Anda di halaman 1dari 86

KULIAH

ILMU UKUR TANAH


SENIN, 04 MARET 2019
PROGRAM DIPLOMA 3
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
PENDAHULUAN
Surveying : Suatu ilmu untuk menentukan posisi
suatu titik di permukaan bumi
• Plane Surveying
Kelas pengukuran di mana permukaan bumi
dianggap sebagai bidang datar, artinya adanya
faktor kelengkungan bumi tidak diperhitungkan
• Geodetic Surveying
Kelas pengukuran di mana permukaan bumi
dianggap sebagai bola, artinya adanya faktor
kelengkungan bumi harus diperhitungkan
Ruang Lingkup Ilmu Ukur Tanah,
meliputi :
1. Pengukuran mendatar (horizontal)
 penentuan posisi suatu titik secara
mendatar

2. Pengukuran tinggi (vertikal)


 penentuan beda tinggi antar titik
Manfaat Praktis pada Pekerjaan
Teknik Sipil :
 Bangunan Gedung
 Irigasi dan Bangunan Air
 Jalan Raya
 Jalan Kereta Api
 dan lain-lain
Bendungan dan Irigasi
Jalan dan Jembatan
Jalan REL Kereta Api
Landas Pacu di Bandara
Perencanaan Taman
Perencanaan Taman
Site Plan
Secara umum, lingkup tugas juru ukur
(surveyor) dapat dibagi menjadi lima
bagian, sebagai berikut :
1. ANALISIS PENELITIAN DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
meliputi pemilihan metode pengukuran,
prosedur, peralatan, dan sebagainya.

2. PEKERJAAN LAPANGAN ATAU


PENGUMPULAN DATA
melaksanakan pengukuran dan mencatat data
di lapangan.
3. MENGHITUNG DAN PEMROSESAN DATA
melaksanakan hitungan berdasarkan data
yang diperoleh
4. PENYAJIAN DATA ATAU PEMETAAN
menggambarkan hasil-hasil ukuran & hitungan untuk
menghasilkan peta, gambar rencana, dsb.

5. PEMANCANGAN/PEMATOKAN
untuk menentukan batas-batas atau pedoman dalam
pelaksanaan pekerjaan (Stake Out).
BENTUK BUMI
Permukaan bumi secara fisik sangatlah
tidak teratur, sehingga untuk keperluan
analisis dalam surveying, kita asumsikan
bahwa permukaan bumi dianggap sebagai
permukaan matematik yang mempunyai
bentuk dan ukuran mendekati geoid, yaitu
permukaan air laut rata-rata (MSL = mean
sea level) dalam keadaan tenang.
BENTUK BUMI
Menurut akhli geologi, secara umum
geoid tersebut lebih mendekati bentuk
permukaan sebuah ellipsoida (ellips
putar).
Ellipsoida dengan bentuk dan ukuran
tertentu yang digunakan untuk
perhitungan dalam geodesi disebut
ellipsoida referensi.
Bentuk Bumi Tanpa Air
Permukaan bumi fisis
B’

A’ C’

A C Geoid (permukaan air laut rata2)

Ellipsoida Referensi

ELLIPSOIDA BUMI
Pengukuran-pengukuran dilakukan pada dan
diantara titik-titik dipermukaan bumi, titik-titik
tersebut adalah sebagai berikut :

B’
Permukaan bumi fisis
C’
A’
B
C

A
Ellipsoida Referensi

TITIK-TITIK PADA ELLIPSOIDA REFERENSI


Untuk keperluan pemetaan titik-titik A’, B’, dan C’
diproyeksikan secara orthogonal kepada permukaan
ellipsoida referensi menjadi titik-titik A, B, dan C.
Apabila titik-titik A’, B’ dan C’ cukup berdekatan, yaitu
terletak dalam suatu wilayah yang luasnya mempunyai
ukuran <55 km, maka permukaan ellipsoida nya dapat
dianggap sebagai bidang datar.
Pada keadaan inilah kegiatan pengukuran dikate-
gorikan pada plane surveying.
Sedangkan apabila titik A’,B’ dan C’ terletak
pada ukuran >55 km, maka permukaan
elllipsoidanya dianggap permukaan bola.

Pada keadaan ini kegiatan pengukurannya


termasuk ke dalam geodetic surveying.

