200 IP2
B
A
150
Y (m)
100
IP1
50
-100 -50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700
X (m)
KOORDINAT
Koordinat X Y Satuan
ANALITIS
Jarak
√ 2
√
d 1= ( x ip 1−x A ) + ( y ip1 − y A )
2
Sudut
d1=179,5m d3=166m
d2=400m dtotal=745,5m
Sudut
ALIGNMENT HORIZONTAL
Alinyemen horizontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi sumbu jalan tegak
lurus bidang kertas (peta) terdiri dari garis lurus dan garis lengkung.
Alinyemen horizontal tersusun atas garis lurus dan garis lengkung (busur) atau
lebih dikenal dengan istilah tikungan. Busur terdiri atas busur lingkaran saja (full-
circle), busur peralihan saja (spiral-spiral), atau gabungan busur lingkaran dan busur
peralihan (spiral-circlespiral).
F=m∙ a
G∙ V 2
F=
g∙R
Dimana :
F = gaya sentrifugal
m = massa kendaraan
a = percepatan sentrifugal
G = berat kendaraan
g = gaya gravitasi
V = kecepatan kendaraan
R = jari-jari tikungan
D= ( π25∙ R ) ∙360
D=2864,78∙ R
Radius lengkung (R) sangat dipengaruhi oleh besarnya superelevasi (e) dan
koefisien gesek (f) serta kecepatan rencana (V) yang ditentukan. Untuk nilai
superelevasi dan koefisien gesek melintang maksimum pada suatu kecepatan yang telah
ditentukan akan meghasilkan lengkung tertajam dengan radius minimum (Rmin).
Pada jalan lurus dimana radius lengkung tidak berhingga perlu direncanakan
super elevasi (e) sebesar 2% – 4% untuk keperluan drainase permukaan jalan.
Secara teori pada tikungan akan terjadi perubahan dari radius lengkung tidak
berhingga (R~) pada bagian lurus menjadi radius lengkung tertentu (Rc) pada bagian
lengkung dan sebaliknya. Untuk mengimbangi perubahan gaya sentrifugal secara
bertahap diperlukan lengkung yang merupakan peralihan dari R~ menuju Rc dan
kembali R~.
STEWARD ANTONIUS FUZAIRI 18021101004
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN 2019
Berdasarkan panjang perjalanan selama waktu tempuh 3 detik (Bina Marga) atau 2 detik
Karena hanya terdiri dari lengkung sederhana saja, maka perlu adanya lengkung
peralihan fiktif (Ls`) untuk mengakomodir perubahan superelevasi secara bertahap.
Untuk Bina marga menempatkan ¾ Ls` pada bagian lurus dan ¼ Ls` pada bagian
lengkung. Untuk AASHTO menempatkan 2/3 Ls` pada bagian lurus dan 1/3 Ls` pada
bagian lengkung.
fmax=0,19− ( 1600
Vd
)
Diketahui : Vd = 40 km/jam
emaks= 10%
Maka,
30 0,17125
40 0,165
50 0,15875
60 0,1525
70 0,14625
80 0,14
90 0,1275
100 0,115
110 0,1025
120 0,09
130 0,0775
LSmin
LS = 39 m (Lihat di Tabel)
Menghitung ordinat titik SC pada garis tegak lurus tangen/jarak tegak lurus ke titik SC pada
lengkung (YS)
Perhitungan Lengkung :
1432
a. DerajatLengkung (D) ¿
R
= 14.32
e max
b. DerajatPeralihan (Dp) ¿ 181926 ×
Vr 2
= 13.28897005
Rumus e = AD 2+ BD +C
A= -9.8524E-05
B= 0.005937352
C= 0.01054935
Jadi, e= (-9.8524E-05×(14.32)2 +0.005937352 ×14.32 ¿+0.01054935
= 0.075368663
= 7.536866274 %
Syarat lengkung S-C-S adalah 3% ≤ e ≤ 10% …….. (OK)
= 500 . tan ( )
= 101,809 m
Menghitung jarak dari titik pi1 ke busur lingkaran (EC)
1
EC = TC . tan Δ
4
= 101,809 . tan ( )
= 10,365 m
Menghitung panjang busur lingkaran (LC)
Perhitungan Lengkung :
1432,4
a. Derajat Lengkung (D) ¿
R
= 2.8648
e max
b. Derajat Peralihan (Dp)¿ 181926 × 2
Vr
= 13.28897005
Rumus e1 = AD 2+ BD
Diketahui :
a= -0.000158261
b= 0.007525038
Jadi, e=-0.000158261(2.8648)2+ 0.007525038× 2.8648
= 0.020258868
=2.025 %
e < 3%
2.025< 3% ……………(OK)
STATIONING
Stationing atau penomoran panjang jalan pada tahap perancanaan adalah memberikan nomor
pada interval-interval tertentu pada awal pekerjaan. Metode Penomoran atau stationing dimulai
dari 0+000 dari awal pekerjaan. Untuk :
Lengkung II – Spiral-Circle-Spiral
TS = 63,449 m
LS = 39 m
LC2 = 43,387 m
Jarak Trace
d1 = 180,369 m
