CAPAIAN PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
Konsolidasi adalah proses berkurangnya volume atau bekurangnya rongga pori dari
tanah jenuh berpermeabilitas rendah akibat pembebanan, dimana prosesnya dipengaruhi oleh
kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga tanah. Proses konsolidasi dapat diamati
dengan pemasangan piezometer, untuk mencatat perubahan tekanan air pori dengan waktunya.
Besarnya penurunan dapat diukur dengan berpedoman pada titik referensi ketinggian pada
tempat tertentu.
Gambar 7.1b tekanan ∆𝑝 dikerjakan di atas piston dengan posisi katup V tertutup.
Namun akibat tekanan ini, selama air tidak ke luar dari tabung, piston tetap tidak bergerak
(air dianggap tidak mampat). Pada kondisi ini, tekanan yang bekerja pada piston tidak
dipindahkan ke pegas, tapi sepenuhnya didukung oleh air. Pengukur tekanan air dalam
silinder menunjukkan kenaikan tekanan air sebesar ∆𝑢 = ∆𝑝, atau pembacaan tekanan
sebesar 𝑢0 + ∆𝑝. Kenaikan tekanan air pori ∆𝑢 dari nilai awalnya 𝑢0 disebut kelebihan
tekanan air pori (excess pore water pressure). Kondisi pada kedudukan katup V tertutup
ini melukiskan kondisi tak terdrainase (undrained) di dalam tanah.
Gambar 7.1c bila katup V telah dibuka, maka air dapat keluar lewat lubang pada piston
dengan kecepatan yang dipengaruhi pada luas lubang (besarnya lubang pada piston
menggambarkan rongga pori tanah). Keluarnya air menyebabkan piston bergerak ke bawah,
sehingga pegas secara berangsur-angsur mendukung beban akibat ∆𝑝. Pada setiap kenaikan
tegangan yang didukung oleh pegas, kelebihan tekanan air pori di dalam silinder berkurang
dari 𝑢0 + ∆𝑢1 , dengan ∆𝑢1 < ∆𝑝 . Kedudukan ini menggambarkan ketika tanah sedang
mengalami konsolidasi.
Akhirnya pada suatu saat, kelebihan tekanan air pori nol (∆𝑢 = 0) dan seluruh tekanan
∆𝑝 didukung oleh pegas dan piston tidak turun lagi (Gambar 7.1d). Kedudukan ini
melukisakan tanah telah dalam kondisi terdrainase (drained) dan konsolidasi telah
berakhir.
𝑝 ′
OCR = 𝑝𝑐 (1)
𝑜′
Kondisi underconsolidated dapat terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diendapkan baik
secara geologis maupun oleh manusia. Dalam kondisi ini, lapisan lempung belum
mengalami keseimbangan akibat beban di atasnya. Jika tekanan air pori diukur dalam
kondisi underconsolidated, tekanannya akan melebih tekanan hidrostatisnya.
3. UJI KONSOLIDASI
Contoh tanah yang mewakili elemen tanah yang mudah mampat pada lapisan
tanah yang diselidiki, dimasukkan secara hati-hati ke dalam cincin besi. Bagian atas
dan bawah dari benda uji dibatasi oleh batu tembus air (porous stone). Beban P
diterapkan di atas benda uji, dan penurunan diukur dengan arloji pembacaan (dial
gauge). Umumnya, beban diterapkan dalam periode 24 ja, dengan benda uji selalu
terendam air. Penambahan beban secara periodik diterapkan pada contoh tanah.
Gambar 7.4 memperlihatkan sifat khusus dari grafik hubungan antara penurunan
(∆𝐻) dan logaritma waktu (log t). Kurva bagian atas (kedudukan 1), merupakan bagian
dari kompresi awal yang disebabkan oleh pembebanan awal dari benda uji. Bagian garis
lurus (kedudukan 2), menunjukkan proses konsolidasi primer. Bagian garis lurus
terendah (kedudukan 3), menunjukkan proses konsolidasi sekunder.
Untuk tiap penambahan beban selama pengujian, tegangan yang terjadi adalah berupa
tegangan efektif, karena pembebanan berlangsung hingga kelebihan tekanan air pori nol
atau konsolidasi ditunggu hingga selesai. Bila berat jenis tanah (𝐺𝑠 ), dimensi awal
danpenurunan pada tiap pembebanan dicatat, maka nilai angka pori e dapat diperoleh.
Selanjutnya, dibuat grafik hubungan tegangan efektif (p’) dan angka pori (e) yang
digambarkan dalam grafik semi logaritmis (Gambar 7.5)
Koefisien Pemampatan (Coefficient of Compression) (𝒂𝒗 ) dan Koefisien Perubahan
Volume (𝒎𝒗 ) (Coefficient of Volume Change)
𝑉1 − 𝑉2 (1 + 𝑒1 ) − (1 + 𝑒2 ) 𝑒1 − 𝑒2
= =
𝑉1 1 + 𝑒1 1 + 𝑒1
Dengan,
Koefisien perubahan volume (𝒎𝒗 ) didefinisikan sebagai rasio perubahan volume persatuan
𝑐𝑚2
penambahan tegangan efektif. Satuan dari 𝑚𝑣 adalah kebalikan dari tekanan ( 𝑘𝑔 , 𝑚2 /𝑘𝑛).
Karena luas contoh tetap, perubahan volume dapat dinyatakan dalam perubahan
ketebalan atau angka pori (Gambar7.6). Jika terjadi kenaikan tegangan efektif dari 𝑝1 ′ ke 𝑝2′
maka angka pori akan berkurang dari 𝑒1 dan ke 𝑒2 (Gambar 7.7b) dengan perubahan tebal ∆𝐻.
Tinggi contoh tanah awal, H=𝐻1 . Bila didefinisikan,
𝑉1−𝑉2 𝐻1 −𝐻2
Rasio perubahan volume = = = ∆𝐻/𝐻1
𝑉1 𝐻1
𝑒1 −𝑒2 ∆𝑒
= = (7.5a)
1+𝑒1 1+𝑒1
Substitusi persamaannya,
𝑎𝑝 ∆𝑝
Rasio perubahan volume = 1+𝑒
1
Karena 𝑚𝑣 adalah rasio perubahan volume per satuan penambahan tegangan, yaitu:
∆𝐻
(𝐻 ) 𝑚2
1
𝑚𝑣 = ( )
∆𝑝 𝑘𝑁
𝑎𝑣 ∆𝑝 1 𝑎𝑣 𝑚2
Maka : 𝑚𝑣 = = ( 𝑘𝑁 )
1+𝑒1 ∆𝑝 1+𝑒1
Karena grafik ∆𝐻/𝐻1 (atau ∆𝐻/𝐻) terhadap p’ berbentuk lengkung, maka nilai 𝑚𝑣 tidak
konstan, karena tergantung dari rentang besarnya tegangan efeltif yang ditinjau.
Contoh soal :
Penyelesaian :
Jadi,
𝑒1 − 𝑒2 1,77 − 1,47
𝑎𝑣 = ′ = = 0,015 𝑚²/𝑘𝑁
𝑝2 − 𝑝1′ 40 − 20
Contoh soal
Dengan melihat hasil uji konsolidasi Gambar C7.1, tentukan nilai 𝐶𝑐 laboratorium tanah
tersebut.
Penyelesaian:
Kurva pemampatan asli di laboratorium (Gambar C7.1) mendekati linier dari 100 sampai
600 kN/m2.
𝑒1− 𝑒2 0,685−0,643
Cc = 𝑝 ′
= 600 = 0,054
log 2 log( )
100
𝑝1 ′