Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

ALIRAN SALURAN TERBUKA

4.1 Aliran Seragam


Aliran seragam mempunyai anggapan bahwa aliran dalam kondisi permanen dan
satu dimensi. Satu dimensi berarti kecepatan aliran pada setiap titik pada tampang
melintang adalah sama. Aliran seragam sering digunakan dalam perencanaan saluran
irigasi yang panjang dan tidak terdapat perubahan penampang saluran.
Aliran seragam terjadi pada kondisi dasar permukaan yang landai. Dasar
permukaan yang terjal akan menimbulkan kecepatan aliran yang tinggi, dan akan
mempengaruhi muka air. Kecepatan yang tinggi yang akan menyebabkan udara masuk ke
dalam aliran dan menyebabkan aliran tidak permanen.
Perhitungan pada saluran terbuka lebih rumit dari saluran tertutup, disebabkan oleh
hal-hal berikut ini:
 Bentuk penampang yang tidak teratur (sungai)
 Sulit menentukan kekasaran
 Kurangnya data lapangan
Rumus untuk menentukan energi pada saluran terbuka adalah:
�21 �22
ℎ1 + = ℎ2 + ℎ�
2� 2�
Dimana:
h1 = tinggi muka air di hulu saluran (m)
V1 = kecepatan di hulu saluran (m/dt)
h2 = tinggi muka air di hilir saluran (m)
V2 = kecepatan di hilir saluran (m)
hf = tinggi energi (m)
g = percepatan grafitasi (m/dt2)
pada umumnya perhitungan debit dinyatakan dengan:
Q = VA
Dengan
Q = debit yang melewati saluran (m3/dt)
V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
A = luas penampang melintang saluran (m2)

56
57

4.1.1 Keadaan Aliran


Keadaan aliran pada saluran terbuka dinyatakan dengan bilangan froude

�=
�ℎ
Dimana:
F = bilangan Froude
V = kecepatan aliran (m/dt)
h = kedalaman aliran (m)
G = percepatan grafitasi (m/dt2)
Keadaan aliran:
F = 1 disebut aliran kritis
F < 1 disebut aliran subkritis (aliran yang tenang)
F > 1 disebut aliran superkritis (aliran yang cepat)
�ℎ menunjukkan kecepatan gelombang atau celerity pada permukaan bebas

sehingga C = �ℎ . Apabila terdapat batu yang dijatuhkan dalam aliran maka berikut ini
gambaran yang akan terjadi:

Gambar 4. 1 Kondisi Batu Yang Dijatuhkan Pada Suatu Aliran


58

Gambar 4. 2 Ciri-Ciri Aliran Seragam

Gambar 4. 3 Ciri Lain Aliran Seragam

Gambar 4. 4 Gambaran Memanjang Aliran Seragam

4.1.2 Rumus Empiris


Seiring berjalannya waktu berapa penelitian dapat menyatakan persamaan
kecepatan pada aliran seragam, yaitu:
59

1. Chezy
Rumus Chezy adalah rumus yang pertama digunakan dalam menentukan aliran
seragam, persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut:
� = � ��
Dengan:
V = kecepatan aliran (m2/dt)
C = faktor tahanan aliran
R = jari-jari hidrolik
S = kemiringan saluran
Terdapat tiga persamaan penting yang digunakan dalam menentukan koefisien
chezy, yaitu:
a. Ganguillet – Kutter
0.00281 1.811
41.65 + +
�= � �
0.00281 �
1 + 41.65 +
� �
Dengan:
R = jari-jari hidrolik
S = kemiringan saluran
n = koefisien kekasaran Kutter

b. Bazin
157.6
�= �
1+

Dengan:
R = jari-jari hidrolik
m = koefisien kekasaran Bazin

c. Powell
� �
� =− 42��� +
4� �
Dengan:
R = jari-jari hidrolik
� = koefisien kekasaran
60

2. Manning
1 2/3 0.5
�= � �

Dengan:
R = jari-jari hidrolik
S = kemiringan saluran
n = koefisien kekasaran Manning