d2 = 398,289 m
d3 = 166,364 m
dTOTAL = 745,022 m
STA A = (0 + 000)
STA SC = STA TS + LS
= (0 + 116,92) + (39)
STA SC = (0 + 155,92)
STA ST = STA CS + LS
= (0 + 199,307) + (39)
STA ST = (0 + 238,307)
Kontrol stationing
STA B < dTOTAL
729,257 m < 745,022 m . . . . . (OK)
KONTROL OVERLAPPING
A. Ts1 ≤ d1
B. Ts1 + Tc2 ≤ d2
C. Tc2 ≤ d3
STATIONING
TITIK JARAK (m) STA
TITIK AWAL
A 0 0+000
LENGKUNG I
TS1' 116.9199989 0+117
LENGKUNG II
TITIK AKHIR
B 729.257 0+729
DIAGRAM SUPERELEVASI
Lengkung I – Spiral Circle Spiral
Arah Tikungan: Ke Kiri
e 7.54%
en 3.00%
Superelevasi, e (%)
TITIK Jarak STA
Bki Jalan Bka Jalan
TS1' 116.9199989 0+117 -3.00% -3.00%
B1 DIAGRAM
216.1018485 0+216 TIKUNGAN
SUPERELEVASI -3.00%PERTAMA
3.00%
N1 12% 227.2044243
TS1 N1 A1 0+227
SC1 -3.00%
CS1 0.00%
B1 N1 ST1
8%
SUPERELEVASI, e (%)
4%
0%
0+100 0+120 0+140 0+160 0+180 0+200 0+220 0+240
-4% Lengkung
II – -8% Full
-12% STEWARD ANTONIUS FUZAIRI 18021101004
STA
Circle
e 2.03%
en 3.00%
Superelevasi, e (%)
TITIK Jarak STA
Bki Jalan Bka Jalan
8%
4%
0%
0+400
-4% 0+450 0+500 0+550 0+600 0+650 0+700 0+750
-8%
-12%
STA
Superelevasi, e (%)
TITIK Jarak STA
Bki Jalan Bka Jalan
1 0+000 15 15 15 16
12 0+060 20 20 20 21
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
0 100 200 300 400 500 600 700 800
STA
ALIGNMENT VERTICAL
Perencanaan alinyemen vertikal merupakan salah satu cara agar pembangunan jalan
yang kita lakukan menjadi lebih ekonomis serta memperhitungkan factor keamanan para
pengguna jalan.
Alinyemen vertikal adalah potongan bidang vertikal dengan bidang permukaan
perkerasan jalan yang melalui sumbu jalan atau center line. Dimana pada perencanaan ini kita
akan melihat potongan memanjang atau permukaan tanah jalan yang akan kita bangun. Dan
dari sini kita akan melakukan “cut and fill” sebagai pertimbangan ekonomis dan merencanakan
lengkung vertical sebagai pertimbangan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.
Ada dua jenis lengkung vertikal yang digunakan pada perencanaan ini :
1. Lengkung Vertikal Cekung
Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada dibawah
permukaan jalan. Selisih antara kedua gradient garis yang menghubungkan bernilai
negatif (-).
2. Lengkung Vertikal Cembung
Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada diatas
permukaan jalan. Selisih antara kedua gradient garis yang menghubungkan bernilai
positif (+).
ELEVASI
TITIK STA
(m)
A 0+000 16.0000
B 0+729 16.0000
21 PPV1 PPV2
20
19
18
17
16
A B
15
14
13
12
11
10
0 100 200 300 400 500 600 700 800
STA
Elevasi Rencana
Diketahui data :
Elevasi tanah : A = 16 m Jarak Horizontal :
PPV I = 21 m A ke PPV I = 150 m
PPV II = 21 m PPV I ke PPV II = 400 m
B = 16 m PPV II ke B = 179 m
Untuk kecepatan rencana (Vd) = 40 km/jam, sehingga kelandaian maksimum sebesar 8%
Kontrol
A1 = | g1 – g2 |
= | 3,333% – 0% |
= |3,333 %|
= 3,333 %
A2 = | g2 – g3 |
= | 0% – -2,793% |
= 2,793 %
Lengkung Vertikal
Menggunakan jarak pandang henti (Jh), syarat jarak untuk kecepatan rencana (Vd) = 40
km/jam, menurut AASHTO nilai Jh = 50 m.
a. Lengkug Cembung
Jarak pandang berada seluruhnya dalam lengkung (Jh < Lv)
Lv1 =
Kontrol : S < Lv
50 < 57,71 … OK !
Lv1 =
Kontrol : S > Lv
50 > 97,398 ... Tidak OK !
Jadi, untuk lengkung vertikal cembung, digunakan Lv1 = 57,71m
Menghitung nilai pergeseran vertikal
Kontrol :
o x1 =
o x2 =
o x3 =
o x4 =
o x5 =
o x6 =
o x7=
o x8 =
o x9=
b. Lengkug Cembung
Jarak pandang berada seluruhnya dalam lengkung (Jh < Lv)
Lv1 =
Kontrol : S < Lv
50 < 51,58 … OK !
Lv1 =
Kontrol : S > Lv
50 > 112,387 ... Tidak OK !
Jadi, untuk lengkung vertikal cembung, digunakan Lv1 = 51,58m
Menghitung nilai pergeseran vertikal
Kontrol :
o x1 =
o x2 =
o x3 =
o x4 =
o x5 =
o x6 =
o x7=
o x8=
o x9=