Adapun dimensi-dimensi yang diukur adalah :


jarak, sudut dan ketinggian.
SISTEM
SISTEM UKURAN
UKURAN
SISTEM SATUAN UKURAN
 Melaksanakan pengukuran dan
kemudian mengerjakan hitungan
dari hasil ukuran adalah tugas
surveyor.
 Sistem satuan yang biasa
digunakan dalam ilmu ukur tanah,
terdiri atas 3 (tiga) macam sistem
ukuran, yakni : Satuan Panjang,
Satuan Luas dan Satuan Sudut
Terdapat lima macam pengukuran dalam Ilmu
Ukur Tanah yaitu :
1. Sudut Horizontal (AOB)
2. Jarak Horizontal (OA dan OB)
3. Sudut Vertikal (AOC)
4. Jarak Vertikal (AC dan BD)
5. Jarak Miring (OC) C D

A B

O
A. SATUAN PANJANG
Terdapat dua satuan panjang yang lazim
digunakan dalam ilmu ukur tanah, yakni satuan
metrik dan satuan britis.

Yang digunakan disini adalah satuan metrik


yang didasarkan pada satuan meter
Internasional (meter standar) disimpan di
Bereau Internationale des Poids et Mesures
Bretevil dekat Paris
Km MILE’S 1 Km = 1.000 m
1 0,6214 1 Hm = 100 m
1,6093 1 1 dm = 0,1 m
1 cm = 0,01 m
1 mm = 0,001 m

METER FOOT INCHES YARD


1 3,2808 39,37 1,0936
0,9144 3 36 1
0,3048 1 12 0,3333
0,0254 0,0833 1 0,0278
METERAN
Panjang
Satuan panjang menggunakan
metrik internasional
1 km = 1.000 m
m = 1.000 mm
penulisan dibelakang koma
= 1,654 m
(sampai fraksi milimeter)
234,743916  = 234,744
567,946482  = 567,946
231,786543  = 231,786
435,877541  = 435,878
untuk pembulatan angka LIMA perjanjiannya :
1. jika angka didepan lima ganjil maka
dibulatkan menjadi GENAP
2. jika angka didepan lima genap,
maka tidak dibulatkan ke atas. (tetap GENAP)
B. SATUAN LUAS

Satuan luas yang biasa dipakai adalah


meter persegi (m2), untuk daerah yang
relatif besar digunakan hektar (ha) atau
sering juga kilometer persegi 2
(km )
100 m2 = 1 a (are)
10.000 m2 = 1 ha (hektare)
1 Tumbak = 14 m2
1 km2 = 106 m2
C. SATUAN SUDUT
Terdapat tiga satuan untuk menyatakan
Sudut, yaitu :
1. Cara Seksagesimal, yaitu satu lingkaran dibagi
menjadi 360 bagian, satu bagiannya disebut derajat.
2. Cara Sentisimal, yaitu satu lingkaran dibagi
menjadi 400 bagian, satu bagiannya disebut grade.
3. Cara Radian, Satu radian adalah sudut pusat yang
berhadapan dengan bagian busur yang panjangnya
sama dengan jari-jari lingkaran.
Karena panjang busur sama dengan keliling lingkaran
sebuah lingkaran yang berhadapan dengan sudut 360o
dan keliling lingkaran 2 p kali jari-jari, maka :
1 lingkaran = 2 p rad
Busur Drajat (alat ukur sudut)
1. seksagesimal
o
1 putaran lingkaran = 360 (derajad)
o
1 = 60’ (menit)
1’ = 60” (sekon)
2. Sentisimal
1 putaran lingkaran = 400 g (grade)
1g = 100 cg (centi grade)
1 cg = 100 ccg (centi centi grade)
3. Radial

1 putaran lingkaran = 2p rad (radial)

1 radial = r (rho)
Hubungan ketiganya :

o o
1 = 1,1111111 grade 1g = 0 ,9

1’ = 1,851851 cg 1cg = 0’,54

1” = 3,08641975 ccg 1 ccg = 0”,324


r o
= 57 ,295779 r = 63,661977 g

= 3437’,7467 = 6.366,1977 cg

= 206264”,8 = 636.619,77 ccg


1 radian disingkat dengan besaran r (rho)
 Berapa derajatkah 1 radian ?
ro radian dalam derajat
r = 360/2p = 57o,295779 = 57o 17’ 44,81”
r’ radian dalam menit
r = 57o 17’ 44,81”
= (57x60)’ + 17’ + 44,81/60
= 3420 + 17 + 0,74683
= 3437,74683’
r’ radian dalam sekon (detik)
r = 3437,74683 x 60
= 206264,81”
1 radian disingkat dengan besaran r (rho)
 Berapa Grade -kah 1 radian ? r radian dalam
sentisimal
r = 400/2p = 63,661977 grade
 r radian dalam centigrade
r = 63,661977g (grade)
= 63,661977 x 100
= 6366, 1977cg (centigrade)
r radian dalam centi-centigrade
r = 6366,1977 x 100
= 636619,77cc (centi-centigrade)
360o = 400g
Maka :
1o = 400/360 = 1,111g
1’ = 400x100/360x 60 = 1,85185cg
1” = 400x100x100/360x60x60 = 3,0864175cc

