Anda di halaman 1dari 20

HITUNGAN PENURUNAN KONSOLIDASI

Ditinjau lapisan tanah lempung jenuh dengan tebal H. Akibat beban, tanah pada
kedalaman tertentu menerima tambahan tegangan (∆𝑝). Pada akhir konsolidasi, terdapat
tambahan tegangan efektif vertical sebesar (∆𝑝). Sebagai akibat penambahan tegangan dari
po’ ke p1’ (dengan p1’ = po’ + ∆𝑝) terjadi pengurangan angka pori dari eo ke e1. Bila regangan
lateral nol, pengurangan volume persatuan volume lempung dinyatakan oleh persamaan
angka pori sebagai berikut :

∆𝑉 ∆𝐻 𝑒𝑜 −𝑒1 ∆𝑒
= = = 1+𝑒
𝑉 𝐻 1+𝑒𝑜 𝑜

Dengan,

V = volume awal

H = tebal lapisan tanah awal

∆𝑉 = perubahan volume

∆𝐻 = perubahan tebal

eo = angka pori awal

e1 = angka pori pada perubahan volume tertentu

∆𝑒 = perubahan angka pori

a) Hitungan Sc dengan menggunakan mv

Karena dalam konsolidasi atau satu dimensi, regangan lateral nol, pengurangan volume per
volume satuan sama dengan pengurangan tebal persatuan tebalnya, yaitu penurunan persatuan
ketinggian atau panjangnya. Penurunan konsolidasi tanah setebal dh dinyatakan oleh :

𝑒𝑜 −𝑒1 ∆𝑒
dSc= = 1+𝑒 dh
1+𝑒𝑜 𝑜

𝑒𝑜 −𝑒1 𝑝1′−𝑝𝑜 ′
= = dh
𝑝1′−𝑝𝑜 ′ 1+𝑒𝑜

= 𝑚𝑣 ∆𝑝 dℎ
Dengan Sc adalah penurunan konsolidasi primer total atau penurunan konsolidasi ultimit.
Untuk penurunan lapisan tanah dengan tebal H.
𝐻
Sc = ∫𝑜 𝑚𝑣 ∆𝑝 𝑑ℎ

Jika mv dan ∆𝑝 dianggap sama pada sembarangan kedalaman tanah, maka diperoleh
persamaan penurunan konsolidasi primer total :

Sc = 𝑚𝑣 ∆𝑝 𝑑ℎ

Bila akan menghitung besarnya penurunan konsolidasi dengan menggunakan nilai 𝑚𝑣 dan ∆𝑝,
maka pada sembarang kedalaman lapisan yang ditinjau nilai keduanya ditentukan, dan
penurunan dihitung dengan menambahkan secara aljabar dari penurunan tiap lapisan. Nilai ∆𝑝
ditentukan dengan memperhatikan distribusi tegangan akibat beban fondasi pada setiap lapisan
yang ditinjau. Penurunan konsolidasi primer total adalah jumlah dari penurunan tiap
lapisannya, yaitu :

Sc = ∑ 𝑚𝑣𝑖 ∆𝑝 ∆𝐻𝑖

b) Hitungan Sc dengan menggunakan C r dan Cc

Persamaan penurunan konsolidasi total dengan menggunakan grafik e-log p’ dapat


dilakukan dengan melihat Gambar 7.13. Bbila ∆𝐻 = Sc, maka dapat dibuat persamaan umum
:

𝑒𝑜 −𝑒1 ∆𝑒
Sc= H= dh
1+𝑒𝑜 1+𝑒𝑜

Untuk lempung tertentu , penurunan konsolidasi primer total dinyatakan oleh persamaan-
persamaan berikut ini.