Tabel 4. 1 Tipikal Harga Koefisien Kekasaran Manning, n


Harga n
No. Tipe saluran dan jenis bahan
Minimum Normal Maksimum
1. Beton
 Gorong-gorong lurus dan bebas dari 0,010 0,011 0,013
kotoran
 Gorong-gorong dengan lengkungan dan 0,011 0,013 0,014
sedikit kotoran/gangguan
 Beton dipoles 0,011 0,012 0,014
 Saluran pembuang dengan bak kontrol 0,013 0,015 0,017
2. Tanah, lurus dan seragam
 Bersih baru 0,016 0,018 0,020
 Bersih telah melapuk 0,018 0,022 0,025
 Berkerikil 0,022 0,025 0,030
 Berumput pendek, sedikit tanaman 0,022 0,027 0,033
pengganggu
3. Saluran alam
 Bersih lurus 0,025 0,030 0,033
 Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
 Banyak tanaman pengganggu 0,050 0,070 0,08
 Dataran banjir berumput pendek – tinggi 0,025 0,030 0,035
 Saluran di belukar 0,035 0,050 0,07
Daftar lengkap dapat dilihat dalam Open Channel Hydraulics oleh Ven Te Chow.

3. Strickler
1 2/3 0.5
�= � S

Dengan:
R = jari-jari hidrolik
S = kemiringan saluran
k = koefisien kekasaran strickler
61

Tabel 4. 2 Besar Nilai K Menurut Strickler


Macam Dasar Saluran K
Saluran dengan dinding tidak teratur 36
Sungai dengan dinding tidak teratur 38
Saluran tersier dengan tangkis baru 40
Saluran baru tidak bertangkis 43.5
Saluran induk dan sekunder dengan debit di bawah 7.5 45 - 47.5
m3/dt
Saluran terpelihara dengan debit di atas 10 m3/dt 50
Saluran dengan pasangan batu belah dan plesteran baik 60
atau beton yang tidak di plester
Beton licin atau papan kayu 90

4. Tinggi tekan (hf)


Tinggi tekan dihitung dengan menggunakan rumus manning:

1
V = � �2/3 �0.5
�� 2
S = �2/3
ℎ�
S = �

hf =SxL
�� 2
hf = �2/3
�

4.1.3 Perencanaan Saluran Terbuka


Dalam menentukan bentuk dan dimensi saluran yang akan digunakan dalam
pembangunan saluran baru maupun dalam kegiatan perbaikan penampang saluran yang
sudah ada, salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah ketersediaan lahan.
Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain
debit yang dialirkan harus sama atau lebih besar dari debit rencana. Untuk mencegah muka
air ke tepi (meluap) maka diperlukan adanya tinggi jagaan pada saluran, yaitu jarak
vertikal dari puncak saluran ke permukaan air pada kondisi debit rencana.
62

Bentuk penampang saluran pada muka tanah umumnya ada beberapa macam antara
lain; bentuk trapesium, empat persegi panjang, segitiga, setengah lingkaran. Beberapa
bentuk saluran dan fungsinya dijelaskan pada tabel berikut ini;

Tabel 4. 3 Tabel bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya

Sedangkan unsur-unsur geometris saluran adalah sebagai berikut:


1. Luas penampang basah (A), adalah luas penampang melintang aliran yang tegak
lurus arah aliran.
2. Keliling basah (P), adalah panjang garis perpotongan dari permukaan basah saluran
dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus arah aliran.
3. Jari-jari hidrolis ( R), adalah rasio luas basah dan keliling basah atau � �
4. Lebar puncak (T), adalah lebar penampang saluran pada permukaan bebas.
5. Kedalaman hidrolis (D), adalah rasio luas basah dengan lebar puncak.
6. Factor penampang (Z), untuk aliran kritis adalah perkalian antara luas basah dan

akar kedalaman hidrolik � = � � = � �
63

7. Factor penampang (Z) untuk aliran seragam adalah hasil perkalian antara luas
basah dan jari-jari hidrolik pangkat 2 3 atau � = ��2/3 .

