Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh Kerusakan Struktur Tanah pada Hubungan Antara

Angka Pori dan Tekanan

Gambar 1. Karakteristik konsolidasi lempung yang terkonsolidasi secara


normal (normally consolidated) dengan sensitivitas rendah sampai sedang.
Suatu contoh tanah dikatakan "terbentuk kembali" (remolded) apabila
struktur dari tanah itu terganggu (disturbed). Keadaan ini akan mempengaruhi
bentuk grafik yang menunjukkan hubungan antara angka pori dan tekanan dari
tanah yang bersangkutan. Untuk suatu tanah lempung yang terkonsolidasi secara
nomul dengan derajat sensitivitas rendah sampai sedang (Gambar 1) serta angka
pori e0 dan tekanan efektif overburden p0, perubahan angka pori sebagai akibat
dari penambahan tegangan di lapangan secara kasar dapat ditunjukkan seperti
Kurva I. Kurva yang hampir merupakan garis lurus apabila digambar pada kertas
semi-logaritma tersebut dinamakan sebagai: kurva pemampatan asli (virgin
compression curve). Tetapi, kurva hasil uji konsolidasi di laboratorium untuk
contoh tanah yang struktur tanahnya tidak rusak (undisturbed) dari tanah · yang
sama adalah Kurva 2 yang terletak di sebelah kiri Kurva 1. Apabila struktur dari
contoh tanah tersebut benar-benar rusak dan kemudian dibentuk kembali
(remolded), maka letak grafik e versus log p umumnya akan seperti Kurva 3.
Kurva-kurva 1, 2, dan 3 akan berpotongan kira-kira pada angka pori e = 0,4 e0
(Terzaghi dan Peck, 1 967).
Gambar 2. Karakteristik konsolidasi lempung yang terlalu terkonsolidasi
(overconsolidated) dengan sensitivitasrendah sampai sedang.
Untuk tanah lempung yang tcrlalu terkonsolidasi dengan derajat
sensitivitas rendah sampai sedang dan sudah pernah mengalami tckanan
prakonsolidasi Pc (Gambar 2) serta angka pori e0 dan tekanan efcktif overburden
p0, kurva konsolidasi lapangan adalah seperti yang ditunjukkan oleh garis cbd.
Perhatikan bahwa bd adalah bagian dari kurva pemampatan asli. Hasil uji
konsolidasi di laboratorium terhadap contoh tanah yang tingkat kerusakan
strukturnya tidak terlalu besar adalah seperti yang ditunjukkan oleh Kurva 2.
Schmertmann (1953) menyimpulkan bahwa kemiringan garis cb, yang
merupakan garis pemampatan ulang (recompression) lapangan, mempunyai
kemiringan yang hampir sama dengan kemiringan kurva pantul (rebound curve)
fg dari hasil uji konsolidasi di laboratorium.
Gambar 3. Karakteristik konsolidasi lempung yang sensitif
Tanah dengan derajat sensitivitas tinggi mempunyai struktur flokulasi. Di
lapangan, jenis tanah tersebut umumnya sedikit prakonsolidasi
(preconsolidated). Karakteristik konsolidasi tanah seperti ini ditunjukkan dalam
Gambar 3.
Crawford (1964) telah melakukan beberapa uji konsolidasi di laboratorium
pada tanah lempung Leda di mana beban yang diletakkan di atas contoh tanah
setiap saat dinaikkan dua kali lipat (yaitu ∆p/p = I). Tetapi, lama pemberian
beban pada contoh tanah tersebut dibuat bervariasi. Kurva-kurva e versus log p
yang didapat dari percobaan-percobaan tersebut ditunjukkan dalam Gambar 4.
Dari grafik ini dapat dilihat bahwa apabila lama pembebanan yang diberikan
pada contoh tanah ditambah, make: kurva e versus log p akan bergeser ke kiri.
Hal ini berarti bahwa, untuk suatu beban (p) yang diberikan per satuan luas
contoh tanah, angka pori pada akhir konsolidasi akan berkurang bila lama
pembebanan t ditambah. Sebagai contoh, dalam Gambar 4, pada p = p1, e = e2
untuk t = 24 jam, dan e= e3 un· tuk t = 7 hari. Tetapi, e3 < e2.
Gambar 4. Pengaruh lama pembebanan pada kurva e vs log p.
Sebagai penyebab dari adanya variasi dalam kurva e versus log p ini adalah
bertambahnya lama pembebanan t menyebabkan bertambahnya pemampatan
sekunder dari contoh tanah yang diuji. Hal ini cenderung akan mengurangi angka
pori e. Perhatikan bahwa kurva e versus log p yang ditunjukkan dalam Gambar
4. Akan memberikan harga tekanan prakonsolidasi (pc) yang sedikit berbeda.
Besar Pc akan bertambah dengan berkurangnya lama pembebanan t.