Catatan :
1. p1’ = po’ + ∆𝑝
2. Cc danC1 pada gambar adalah kurva yang telah dikoreksi (kurva lapangan)

Gambar 7.13 Hitungan perubahan angka pori (e)

(a) Lempung normally consolidated


(b) dan (c) Lempung overconsolidated

Bila didefinisikan :

p1’ = po’ +∆𝑝

a. Penurunan untuk lempung normally consolidated (pc’ = po’) dengan tegangan


efektif sebesar p1’ (Gambar 7.13a)

𝐻 𝑝1 ′
Sc = Cc 1+𝑒 𝑙𝑜𝑔 𝑝𝑜 ′
𝑜

b. Untuk lempung overconsolidated (pc’ >po’) penurunan konsolidasi primer total


dinyatakan oleh persamaan yang bergantung nilai p1’,

1. Bila, p1’<pc’ (Gambar 7.13b)


𝐻 𝑝1 ′
Sc = Cc 𝑙𝑜𝑔
1+𝑒𝑜 𝑝𝑜 ′

2. Bila, p1’>pc’ (Gambar 7.13c)


𝐻 𝑝𝑐 ′ 𝐻 𝑝1 ′
Sc = Cr 𝑙𝑜𝑔 + Cc 𝑙𝑜𝑔
1+𝑒𝑜 𝑝𝑜 ′ 1+𝑒𝑜 𝑝𝑐 ′

∆𝑒
Cc = ∆ log 𝑝′; pada kurva penambahan beban atau pada p’ >pc’.

∆𝑒
Cr= ∆ log 𝑝′; pada kurva pelepasan beban atau pada p’ <pc’.

Dengan,

Cr = indeks pemampatan kembali

Cc = indeks pemampatan

H = tebal lapisan tanah (m)

pc’ = tekanan prakonsolidasi (kN/m2)

eo’ = angka pori awal


∆𝑝 = ∆𝜎𝑧= tambahan tegangan akibat beban fondasi (kN/m2)

pc’ = tekanan overburdenefektif awal sebelum dibebani (kN/m2)

Contoh soal

Hasil uji konsolidasi pada tanah lempung diperlihatkan pada Gambar C7.2. Contoh tanah
lempung diambil dari kedalaman 20 m dan pada kedalaman ini tekanan overburden efektif pc’
= 275 kN/m2, eo = 0,91. Tentukan :

(a) Kemiringan kurva pemampatan asli dilapangan dengan cara Schmertmann


(b) Hitung penurunan konsolidasi yang terjadi pada tanah lempung, bila akibat beban fondasi
dan tekanan overburden, tegangan yang terjadi bertambah menjadi pc’ + ∆𝑝= p1’ = 800
kN/m2. Tebal lapisan lempung H = 10m

Penyelesain :

(a) Tentukan tekanan prakonsolidasi (pc’), dengan prosedur Casagrande (Gambar C7.2).
Diperoleh pc’ = 275 kN/m2. Untuk menentuan kurva pemampatan asli di lapangan,
gambarkan garis horizontal lewat eo = 0,91. Garis ini memotong garis vertical dari titik
C di A. Titik B ditentukan dengan memperpanjang kurva pemampatan laboratorium
sampai memotong garis mendatar 0,42eo = 0,42 x 0,91 = 0,38. Hubungkan titik A dan
B, maka diperoleh kurva pemampatan asli dilapangan. Nilai C c dari kurva pemampatan
asli di lapangan, diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Gambar C7.2.

Pada kurva pemampatan asli di lapangan ,

Untuk p1’ = 900 kN/m2 ; e1 = 0,71

Untuk p2’ = 2000 kN/m2 ; e2 = 0,58

0,71−0,58
Cc = = 0,38
log 2000−log 900

(b) Hitungan penurunan konsolidasi, pada tegangan p1’ = po’ + ∆𝑝= 800 kN/m2,
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
𝑒𝑜 − 𝑒1
Sc =
1+ 𝑒𝑜

Dari kurva asli dilapangan, untuk p’ = 800 kN/m2, maka e1 = 0,74.

Jadi,
0,91−0,74
Sc = 1+0,91
(10) = 0,89 m

Jika digunakan persamaan,

𝐶 𝑝𝑜 ′− ∆𝑝
Sc = 1+𝑐𝑒 H log
𝑜 𝑝𝑜 ′

Dengan p1’ = po’+ ∆𝑝 = 800 kN/m2 dan po’ = 275 kN/m2, maka :
0,38 800
Sc = 1+0,91 (10) log 275 = 0,92 m

Perbedaan kecil dari kedua hasil penurunan konsolidasi S c adalah akibat kesalahan
pada pembacaan data pada kurva.