Tabel 4. 4 Unsur-Unsur Geometri Penampang Saluran

4.1.4 Contoh Soal


1. Saluran berpenampang trapesium dengan lebar dasar b = 10 m, z = 1.5 S0 = 0.0003
dan n = 0.012. hitung kecepatan dan debit yang mengalir apabila kedalaman aliran
y=3m

Penyelesaian :
Menghitung kecepatan aliran
A = (b + zy) y = (10 + 1,5(3)) 3 = 43,5 m2
P = b + 2y (1+z)0,5 = 10 + 2(3) (1+1,52)0,5 = 20,817 m
R = A/P = 43,5/20,817 = 2,09 m
64

1 2 1
V = �� 3� 2

1 2 1
= 0.012 (2.09) 3 (0.0003) 2

= 2,36 m/dt
Menghitung debit aliran
Q =AV
= (43,5) (2,36) = 102,66 m3/dt

2. Data seperti soal no.1 di atas, tapi debit yang mengalir hanya sebesar Q = 50 m3/dt
dengan kedalaman aliran y = 3 m. Hitung : Kemiringan saluran S0 ?
Penyelesaian :
A = 43,5 m2
P = 20,817 m
R = 2,09 m
(��)2
S0 = �2�4/3
(0.012×50)2
= (43.5)2(2.09)4/3

= 0.00007

3. Saluran segi empat dengan lebar 5,0 m dan kedalaman aliran 1,5 m mempunyai
kemiringan dasar 0,0005. Hitung debit aliran apabila koefisien Chezy adalah 40.

Penyelesaian :
Lebar dasar saluran : B = 5,0 m
Kedalaman aliran : h = 1,5 m
Kemiringan dasar saluran : S = 0,0005
Koefisien Chezy : C = 40
Luas tampang aliran : A = Bh = 5,0 x 1,5 = 7,5 m2
Keliling basah : P = B + 2h = 5,0 + 2×1,5 = 8,0 m
Jari-jari hidraulis : R = A/P = 7,5/8 = 0,9375 m
Kecepatan aliran : V = C √R S = 40 √0,9375 x 0,0005 = 0,866 m/dt
Debit aliran : Q = A V = 7,5 x 0,866 = 6,495 m3/dt
65

4. Saluran trapesium dengan lebar dasar 5,0 m dan kemiringan tebing 1 : 1. hitung
debit aliran apabila kedalaman aliran ada;ah 1,0 m. Koefisien Manning n = 0,025
dan kemiringan dasar saluran 0,001.

Penyelesaian :
Luas tampang aliran :
A = [B+(B+2mh)]0,5h
= (B+mh)h
= (5+1×1)1 = 6 m2
Keliling basah :
P = B + 2h
= 5,0 + 2×1
= 7,8284 m
Jari-jari hidraulis :
R = 0,7664 m
Debit aliran :
Q = AV
1 2 1
= A �� 3� 2

= 6.356 m3/dt

5. Saluran segi empat mengalirkan debit 20 m3/d dengan kecepatan 2 m/d. Tentukan
dimensi ekonomis saluran. Apabila koefisien Manning n = 0,022, berapakah
kemiringan dasar saluran.

Penyelesaian :
Debit aliran : Q = 20 m3/dt
Kecepatan aliran : V = 2 m/dt
Koefisien Manning : n = 0,022
Luas tampang aliran :
A = Q/V=10 m2

Persyaratan saluran ekonomis :


B + 2mh = 2h
66

B = 2h
A = Bh → 10 = Bh

Substitusi persamaan (1) ke dalam persamaan (2) diperoleh :


10 = 2h2 → h = 2,24 m
B = 2h = 4,47 m

Keliling basah : P = B + 2h = 4,47 + 2 x 2,24 = 8,95 m


Jari-jari hidraulis : R = A/P = 1,117 m

Kecepatan aliran dihitung dengan rumus Manning :


1 2 1
2 = �� 3� 2

1 2 1
2 = 0.022 (1.117) 3� 2

I = 0,00167

4.2 Aliran Berubah Lambat Laun


Aliran berubah lambat laun pada saluran terbuka berbeda dengan aliran seragam
maupun aliran berubah tiba-tiba (loncat air), dimana kedalaman air pada saluran berubah
secara gradual terhadap jarak. Dalam aliran seragam kedalaman air adalah konstan yang
dikenal dengan nama kedalaman normal. Garis kemiringan energi sejajar dengan garis
muka air dan garis dasar saluran. Distribusi kecepatan tetap sepanjang saluran, sehingga
perhitungan kedalaman air cukup dilakukan sekali sepanjang saluran.
Pada aliran berubah lambat laun perubahan kecepatan terjadi secara gradual
terhadap jarak, sehingga pengaruh percepatan pada aliran antara dua potongan yang
berdekatan dapat diabaikan. Perhitungan profil muka air dapat dilakukan berdasarkan
prinsip energi.
Total energi pada sembarang potongan pada saluran terbuka dapat dinyatakan
sebagai berikut:
�2 �2
�=�+ℎ+ ���� � = � + ℎ +
2� 2��2
Dengan:
H = tinggi tekan total (m)
z = garis vertikal dari dasar saluran ke datum (m)
67