1g = 360/400 = 0,9o
1cg = 360x60/400x100 = 0,54’
1cc = 360x60x60/400x100x100 = 0,324”
Alat Ukur Sudut
Pengukuran Sudut
CONTOH SOAL
Nyatakan 1,86 radian dalam ukuran derajat
Jawab :
1 radian = 57o 17’ 44,81”
Jadi 1,86 radian = 1,86 x 57o 17’ 44,81”
= 106o 34’ 12,5”
atau
2p radian = 360o
1 radian = 360/2p
Jadi 1,86 radian = 1,86 x 360/2p
o
= 106 34’ 12,5”
CONTOH SOAL
2. Nyatakan 72o (derajat) dalam ukuran radian !
Jawab :

2p radian = 360 o

Jadi 72o = 2p x 72/360


= 1,2566 radian
CONTOH SOAL
3. Nyatakan 56o 18’ 45” ke dalam ukuran
sentisimal
Jawab :
56o = 56 x 400/360 = 62,2222g
18’ = 18 x 400x100/360x60 = 33,3333cg = 0,3333g
45” = 45 x 400x100x100/360x60x60 =138,8889cc = 0,0139cg
Jadi 56o 18’ 45” = 62,5694g
o g cg
56 18’ 45” = 62 56 94 cc
CONTOH SOAL
4. Nyatakan 154g 42cg 96cc ke dlm ukuran seksagesimal ?
Jawab :
154,4296g x 360/400 = 138,98664  catat 138o
98,664 x 60/100 = 59,1984  catat 59’
19,84 X 60/100 = 11,904  catat 11”
JADI 154g 42cg 96cc = 138o 59’ 11”
ATAU
154g x 360/400 = 138o 36’ 0”
42cg x 360x60/400x100 = 0o 22’ 40”
96cc x 360x60x60/400x100x100 = 0o 0’ 31”
JADI 154g 42cg 96cc = 138o 59’ 11”
SOAL ;
Diketahui sudut sudut :

o
a1 = 78 49’ 40”
a2 = 129o 14’ 28” Gantilah harga sudut ini
o
a3 = 241 09’ 33” dengan harga sentisimal dan
a4 = 315o 51’ 16” radialnya
o
a5 = 177 02’ 08”
s6 = 46,2846 g
s7 = 117,0491 g Gantilah harga sudut
sentisimal ini dengan harga
s8 = 268,9853 g seksagesimal dan radialnya
s9 = 312,6592 g
s10 = 345,1963 g
s11 = 0,21354 rad
s12 = 1,49513 rad Gantilah harga sudut
radial ini dengan harga
s13 = 2,07089 rad seksagesimal dan
s14 = 2.66854 rad sentisimalnya

s15 = 3, 55156 rad


SISTEM
SISTEM KOORDINAT
KOORDINAT
Bila kita akan menentukan posisi beberapa buah titik
yang terletak pada suatu garis lurus,
maka titik-titik tersebut dapat ditentukan melalui
jarak dari suatu titik, yang biasa disebut titik nol.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A B
Dari gambar di atas, dapat diperoleh bahwa
jarak A ke B adalah 6 satuan, yaitu (9) – (3) = 6
-5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7

A B
- +

Karena titik-titik tersebut terletak pada sebelah kiri


dan kanan titik 0, maka kita harus memberi tanda,
yakni tanda negatif (-) pada titik-titik disebelah kiri
titik nol dan tanda positif (+) pada titik-titik yang
berada pada sebelah kanan titik nol.
Dari gambar di atas mudah dimengerti bahwa :
Jarak antara titik A dan B adalah 10 satuan,
yang diperoleh dari (+6) – (-4), begitupun
juga titik-titik lainnya.

Jarak biasanya dinyatakan dengan notasi “d”.