Contoh soal

Dari uji konsolidasi, diperoleh data seperti ditunjukkan dalamTabel C7.3. Angka pori awal eo
= 0,728 dan contoh tanah diambil pada kedalaman 9 m, dengan berat volume jenuh 𝛾𝑠𝑎𝑡 = 10
kN/m2. Tangki air beratnya Q = 20.000 kN, diameter 20 m, kedalaman 2 m terletak pada pasir
yang berada di atas lempun tersebut. Pasir tebal 6 m, dengan 𝛾𝑏 = 18,07 kN/m2 (Gambar C7.3).
Muka air tanah pada kedalaman 6 m. Dianggap tanah lempung homogeny karakteristik
konsolidasinya dapat diwakili oleh contoh tanah pada pusat lapisan lempung, yaitu lempung
pada kedalaman 9 m dari muka tanah.
Tabel C.7.3.

Tekanan efektif (kN/m 2) Angka pori (e)

25 0,708

50 0,691

100 0,670

200 0,632

400 0,574

800 0,510

1600 0,445

400 0,460

100 0,492

25 0,530

Tangki air diameter 20 m

Berat, Q = 20.000 kN
Gambar C7.3a.

Pertanyaan :

a) Gambarkan kurva e-log p’ berupa nilai pc’ dan overconsolidation ratio (OCR).
b) Hitung penurunan konsolidasi total (ultimit) S c di pusat tangki.
c) Bila berat tangki tangki menjadi Q = 60.000 kN, berapa penurunan konsolidasi total
(ultimit) Sc di pusat tangki.

Dianggap beban tangki dalam jangka panjang tidak berubah.

Penyelesaian :

Berat volume apung lempung : 𝛾′ = 17 – 9,81 = 7,19 kN/m2

Tekanan overburden efektif di pusat lapisan lempung :

Po’ =∑ 𝑧 𝛾𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = ( 6 𝑥 18,07 )𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 + ( 6 𝑥 18,07 )𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 = 130,6 𝑘𝑁/


2
𝑚
Gambar C7.3b.

a) Dari penggambaran kurva e-log p’ (Gambar C7.3b), diperoleh pc’ = 200 kN/m2>po =
130,6 kN/m2. Jadi, tanah termasuk lempung overconsolidation, overconsolidation rasio :
𝑝𝑐 ′ 200
OCR = ’ =130,6 = 1,53
𝑝𝑜 ′

Dengan memperhatikan koordinat titik-titik 2 dan 3 pada kurva lapangan, diperoleh :

0,728−0,31
Cc = = 0,261
log 8000−log 200

Dengan memperhatikan ujung-ujung kurva pelepasan beban :

0,530−0,445
Cr= = 0,047
log 1600−log 25

b) Tekanan fondasi total akibat tangki :


20.000
q = 𝜋 / 4 𝑥 202 = 63,66 kN/m2

qn = q - Df𝛾= 63,66 – (2 x 18,07) = 27,52 kN/m2

Jarak dasar fondasi ke pusat lapisan lempug, z = (4 + 3) = 7 m.

Karena r = 10 m dan x = 0 (di pusat fondasi), maka : z/r = 7/10 = 0,7 dan x/r = 0/10 = 0

Dari Gambar 6.10, diperoleh I = 80% = 0,80

∆𝜎𝑧 = ∆𝑝 = 𝐼𝑞𝑛 = 0,80 x 27,52 = 22,02 kN/m2

p1’ = po’ + ∆𝑝= 130,6 + 22,02 = 162,62 kN/m2 < pc’ = 200 kN/m2 Maka, untuk hitungan
konsolidasi total dipakai persamaan,
𝐻 𝑝1 ′
Sc = Cr log
1+𝑒𝑜 𝑝𝑜 ′
6 162,62
= 0,047 log = 0,015 𝑚
1+0,728 62

Diperoleh penurunan konsolidasi total S c = 0,015 m

c) Bila tekanan fondasi total tangki, menjadi Q = 60.000 kN :


