Anda di halaman 1dari 57

*

TEGANGAN DALAM BALOK

Prodi Teknik Sipil


Fakultas Teknik UNS
Endah Safitri
KONSEP DASAR

Suatu balok yang dikenakan beban-beban yang bekerja secara


transversal terhadap sumbu longitudinal balok tersebut, maka
balok akan mengalami lenturan.
→ Hal ini disebabkan karena beban-beban luar ini menciptakan
aksi internal, atau resultan tegangan dalam bentuk
tegangan normal, tegangan geser dan momen lentur.
→ sumbunya terdeformasi membentuk lengkungan yang
disebut kurva defleksi (lendutan) balok

Balok kantilever AB tanpa dibebani.

Balok kantilever AB memikul beban P


di ujung bebas. Sumbu yang semula
lurus akan melentur membentuk
lengkungan yang besarnya tergantung
pada besar beban yang bekerja 2
Lentur disebabkan oleh momen. Akibat lenturan maka
sebagian penampang menerima tekan, sebagian lagi
menerima tarik.
Peralihan daerah tekan dengan daerah tarik disebut garis
netral (daerah dengan regangan dan tegangan = 0).
3
Untuk balok beton, kekuatan tarik beton sangat kecil
sehingga bagian penampang beton yang menerima tarik
kekuatannya diabaikan dan tugasnya akan digantikan
oleh baja tulangan.

4
TIPE-TIPE LENTURAN

1. Lenturan Murni (Pure Bending)


Lenturan dihasilkan oleh kopel momen dan tidak ada
gaya geser transversal yang bekerja pada batang.
Balok dengan lenturan murni hanya mempunyai
tegangan lentur tarik dan tekan.
M1 M1 M2 M2
B A B

- M2
Balok Sederhana Balok Kantilever
M1

Lentur murni pada balok terjadi akibat momen lentur konstan 5


Kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sejajar,
sama besar dan berlawanan arah.

M1 M1
B

M1 M1
B

Kopel yang bekerja pada suatu benda tidak menyebabkan


benda itu bergerak translasi, tetapi hanya menyebabkan
benda berputar terhadap porosnya

6
2. Lenturan Biasa (Ordinary Bending)
Lenturan dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja
pada batang dan tidak terdapat kopel.
Balok dengan lenturan biasa mempunyai tegangan
lentur dan tegangan geser.
P P
A B Balok sederhana AB
dibebani beban P, dan
a a reaksi perletakan
RA RB
P
Gaya geser di sepanjang
0 SFD balok AB
-P

0 BMD Momen lentur berubah


sepanjang sumbu balok 7
Pa
Berdasarkan tegangan yang bekerja, batang dapat
diklasifikasikan :

8
TEGANGAN LENTUR

Pada suatu balok yang dibebani, kemungkinan balok


akan melengkung akibat gaya momen yang bekerja.

Bagian atas garis netral memendek (tekan)

Bagian bawah garis netral memanjang (tarik)

9
a. Balok tumpuan sederhana b. Distribusi regangan c. Distribusi tegangan

Gambar. Distribusi Regangan dan Tegangan

10
MOMEN POSITIF

Diagram tegangan lentur

11
MOMEN NEGATIF

Diagram tegangan lentur

12
PENURUNAN RUMUS TEGANGAN LENTUR

Gambar a. menunjukkan pandangan samping bagian kecil dari balok


tumpuan sederhana dengan tegangan pada lokasi tertentu.
Gambar b. menunjukkan penampang balok dengan lebar b.
13
Jarak dari sumbu netral
ke luas infinitesimal a
dilambangkan dengan y.

Jarak dari sumbu netral


ke segmen terluar
penampang
dilambangkan dengan c.