Perlu diingat untuk hasil suatu jarak ini akan
selalu diperoleh harga yang positif.
Untuk menentukan titik-titik yang tidak terletak
pada satu garis lurus, maka cara yang kita
gunakan yaitu melalui pertolongan dua buah
garis lurus yang saling tegak lurus, yang biasa
disebut salib sumbu.

D Y+
A Garis yang mendatar dinamakan
4
1 absis = sumbu X,
X- 2 X+ sedangkan garis yang vertikal
B
3 dinamakan ordinat = sumbu Y.
C
Y-
SISTEM KOORDINAT
D (-5 , 4)
A (4 , 3)

C (-4 , - 3)
B (5 , - 4)
TUGAS SISTEM KOORDINAT
Gambarkan pada kertas milimeter blok koordinat
titik-titik berikut :

A (136,5 ; 147,6) E ( 69,5 ; 72,6)


B ( 87,6 ; 91,5) F ( 82,8 ; 85,7)
C ( 78,6 ; 136,7) G ( 71,9 ; 148,4)
D (142,5 ; 78,9) H (152,3 ; 148,6)
Dengan skala 1:1.000; dan koordinat titik asal (O)
Dianggap O (100,0 ; 100,0).
Di dalam Ilmu Ukur Tanah digunakan
perjanjian sebagai berikut :

1. Sumbu Y positif dihitung ke arah utara


2. Sumbu X positif dihitung ke arah timur
3. Kuadran 1 terletak antara Y+ dan X+
4. Kuadran 2 terletak antara Y- dan X+
5. Kuadran 3 terletak antara Y- dan X-
6. Kuadran 4 terletak antara Y+ dan X-
Y
P : (XP,YP) P
: (aOP , dOP)
aOP Q
Q : (XQ ; YQ dOP
: (aOQ , dOQ) dO
aOQ
Q
O X
aOP = Sudut Jurusan OP
= Azimuth OP

harus dibedakan antara :

aOP dengan aPO


Sudut Jurusan/Azimuth U
adalah : aAB
B
Sudut yang dihitung
mulai dari sumbu Y+ A
(arah utara) berputar
searah jarum jam sampai U B
titik ybs. aAB aAC
b = aAC - aAB
b
Sudut Jurusan A
mempunyai harga dari C
0o s/d 360o. aAB
U
Dua sudut jurusan dari aAB B
aBA
dua arah yang berlawanan
berselisih 180o A aBA – aAB = 180o
SUDUT JURUSAN
Sudut Jurusan suatu sisi dihitung dari
sumbu Y+ (arah utara) berputar searah
jarum jam sampai titik ybs,
harganya antara : 0o - 360o
Dua sudut jurusan dari dua arah yang
berlawanan berselisih 180o
Misalnya aBA = aAB + 180o
atau aBA - aAB = 180o
Arah suatu titik yang akan dicari dari titik
U B yang sudah diketahui biasa dikenal
dAB
dengan sudut jurusan
aAB
- dimulai dari arah utara geografis (Y+)
- diputar searah jarum jam
A - diakhiri pada arah yang bersangkutan

- aAC = sudut jurusan dari A ke C


B - aAB = sudut jurusan dari A ke B
- b = sudut mendatar antara dua arah
aAB
aAC
b aAC = aAB + b
A
C
b = aAC - aAB
B (XB , YB)

aBA
aAB

A (XA , YA)

(XB - XA) (XA - XB)


aAB = Arc. tg aBA = Arc. tg
(YB - YA) (YA - YB)

o
aAB = aBA – 180
KWADRAN ILMU UKUR TANAH
o
0 90o
A P

II I
IV I
270o O
90o 180o O
0o
III II III IV

180o 270o
ILMU UKUR TANAH ILMU UKUR SUDUT
(XA - XO ) (YP - YO )
tg aOA = ----------------- tg aOP = -----------------
(YA - YO ) (XP - XO )
(XA - XO)
Di kwadran I aOA = Arc tg -----------------
(YA - YO)
DX
Di kwadran I aOA = Arc tg ----------
DY

A
Y

IV I
aOA
X

III II
O
Y

IV I aOA
O
III II

(XA - XO)
Di kwadran I I aOA = 180o - Arc tg ------------------
DX (YA - YO)
Di kwadran II aOA = 180o - Arc tg ----------
DY
(XA - XO)
Di kwadran III aOA = 180o + Arc tg -----------------
(YA - YO)
DX
Di kwadran III aOA = 180o + Arc tg ----------