60.000
q= = 190,98 kN/m2
𝜋 / 4 𝑥 202

Tekanan fondasi neto :


qn= q- Df𝛾= 190,98 – (2 x 18,07) = 154,84 kN/m2

Dari penyelesaian soal (b), telah diperoleh I = 80% = 0,80


∆𝜎𝑧 = ∆𝑝 = 𝐼𝑞𝑛 = 0,80 x 154,84 = 123,87 kN/m2
p1’ = po’ + ∆𝑝= 130,6 + 123,87 = 254,47 kN/m2

Maka, untuk hitungan konsolidasi total, dipakai persamaan,


𝐻 𝑝𝑐 ′ 𝐻 𝑝1 ′
Sc = Cr 𝑙𝑜𝑔 + Cc 𝑙𝑜𝑔
1+𝑒𝑜 𝑝𝑜 ′ 1+𝑒𝑜 𝑝𝑐 ′

6 200 6 254,47
Sc = 0,047 𝑙𝑜𝑔 + 0,261 𝑙𝑜𝑔
1+0,728 130,6 1+0,728 200

= 0,124

Diperoleh penurunan konsolidasi total, S c = 0,124 m

Penurunan konsolidasi total tersebut, secara teoritis terjadi pada waktu t = ∞.

KECEPATAN PENURUNAN KONSOLIDASI

Derajat Penurunan Konsolidasi

Pada elemen tanah yang berkedalaman z, perkembangan proses konsolidasi akibat


kenaikan tegangan tertentu dinyatakan dalam persamaan :

𝑒𝑜 −𝑒
U=
𝑒𝑜 − 𝑒1
Dengan,
U = derajat konsolidasi saat waktu tertentu pada kedalaman z, dimana U di antara 0
dan 1 (atau – 100%)
𝑒𝑜 = angka pori awal sebelum terjadinya konsolidasi
𝑒1 =angka pori pada akhir konsolidasi
e = angka pori, pada waktu yang dinyatakan, yaitu pada waktu konsolidasi masih
berlangsung

Kurva hubungan e-p’ (bukan kurva e-log p’), umumnya berupa lengkungan, Jikakurva
konsolidasi e-p’ dianggap linier pada interval tegangan yang diperhatikan (Gambar 7.14),
maka derajat konsolidasi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :

𝑝′ −𝑝𝑜 ′
U=U=
𝑝1 , − 𝑝𝑜 ′

Disini dianggap bahwa tegangan efektif vertical untuk tanah sedalam z, bertambah dari 𝑝𝑜 ′ ke
𝑝1 ′ dengan tidak ada regangan lateral (perubahan volume tanah hanya kea rah vertical atau 1
dimensi). Mula-mula saat t = 0 atau segera sesudah terjadi kenaikan beban sebesar ∆𝑝,
walaupun tegangan total telah bertambah menhadi 𝑝1 ′ . tegangan efektif tetap sama dengan
𝑝𝑜′ . Setelah konsolidasi berhenti (∆u = 0 ), tegangan efektif menjadi p1’.

Selama konsolidasi berlangsung : ∆𝑝 = - ∆u


,
Dari Gambar 7.14 Dapat dihitung, 𝑝1 = 𝑝𝑜 , − 𝑢𝑖

Teori Konsolidasi Satu Dimensi (One Dimensional Consolidation)

Cara menentukan distribusi kelebihan tekanan air pori dalam lapisan yang sedang
berkonsolidasi, pada sembarang waktu sesudah bekerjanya beban , beserta derajat konsolidasi
ditunjukkan oleh terzaghi (1925) . Teori ini disebut teori konsolidasi satu dimensi Terzaghi.
Beberapa anggapan dalam analisis konsolidasi satu dimensi, adalah:

1) Tanah adalah homogen.


2) Tanah lempung dalam keadaan jenuh sempurna.
3) Partikel padat dan air tidak mudah mampat.
4) Arah pemampatan dan aliran air pori vertikal (satu dimensi).
5) Regangan kecil.
6) Hukum Darcy berlaku pada selaruh gradient hidrolik.
7) Koefisien permeabilitas (k) dan koefisien perubahan volume (mv) konstan selama prosen
konsolidasi.
8) Ada hubungan khusus yang tidak tergantung waktu, antara angka pori dan tegangan efektif.

