Anda di halaman 1dari 3

1.

Kurva Tegangan Regangan Hognestad

Pada daerah 0 < εc < ε0 , E.

Hognestadmemberikan persamaan sebagai berikut :


2
2 εc ε c
[ ( )]
fc=fc ' '
ε0 ε0
;ε0 = 2fc′/Ec,

Dimana,

fc : tegangan beton,

fc’ : Tegangan maksimum beton,

ε0 : Regangan yang terjadi pada saat terjadi tegangan maksimum,

εc : Regangan yang terjadi pada saat tegangan mencapai 85 % tegangan maksimum.

Pada daerah εc > ε0, persamaan hubungan tegangan regangannya merupakan


persamaan linier yang bergantung pada nilai ε 0 dan fc′. Dari Gambar 1 terlihat bahwa pada
kondisi tegangan mencapai ± 40 % fc’ pada umumnya berbentuk linier. Pada saat tegangan
mencapai ± 70 % fc’, material beton banyak kehilangan kekakuannya yang menyebabkan
diagram menjadi tidak linier. Dari beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa tegangan
maksimum beton dicapai pada regangan tekan 0,002-0,0025. Regangan ultimit pada saat
beton hancur 0,003 – 0,008. Untuk perencanaan, SNI 03-2847 (2002) menggunakan
regangan tekan maksimum beton sebesar 0,003.
2. Kurva Tegangan Regangan Baja

a. Baja tulangan biasa


Dari hubungan tegangan-regangan tarik baja tulangan, terlihat sudut α
(alpha), yaitu antara garis lurus kurva yang ditarik dari kondisi tegangan nol
sampai tegangan leleh (fy) dan garis regangan (εs). Modulus elastisitas baja
tulangan (Es) merupakan tangens dari sudut α (alpha) tersebut. Menurut
Pasal 10.5.2 SNI 03-2847-2002, modulus elastisitas baja tulangan non
pratekan Es dapat diambil sebesar 20000 MPa
 AB ; εs< εy, dimana regangan leleh baja mencapai titik reagangan
terbesar dari pertambahan panjang atau mencapai tegangan lelehnya
(fy). Atau biasa disebut deformasi elastis yang mana merupakan
perubahan bentuk yang terjadi pada suatu benda saat gaya atau
beban itu bekerja, dan perubahan bentuk akan hilang ketika gaya atau
bebannya ditiadakan. Artinya, bila beban ditiadakan, maka benda
akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.
 BC ; εy ≤ εs< εsh, dimana baja tulangan mencapai titik konstan, titik
dimana mulai terjadi perpanjangan (deformasi) secara permanen
adalah titik leleh, sedangkan regangan yang terjadi saat titik ini terjadi
disebut sebagai regangan leleh dan tegangan yang
mengakibatkannya disebut tegangan leleh. Saat titik leleh ini tercapai,
maka hubungan tegangan-regangan sudah tidak linear lagi,
perpanjangan (deformasi) dari benda sudah tidak elastis lagi, tapi
sudah plastis atau inelastis, jadi sedikit saja tegangannya dinaikan,
maka perpanjangan (deformasi) akan menjadi berkali-kali lipat jika
dibandingkan saat deformasinya masih elastis

α
 CD ; εsh ≤ εs< εsu, dimana tegangan terus ditambah, maka pada suatu
titik tertentu perpanjangan (deformasi) akan mencapai batasnya. Titik
saat deformasinya sudah mencapai batas disebut titik batas atau titik
ultimate(fu). Dimana saat titik ini tercapai, deformasi benda sudah
mencapai puncaknya (tinggal menunggu saat untuk putus / runtuh saja),
tidak ada kenaikan tegangan yang berarti tapi deformasi (regangan) yang
terjadi terus bertambah, ini ditunjukan dengan garis kurva yang turun
setelah titik batas tercapai (lihat gambar atas), sehingga sampai suatu
titik dimana deformasi (regangan) sudah mencapai putus (runtuhnya).
Titik dimana regangan sudah mencapai runtuh (putus) disebut sebagai
titik putus / runtuh, dan regangan yang terjadi disebut sebagai regangan
putus/runtuh.

b. Baja prategang
 AB ; εp≤ εpb, dimana batas regangan baja pada titik B (batas
elastis)
 BC ; εpb < εp≤ εpc, dimana terjadi regangan leleh pada baja
prategang
 CD ; εpc< εp ≤ εpu, dimana regangan batas pada baja prategang
(Ultimate)

c. Perbedaan Baja tulangan biasa dan baja prategang

Untuk perbedaan sendiri terdapat pada kuat tariknya dimana pada baja
prategang kuat tariknya mampu membuat beton lebih besar tekannya sehingga
gaya tarik pada pada bagian bawah beton dapat diaabaikan karena pada saat
pembuatannya dalam beton sudah mempunyai tendon yang memiliki kuat tarik
yang tinggi sebelum pembeban dari luar.

Anda mungkin juga menyukai