DY

Y
O
IV I
X
aOA
III II

A
A Y
Y

IV I
X

III O
II
aOA

(XA - XO)
Di kwadran IV aOA = 360o - Arc tg -----------------
DX (YA - YO)
Di kwadran IV aOA = 360o - Arc tg --------
DY
(XA - XO) DX +
di kwadran I sudut jurusan a aOA = Arc tg ----------------- -----
langsung diperoleh dari hitungan : (YA - YO) DY +

di kwadran II sudut jurusan a (XA - XO) DX +


diperoleh dari hitungan : aOA = 180o - Arc tg ----------------- -----
(YA - YO) DY -

di kwadran III sudut jurusan a (XA - XO) DX -


diperoleh dari hitungan : aOA = 180o + Arc tg ----------------- -----
(YA - YO) DY -

di kwadran IV sudut jurusan a (XA - XO) DX -


diperoleh dari hitungan : aOA = 360o - Arc tg ------------------ -----
(YA - YO) DY +
BEARING : N o
A = N 55 40’ E A
D = N 74o 35’ W

W
E
o
B = S 49 30’ E
C
o
C = S 56 45’ W
S
B
DI JEPANG X

Y
HUBUNGAN ANTARA PROYEK TEKNIK SIPIL
DENGAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN

Studi pengaruh ekonomi, dan studi


SURVAI kelayakan proyek termasuk luasnya
PENDAHULUAN daerah dengan peta topografi skala
1:250.000 sampai 1 : 100.000

Persiapan rencana pokok proyek


dengan menggunakan peta Topografi
RENCANA dan peta Geologi skala 1: 50.000
POKOK sampai 1 : 25.000 peta Tata Guna
Lahan dan bahan lainnya
RENCANA
KASARAN Penyelidikan di lapangan dan di peta,
pemasukan garis batas proyek, perbandingan
dan pemeriksaan rencana alternatif dengan
menggunakan peta Topografi skala
1: 50.000 sampai 1 : 25.000

Lokasi batas proyek di peta, persiapan


RENCANA potongan memanjang dan melintang
PENDAHU- serta pengukuran tambahan dengan
LUAN menggunakan peta skala
1:10.000 sampai 1 : 5.000
Persiapan potongan memanjang, potongan
melintang, penentuan tanah, penentuan akhir
RENCANA
garis batas proyek, perhitungan biaya proyek
PELAKSANAAN
dengan perhitungan konstruksi dan rencana
fasilitas, dengan menggunakan peta
skala 1: 500 sampai 1 : 1.000

Pemasangan patok, sipat datar


PENGUKURAN memanjang, sipat datar melintang,
PELAKSANAAN propil, pengukuran tanah, dan
pengukuran konstruksi

PELAKSANAAN
PEKERJAAN
DIAGRAM URUTAN PEKERJAAN
PENGUKURAN
UNTUK PEMBANGUNAN JALAN
RENCANA PENGEMBANGAN
JARINGAN JALAN

PENYELIDIKAN : EKONOMI –
SOSIAL - DAN TEKNIS

Gambar lokasi route dengan menggunakan


RENCANA peta topografi, peta geologi, peta tata guna
KASARAN lahan, dan lain-lain dengan
skala 1: 50.000 sampai 1 : 25.000
Gambar penempatan garis sumbu dan
RENCANA titik-titik kontrol, membuat potongan
PENDAHU- memanjang, dan lain-lain, dengan
LUAN menggunakan peta topografi atau peta foto
dengan skala 1 : 5.000
RENCANA
PELAKSA- PENGUKURAN
NAAN PENDAHULUAN

Penentuan terakhir garis sumbu dengan menggunakan peta


situasi/peta teknis berskala 1:500 sampai 1:1.000 yang dibuat
denagn cara pemetaan situasi dan pemetaan fotogrametri,
pembuatan potongan memanjang, penentuan lebar jalan, dan
daerah milik jalan, garis sumbu, sudut-sudut persilangan, jari-
jari belokan, panjang-panjang tangen, panjang-panjang
belokan, tercantum dalam peta planimetri.
Penentuan patok-patok sumbu,
PENGUKURAN patok-patok silang, sipat datar
PELAKSANAAN propil/memanjang, propil
melintang, pengukuran lokasi,
pengukuran penempatan rangka
pengarah untuk teknik sipil

Pengukuran yang langsung


PEKERJAAN dibutuhkan untuk
PELAKSANAAN pelaksanaan konstruksi

Anda mungkin juga menyukai