Ditinjau lapisan lempung setebal dz yang padanya bekerja tekanan Δp(Gambar 7.15).
Jika kelebihan tekanan air pori pada sembarang titik didalam lapisan lempung adalah u, maka
ketidakseimbangan tekanan hidrostatis didalam tanah dengan ketebalan dz, dapat dinyatakan
dalam persamaan:

δu 𝛿𝑢
𝑢+ 𝑑𝑧 − 𝑢 = 𝑑𝑧
𝛿𝑧 𝛿𝑧
Gradien hidrolik dinyatakan oleh persamaan :

𝛿ℎ 1 𝛿𝑢
𝑖= =
𝛿𝑧 𝛾w 𝛿𝑧

Jika v adalah kecepatan drainase air pori yang lewat lapisan tipis, maka persamaan
Darcy dapat dinyatakan oleh :

𝛿ℎ 𝑘 𝛿𝑢
𝑣 = 𝑘𝑖 = −𝑘 =−
𝛿𝑧 𝛾w 𝛿𝑧

Tanda negatif digunakan untuk menunjukkan berkurangnya h pada penambahan z.


Ditinjau sebuah elemen dengan luas satuan, dan dengan tebal dz. Volume air yang masuk
dari bawah elemen dalam satuan waktu adalah V. Volume air yang keluar dari elemen :

𝛿𝑢
𝑉+ 𝑑𝑧 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠
𝛿𝑧
Maka volume bersih dari air keluar dari elemen, dalam satuan waktu adalah :

𝛿𝑢 𝛿𝑉
𝑉+ 𝑑𝑧 − 𝑉 = 𝑑𝑧
𝛿𝑧 𝛿𝑧

Perubahan volume persatuan volume dari volume awal, dinyatakan dalam perubahan
porositas Δn. Maka , luas potongan adalah luas satuan dan volumenya akan sama dengan
ketebalannya, yaitu dz. Bila perubahan volume persatuan volume awal, persatuan waktu,
sama dengan perubahan porositas (n) persatuan waktu, maka :

𝛿𝑉 𝛿𝑛
=
𝛿𝑧 𝛿𝑡
Sedang

𝛿𝑛
= 𝑚𝑣 ; 𝛿𝑛 = 𝑚𝑣 𝛿𝑝
𝛿𝑝
𝛿𝑝 menunjukkan tambahan tekanan saat waktu tertentu. Selanjutnya dengan subtitusi,
diperoleh :

𝛿𝑉 𝛿𝑛
= 𝑚𝑣
𝛿𝑧 𝛿𝑡

𝛿𝑝 = −𝛿𝑢

𝛿𝑝 𝛿𝑢
=−
𝛿𝑡 𝛿𝑡

Substitusi persamaan diatas akan diperoleh :

𝛿𝑉 𝛿𝑢
= −𝑚𝑣
𝛿𝑧 𝛿𝑡

Diagram Distribusi Tekanan Air Pori Awal

Beberapa bentuk diagram distribusi tekanan air pori awal digunakan dalam praktek,
contohnya : bentuk-bentuk segi empat, segitiga, trapezium, dan kurva sinusoida (Gambar
7.18). Gambar ini menunjukkan isokron untuk waktu t = 0, sedangkan area tekanan air pori di
dalam luasannya adalah tekanan air pori saat t = 0. Bergantung pada sistem lapisan tanah,
luasan distribusi tekanan dapat dibatasi oleh :

1) Lapisan di bagian atas dan bawah lolos air (drainase dobel).


2) Lapisan di bagian atas lolos air, di bagian bawah kedap air (drainase tunggal).
3) Lapisan di bagian atas kedap air, di bagian bawah lolos air (drainase tunggal).
Bentuk-bentuk distribusi tekanan air pori awal di lapangan, dapat terjadi oleh kondisi-
kondisi sebagai berikut (Jumikis,1962) :

(1) Diagram tekanan air pori berupa luasan empat persegi panjang (Gambar 7.19a) terjadi
pada lapisan lempung yang relatif tipis disbanding dengan lebar area
pembebanan,seprti fondasi rakit (raft foundation), dimana distribusi tekanan vertikal
relatif sama ke seluruh lapisan lempung.