Gambar 5. Pengaruh rasio penambahan be ban pada kurva e vs log p.


Rasio penambahan beban (∆p/p) juga mempunyai pengaruh pada kurva e
versus log p. Hal ini sudah dibahas secara terinci oleh Leonards dan Altschaeffl
(1964). Gambar 5. Menunjukkan variasi kurva e versus log p untuk berbagai
harga Ap/p. Apabila (∆p/p) ditambah secara perlahan-lahan, maka kurva e
versus log p akan bergeser ke kiri secara perlahan-lahan.

Perhitungan Penurunan yang Disebabkan oleh Konsolidasi


Primer Satu Dimensi
Bila tanah lempung jenuh terendam air dibebani mendadak, tekanan akibat
beban tersebut ke tanah selain menyebabkan kompresi elastik yang
menyebabkan penurunan segera, juga menyebabkan kelebihan tekanan air pori.
Pengurangan kelebihan tekanan air pori hanya dapat terjadi jika air
meninggalkan rongga pori lapisan tanah tertekan. Pengurangan volume air di
dalam rongga pori menyebabkan pengurangan volume tanah.
Karena permeabilitas lempung rendah, perubahan volume tersebut
berlangsung lama dan merupakan fungsi dari waktu. Tanah yang sedang
mengalami proses yang demikian disebut sedang berkonsolidasi dan perubahan
volume ke arah vertikalnya disebut penurunan konsolidasi primer. Proses
konsolidasi primer terjadi sampai tekanan air pori dalam keseimbangan dengan
tekanan hidrostatis air tanah di sekitarnya (Hardiyatmo, 2002).
Dengan pengetahuan yang didapat dari analisis hasil uji konsolidasi,
sekarang kita dapat menghitung kemungkinan penurunan yang disebabkan oleh
konsolidasi primer di lapangan, dengan menganggap bahwa konsolidasi tersebut
adalah satu-dimensi.
Sekarang mari kita tinjau suatu lapisan lempung jenuh dengan Tebal H
dan luas penampang-melintang A serta tekanan efektif overburden rata-rata
sebesar p0. Disebabkan oleh sua· tu penambahan tekanan sebesar ∆p, anggaplah
penurunan konsolidasi primer yang terjadi adalah sebesar S. J adi, perubahan
volume (Gambar 6) dapat diberikan sebagai berikut:

∆𝑉 = 𝑉0 − 𝑉1 = 𝐻 · 𝐴 − (𝐻 − 𝑆) · 𝐴 = 𝑆 · 𝐴
Di mana V0 dan V1 berturut-turut adalah volume awal dan volume akhir.
Tetapi, perubahan volume total adalah sama dengan perubahan volume pori,
∆Vv. Jadi

∆𝑉 = 𝑆 · 𝐴 = 𝑉𝑐, − 𝑉𝑐, = ∆𝑉𝑐


Di mana Vv0 dan Vv, berturut-turut adalah volume awal dan volume
akhir dari pori. Dari definisi angka pori
Gambar 6. Penurunan yang disebabkan oleh konsolidasi satu dimensi.

