2)
P (E1 E2) = P (E2 ) - (E1 E2)
Contoh 1
Suatu kontraktor mengerjakan 2 proyek baru (proyek 1 dan 2). Waktu penyelesaian
untuk masing-masing pekerjaan memiliki beberapa ketidakpastian dalam satu tahun yang
masing-masing kemungkinannya sama yaitu : pasti selesai, mungkin selesai, pasti tidak
selesai
a) Berapakah probabilitas hanya satu proyek pasti selesai dalam 1 tahun?
b) Berapakah probabilitas salah satu atau kedua proyek pasti selesai dalam 1 tahun?
Jawab ;
A = pasti selesai
B = mungkin selesai
C = pasti tidak selesai
Maka ruang sampel (S) adalah sebagai berikut:
Jumlah sampel = 9 = S : AA BA CA
AB BB CB
AC BC CC
a) Peristiwa hanya satu proyek pasti selesai mengandung 4 titik sampel yaitu; AB, AC,
BA, CA
Maka probabilitasnya = 4/9
b) Jika E1 menyatakan peristiwa proyek 1 pasti selesai, maka
E1 { AA, AB, AC } P(E1) = 3/9
Jika E2 menyatakan peristiwa proyek 2 pasti selesai, maka
E2 { AA, BA, CA } P(E2) = 3/9
Probabilitas salah satu atau kedua proyek pasti selesai
P(E1 U E2) = P (E1) + P (E2) - P (E1E2)
= 3/9 + 3/9 – 1/9 = 5/9
Atau dengan jalan lain ;
(E1 U E2) { AA, AB, AC, BA, CA } sehingga
P(E1 U E2) = 5/9
2. Untuk tujuan desain dari jalur belok kanan (arah timur) dilakukan 60 pengamatan
yang dilakukan secara acak random dari jumlah yang menunggu kesempatan belok
pada persimpangan, dengan hasil sebagai berikut;
Jumlah mobil yang menunggu Jumlah pengamatan (F) Frekuensi relative
0 4 4/60
1 16 16/60
2 20 20/60
3 14 14/60
4 3 3/60
5 2 2/60
6 1 1/60
7 - -
8 - -
Contoh 3
Suatu kontruksi dengan beban F seperti gambar probabilitas keruntuhan batang a, b, dan c
masing-masing adalah 0,05; 0,04 dan 0,03 keruntuhan batang yang mana saja merupakan
keruntuhan konstruksi secara keseluruhan.
Tentukanlah probabilitas keruntuhan konstruksi tersebut
3.
Jawab:
P(A) = 0,05 P(B) = 0,04 P(C) = 0,03
P(AB) = (0,05) (0,04) = 0,0020
P(AC) = (0,05) (0,03) = 0,0015
P(BC) = (0,04) (),03) = 0,0012
P(ABC) = (0,005) (0,04) (0,03)= 0,00006
P (keruntuhan konstruksi) = P(AUBUC)
= P(A) + P(B) + P(C) – P(AB) – P(AC) –P(BC) + P(ABC)
= 0,005+0,004+0,003 – 0,0020 – 0,0015- 0,0012 + 0,00006
= 0,11536
Cara lain yang lebih mudah:
P(AUBUC) = 1- P(A B C)
P(A B C) = P(A ) P( B) P(C)
= (1-0,05) (1-0,04) (0,03) = 0,88464
P(AUBUC) = 1- 0,88464
= 0,11536
Probabilitas Bersyarat
Jika E1 dan E2 merupakan 2 kejadian, probabilitas bahwa E 2 terjadi dengan syarat E1
telah terjadi dinyatakan dengan “Pr (E2/E1)”
Pr (E2/E1) = P(E2E1)/P(E1) atau Pr (E1/E2) = P(E1E2)/P(E2)
probabilitas bersyarat. Ada kecenderungan berlangsungnya suatu titik sampel dalam E1 yang
juga dikandung oleh E2
contoh
1) Suatu jalan panjangnya 150 km dan lalu lintasnya merata sepanjang jalan tersebut,
sehingg terjadi kecelakaan mempunyai kecenderungan yang sama sepanjang jalan
tersebut jika:
E1 = suatu kecelakaan selama km 0 – km 50 --> h = 50
E2 = suatu kecelakaan dalam km 30 –km 70 -- > h = 40
Pertanyaan
a). P(E1) = 50/150 P(E2) = 40/150
b). Pr (E1/E2) = P(E1E2)/E2 = (20/150)/(40/150)= 20/40= 1/2 = 50%
2) Diketahui 3 buah vibrator (alat pemadat)
Misal
E1 = peristiwa vibrator pertama masih beroperasi setelah 1 tahun
E2 = peristiwa 2 vibrator masih dapat beroperasi setelah 1 tahun
Berapa P(E2/E1) dan P(E1/E2)
Penyelesaian
GGG, GGB, GBB, BBB G = bisa beroperasi
GBG, BGB, B = tidak dapat beroperasi
BGG, BBG
E1 = GGG, GGB, GBB, GBG = 4
E2 = GBG, BGG, GGB = 3
E1E2 = GBG, GGB = 2
P(E1/E2) = P(E1E2/ E2) = (2/ 8)/(3/8) = 2/3
P(E2/E1) = P(E1E2/ E1) = (2/8) / (4/8) = 2/4
2. Probabilitas suatu pesawat terbang berangkat tepat waktu adalah 0,90, probabilitas pe-
sawat terbang mendarat tepat pada waktunya adalah 0,95, dan probabilitas pesawat
terbang berangkat dan mendarat tepat waktu adalah 0,8.
a. Hitunglah probabilitas bahwa pesawat terbang mendarat tepat waktu, apabila
diketahui bahwa pesat terbang berangkat tepat waktu!
b. Hitunglah probabilitas bahwa pesawat terbang berangkat tepat waktu, apabila
diketahui bahwa pesawat terbang mendarat tepat waktu!