(2) Distribusi tekanan air pori awal berupa luasan segi tiga dengan puncak di atas dapat
terjadi pada timbunan yang dasarnya dilandasi lapisan kedap air (Gambar 7.19b).
Tekanan bertambah secara linier dengan kedalaman. Sebagai contoh, bendungan
urugan jenuh air yang terletak di atas lapisan kedap air (batu).
(3) Distribusi tekanan air pori yang berupa luasan segitiga yang puncaknya di bawah,
terjadi pada fondasi yang dasarnya kedap air, yang terletak di atas lapisan lempung yang
dibatasi oleh lapisan lolos air di sebelah bawahnya (Gambar 7.19c).
(4) Distribusi tekanan air pori berupa luasan trapesium, dengan sisi maksimum di atas,
terjadi pada fondasi yang terletak di lapisan pasir yang mengapit lapisan lempung yang
relatif tebal. Tekanan aksial dari beban fondasi disebarkan pada lapisan lempung
dengan tekanan pada lapisan atas (Δp1) lebih besar dibandingkan dengan bagian bawah
(Δp2). Karena tambahan tekanan akibat fondasi mula-mula di dukung oleh tekanan air
pori awal, maka diagram tekanan air pori awal berupa trapesium (Gambar 7.19d).

(5) Distribusi tekanan air pori berupa luasan trapezium, dengan sisi maksimum di bawah,
terjadi hampir sama dengan kondisinya dengan butir (4), maka jumlah tekanan yang
terjadi di lapisan lempung sebelah bawah menjadi lebih besar dari tekanan yang bekerja
di sebelah atas (Gambar 7.19c). Pada kondisi ini pasir bagian atas merupakan timbunan
baru.
(6) Diagram tekanan air pori berbentuk kurva sinusoida dihasilkan dari banayk penyelesain
distribusi tekanan air pori dengan menggunakan persamaan diferensial.

Contoh soal

Pada uji konsolidasi, Pada penambahan tekanan dari 50 kN/m 2 sampai 100 kN/m2 diperoleh
data hubungan waktu dan penurunan seperti yang ditunjukkan dalam Tabel C7.4. Hitunglah
koefisien konsolidasi (Cv) dengan cara (a) Taylor dan (b) Casagrande.

Penyelesaian :

(a) Untuk menentukan koefisien konsolidasi dengan cara Taylor, maka hubungan antara √𝑡
dan ΔH diplot untuk mendapatkannilai t90. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar C7.4a.
Dari titik potong antara kurva dengan garis 1,15a, diperoleh titik A (titik t90) pada √𝑡 =
2,6 menit atau t90 = 2,62 = 6,76 menit.

Selanjutnya,

𝑇𝑣 𝐻𝑡2
𝐶𝑣 = ; untuk U = 90%, maka Tv = 0,848
𝑡90

H rata-rata = ½ (1,9202 + 1,8123) = 1,8663 cm

Karena pada uji konsolidasi, drainase benda uji pada arah atas dan bawah (drainase
dobel),maka :

Ht = ½ (H rata-rata) = ½ x 1,8663 = 0,9331 cm

0,848 𝑥 0,93312
𝐶𝑣 = = 18,20 𝑥 10−4𝑐𝑚 2/𝑑𝑒𝑡
6,76 𝑥 60
(b) Untuk memperoleh koefisien konsolidasi dengan cara Casagrande, maka
hubungan antara penurunan dan log t diplot pada grafik seni logaritmis, seperti
yang diperlihatkan dalam Gambar C7.4b. Dengan prosedur yang telah
dipelajari, diperoleh t50 = 1,7 menit.

𝑇𝑣 𝐻𝑡 2
𝐶𝑣 =
𝑡90
0,197 𝑥 0,93312
= = 17 𝑥 10−4𝑐𝑚2/𝑑𝑒𝑡
1,7 𝑥 60

Jadi, dengan cara log-waktu, Cv = 17 x 10-4 cm2/det


Contoh soal

Pada uji konsolidasi pada tanah lempung normally consolidated untuk kenaikan beban yang
menimbulkan tekanan dari 100 kN/m2 menjadi 200 kN/m2 dihasilkan waktu untuk mencapai
50% konsolidasi adala t50= 15menit. Pada tahap ini, tinggi benda uji rata-rata 1,903cm. Pada
tekanan p1’ = 100 kN/m2, diperoleh e1 = 1,0 dan pada p2’ = 200 kN/m2, diperoleh e2 = 0,91
Tentukan Cv dan koefisien permeabilitas (k).