∆𝑉𝑐 = ∆𝑒 · 𝑉𝑣
Di mana ∆e = perubahan angka pori
𝑉𝑜 𝐴𝐻
VS = 1+𝑒𝑜 = 1+𝑒𝑜
Dimana eo = angka pori awal pada saat volume tanah sama dengan Vo
𝐴𝐻
∆V = S . A = ∆eVS = ∆e
1+𝑒𝑜

Untuk lempung yang terkonsolidasi secara normal dimana e versus log p


merupakan garis lurus
∆e = CC[log(Ƥo + ∆Ƥ) – log Ƥo]
Di mana Cc = kemiringan kurva e versus log p dan didefinisikan sebagai
“indeks pemampatan” (compression index).
Penurunan konsolidasi primer dapat dihitung berdasarkan persamaan-
persamaanberikut ini (Hardiyatmo, 2007):

a. Penurunan untuk lempung normally consolidated (pc’ = p0)


dengan tegangan efektifsebesar p1’:

Untuk lempung overconsoliated (pc’ > p0) penurunan konsolidasi


primer total dinyatakan oleh persamaan yang bergantung nilai p1.
1. Bila, p1’ < pc
𝐻 Ƥ1′
SC = Cr 1+𝑒𝑜 log Ƥо

2. Bila, p1’ > pc


𝐻 Ƥ𝑐′ 𝐻 𝑃1′
SC = Cr 1+𝑒𝑜 log + Cc 1+𝑒𝑜 log 𝑃𝑐′
Ƥо

∆е
Cc = ∆𝑙𝑜𝑔𝑝′ ; pada kurva penambahan beban atau pada p’ > pc’
∆е
Cr = ∆𝑙𝑜𝑔𝑝′ ; pada kurva penambahan beban atau pada p’ < pc’

dimana:
p1’ = p0 + p
Cr = indeks pemampatan kembali
Cc = indeks pemampatan
H = tebal lapisan tanah
pc’ = tekanan prakonsolidasi
eo = angka pori awal
po = tekanan overburden efektif mula-mula sebelum dibebani
Sci = penurunan konsolidasi pada lapisan i

Akan tetapi, apabila kurva e versus log p tersedia, mungkin saja bagi kita
untuk memilih ∆e dengan mudah dari grafik tersebut untuk rentang (range)
tekanan yang sesuai. Kemudian harga-harga yang diambil dari kurva tersebut
dimasukkan ke dalam persamaan

Hal ini di maksudkan untuk menghitung besarnya penurunan S.

Indeks Pemampatan (Comprerssion Index Cc)


Indeks pemampatan yang digunakan untuk menghitung besarnya
penurunan yang terjadi di lapangan sebagai akibat dari konsolidasi dapat
ditentukan dari kurva yang menunjukkan hubungan antara angka pori dan
tekanan yang didapat dari uji konsolidasi di laboratorium. Terzaghi dan Peck
(1967) menyarankan pemakaian persamaan empiris berikut ini untuk
menghitung indeks pemampatan :
Untuk lempung yang struktur tanahnya tak terganggu/ belum rusak
(undistrubed)

Cc = 0,009(LL - 10)

Untuk lempung yang terbentuk Kembali (remolded)

Cc = 0,007(LL - 10)

Dimana LL = batas cair dalam persen.