V = kecepatan aliran (m/dt)


Q = debit (m3/dt)
A = luas penampang saluran (m2)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dt2)

Gambar 4. 5 Profil Aliran Dan Garis Energi

4.2.1 Klasifikasi Aliran berubah Lambat-Laun


Dalam menganalisis aliran berubah lambat laun, kedalaman kritis (hcr) memegang
peranan sangat penting. Pada saat kedalaman air mendekati kedalaman kritis (h = hcr) dan
nilai kemiringan muka air menjadi tak terhingga. Kemiringan muka air menjadi sangat
terjal. Kondisi ini dapat terlihat pada loncatan air atau pada kejadian dimana air dari
saluran landai memasuki saluran terjal.

Bergantung pada kemiringan dasar saluran, kondisi permukaan, geometri


penampang melintang, dan debit, saluran terbuka dapat diklasifikasikan kedalam lima
macam. Pengelompokan ini berdasarkan kondisi aliran di saluran yang diindikasikan oleh
posisi relatif kedalaman normal, hN, dan kedalaman kritis, hc, yang dihitung untuk tiap-tiap
saluran. Kriterianya adalah sbb.:

 Saluran datar (Horizontal channel) : So = 0 dan hN 


 Saluran landai (Mild channel) : So < Sc dan hN > hc
68

 Saluran kritis (Critical channel) : So = Sc dan hN = hc


 Saluran terjal (Steep channel) : So > Sc dan hN < hc.
 Saluran menanjak (Adverse channel) : So < 0
Selanjutnya, klasifikasi kurva profil muka air tergantung pada kedalaman air aktual
dan hubungannya dengan kedalaman normal dan kedalaman kritis. Profil garis muka air
(flow profile) dapat dibedakan menjadi 2 macam bentuk:
a). Air balik (backwater), jika kedalaman air, h, bertambah searah aliran (dh/dx > 0).
b). Air menurun (drawdown), jika kedalaman air, h, berkurang searah aliran (dh/dx < 0).
Apabila garis yang merupakan tempat kedudukan kedalaman air normal disebut
sebagai “NORMAL DEPTH LINE” (NDL) dan garis yang merupakan tempat kedudukan
kedalaman air kritis disebut sebagai “CRITICAL DEPTH LINE’ (CDL), maka untuk suatu
saluran dengan debit (Q) tertentu, NDL dan CDL akan membagi kedalaman air dalam
saluran menjadi 3 daerah (zone) yaitu:

a). Daerah 1 : ruang di atas NDL dan CDL.


b). Daerah 2 : ruang antara NDL dan CDL, dan
c). Daerah 3 : ruang dibawah NDL dan CDL.

Gambar 4. 6 Pembagian Daerah pada Aliran Arah Vertikal


4.2.2 Profil Aliran
Profil aliran dibedakan berdasarkan kemiringan dasar saluran. Profil aliran
menggambarkan lengkung permukaan aliran. Apabila kedalaman air bertambah dalam arah
aliran akan menunjukkan lengkung balik.
a) Saluran datar (Horizontal channel ), So = 0
69

Gambar 4. 7 Profil muka air pada kurva H (saluran horizontal)


b) Saluran landai (Mild channel), 0 < So < Scr

Gambar 4. 8 Profil muka air pada kurva M (Mild slope)

c) Saluran kritis (Critical channel), So = Scr

Gambar 4. 9 Profil muka air pada kurva C (Critical slope)

d) Saluran terjal (Steep channel) So > Scr

Gambar 4. 10 Profil muka air untuk kurva S (Steep slope)

e) Saluran menanjak (Adverse channel)


70

Gambar 4. 11 Profil muka air untuk kurva A (adverse slope)


4.2.3 Muka Air Di Hulu Pelimpah
Akibat adanya bangunan pelimpah di palung sungai maka terjadi perubahan muka
air pada bagian disebelah hulu pelimpah, perhatikan Gambar 7.1 sebagai berikut :

Gambar 4. 12 Perubahan Muka Air Pada Bagian Sebelah Hulu Pelimpah

Perubahan muka air tersebut dapat dihitung dengan beberapa metode, antara lain
metode tahapan langsung (direct step method).
Secara umum metode tahapan langsung dinyatakan dengan membagi saluran
(bagian saluran/sungai yang terjadi aliran berubah lambat-laun) menjadi bagian-bagian
saluran yang pendek, lalu menghitung secara bertahap dari satu ujung ke ujung yang lain.
Metode tahapan langsung merupakan metode yang sederhana yang dapat dipakai
untuk saluran prismatis.