Penyelesaian :

Diketahui t50 = 15 menit

𝐶𝑣 𝑡50 𝑇𝑣 𝐻𝑡 2
𝑇𝑣 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑣 =
𝐻𝑡 2 𝑡50

Untuk derajat konsolidasi rata-rata U = 50%, maka Tv = 0,197

Karena drainase dobel, maka Ht = ½ x 1,903 = 0,9515cm


0,197 𝑥 [0,9515 𝑥 10 −2 ]2
Jadi, 𝐶𝑣 = = 1,97 𝑥 10−8𝑚2 /𝑑𝑒𝑡
15 𝑥 60

𝑘 𝑘
𝐶𝑣 = 𝑚 = [Δ𝑒/Δ𝑝 (1+𝑒)]𝛾
𝑣 𝛾𝑤 𝑤

Δ𝑒 = 1,0 − 0,91 = 0.09

Δ𝑝 = 200 − 100 = 100 𝑘𝑁/𝑚2

Nilai e diambil rata-ratanya = 0,5(1 + 0,91) = 0,955

Koefisien permeabilitas,

Δ𝑒 0,09
𝑘 = 𝐶𝑣 𝛾𝑤 = 1,97 𝑥 10−8 9,81
Δ𝑝(1 + 𝑒 ) 100(1 + 0,955)

= 8,9 𝑥 10−11 𝑚/𝑑𝑒𝑡

Contoh soal

Pada uji konsolidasi pada contoh tanah dengan tabel 20 mm yang diberi tegangan 100 sampai
200 kN/m2, diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan dalan Tabel C7.6.
Sesudah 24 jam tebal contoh menjadi 17,62 mm.

Pertanyaan :

(a) Gambarkan diagram penurunan terhadap akar waktu dan perlihatkan bagian mana dari
kurva yang menunjukkan penurunan konsolidasi.
(b) Tentukan estimasi besarnya koefisien konsolidasi dari tanah ini.
(c) Jika koefisien perubahan volume (mv) tanah ini 0m0001 m2 /kN, tentukan estimasi besarnya
koefisien permeabilitas (k).
(d) Berapa waktu yang dibutuhkan lapisan tanah di lapangan setebal 3 m agar tanah ini
mencapai 50% konsolidasi total.

Penyelesaian :

(a) Gambar dengan penurunan vs. akar waktu dapat dilihat dalam Gambar C7.6. Bagian
kurva yang menunjukkan penurunan konsolidasi dapat dilihat pada kurva tersebut.
Bagian lurus pada awal kurva merupakan penurunan elastis dari lempung. Karena itu
koreksi perlu dilakukan dengan menarik garis ke arah sumbu vertikal. Perpotongannyo
dengan sumbu vertikal merupakan titik dengan konsolidasi nol persen.
(b) Dari gambar diagram penurunan terlihat :

√𝑡90 = 13 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑡90 = 169 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝐶𝑣 𝑡
𝑇𝑣 =
𝐻𝑡2

Untuk 90% konsolidasi, Tv = 0,848

Dengan kondisi drainase dobel, maka


1 1 20+17,62
𝐻𝑡 = 2 𝐻 = 2 ( ) = 9,405 𝑚𝑚
2

Sehingga,

0,848 = Cvt/Ht2 = Cv x 169/0,0942

Diperoleh,

Cv = 4,44 x 10-7 m2/menit = 7,4 x 10-9 m2/detik

(c) Jika mv = 0,0001 m2/kN


𝑘
𝐶𝑣 = 𝑚 ,maka
𝑣 𝛾𝑤

k = 7,4 x 10-9 x 0,0001 x 9,81 = 7,4 x 10-12 m2/detik

(d) Untuk lapisan dengan tebal H = 3 m, pada 50% konsolidasi :


Tv = 0,197. Dengan menganggap drainase atas dan bawah :
0,197 = 7,4 x 10-9 x t50/1,52 (dengan Ht =H/2 = 3/2 = 1,5 m)
t50 = 0,06 x 109 detik
= 1,90 tahun

Anda mungkin juga menyukai