Tegangan lentur (baik tarik maupun tekan) yang bekerja pada


segmen terluar balok (jarak c dari sumbu netral) dilambangkan
dengan sb(max).
Untuk tegangan lentur pada jarak y dari sumbu netral
dilambangkan dengan sb dapat dinyatakan sebagai :
sb (max) y
sb 
c 14
Gaya yang ditimbulkan pada luas infinitesimal a :
sb(max) y
P A
c
Momen dari gaya terhadap sumbu X-X dapat dihitung sebagai
berikut :
sb (max) y 2
M A
c
Momen total terhadap sumbu X-X dari semua gaya internal yang
bekerja pada luasan infinitesimal dapat ditulis :
sb (max)
M
c
 y 2
A

sb (max)
Dengan I x   y 2 dA maka M  I
c
A

15
Tegangan lentur menunjukkan bahwa tegangan
sebanding dengan momen lentur dan berbanding
terbalik dengan momen inersia penampang.
→ besarnya tegangan bervariasi secara linier
terhadap jarak y dari sumbu netral.

Rumus tegangan lentur max : M c


sb (max)  sb(max)
I
Rumus tegangan lentur yang
terjadi pada suatu jarak y M y
dari sumbu netral : sb 
dimana :
I
sb : tegangan lentur (MPa) sb(max)
M : besarnya momen yang bekerja (Nmm)
c : jarak dari sumbu netral ke serat tepi terluar (mm)
y : jarak dari sumbu netral ke serat yang ditinjau (mm)
I : momen inersia penampang balok terhadap sumbu netral (mm 4 )16
MOMEN LENTUR IJIN

Kapasitas momen atau momen lentur ijin :

sb ( ijin )
M ijin  I
dimana :
c
Mijin : momen lentur ijin/kapasitas momen (Nmm)
Sb(ijin) : tegangan lentur ijin (MPa)

Jika I/c disebut modulus penampang (disimbolkan S),


maka :
M
sb (ijin ) 
S

17
18
Rumus lentur valid jika memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Balok harus lurus sebelum pembebanan.
2. Balok harus homogen, mengikuti hukum Hooke, dan nilai dari
modulus elastisitas sama, baik untuk tarik maupun untuk tekan.
3. Beban dan reaksi harus terletak pada pada bidang vertikal yang
tegak lurus terhadap sumbu longitudinal balok.
4. Balok harus mempunyai penampang yang seragam.
5. Tegangan lentur maksimum tidak boleh mencapai batas
proporsional.
6. Balok harus memiliki ketahanan tekuk (buckling resistance) yang
cukup.
7. Semua bagian komponen balok harus memiliki ketahanan tekuk
lokal yang cukup.
8. Panjang balok harus proporsional terhadap lebarnya.
19
CONTOH SOAL TEGANGAN LENTUR

Suatu balok tumpuan sederhana direncanakan dibuat dari bentuk T


dengan pengelasan plat baja ukuran 300 mm x 12 mm dengan plat
baja ukuran 12 mm x 250 mm. Balok jenis ini sering digunakan
dalam konstruksi bangunan menggunakan batu, sebagai kusen
yang melingkupi bukaan dinding, misal pintu dan jendela.
Jika balok menyangga beban
dinding 9 kN/m dengan panjang
B C bentang 5 m. Tentukan :
a. Persamaan momen lentur.
b. Diagram momen.
12x250 c. Momen lentur maksimum
d. Apakah balok cukup kuat jika
diketahui tegangan lentur ijin
150 MPa ?
e. Diagram tegangan lentur di
daerah Mmax. 20
Penyelesaian :

Struktural tidak simetri terhadap sumbu X-X, maka sumbu netral harus
ditetapkan dengan cara mencari titik berat ӯ yang dihitung dari serat tepi
bawah.

A i
yi
12x250 y
A

12  250 137  300 12  6
12  250  300 12
 65,55 mm (dari serat tepi bawah)

Pada rumus lentur, nilai ӯ


menunjukkan jarak c ke serat
tepi bawah
→ cbawah = ӯ = 65,55 mm.
→ catas = (250+12) - ӯ = 196,45 mm.
21
Momen inersia terhadap sumbu netral (sentroid) X-X.