Gambar 4. 13 Bagian Saluran Untuk Perhitungan Muka Air Metode Tahapan


Langsung
71

Samakan tinggi tekanan total di kedua ujung penampang 1 dan 2, maka dapat
ditulis sebagai berikut :
�21 �22
�0 ∆� + �1 + �1 = �2 + �2 + �� ∆�
2� 2�

�2−�1 ∆�
Cari x  ∆� = �0 −��
=
�0−��

Dengan E adalah energi spesifik, atau dengan


anggapan 1 = 2 =  = 1
�2
E = y + 2�

dimana :
y = kedalaman aliran,
V = kecepatan rata-rata,
 = koefisien energi,
So = kemiringan dasar,
Sf = kemiringan garis energi.
Nilai rata-rata Sf diberi notasi �� .
(��1 + ��2 )
�� =
2

Bila dipakai rumus Manning, kemiringan energi dinyatakan sebagai berikut :


�2 �2
�� =
�2/3
Bila dipakai rumus Chezy, kemiringan energi dinyatakan sebagai berikut :
�2
�� = 2
� �
4.2.4 Contoh Soal
1. Sungai dengan lebar dasar b = 100 m, koefisien Manning n = 0,035, kedalaman
normal aliran yn = 3,00 m, dan dasar saluran rata Sn = 0,0005. Akibat
pembangunan bendung menimbulkan naiknya mula air 1,50 m di hulu bendung
tersebut. Hitung panjang dan plot profilnya serta tentukan jenis kurva muka air
pada aliran berubah lambat alun (GVF) yang terjadi di hulu bendung ?
72

Penyelesaian :
Sungai berpenampang Epp yang sangat lebar, sehingga R  y
Debit persatuan lebar
1
q = � �2/3 �0.5
1 5/3 1/2 1
q = �� �0 = (3)5/3(0.0005)1/2
� 0.035
1
= 0.035 (3)5/3 = 3,987 m3/det/m.

Kedalaman kritis
1/3 1/3
�2 3.9872
�� = = = 1.175 �
� 9.81
Kedalaman aliran di sisi depan bendung (titik kontrol) y = 3,00 + 1,50 = 4,50 m.

Kemiringan kritis :
1 5/3 1/2 1 1/2
�= �� �� → 3.987 = 1.1755/3 �� → �� = 0.011375
� 0.035
1 5 / 3 1/ 2 1
q yc S c  3,987  1,1755 / 3 S c 1/ 2  S c  0,011375
n 0,035
Karena :
y > yn > yc  4.5 > 3 >1.175
0 > S0 > Sc  0 < 0.0005 < 0.0113755
Maka tipe profil muka air adala M1
Perhitungan selanjutnya dilakukan secara tabel, menggunakan metode langkah
langsung (direct step method) dengan 4 kali langkah untuk menentukan panjang profil
muka air balik.

Tabel 4. 5 Perhitungan Panjang Profil Muka Air Dengan Metoda Direct Step Method
73

Gambar 4. 14 Plotting Hasil Perhitungan Profil Muka Air Backwater

4.3 Aliran Berubah Tiba-Tiba


Aliran berubah tiba-tiba memiliki lengkung garis yang sangat jelas. Perubahan tiba-
tiba ini bisa diakibatkan oleh berbagai macam keadaan seperti, adanya ambang atau
perubahan bentuk dasar saluran. Perubahan lengkung yang mendadak menyebabkan profil
aliran yang terputus sehingga menyebabkan adanya turbulensi tinggi.
Aliran berubah tiba-tiba yang sering dilihat di sungai salah satunya adalah,
pelimpah, bendung, ambang lebar, ambang tajam, pintu air, peredam energi, dan bangunan
yang letaknya tegak lurus dengan arah aliran sungai.

