4
TIPE-TIPE LENTURAN
- M2
Balok Sederhana Balok Kantilever
M1
M1 M1
B
M1 M1
B
6
2. Lenturan Biasa (Ordinary Bending)
Lenturan dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja
pada batang dan tidak terdapat kopel.
Balok dengan lenturan biasa mempunyai tegangan
lentur dan tegangan geser.
P P
A B Balok sederhana AB
dibebani beban P, dan
a a reaksi perletakan
RA RB
P
Gaya geser di sepanjang
0 SFD balok AB
-P
8
TEGANGAN LENTUR
9
a. Balok tumpuan sederhana b. Distribusi regangan c. Distribusi tegangan
10
MOMEN POSITIF
11
MOMEN NEGATIF
12
PENURUNAN RUMUS TEGANGAN LENTUR
sb (max)
Dengan I x y 2 dA maka M I
c
A
15
Tegangan lentur menunjukkan bahwa tegangan
sebanding dengan momen lentur dan berbanding
terbalik dengan momen inersia penampang.
→ besarnya tegangan bervariasi secara linier
terhadap jarak y dari sumbu netral.
sb ( ijin )
M ijin I
dimana :
c
Mijin : momen lentur ijin/kapasitas momen (Nmm)
Sb(ijin) : tegangan lentur ijin (MPa)
17
18
Rumus lentur valid jika memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Balok harus lurus sebelum pembebanan.
2. Balok harus homogen, mengikuti hukum Hooke, dan nilai dari
modulus elastisitas sama, baik untuk tarik maupun untuk tekan.
3. Beban dan reaksi harus terletak pada pada bidang vertikal yang
tegak lurus terhadap sumbu longitudinal balok.
4. Balok harus mempunyai penampang yang seragam.
5. Tegangan lentur maksimum tidak boleh mencapai batas
proporsional.
6. Balok harus memiliki ketahanan tekuk (buckling resistance) yang
cukup.
7. Semua bagian komponen balok harus memiliki ketahanan tekuk
lokal yang cukup.
8. Panjang balok harus proporsional terhadap lebarnya.
19
CONTOH SOAL TEGANGAN LENTUR
Struktural tidak simetri terhadap sumbu X-X, maka sumbu netral harus
ditetapkan dengan cara mencari titik berat ӯ yang dihitung dari serat tepi
bawah.
A i
yi
12x250 y
A
12 250 137 300 12 6
12 250 300 12
65,55 mm (dari serat tepi bawah)
Mx = RB x – ½ q x2
22
b. Diagram momen c. Momen lentur maksimum
M max 22,5.103 x 1 2 9 x 2
RB 5000 mm Rc 22,5.103 2500 1 2 9 2500 2
x
28.125.000 Nmm
BMD
28,13 kNm
Mx
DB = RB Mmax
SFD
DC = RC
23
d. Analisa balok apakah cukup kuat, jika diketahui tegangan lentur ijin
150 MPa. Untuk menghitung kapasitas momen atau momen
lentur ijin ambil nilai c terbesar.
→ dipakai catas = 196,45 mm.
sb (ijin ) 150
M ijin I 43749850 33.405.332,15 Nmm
c 196,45
33,41 kNm
Momen lentur aktual (yang disediakan oleh penampang balok) = 33,41 kNm
24
e. Diagram tegangan lentur
M catas 28,13.106 196,45
→ catas = 196,45 mm sb ( atas ) 126,31 MPa
I 43749850
126,31 MPa
12x250 mm
196,45 mm
sb(atas) < sb(ijin)
Garis netral
126,31 < 150 Mpa
65,55 mm → Balok kuat → Aman !
M y P
Dirumuskan : sb
I A 26
TEGANGAN GESER
27
PENURUNAN RUMUS TEGANGAN GESER
P
MD
ME
28
CD dan CE menunjukkan resultan tegangan lentur tekan pada bidang D
dan E
Karena elemen dalam kesetimbangan dan jumlah gaya-gaya
horisontal harus sama dengan nol, maka gaya geser horisontal ada
pada bidang F = CE - CD .
Gaya geser horisontal adalah hasil dari tegangan geser horisontal dan
luas permukaan bawah elemen yang dinyatakan sebagai ssbx.
29
Gambar (c) memperlihatkan luas persegi panjang infinitesimal a yang
sejajar terhadap sumbu netral bidang E.
Luas sentroid a terletak pada jarak y dari sumbu netral.
Tegangan lentur pada luas ini menggunakan rumus lentur : s M E y
b
ME y I
Gaya yang bekerja pada luasan a : P A
I
Gaya total yang bekerja pada luasan total di atas bidang F adalah
sama dengan CE :
ME ME
CE y A CE y A
I I
30
Besaran Ʃya menunjukkan momen dari luas total elemen (di atas bidang
F) pada bidang E terhadap sumbu netral, disimbolkan Q yang
merupakan momen statis luas, maka : ME Q
CE
I
Dengan cara yang sama, resultan gaya CD yang bekerja pada bidang D
:
M Q
CD D
I
ME Q MD Q Q
Beda diantara 2 gaya :CE C D M E M D
I I I
Q
Jadi gaya horisontal pada bidang F (ssbx) ss bx M E M D
I
ss
M E M D Q
31
I b x
Perubahan momen lentur di antara 2 titik pada balok adalah sama
dengan luas digram geser diantara 2 titik yang sama.