I   I 0i  Ai d i
2

1  1 
  12  2503  12  250  71,52     300 123  300 12  59,52 
 12   12 
 43.749.850 mm 4

a. Persamaan momen lentur.


Reaksi di tumpuan B = reaksi di rumpuan C

→ RB = RC = qL/2 =(9 x 5)/2 = 22,5 kN

Mx = RB x – ½ q x2

Jadi persamaan momen lentur : Mx = 22,5.103 x – ½ 9 x2 Nmm

22
b. Diagram momen c. Momen lentur maksimum

Momen lentur maksimum terjadi


saat D = 0, yaitu terjadi di tengah
q = 9 N/mm bentang (2500 mm dari tumpuan B).
B C

M max  22,5.103 x  1 2 9 x 2
RB 5000 mm Rc  22,5.103  2500  1 2  9  2500 2
x
 28.125.000 Nmm
BMD
 28,13 kNm

Mx
DB = RB Mmax
SFD

DC = RC

23
d. Analisa balok apakah cukup kuat, jika diketahui tegangan lentur ijin
150 MPa. Untuk menghitung kapasitas momen atau momen
lentur ijin ambil nilai c terbesar.
→ dipakai catas = 196,45 mm.

sb (ijin ) 150
M ijin  I  43749850  33.405.332,15 Nmm
c 196,45
 33,41 kNm

Momen lentur yang dibutuhkan = 28,13 kNm

Momen lentur aktual (yang disediakan oleh penampang balok) = 33,41 kNm

M butuh < M sedia → Balok kuat → Aman !

24
e. Diagram tegangan lentur
M catas 28,13.106 196,45
→ catas = 196,45 mm sb ( atas )    126,31 MPa
I 43749850

M cbawah 28,13.106  65,55


→ cbawah = 65,55 mm sb (bawah )    42,15 MPa
I 43749850

126,31 MPa
12x250 mm

196,45 mm
sb(atas) < sb(ijin)
Garis netral
126,31 < 150 Mpa
65,55 mm → Balok kuat → Aman !

300 x 12 mm 42,15 MPa


25
KOMBINASI LENTUR DAN BEBAN AKSIAL

Suatu balok yang akibat pembebanan terdapat


tegangan normal, maka tegangan lentur yang terjadi
adalah resultan dari tegangan akibat momen lentur
dan tegangan normal

→ tegangan lentur superposisi

M y P
Dirumuskan : sb  
I A 26
TEGANGAN GESER

Suatu balok yang mengalami gaya geser V, tegangan


geser (τ) yang bekerja di penampang dapat
diasumsikan bekerja sejajar dengan gaya geser, yaitu
sejajar dengan sisi vertikal
→ Tegangan geser mempunyai distribusi terbagi rata di
seluruh lebar balok,
.

27
PENURUNAN RUMUS TEGANGAN GESER
P

MD
ME

28
CD dan CE menunjukkan resultan tegangan lentur tekan pada bidang D
dan E
Karena elemen dalam kesetimbangan dan jumlah gaya-gaya
horisontal harus sama dengan nol, maka gaya geser horisontal ada
pada bidang F = CE - CD .
Gaya geser horisontal adalah hasil dari tegangan geser horisontal dan
luas permukaan bawah elemen yang dinyatakan sebagai ssbx.
29
Gambar (c) memperlihatkan luas persegi panjang infinitesimal a yang
sejajar terhadap sumbu netral bidang E.
Luas sentroid a terletak pada jarak y dari sumbu netral.
Tegangan lentur pada luas ini menggunakan rumus lentur : s  M E y
b
ME y I
Gaya yang bekerja pada luasan a : P A
I
Gaya total yang bekerja pada luasan total di atas bidang F adalah
sama dengan CE :
ME ME
CE   y A CE  y A
I I
30
Besaran Ʃya menunjukkan momen dari luas total elemen (di atas bidang
F) pada bidang E terhadap sumbu netral, disimbolkan Q yang
merupakan momen statis luas, maka : ME Q
CE 
I
Dengan cara yang sama, resultan gaya CD yang bekerja pada bidang D
:
M Q
CD  D
I
ME Q MD Q Q
Beda diantara 2 gaya :CE  C D    M E  M D 
I I I
Q
Jadi gaya horisontal pada bidang F (ssbx) ss bx  M E  M D 
I
ss 
M E  M D Q
31
I b x
Perubahan momen lentur di antara 2 titik pada balok adalah sama
dengan luas digram geser diantara 2 titik yang sama.
M E  DD  V x