4.3.1 Aliran Melalui Pelimpah


4.3.1.1 Bentuk Pelimpah
Bentuk pelimpah berdasarkan USBR telah menyusun beberapa bentuk baku di
Waterways Experiment Station(WES) untuk menetapkan bentuk pelimpah berdasarkan
persamaan berikut ini:
Xn = KHdn-1Y (Persamaan 3. 1)
Dengan:
X dan Y = koordinat profil pelimpah dengan titik awal pada titik tertinggi dari pelimpah
Hd = tinggi tekan rancangan tanpa tinggi kecepatan dari aliran yang masuk
K dsan n = parameter-parameter yang bergantung pada kemiringan bagian hulu
74

Tabel 4. 6 Nilai Koefisien Pelimpah


Kemiringan Hulu K n
Tegak lurus 2 1.850
3:1 1.936 1.836
3:2 1.939 1.810
3:3 1.873 1.776
Sumber: Ven Te Chow, 1997:330

Gambar 4. 15 Berbagai Bentuk Pelimpah

4.3.1.2 Kapasitas Pelimpah


Kapasitas aliran yang melalui pelimpah merupakan debit keluaran dari tampungan
Bendung yang telah mencapai kapasitas maksimum. Bangunan pelimpah dimaksudkan
untuk membuang kelebihan debit (debit banjir) yang terjadi pada musim hujan. Debit yang
melalui mercu pelimpah Tipe Ogee dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
� = �. �. ��1.5
Dimana :
Q = debit yang lewat di atas pelimpah (m3/dt)
75

C = koefisien pengaliran
L = lebar mercu bendung (m)
He adalah tinggi energi total pada pelimpah, termasuk tinggi kecepatan.
Berdasarkan banyak penelitian tinggi kecepatan dapat diabaikan apabila tingii pelimpah (h)
melebihi 1.33 Hd, dengan Hd adalah tinggi tekan rencana tanpa tinggi kecepatan.

Gambar 4. 16 Hubungan Tinggi Tekan Dengan Debit

4.3.1.3 Contoh Soal


1. Pelimpah (overflow spillway) mempunyai ambang pada elevasi 125,40 dan apron
horisontal pada elevasi 95,00 di bagian hilir. Bila elevasi garis energi adalah
127,90 ; koefisien debit ambang pelimpah Cd = 0,735 ; kehilangan energi melalui
ambang diabaikan.
76

a) Hitung elevasi muka air hilir (tailwater) untuk membentuk loncatan


hidraulik
b) Hitung kehilangan energi pada loncatan hidraulik
Penyelesaian:

H = EL 127,90 – 125,40 = 2,50 m


q = CdH3/2 = 0.735 x (2.5)3/2 = 2.91 m3/dt
E1 = El. 127.9 – 95 = 32.9 m
�2 �2 2.912
E1 = �1 + 2�1 → 32.9 = �1 + = �1 +
2��21 2×9.82×�21
0.43
32.9 = �1 + → �31 − 32.9�21 + 0.43 =
�21

Dengan cara coba-coba didapatkan nilai y1 = 0,115 m

Kecepatan aliran : �1 = � = 0.225 = 25.3 � ��


� 2.91
1

� 25.3
Bilangan Froude : ��1 = ��
=
9.81×0.115
= 23.82 > 1 aliran super kritis

�1 0.115
�2 = −1 + 1 + 8��21 = −1 + 1 + 8 × 23.822 = 3.82 �
2 2

Elevasi muka air hilir = El. Apron + y2 = 95,00 + 3,82 = 98,82 m

Kehilangan energi:
�2 2.912
EL = E1 – E2 = 32.9 – �2 + 2�2 = 32.9 − 3.82 + 2×9.81×3.822 = 29.05 �
77

4.3.2 Loncatan Hidrolik


Loncatan hidrolik terjadi apabila terdapat aliran kritis yang tiba-tiba berubah
menjadi aliran subkritis. Perubahan bentuk aliran ini akan terjadi apabila kecepatan dan
kedalaman aliran berubah. Loncatan hidrolik sangat berguna dalam bangunan air, seperti
pelimpah, terjunan atau saluran yang curam. Sehingga dengan adanya loncatan hidrolik
maka energi yang besar dari aliran super kritis dapat diredam. Peredaman energi sangat
berguna untuk mencegah erosi pada saluran dan dasar saluran.
Loncatan hidrolik yang digunakan sebagai peredam energi bisanya berupa seluruh
atau sebagian kolam saluran yang dinamakan kolam olakan. Bagian bawah kolam
diratakan untuk mencegah penggerusan. Tidak semua bagian saluran kolam digunakan
sebagai peredam energi, hanya sebagian kolam saluran saja, dengan alasan bangunan lebih
ekonomis.