Apabila tidak tersedia data konsolidasi hasil percobaan di laboratorium,


persamaan Cc = 0,009(LL - 10) sering digunakan untuk menghitung konsolidasi
primer yang terjadi di lapangan. Beberapa perumusan untuk menghitung indeks
pemampatan yang lain banyak tersedia saat ini. Perumusan-perumusan tersebut
telah dikembangkan dengan cara menguji bermacam-macam jenis lempung.
Sebagian dari hubungan tersebut diberikan dalam Tabel berikut:

Tabel 1. diatas menurut Rendon-Herrero (1980)


Persamaan Acuan Daerah Pemakaian
Cc = 0,007(LL - 7) Skempton Lempung yang berbentuk Kembali (Remolded)
Cc = 0,01WN Lempung Chicago
Cc = 1,15(ео - 0,27) Nishida Semua lempung
Cc = 0,30(ео - 0,27) Hough Tanah kohesif anorganik: lanau, lempung
berlanau, lempung
Cc = 0,01115 WN Tanah organic, gambut, lanau organic, dan
lempung
Cc = 0,0046(LL - 9) Lempung Brazilia
Cc = 0,75(ео - 0,5) Tanah dengan plastisitas rendah
Cc = 0,208ео+0,0083 Lempung Chicago

Cc = 0,156ео+0,0107 Semua lempung

Dengan: ео = angka pori tanah di lapangan


WN = kadar air tanah di lapangan

Indeks Pemuaian (Swell Index, CS)


Indeks pemuaian adalah lebih kecil daripada indeks pemampatan dan
biasanya dapat ditentukan di laboratorium. Pada umumnya:
1 1
CS ≈ 5 sampai 10 CC

Tabel 2. Batas cair, batas plastis, indeks pemampatan, dan indeks pemuaian
untuk tanah
Tanah Batas Cair Batas Plastis Indeks Indeks
Penempatan CC Pemuaian CS
Lempung 41 20 0,35 0,7
Boston Blue
Lempung 60 20 0,4 0,7
Chicago
Lempung Ft. 51 26 0,12
Gordon
Georgia
Lempung New 80 25 0,3 0,05
Orleans
Lempunng 60 28 0,21 0,05
Montana

Contoh:
1. Suatu profil tanah diberikan dalam Gambar (a) dibawah. Uji
konsolidasi di laboratorium dilakukan untuk menguji suatu contoh
tanah yang diambil dari bagian tengah lapisan tanah tersebut. Kurva
konsolidasi lapangan yang diinterpolasi dari hasil percobaan di
laboratorium diberikan dalam Gambar (b) dibawah. Hitung besarnya
penurunan yang terjadi sebagai akibat dari konsolidasi primer apabila
suatu timbunan (surcharge) sebesar 48 kN/m2 diletakkan di atas
permukaan tanah tersebut.

(b)
Penyelesaian:

Ƥо = (5)(Ƴsat - Ƴu) = 5(18 – 9,81)


= 40,95 kN/m2
ео = 1,1
∆Ƥ = 48 kN/m2
Ƥо + ∆Ƥ = 40,95 + 48 = 88,95 kN/m2

Angka pori yang bersesuaian dengan tekanan sebesar 88,95 kN/m2


∆𝑒
adalah 1 ,045. Maka dari itu, penurunan S = H 1 + 𝑒𝑜 adalah:
(0,055)
S = 10
1 + 1,1
= 0,262 m
= 262 mm

2. Suatu profil tanah ditunjukkan dalam pada gambar dibawah. Hitung


pcnu runan yang discbabkan oleh konsolidasi primer untuk lapisan
lempung setcbal 15 ft yang disebabkan oleh timbunan sebesar 1500
lb/ft2 yang diletakkan di atas permukaan tanah. Tanah lempung
tersebut adalah terkonsolidasi secara normal (normally consolidated).
Lapisan pasir setebal 15 ft yang berada di atas lapisan lempung itu
mempunyai data-data sebagai beriku t : Gs = 2,65 dan e = 0,7.