Maka diperoleh :
V xQ V Q
ss  ss 
I b x
I b
dimana :
ss : tegangan geser (horisontal dan vertikal) pada bidang penampang
balok (MPa)
V : gaya geser vertikal dihitung dari luas penampang(N)
Q : momen statis terhadap sumbu netral dari luas penampang di
antara bidang horisontal dimana tegangan geser dihitung dan sisi
atas atau bawah balok (mm 3 )
I : momen inersia penampang balok terhadap sumbu netral (mm 4 )
b : lebar penampang balok pada bidang horisontal dimana tegangan
geser dihitung (mm)
32
Tegangan geser menunjukkan bahwa tegangan sebanding dengan
gaya geser dan berbanding terbalik dengan momen inersia
penampang.
V Q
ss 
I b
→ besarnya tegangan geser bervariasi secara kuadratik terhadap
jarak y dari sumbu netral.
y

h/2
z ss(max)
0
h/2

b 33
GAYA GESER IJIN

Kapasitas geser atau gaya geser ijin :

ss ( ijin ) I b
Vijin 
Q

dimana :
Vijin : gaya geser ijin/kapasitas geser (N)
Ss(ijin) : tegangan geser ijin (MPa)

34
CONTOH SOAL TEGANGAN GESER

Suatu bahan struktural dibuat dari 3 plat baja yang dilas bersama
membentuk unit tunggal (plat girder). Girder dikenai beban vertikal,
sehingga menimbulkan gaya geser maksimum V = 2100 MN.

Hitung :
a. Tegangan geser maksimum
629 pada bidang sumbu netral.
b. Tegangan geser pada
sambungan flange dan web
(bidang E-E)
38 c. Plot distribusi tegangan geser
pada penampang balok.

Gambar. Penampang Girder


35
Penyelesaian :

Sumbu netral membagi atas dan bawah sama besar (simetri).


Momen inersia penampang girder :

I  I 0  Ad 2
1  1 
 2    400  383  400  38  629 2    12  12203  12 1220  0 2 
 12   12 
 1,38.1010 mm 4

a. Tegangan geser maksimum pada bidang sumbu netral.


Sumbu netral membagi atas dan bawah sama besar (simetri),
maka :
Qa = Qb

36
Qa  Q flange  Qweb
  
 A flange  y flange  Aweb  y web 
 400  38  629   12  610  305
 11.793.400 mm 3

VQ
sehingga ss 
Ib
2100 106  11793400

1,38 1010 12
 149.553,99 MPa
 149,55 GPa

37
b. Tegangan geser pada sambungan flange dan web (bidang E-E)
Momen luasan di atas bidang E-E:

Qa  Q flange  A flange  y flange  400  38  629  9.560.800 mm 3

Di sambungan flange dan web ada 2 b yaitu 12 mm dan 400 mm,


keduanya memiliki tegangan geser sendiri-sendiri.
Untuk lebar di sambungan flange dan web, b = 12 mm.
Sehingga : VQ
ss 
Ib
2100 106  9560800

1,38 1010 12
 121.242,03 MPa
 121,24 GPa
38
Untuk lebar di sambungan flange dan web, b = 400 mm.
Sehingga : VQ 2100 106  9560800
ss    3.637,26 MPa  3,64 GPa
Ib 1,38 10  400
10

c. Plot distribusi tegangan geser pada penampang balok.