Gambar 4. 17 Diagram Hidrolis Kolam Olak

4.3.2.1 Jenis Loncatan


Berdasarkan penelitian yang dilakukan USBR, loncatan hidrolik dibedakan
berdasarkan bilangan Froude.
1. F1 = 1 sampai 1.7, terjadi ombak pada permukaan aliran, dinamakan
loncatan berombak.
2. F1 = 1.7 sampai 2.5, terbentuk rangkaian gulungan ombak pada permukaan
loncatan, kecepatan keseluruhan seragam dan kehilangan energinya kecil,
dinamakan loncatan lemah. Pada kondisi ini kolam olak diperlukan untuk
meredam energi secara efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang
ujung mampu bekerja dengan baik.
3. F1 = 2.5 sampai 4.5, terdapat loncatan aliran dari dasar dan muncul ke
permukaan aliran disertai osilasi. Setiap osilasi membentuk gelombang tak
78

teratur yang besar. Seringkali menjalar hingga jarak yang jauh, dan
menyebabkan kerusakan pada dasar dan pinggir tanggul saluran. Loncatan
ini disebut loncatan berosilasi. Cara mengatasinya adalah mengusahakan
agar kolam olak untuk bilangan Froude ini mampu menimbulkan olakan
(turbulensi) yang tinggi dengan blok halangnya atau menambah intensitas
pusaran dengan pemasangan blok depan kolam. Blok ini harus berukuran
besar (USBR tipe IV). Tetapi pada prakteknya akan lebih baik untuk tidak
merencanakan kolam olak jika 2,5 < Fr < 4,5. Sebaiknya geometrinya
diubah untuk memperbesar atau memperkecil bilangan Froude dan
memakai kolam dari kategori lain.
4. F1 = 4.5 sampai 9, ujung permukaan hilir akan menggulung. Gerakan air
dan letak loncatan tidak begitu dipengaruhi oleh kedalaman air di bawah.
Peredaman energinya hingga 75%. Loncatan ini dinamakan loncatan tunak.
Peredaman energinya paling efektif menggunakan kolam olah USBR tipe
III.
5. F1 > 9, kecepatan semburan sangat tinggi akan memisahkan hempasan
gelombang dari permukaan loncatan, jika permukaan kasar akan
menimbulkan gelombang. Peredaman energinya hingga 80%. Loncatan ini
dinamakan loncatan kuat.

Gambar 4. 18 Visualisasi Berbagai Jenis Loncatan Hidrolik


79

4.3.2.2 Persamaan Hidrolis


1. Perbedaan muka air dihulu dan di hilir (Z)
Perbedaan muka air dihulu dan di hilir (Z) ditetapkan = Y2/3, Dimana tinggi muka
air di ruang olak Y2 dipengaruhi oleh besarnya nilai Froude Number (Fr) aliran masuk.
 F1 = 1.7 – 5.5; Y2’ = (1.1 – F12)Y2
 F1 = 5.5 – 11; Y2’ = 0.85 Y2
 F1 = 11 – 17; Y2’= (0.1 – F12)Y2
2. Kehilangan energi E
2
�1 − �2
∆� = �1 − �2 =
4�1 �2
3. Efisiensi loncatan E2/E1
�2 (8�21 + 1)1.5 − 4�21 + 1
=
�1 8�21 2 + �21
4. Tinggi loncatan air hj
hj = Y2 – Y1
5. Panjang ruang olak Lj
4.5�2
�� =
0.76�1
Dimana:
�1
F1 = bilangan Froude di hulu loncatan air = � �1

V1 = kecepatan aliran di hulu loncatan air (m/dt)


Y1 = tinggi aliran di hulu loncatan air (m)

4.3.2.3 Bangunan Peredam Energi


1. Kolam Olak Tipe USBR tipe III
Kolam olak USBR tipe III digunakan pada kondisi hidrolis dimana bilangan Froude
antara 4.5 hingga 9.
80

Gambar 4. 19 Kolam Olak USBR Tipe III

Gambar 4. 20 Dimensi Kolam Olak USBR Tipe III

2. Kolam Olak Tipe USBR tipe IV


Kolam olak USBR tipe IV digunakan pada kondisi hidrolis dimana bilangan
Froude antara 2.5 hingga 4.5.
81

Gambar 4. 21 Kolam Olak Tipe IV

4.3.2.4 Contoh Soal


1. Debit yang mengalir lewat spillway saat banjir q = 7,75 m3/detik persatuan
lebar. Pada kaki spillway kedalaman alirannya ya = 0,5 m. tentukan dari
loncatan air yang terjadi :
a. tipe loncatan
b. panjang loncatan
c. energi yang teredam
d. Prosentase energi yang teredam relative terhadap energi awal

Penyelesaian :
q = 7,75 m3/detik/m. dan ya = 0,5 m.
Va = q/ya = 7,75 / 0,5 = 15,5 m/detik
�� 15.5
��� = = =7
��� 9.81 × 0.5

Kedalaman akhir loncatan :


�� 1
= 2 −1 + 1 + 8��2�
��
82

�� 1
= 2 −1 + 1 + (8 × 72)
0.5
yb = 4.71 m

a. tipe loncatan tetap, karena Fra = 7


b. panjang loncatan menurut Smetana, Lj = 6 (yb – ya) = 6 (4,71 – 0,5) = 25,26
m.
c. energi yang teredam :
3 4.71 − 0.5 3
�� − ��
�� = = = 7.92 �
4 ���� 4 0.5 × 4.71
d. Prosentase energi yang teredam relative terhadap energi awal
�� 7.92 7.92 7.92
= 2 = 2 = 12.5 × 100% = 62.1%
�� � 15.2
�� + � 0.5 + 2 × 9.81
2�

2. Saluran empat persegi panjang mengalirkan aliran superkritis agar terjadi


loncatan sebagai peredam energi. Jika energi yang teredam oleh loncatan air
Elv = 5 m dan bilangan Froude Fr = 8,5 pada awal loncatan, tentukan
kedalaman air pada awal loncatan ?

Penyelesaian :
Fra = 8,5 dan EL = 5 m.
�� 1
= 2 −1 + 1 + 8�2� = 1 2 −1 + 1 + 8 × 8.52 = 11.53
��
�� 3
−1
�� ��
= ��
�� 4
��
5 11.53 − 1 3
= = 25.32
�� 4 × 11.53
5
�� = = 2.277 �
25.32

3. Tinggi mercu spillway P = 40 m. Tinggi tekanan rencana Hd = 2,5 m di atas


mercu. Hitung kedalaman akhir loncatan dan energi teredam pada loncatan air
yang terjadi pada lantai apron di kaki spillway, Jika head loss mercu diabaikan
dan Cd = 1,301?
83

Penyelesaian:
Debit persatuan lebar spillway
� = 2 3 �� 2��1.5

= 2 3 × 1.301 2� × (2.5)1.5
= 15.19 m3/dt/m

Kedalaman di awal loncatan dengan head loss akibat mercu diabaikan, maka
persamaan energi di penampang (1) dan penampang (a) adalah sebagai berikut :

�2�
� + �� = �� +
2�
�2
� + �� = �� +
2� �2�
15.192
42.5 = �� +
2 × 9.81 × �2�
Berdasarkan coba-coba didapatkan ya = 0.529 m
Kedalaman di akhir loncatan :
� 15.19
�� = = = 28.715 �/��
�� 0.529
�� 28.715
��� = = = 12.605
� �� 9.81 × 0.529
�� 1
= 2 −1 + 1 + 8�2� = 1 2 −1 + 1 + (8 × 12.6052 = 17.333
��
��
= 1 2 −1 + 1 + (8 × 12.6052 ) = 17.333
0.529
�� = 0.529 × 17.333 = 9.169 �
84

Energi yang teredam :


3
�� − �� (9.169 − 0.529)3
�� = = = 33.243 �
4 �� �� 4 × 0.529 × 9.169
�2� 28.7152
�� = �� + = 0.529 + = 42.6 �
2� 2 × 9.81
Prosentase terhadap energi awal:
�� 33.243
= × 100% = 78.12%
�� 42.6

Anda mungkin juga menyukai