Anda di halaman 1dari 36

Tegangan dan Lendutan Akibat Momen Lentur

Bila suatu beban vertikal bekerja pada balok yang terletak di


atas dua tumpuan atau pada balok kantilever, maka balok tersebut
akan mengalami lentur, yang mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk pada batang berupa lendutan. Pada umumnya balok
merupakan bagian konstruksi bangunan yang digunakan untuk
mengalihkan beban-beban vertikal menjalar ke arah horisontal yang
menimbulkan lentur, dan mengakibatkan balok mengalami
lendutan, yang akhirnya akan menyebabkan timbulnya tegangan
lentur pada penampang balok.
Perhatikan Gambar. Selembar kertas yang diletakan di atas dua
perletakan, tidak mampu di bebani, akan tetapi bila kertas tersebut
dilipat-lipat, maka kertas tersebut akan menjadi lebih kaku dan
mampu dibebani, Mangapa?
Bila sebatang balok kantilever dibebani dengan beban vertikal P pada ujungnya,
maka akan menimbulkan lentur pada balok tersebut, lentur ini menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk berupa lendutan, yang kemudian mengakibatkan
timbulnya tegangan pada penampang balok tersebut, dimana lapisan bagian atas
dari penampang balok akan mengalami tegangan tarik, sedangkan pada bagian
bawah balok akan mengalami tegangan tegangan tekan.
Terdapat beberapa kondisi yang dapat menerangkan lebih jelas tentang
P

Keadaan Akan mengakibatkan


Gaya Panjang Penampang Lendutan d
P A d
P1 > P A d1 > d
P 2 > A d2 > d
P A3 < A d3 > d
P posisi penampang d4 > d atau d4 < d
Dari kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa lendutan akibat beban terpusat
pada konstruksi batang mempunyai hubungan sebagai berikut:

P l n
d k
EI
Dimana k merupakan faktor yang tergantung pada bentuk konstruksi, dan I
merupakan faktor penampang balok, n menunjukan bahwa rumus tersebut
bukan fungsi linear.

Selanjutnya pada balok di atas dua perletakan yang dimuati beban P akan
melengkung atau melentur. Lentur ini akan menimbulkan lendutan dan
tegangan pada balok tersebut seperti Gambar 3. Perubahan bentuk ini akan
menyebabkan lapisan atas balok mangalami tegangan tekan, sedangkan lapisan
bawahnya akan mengalami tegangan tarik.

Jika sebatang balok dibebani oleh sebuah gaya lintang, maka balok tersebut akan
melendut dan bila diambil sebagian elemen balok tersebut, berdasarkan Hipotesa
Bernoulli dan perilaku elastis bahan sesuai dengan hukum Hooke akan
memberikan diagram sebagai berikut:
Gambar 3. Balok mengalami Lentur-an
Back
Dari sini kita dapat menentukan
pembagian tegangan pada
penampang balok, kita
dapatkan tegangan tekan pada
serat atas dan tegangan tarik pada
serat bawah.
Tegangan lentur yang bekerja
pada penampang melintang adalah
seharga dengan gaya kopel D
dan T yang bekerja dengan
panjang lengan Z.

Kopel ini membentuk momen


yang dibutuhkan untuk
keseimbangan, sedangkan gaya-
gaya D dan T dibentuk oleh
tegangan total yang bekerja
pada penampang melintang D
sama dengan volume tegangan
tekan dan T sama dengan
volume tegangan tarik.
1 h
D b
2 2
1 h
T b
2 2
2
Z h
3

dimana Z adalah jarak antara titik berat volume tegangan tekan dan volume
tegangan tarik terhadap garis normal. Momen (M) menjadi :
M DZ T Z
dimana : D = gaya tekan ; T = gaya tarik
Untuk penampang segi empat :

1 h 2 bh 2
M b h jika W X 1 bh 2
2 2 3 6 6
Wx tergantung dari bentuk penampang melintang dan disebut Momen
Tahanan/Modulus Penampang elastis (Sx), sehingga persamaan momen dapat
ditulis menjadi :
M WX
TEORI LENTURAN DAN TEGANGAN LENTURAN (penurunan rumus)

Sebatang balok yang melentur dengan penampang melintang sembarang, bila


diamati deformasi pada elemen nya. Menurut Hipotesa Bernoulli bahwa jika
titik berat penampang tidak ditengah-tengah tinggi balok, deformasi pada serat
atas dan serat bawah akan berbeda, sedangkan menurut Hukum Hooke
tegangan pada serat atas akan berbeda dengan tegangan pada serat bawah.
Dengan mengambil sebuah elemen dengan panjang lo pada batang yang
mengalami lentur, dapat diperoleh gambaran deformasi dan penyebaran
tegangan seperti gambar dibawah
Pada elemen kecil tak terhingga A bekerja sebuah tegangan , dan gaya K = . A
akan menyebabkan bekerjanya momen pada garis netralnya sebesar M = K . y.
B
Tegangan dapat dinyatakan sebagai : y
yb
B
sehingga K A y A Dan M K y B y 2 A
yB yB
oleh karena tiap-tiap elemen menghasilkan sebuah M , sehingga jika semua elemen
B
dijumlahkan akan diperoleh M y 2 A
yB
B
dan karena konstan, maka persamaan momen dapat ditulis :
yB

jika I X y 2 A yakni momen inersia penampang terhadap sumbu X melalui titik berat

penampang, maka tegangan akibat lentur dapat dihitung dengan menggunakan rumus
M
y
IX
dan jika kita rumus gabungkan dengan rumus M WX maka akan didapat bentuk

IX
hubungan W X yakni antara momen tahan dan momen inersia
y
NAVIER BERNOULLI HYPOTHESIS

The Navier-Bernoulli hypothesis (also called Navier 's


hypothesis) is a statement about the mechanics of
deformable solids , more exactly it is a kinematic
hypothesis about the field of displacements of an elongated
piece or mechanical prism.

The principle states that


Two initially flat and parallel cross sections remain flat
but not parallel throughout the deformation process,
even in the plastic region.

This implies that sections that were parallel will end up


forming a small angle. In addition, it can be verified that
there is a surface of points called neutral fiber , to which the
distances measured on said surface before and after
deformation are maintained (before deformation the neutral
fiber is flat, after the final curved deformation, although the
Distances are maintained).
Back
HUKUM HOOKE (HOOKES LAW)

The principle states that


for relatively small deformations of an object, the displacement or size
of the deformation is directly proportional to the deforming force or
load
This implies that under these conditions the object returns to its
k original shape and size upon removal of the load. Elastic behaviour of
solids according to Hookes law can be explained by the fact that small
displacements of their constituent molecules, atoms, or ions from
normal positions is also proportional to the force that causes the
displacement.
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam
bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir
atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional akan
berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi
normalnya, atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai
berikut:
F F=k.x
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m) Back
Contoh Soal 1:
Diketahui sebuah balok kantiever dengan penampang pada potongan c-c seperti
tergambar, hitung tegangan maksimum pada potongan c-c.

Q = 75kg/m
Penyelesaian :
20 kn C Dengan menggunakan syarat keseimbangan dapat
dihitung reaksi dan momen
V 0 20 q x VB 0
Mr
A B
20 0,75 2 VB 0
C
2m
VB
VB 18,5kn()
Lm
x
20 x q x M c c 0
20 kn
2
Mc-c 2
20 2 0,75 2 M c c 0
2
N
M c c 38,5kn.m

I z I 0 yz A
2

1 1
40 cm Iz b h3 0 A 0,3 0,43 0
12 12
4
I z 16 10 m 4

30 cm
Tegangan maksimum terjadi pada jarak terjauh dari garis netral penampang
= h = 20 cm=0,20 m
Sehingga tegangan yang terjadi adalah sebagai berikut :
Tegangan yang terjadi pada sisi bagian atas adalah tegangan tarik

M yb 38,5 0,20
A max
IZ 16 10 4
A max 4.813 kN (tarik )
m2
Sedangkan pada sisi bagian bawah adalah tegangan tekan
M yb 38,5 0,20
B max
IZ 16 10 4
B max 4.813 kN (tekan)
m2
Contoh Soal 2:
Diketahui sebuah balok kantiever dengan penampang pada potongan c-c seperti
tergambar, hitung tegangan maksimum pada potongan c-c.

Q = 75kg/m Penyelesaian :
C
1
20 kn

60 40 60 20 15 20 30
y A 2
y
A 40 60 20 30
Mr
A B
y 28,3 mm
C
2m
VB
Lm
Dengan menggunakan syarat keseimbangan momen
pada garis netral, maka didapat momen pada
potongan c-c
x
N 20 q x M c c 0
2
2
20 2 0,75 2 M c c 0
2
20 kn
Mc-c
M c c 38,5kn.m
1 2
I 40 60 40 60 30 28,3
3
Momen inersia penampang :
12
1 2
12 20 30 3
20 30 35 28,3

65,5 10 4 mm4 6,55 10 7 m 4

Tegangan maksimum terjadi pada jarak terjauh dari garis netral penampang
sehingga tegangan terjadi adalah sebagai berikut :
Tegangan yang terjadi pada sisi bagian atas adalah tegangan tarik
M ya 38,5 60 28,3
a max
I 6,55 10 7
a max 1.863.282 kN 2 (tarik )
m
Sedangkan pada sisi bagian bawah adalah tegangan tekan

b

M yb 38,5 28,3 10 3


I 6,55 10 7
b 1.663.435 kN 2 (tekan)
m
Contoh Soal 3:
Diketahui sebuah balok diatas dua tumpuan dengan penampang seperti tergambar,
hitung tegangan lentur maksimum
Penyelesaian :
C 4 n/m

x
y A 80 10 100 20 40 10 80
y
A 100 20 10 80
y 75,7mm
A B
2 m
C Momen inersia penampang gabungan :
1 2
I 100 20 100 20 100 75,7 10
100 mm 3

12
1 2
12 10 80 10 80 75,7 40
20 mm
3


Z Z 1.921.905 mm4
Dengan menggunakan syarat keseimbangan
80 mm
Y =75,7 mm dapat dihitung reaksi dan momen
1 1 4
M B 0;VA 2 4 2 2 0;VA N ()
2 3 3
V 0;VA VB 4 2 0;VB N
10 mm
1 8
2 3
Cari momen maksimum :
Buat potongan c-c sejauh x dari tumpuan A, dan hitung Momen pada
potongan c-c
1 1
M x VA x
qx x x
2 3
4 1 qx 1
Mx x x x
3 2 2 3
4 1 4 x 1 4 1 3
Mx x x x x x
3 2 2 3 3 3

Momen akan maksimum , bila turunan pertama dari persamaan Mx = 0


d M x
0; atau Dx 0 Tegangan maksimum untuk serat atas
dx
d M x 4
103 100 75,7
16 3
x2
My
dx 3 a 9 0,0389 N (tekan)
4 2 I 1.921.905 mm2
0 x2 x 3
3 3
3
12
N mm Tegangan maksimum untuk serat bawah
4 2 16 3
M max 3 3
3 3 3 3 9

103 75,7
16 3
My
b 9 0,1213 N (tarik )
I 1.921.905 mm2
Contoh Soal 4:
Diketahui seorang peloncat indah dengan berat 78 kg, berdiri di ujung papan loncatan,
bila penampang papan loncatan seperti tergambar, hitung tegangan maksimum yang
timbul pada papan tersebut dimana A tumpuan sendi dan B rol
Penyelesaian :
1
10 350 20 3 15 20 10 30
y A 2
y
A 350 20 3 10 30
y 0,01285 m

Momen inersia penampang gabungan :


1 2 1 2
I 35020 35020 20 12,85 3 1030 1030 35 12,85
3 3

12 12
0,799 10 6 m 4
Dengan menggunakan syarat keseimbangan dapat dihitung reaksi dan momen
M B 0;VA 1,5 78 2,5 0;VA 130kg()
V 0;VA VB 78 0;VB 208kg
Momen maksimum terjadi pada titik B
M B max VA 1,5
M B max 130 1,5 195 kg mm

Tegangan maksimum terjadi pada titik terjauh pada serat bawah


M yb 195 103 0,05 0,01285
b
I 0,799 10 6
b 88,9 MPa (tekan)
Contoh Soal 5:
Diketahui sebuah balok kantiever dengan penampang pada potongan c-c seperti
tergambar, hitung tegangan maksimum pada potongan c-c.
Penyelesaian :
y A 20,1 0,2 0,015 0,001 0,02 0,25
y
20,2 0,15 0,02 0,25
2,6 kn C
A
tg = 12/5
y 0,05909m 59,09mm

A B
Mr Dengan menggunakan syarat keseimbangan momen
C
pada garis netral, maka didapat momen pada
2m
VB potongan c-c
M c 0
2,4 2 1 0,05909 M c c 0
250 mm

Y = 59,09 mm
20mm M c c 4,859kN m
Z
C
Z
Momen inersia penampang gabungan :
200 mm
15mm 15mm
1 2
I 0,250,02 0,250,2 0,05905 0,01
3

12
2,4 kn Mc-c
1 2
2 0,0150,2 0,0150,2 0,1 0,05909
0,1 kn 3
V

N
12
42,26 10 6 m 4
Tegangan maksimum terjadi pada jarak terjauh dari garis netral penampang
Sehingga tegangan terjadi adalah sebagai berikut :
Tegangan yang terjadi pada sisi bagian bawah adalah tegangan tekan

M yb 4,859 0,1409
B max
I 42,26 10 6
B max 16,2 MPa (tekan)

Sedangkan pada sisi bagian atas adalah tegangan tarik

M ya 4,859 0,05909
A
IZ 42,26 10 6
A 6,79 MPa (tarik )
Lendutan/Defleksi dan Putaran
Sudut Balok
Disamping faktor tegangan, spesifikasi untuk
rancangbangun balok sering ditentukan oleh adanya
lendutan/defleksi dan putaran sudut. Konsekuensinya,
disamping perhitungan tentang tegangan-tegangan seperti
dijelaskan diatas, perancang juga harus mampu
menentukan lendutan/defleksi dan putaran sudut.
Sebagai contoh, dalam banyak kode bangunan
lendutan/defleksi maksimum yang diperkenankan dari
suatu batang tidak boleh melebihi 1/300 panjang balok.
Dengan demikian, balok yang dirancang dengan baik tidak
hanya mampu mendukung beban yang akan diterimanya
tetapi juga harus mampu mengatasi terjadinya defleksi
sampai batas tertentu.
Dalam merencanakan sebatang balok akan melibatkan tegangan dan
lendutan, hal ini dapat dilihat dari sebatang balok yang ditumpu di atas
dua perletakan menahan momen M di kedua ujungnya. Seperti gambar
dibawa, maka balok tersebut akan melendut sekaligus menimbulkan
tegangan.

M M

A ds B
x dx
Lendutan tersebut dapat dinyatakan dengan suatu persamaan
diferensial dalam salib sumbu ortogonal X-Y, dan dianggap bahwa
bentuk lengkungan dari lendutan ini pada setiap titik hanya tergantung
kepada besarnya momen lentur pada titik tersebut. Dari persamaan :
A
E
M y 2 dA
R 0
diperoleh hubungan antara lengkungan, momen dan kekakuan batang
dengan persamaan :
1 M

R EI
untuk menggambarkan lengkungan tersebut dapat dicari persamaan garis
lengkung di titik tertentu yakni X, bila garis singgung di titik X membentuk sudut
putar , maka
dy dy
tg arctg
dx dx
dan selanjutnya bila jari-jari lengkungan R dan panjang busur
diferensial lengkungan ds akan didapat hubungan persamaan
1 d

r ds
tanda negatif didapatkan dari kesepakatan bahwa momen lentur
positif bila sumbu batang melengkung ke bawah, dengan kata lain titik
pusat lengkungan berada di sebelah atas sumbu batang. Dari uraian
tersebut dapat dikatakan bahwa sudut menjadi semakin kecil bila
titik X semakin jauh dari titik A. Dengan kata lain kelengkungan
lendutannya sangat rata dengan kelengkungan yang sangat kecil, sudut
menjadi sangat kecil, sehingga
dx
ds
cos
Karena, cos 1 bila kecil, maka ds dx
dy
d d darctg
1 1 d dx dx

r ds dx r ds dx ds
Moment-Curvature Equation

v (Deflection)
y
NA
A B
x
x

A s B

If deformation is small (i.e. slope is flat):


s x
I d
R. S x
R dx
R
v
and (slope is flat)
x
B
S v I d2 v
A
R dx 2

Alternatively: from Newtons Curvature Equation


2
v d2 v dv
R 2 if 1
I
dx dx
v f (x )
3
R
dv 2 2
1 I d2 v
dx
x R dx 2
From the Engineering Beam Theory:

Mxz E 1 Mxz d2 v

Iz R R EI z dx 2
d2 v
EI z 2 Mxz
dx
Flexural Bending
Stiffness Moment
Curvature

Mxz
Recall, for Bars under axial
loading:

K u Load
Flexural
Stiffness 1 d2 v Axial Extension
Stiffness
R dx 2
d2 v 1
Since, 2
Mxz Curvature
dx EI z
dv 1
Mxz dx C1 Slope
dx EI z
1
v Mxz dx dx C
1 dx C2
EI z Deflection
Where C1 and C2 are found using the boundary conditions.

Curvature Slope Deflection

R
v
dv
dx
Example: v = Deflection
L P
y P.L
A B
v vMax
x
P
Deflected
x Shape
P.L
Mxz
Qxy
P Mxz Px PL
d2 v
EI z 2 Mxz Px PL
dx
dv x2
EI z P PLx C1
dx 2
x 3 PLx 2
EI z v P C1x C2
6 2
x 3 PLx 2 P
EI z v P C1x C2
6 2
To find C1 and C2:
dv
Boundary conditions: (i) @ x=0 0
dx
(ii) @ x=0 v0

C1 0 & C2 0

Equation of the deflected shape is:


x 3 PLx 2
EI z v P
6 2
vMax occurs at x=L
1 PL3
vMax
3 EI z
2.4.2 Macaulays Notation P
a b
Example:
y
L
x
Pb Pa
x
L P L
Pb Mxz
L Qxy

Mxz Pb
L
x P x a
d2 v
EI z 2 Mxz Pb x P x a
dx L
dv Pb x 2 P
EI z x a C1
2
L 2
dx 2
EI z v Pb 6L x 3 P 6 x a3 C1x C2
EI z v Pb 6L x 3 P 6 x a3 C1x C2

Boundary conditions: (i) @ x=0 v0

(ii) @ x=L v0

From (i): C2 0
From (ii): 0 Pb
6L
L P L a
3
6
3
C1L

C1 Pb
6L
b 2
L2 Since (L-a)=b

Equation of the deflected shape is:

v
1 Pb
EI z 6L

x
3 P
6

x a Pb
3
6L
b2 L2 x
To find vMax:
dv
vMax occurs where 0 (i.e. slope=0)
dx
x 2
P Pb b2 L2
i.e. EI z 0 Pb
2
x a
L 2 2 6L

Assuming vMax will be at x<a, i.e. x a2 0


dv
0 when
x 2 1 b2 L2 1 L2 b2
3 3

dx
This value of x is then substituted into the above equation of the deflected
shape in order to obtain vMax.

Note: L L
L
if a b 2
P
2
2
PL3
vMax vMax
48EI z
Summary

After considering stress caused by bending, we have now looked at the


deflections generated. Keep in mind the relationships between Curvature, Slope,
and Deflection, and understand what they are:
d2 v 1 I
Curvature
2
Mxz
dx EI z R
Slope dv
dx
Deflection v

Apart from my examples and problems:


B, C & A Worked Examples, pg 185-201

Problems, 7.1 to 7.15, pg 207

Anda mungkin juga menyukai