0
3,64 GPa
121,24 GPa

Sumbu netral 149,55 GPa

121,24 GPa
3,64 GPa
0

Gambar. a. Tampak Samping b. Distribusi Tegangan Geser Plat Girder

39
Tegangan geser web rata-rata :

V
ss ( rata  rata ) 
d tw
dimana :
ss(rata-rata) : tegangan geser web rata-rata (MPa)
V : gaya geser vertikal (N)
d : kedalaman balok (mm)
tw : ketebalan balok (mm)

Tegangan geser ijin atau kapasitas geser


penampang balok :

Vijin  ss (ijin ) d t w
40
ANALISIS BALOK

Analisis balok adalah penyelidikan balok dengan


penampang yang diketahui.

Tiga jenis analisis balok :


1. Perhitungan tegangan aktual yang terjadi (lentur dan geser)
pada balok, pembebanan, panjang bentang yang diberikan
dan kemudian dibandingkan dengan tegangan ijin.
2. Perhitungan kapasitas beban yang dibawa balok berdasarkan
tegangan ijin yang diberikan (lentur dan geser) dan panjang
bentang.
3. Perhitungan panjang bentang maksimum balok berdasarkan
kondisi pembebanan dan tegangan ijin (lentur dan geser).
41
DESAIN BALOK

Masalah desain meliputi pemilihan ukuran dan bentuk


balok berdasarkan beban dan panjang bentang yang
diketahui, sehingga tidak mencapai tegangan ijin
material.

Tujuan utama desain adalah keamanan struktural.


→ Pertimbangan lain misal ekonomi, fungsi, perawatan
dan lama pakai merupakan pertimbangan kedua.

42
PROSEDUR DESAIN BALOK

Prosedur umum dalam desain balok :

1. Tentukan lokasi, besar, dan jenis beban yang bekerja


sepanjang bentang balok dan kondisi tumpuan balok.
2. Tetapkan batasan, misal tegangan ijin dan dimensi bahan.
3. Buat diagram beban dan hitung reaksi balok.
4. Buat diagram geser (SFD)
4. Buat diagram momen lentur (BMD). Tentukan momen
lentur pada titik dimana gaya geser nol atau menuju nol.
→ titik dimana gaya geser nol maka momen lenturnya
mencapai maksimum

43
6. Menggunakan nilai momen lentur terbesar (abaikan
tanda), hitung modulus penampang menggunakan rumus
lentur.
M
S
sb (ijin )

7. Pilih balok yang paling ekonomis dengan modulus


penampang sedikit lebih besar dari yang diperlukan. Pilih
balok yang paling ringan (kN/m)
8. Setelah penampang dipilih, hitung momen tambahan
akibat berat balok.
9. Momen desain total adalah jumlah momen karena beban
yang bekerja dan momen karena berat balok sendiri.

44
10. Hitung modulus penampang pada kondisi no 9.
→ Jika modulus penampang lebih kecil daripada yang
diperlukan, pilih balok baru dan ulangi langkah 7, 8
dan 9.
11. Cek tegangan geser menggunakan rumus geser.
→ Jika tegangan geser hasil perhitungan mencapai
tegangan geser ijin, pilih balok baru yang memiliki
kapasitas geser lebih tinggi dan ulangi 8, 9 dan 10.

45
RETAK PADA BALOK

Di dalam analisis dan desain struktur balok, lentur umumnya


adalah faktor yang paling kritis, yaitu jika tegangan lentur
akan mencapai batas ijin.
Akan tetapi pada beberapa balok, karena beban yang sangat
berat dan atau panjang bentang yang sangat pendek, geser
mungkin menjadi sangat kritis.

46
CONTOH SOAL TEGANGAN DI DALAM BALOK

Suatu balok 150 x 250 mm ditumpu sendi roll dengan pembebanan


seperti tergambar.
P = 10 Ton
A 30o B
C D

3 1 2 m

Soal :
a. Hitung dan gambar diagram tegangan lentur di titik C
b. Hitung dan gambar diagram tegangan aksial di titik C
c. Hitung dan gambar diagram tegangan geser di titik C
d. Hitung tegangan lentur superposisi di titik C
e. Hitung tegangan lentur maksimum dan tentukan letaknya
f. Hitung tegangan geser maksimum dan tentukan letaknya.
47
Penyelesaian :

P = 10 Ton P = 10 sin 30o Ton


A 30o
RAH B
C D
P = 10 cos 30o Ton
3 1 2 m
RAV RBV

Reaksi di tumpuan A M B  0  RAV  6  P sin 300  2  0


RAV  1,67 ton  

Reaksi di tumpuan B M A  0  RBV  6  P sin 300  4  0


RBV  3,33 ton  
Kontrol : K V  0  RAV  RBV  P sin 300  0
1,67  3,33  5  0 ok !
 H
K  0  R AH  P cos 30 0
0
RAH  8,66 ton 
48
5 ton
8,66 tonA 8,66 ton B
C D
3m 1m 2 m Di titik C
1,67 ton
3,33 ton 3
M C   6,68
BMD 4
 5,01 Tm
6,68 Tm
 5,01.107 Nmm
NFD
NC = - 8,66 ton = - 8,66.104 N
8,66 ton
VC = 1,67 ton = 1,67.104 N
1,67 ton

SFD

3,33 ton
49
a. Tegangan lentur di titik C

MC = 5,01.107 N
Karena penampang balok simetri, maka :
250
ca  cb   125 mm
Garis netral 2
250 mm
Momen inersia terhadap sumbu netral
(sentroid) X-X : 1
I 150  250
3

12
150 mm  195.312.500 mm 4

Tegangan lentur :
 1,96.108 mm 4
M catas 5,01.107 125
sb ( atas )   8
 31,95 MPa (teg. tekan)
I 1,96.10
karena penampang simetri, maka : sb (bawah)  sb ( atas )  31,95 MPa (teg. tarik)
50
b. Tegangan normal/aksial di titik C

NC = - 8,66.104 N

Tegangan normal/aksial :
Garis netral
250 mm
P 8,66.10 4
sn    2,31 MPa
A 150  250

150 mm

51
c. Tegangan geser di titik C

VC = 1,67.104 N
Karena penampang balok simetri, maka :
125
Garis netral Qa  Qb  A y  150 125
250 mm 2
 1.171.875 mm 3
Tegangan geser :
150 mm VQ
ss 
Ib
1,67.10 4  1171875

1,96.108  150
 0,67 MPa
52
Diagram tegangan di titik C

31,95 MPa 0

250 mm 2,31 MPa


Garis netral 0,67 MPa

31,95 MPa 0
150 mm
Diagram Diagram Diagram
Tegangan Lentur Tegangan Normal Tegangan Geser :

53
d. Tegangan lentur superposisi di titik C

31,95 MPa 34,26 MPa

250 mm 2,31 MPa


Garis netral

31,95 MPa 29,64 MPa


150 mm
Diagram Diagram Diagram
Tegangan Lentur Tegangan Normal Tegangan Lentur
Superposisi

54
e. Tegangan lentur maksimum dan letaknya

Mmax = 6,68.107 N

Tegangan lentur maksimum terjadi di titik D :


M max catas 6,68.107  125
sb  max( atas )   8
 42,60 MPa
I 1,96.10
42,60 MPa

Garis netral
250 mm

42,60 MPa
150 mm

55
f. Tegangan geser maksimum dan letaknya

Vmaksimum = 3,33 T = 3,33.104 N

Tegangan geser maksimum terjadi di daerah D-B :

VQ 3,33.10 4  1171875
ss  max    1,33 MPa
Ib 1,96.10  150
8

Garis netral
250 mm 1,33 MPa

0
150 mm
56
Prodi Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNS
Endah Safitri 57

Anda mungkin juga menyukai