M E DD V x
Maka diperoleh :
V xQ V Q
ss ss
I b x
I b
dimana :
ss : tegangan geser (horisontal dan vertikal) pada bidang penampang
balok (MPa)
V : gaya geser vertikal dihitung dari luas penampang(N)
Q : momen statis terhadap sumbu netral dari luas penampang di
antara bidang horisontal dimana tegangan geser dihitung dan sisi
atas atau bawah balok (mm 3 )
I : momen inersia penampang balok terhadap sumbu netral (mm 4 )
b : lebar penampang balok pada bidang horisontal dimana tegangan
geser dihitung (mm)
32
Tegangan geser menunjukkan bahwa tegangan sebanding dengan
gaya geser dan berbanding terbalik dengan momen inersia
penampang.
V Q
ss
I b
→ besarnya tegangan geser bervariasi secara kuadratik terhadap
jarak y dari sumbu netral.
y
h/2
z ss(max)
0
h/2
b 33
GAYA GESER IJIN
ss ( ijin ) I b
Vijin
Q
dimana :
Vijin : gaya geser ijin/kapasitas geser (N)
Ss(ijin) : tegangan geser ijin (MPa)
34
CONTOH SOAL TEGANGAN GESER
Suatu bahan struktural dibuat dari 3 plat baja yang dilas bersama
membentuk unit tunggal (plat girder). Girder dikenai beban vertikal,
sehingga menimbulkan gaya geser maksimum V = 2100 MN.
Hitung :
a. Tegangan geser maksimum
629 pada bidang sumbu netral.
b. Tegangan geser pada
sambungan flange dan web
(bidang E-E)
38 c. Plot distribusi tegangan geser
pada penampang balok.
I I 0 Ad 2
1 1
2 400 383 400 38 629 2 12 12203 12 1220 0 2
12 12
1,38.1010 mm 4
36
Qa Q flange Qweb
A flange y flange Aweb y web
400 38 629 12 610 305
11.793.400 mm 3
VQ
sehingga ss
Ib
2100 106 11793400
1,38 1010 12
149.553,99 MPa
149,55 GPa
37
b. Tegangan geser pada sambungan flange dan web (bidang E-E)
Momen luasan di atas bidang E-E:
121,24 GPa
3,64 GPa
0
39
Tegangan geser web rata-rata :
V
ss ( rata rata )
d tw
dimana :
ss(rata-rata) : tegangan geser web rata-rata (MPa)
V : gaya geser vertikal (N)
d : kedalaman balok (mm)
tw : ketebalan balok (mm)
Vijin ss (ijin ) d t w
40
ANALISIS BALOK
42
PROSEDUR DESAIN BALOK
43
6. Menggunakan nilai momen lentur terbesar (abaikan
tanda), hitung modulus penampang menggunakan rumus
lentur.
M
S
sb (ijin )
44
10. Hitung modulus penampang pada kondisi no 9.
→ Jika modulus penampang lebih kecil daripada yang
diperlukan, pilih balok baru dan ulangi langkah 7, 8
dan 9.
11. Cek tegangan geser menggunakan rumus geser.
→ Jika tegangan geser hasil perhitungan mencapai
tegangan geser ijin, pilih balok baru yang memiliki
kapasitas geser lebih tinggi dan ulangi 8, 9 dan 10.
45
RETAK PADA BALOK
46
CONTOH SOAL TEGANGAN DI DALAM BALOK
3 1 2 m
Soal :
a. Hitung dan gambar diagram tegangan lentur di titik C
b. Hitung dan gambar diagram tegangan aksial di titik C
c. Hitung dan gambar diagram tegangan geser di titik C
d. Hitung tegangan lentur superposisi di titik C
e. Hitung tegangan lentur maksimum dan tentukan letaknya
f. Hitung tegangan geser maksimum dan tentukan letaknya.
47
Penyelesaian :
SFD
3,33 ton
49
a. Tegangan lentur di titik C
MC = 5,01.107 N
Karena penampang balok simetri, maka :
250
ca cb 125 mm
Garis netral 2
250 mm
Momen inersia terhadap sumbu netral
(sentroid) X-X : 1
I 150 250
3
12
150 mm 195.312.500 mm 4
Tegangan lentur :
1,96.108 mm 4
M catas 5,01.107 125
sb ( atas ) 8
31,95 MPa (teg. tekan)
I 1,96.10
karena penampang simetri, maka : sb (bawah) sb ( atas ) 31,95 MPa (teg. tarik)
50
b. Tegangan normal/aksial di titik C
NC = - 8,66.104 N
Tegangan normal/aksial :
Garis netral
250 mm
P 8,66.10 4
sn 2,31 MPa
A 150 250
150 mm
51
c. Tegangan geser di titik C
VC = 1,67.104 N
Karena penampang balok simetri, maka :
125
Garis netral Qa Qb A y 150 125
250 mm 2
1.171.875 mm 3
Tegangan geser :
150 mm VQ
ss
Ib
1,67.10 4 1171875
1,96.108 150
0,67 MPa
52
Diagram tegangan di titik C
31,95 MPa 0
31,95 MPa 0
150 mm
Diagram Diagram Diagram
Tegangan Lentur Tegangan Normal Tegangan Geser :
53
d. Tegangan lentur superposisi di titik C
54
e. Tegangan lentur maksimum dan letaknya
Mmax = 6,68.107 N
Garis netral
250 mm
42,60 MPa
150 mm
55
f. Tegangan geser maksimum dan letaknya
VQ 3,33.10 4 1171875
ss max 1,33 MPa
Ib 1,96.10 150
8
Garis netral
250 mm 1,33 MPa
0
150 mm
56
Prodi Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNS
Endah Safitri 57