Penyelesaian:
Perhitungan tekanan efektif overburden rata-rata (Po)
Berat volume basah dari tanah pasir yang berada di atas muka air
tanah:

𝐺𝑠.𝛾𝑢+𝑆𝑟.𝑒.𝛾𝑢 [2,65+(0,5𝑥0,7)]62,4
Ƴpasir = =
1+𝑒 1 + 0,7
= 110,12 lb/ft3
Berat volume terendam (Submerged) dari tanah pasir yang berada
dibawah muka air tanah:

Ƴ’pasir = Ƴsat(pasir) - Ƴu

𝐺𝑠.𝛾𝑢+𝑒.𝛾𝑢
= . Ƴu
1+𝑒

(𝐺𝑠−1)𝛾𝑢
= 1+𝑒

(2,65−1)62,4
= = 60,56 lb/ft3
1 + 0,7

Berat volume terendam dari lempung:

Ƴ’lempung = Ƴsat(lempung) - Ƴu

= 122,4 – 62,4 = 60 lb/ft3

Jadi:

Po 15
= 5 Ƴpasir + 10 Ƴ’pasir + Ƴ’lempung
2
= 5(110,12) + 10(60,56) + 7,5(60)
=1606,2 lb/ft2

Perhitungan Indeks Pemampatan (Compression Index, CC)


CC = 0,009(LL – 10)
= 0,009(60 – 10)
= 0,45

Perhitungan Penurunan:
𝐶𝑐 𝑃𝑜 + ∆𝑜
S = 1 + 𝑒𝑜 log ( )
𝑃𝑜

0,45(15 𝑥 12) 1606,2+1500


= log( )
1 + 0,9 1606,2
= 12,21 inci.
3. Data konsolidasi di laboratorium untuk suatu lempung yang tak
terganggu (undisturbed) adalah sebagai berikut:

e1 = 1,1 P1 = 95 kN/m2

e2 = 0,9 P2 = 475 kN/m2

Berapakah angka pori untuk suatu tekanan sebesar 600 kN/m2?


(Catatan: Pc< 95 kN/m2)

Penyelesaian:
𝑒1−𝑒2 1,1−0,9
CC = log 𝑃2−log 𝑃1 = log 475−log 95 = 0,286
e1 – e3 = CC (log 600 – log 95)
600 600
e3 = e1 - CC log 95 = 1,1 – 0,286 log = 0,87
95

Penurunan yang Diakibatkan oleh Konsolidasi Sekunder


Akhir dari konsolidasi primer (setelah tekanan air pori sama dengan nol)
penurunan masih tetap terjadi sebagai akibat dari penyesuaian plastis butiran
tanah. Tahap konsolidasi ini dinamakan konsolidasi sekunder (secondary
consolidation). Selama konsolidasi sekunder berlangsung, kurva hubungan
antara deformasi dan log waktu (t) adalah merupakan garis lurus.
Gambar 7. Grafik waktu pemampatan selama konsolidasi untuk suatu
penambahan beban yang diberikan.

Variasi dari angka pori dan waktu untuk suatu penambahan beban akan
sama seperti yang ditunjukkan dalam grafik diatas. Grafik tersebut diberikan
dalam grafik berikut.

Gambar 8. Variasi e versus log t untuk suatu penambahan beban, dan definisi
indeks konsolidasi sekunder

Indeks pemampatan sekunder (secondary compression index) dapat


didefinisikan dari grafik diatas sebagai:

Ca = Δe / (log t2 - t1) = Δe / (log t2/t1)

dimana :
Ca = indeks pemampatan sekunder
Δe = perubahan angka pori
t2 , t1= waktu

Besarnya konsolidasi sekunder dapat dihitung sebagai berikut :

Ss = C'aH log (t2/t1)

dimana :
C'a = Ca / (1+ep)
ep = angka pori pada konsolidasi primer (grafik 2)
H = tebal lapisan lempung

Harga umum dari C'a yang diselidiki dari bermacam-macam jenis tanah di
lapangan. Macam-macam jenis tanah yaitu sebagai berikut :
1. Lempung Whangamarino
2. Lempung Mexico City
3. Lanau organik Kalkarius
4. Lempung leda
5. Lempung plastis Norwegia
6. Gambut yang berserat dan tak berserat
7. Muskeg Canadian
8. Pengendapan organik di laut
9. Lempung Boston blue
10. Lempung Chicago blue
11. Lempung berlanau organik
12. Lempung organik, dsb.

Penurunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunder adalah sangat


penting untuk semua jenis tanah organik dan tanah anorganik yang sangat
mampu mampat (compressible). Untuk lempung anorganik yang terlalu
terkonsolidasi, indeks pemampatan sekunder adalah sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Ada banyak faktor yang mungkin mempengaruhi besarnya
konsolidasi sekunder, beberapa dari faktor-faktor tersebut belum dapat
dimengerti dengan jelas (Mesri, 1 973). Perbandingan pemampatan sekunder
terhadap pemampatan primer untuk suatu lapisan tanah dengan ketebalan
tertentu adalah tergantung pada perbandingan antara penambahan tegangan (Δp)
dengan tegangan efektif awal (p). Apabila Δp/p kecil, perbandingan
pemampatan sekunder dan primer adalah besar.
Pengerjaan Latihan Soal Halaman 226-230
7.5 Suatu profil tanah diberikan dalam gambar dibawah. Tekanan
prakonsolidasi adalah 3400 lb/ft2. Perkirakanlah penurunan konsolidasi
primer yang akan terjadi sebagai akibat dari beban timbunan Δp = 1500
lb/ft2. Anggap Cs = 1/5 Cc.

Penyelesaian:
Diketahui:
∆Ƥ = 1500 lb/ft2 Gs = 2,65
1 Pasir = e = 0,6
Cs = 5 Cc
H1 = 10 ft Gs = 2,65
H2 = 10 ft Lempung = w = 30%
H3 = 10ft Gs = 2,7
Pc = 3400 lb/ft2 PL = 35
Pasir Kering = e =0,6 Ƴw = 62,4

Ditanya:
Sc = …?
Jawab:
Ƴw
Ƴsat = (Gs + e) 1 + e LL = WN (N/25)tan β
62,4 = 0,3 (25/25)0,121
= (2,65 + 0,6) 1 + 0,6 = 0,3
= 126,75 lb/ft2

Ƥо = Ƴ’ . H Cc = 0,009 (LL-10)
= (Ƴsat - Ƴw) . H1 = 0,009 (0,3-10)
= (126,75 - 62,4) 10 = -0,0873
= 643,5 lb/ft2
OCR = Pc / Po 1
Cs = Cc
5
= 3400 / 643,5 1
= . (-0,0873)
= 5,28 (over) 5
= -0,017

Δp + Po < Pc 𝐻
Sc = Cs . 1+𝑒𝑜. log(
(𝑃𝑜+ ∆𝑝)
)
𝑃𝑜
1500 + 643,5 < 3400 10 (634,5+ 1500)
2143,5 < 3400 = -0,017 . 1+0,6. log( 634,5
= -0,055 ft

7.8 Untuk kurva pemampatan asli seperti yang dijelaskan dibawah, berapakah
angka pori yang bersesuaian dengan suatu tekanan sebesar 651,17 kN/m2?
e1 = 1,78 P1 = 191,52 kN/m2

e2 = 1,48 P2 = 383,04 kN/m2

Penyelesaian:
𝑒1−𝑒2 1,,78−1,48
CC = log 𝑃2−log 𝑃1 = log 383,04−log 191,52 = 0,996
e1 – e3 = CC (log 600 – log 95)
600
e3 = e1 - CC .log 383,04
651,17
= 1,78 – 0,996 log 383,04
= 1,55
Maka angka pori yang sesuai dengan tekanan 651,17 kN/m2 adalah 1,55.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, H. C. 2007. Mekanika Tanah 2. Edisi keempat. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Noor Endah, I. S. (1995). Mekanika Tanah (prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis).


Ciracas, Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai