b. Etika Khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu etika individual dan
etika sosial. Etika khusus dibagi menjadi dua bagian :
1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.
b. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntuk para profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
c. Prinsip Kompetensi
Artinya etika profesi yang diterapkan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi,
dan ketekunan.
e. Prinsip Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan artinya setiap etika profesi yang diberlakukan harus
menghormati kerahasiaan informasi.
B. KODE ETIK PROFESI
Setiap profesi pasti memiliki kode etik profesi yang dibuat dan disepakati oleh
anggota organisasi profesi. Menurut UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian, kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan daam kehidupan sehati-hari.
Tujuan dibuatnya kode etik profesi adalah.
1. Melindungi anggota organisasi untuk menghadapi persaingan pekerjaan profesi
yang tidak jujur dan untuk mengembangkan tugas profesi sesuai dengan
kepentingan masyarakat.
2. Menjalin hubungan bagi anggota profesi satu sama lain dan menjaga nama baik
profesi.
3. Merangsang pengembangan profesi dan kualifikasi pendidikan yang memadai.
4. Mencerminkan hubungan antara pekerjaan profesi dengan pelayanan
masyarakat dan kesejahteraan sosial.
5. Mengurangi kesalahpahaman dan konflik baik antaranggota maupun dengan
masyarakat umum.
6. Membentuk ikatan yang kuat bagi sesama anggota dan melindungi profesi
terhadap pemberlakuan norma hukum yang bersifat imperatif sebelum disesuai
dengan saluran norma moral profesi.
2. Dukungan
Kode etik dapat memberi dukungan dalam berperilaku etis dan dukungan hukum
di pengadilan terhadap permasalahan moral.
2) Objektivitas
Objektivitas yaitu tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain, yang dapat mengesampingkan
pertimbangan profesional atau bisnis. Setiap anggota harus menjaga
objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya. Adapun poin-poin dari prinsip objektivitas yaitu
sebagai berikut.
a. Objektivitas sebagai pemberian kualitas nilai dengan poin yang berdasarkan
peraturan dengan bersikap adil, tidak memihak, jujur secarra intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada
di bawah pengaruh pihak yang lain.
b. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi.
c. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang berhubungan khusus dengan
aturan etika sehubungan dengan objektivitas, perlu mempertimbangkan
faktor-faktor sebagai berikut ini.
a) Objektivitas tidak dapat diganggu dengan tekanan seperti situasi yang
memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan
kepadanya.
b) Menyatakan dan menggambarkan sesuatu dengan ukuran kewajaran
(reasonableness) untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin dapat
merusak objektivitas anggota.
c) Hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lain untuk
melanggar objektivitas harus dihindari.
d) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip objektivitas.
e) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau
entertainment. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas
terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang
yang berhubungan dengan mereka.
4) Kerahasiaan
Kerahasiaan yaitu menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
hasil hubungan profesional dan bisnis dengan tidak mengungkapkan informasi
tersebut kepada pihak ketiga tanpa ada kewenangan yang jelas dan memadai.
Kecuali terdapat suatu hak atau kewajiban hukum atau profesional untuk
mengungkapkannya, serta menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan
pribadi Akuntan Profesional atau pihak ketiga.
Tidak jarang dalam kegiatan umum auditor memerika beberapa yang
seharusnya tidak boleh diketahui oleh banyak orang, namun demi
keprofesionalitasannya, para auditor wajib menjaga kerahasian para klien yang
diauditnya. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.
a. Apabila pengungkapan diizinkan oleh penerima jasa, kepentingan semua
pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh.
b. Pengungkapan diharuskan oleh hukum.
c. Ketika ada pengungkapan kewajiban atau hak profesional.
5) Perilaku Profesional
Perilaku profesional yaitu mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
dan menghindari perilaku apapun yang mengurangi kepercayaan kepada profesi
Akuntan Profesional. Kewajiban untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku
yang dapat mendiskreditkan atau mengurangi tingkat profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat umum.
KOMPETENSI PERSONAL DI BIDANG AKUNTANSI DAN KEUANGAN
2. Threshold Competencies
Threshold Competencies adalah karakteristik setiap pemegang pekerjaan
sehingga bisa melakukan pekerjaan secara efektif. Namun tidak dapat digunakan
untuk membedakan seseorang dengan kinerja tinggi, rata-rata atau rendah. Misalnya,
penjual yang baik harus memiliki kemampuan yang memadai tentang produk yang
mereka jual, tetapi pengetahuan ini tidak selalu cukup untuk memastikan performa
penjualan mereka.
3. Differentiating Competencies
Differentiating Competencies adalah karakteristik yang membedakan kinerja
individu yang satu dengan yang lain, yakni individu dengan kinerja superior dan
individu dengan kinerja rata-rata. Differentiating competencies tidak ditemukan dalam
individu yang berkinerja rata-rata. Misalnya individu yang bekerja di bidang desain
memiliki differentiating competencies dalam mendesain sesuatu yang membuatnya
lebih unggul dari individu lain.
Ketiga kompetensi personal tersebut perlu dimiliki oleh setiap profesi di berbagai
bidang. Sehingga ia mampu melaksanakan semua tugas dan kewajibannya dengan
baik.
1. Karyawan
Manfaat kompetensi dilihat dari sisi karyawan adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesempatan bagi karyawan untuk mendapatkan pendidikan dan
pelatihan berdasarkan standar yang ada.
b. Kompetensi yang ada sekarang dan manfaatnya akan dapat memberikan nilai
tambah pada pembelajaran dan pertumbuhan.
c. Meningkatkan keterampilan dan marketability sebagai karyawan.
d. Kejelasan relevansi pembelajaran sebelumnya, kemampuan untuk mentransfer
keterampilan, nilai, dan kualifikasi yang diakui dan potensi pengembangan
karier.
e. Pilihan perubahan karier yang lebih jelas, untuk berubah pada jabatan baru,
seseorang dapat membandingkan kompetensi mereka sekarang dengan
kompetensi yang diperlukan untuk jabatan baru.
f. Penempatan sasaran sebagai sarana pengembangan karier.
g. Penilaian kinerja yang lebih objektif dan umpan balik berbasis standar
kompetensi yang ditentukan dengan jelas.
2. Organisasi/Perusahaan
Dengan adanya kompetensi, organisasi/perusahaan akan memperoleh manfaat
sebagai berikut.
a. Meningkatkan efektivitas rekrutmen dengan cara menyesuaikan kompetensi
yang diperlukan dalam pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki oleh pencari
kerja.
b. Pendidikan dan pelatihan dapat difokuskan pada kompetensi yang diinginkan
perusahaan/organisasi.
c. Penilaian terhadap hasil pendidikan dan pelatihan akan lebih andal dan
konsisten.
d. Mempermudah dalam mengambil keputusan karna karyawan telah memiliki
keterampilan yang akan diperoleh dari pendidikan dan pelatihan.
e. Mempermudah terjadinya perubahan melalui identifikasi kompetensi yang
diperlukan untuk mengelola perubahan organisasi/perusahaan.
3. Industri
Kompetensi mempunyai manfaat bagi sebuah industri dalam:
a. Identifikasi dan penyesuaian yang lebih baik atas keterampilan yang dibutuhkan
untuk industri.
b. Akses yang lebih besar terhadap pendidikan dan pelatihan sektor publik yang
relevan dengan industri.
c. Mendorong pengembangan keterampilan yang luas dan relevan di masa depan.
d. Pelatihan industri melalui sertifikasi pencapaian kompetensi individu.
e. Ditetapkannya dasar pemahaman yang umum dan jelas atas hasil pendidikan
dan percaya diri yang lebih besar karena kebutuhan industri telah terpenuhi
sebagai hasil penilaian berbasis standar.
2. Detail
Selain harus bersikap teliti, seorang akuntan yang profesional harus melakukan
sesuatu dengan detail. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), detail adalah
sesuatu yang rinci. Seorang akuntan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan
haruslah detail. Misalnya, supplier datang dengan membawa 4 truk berisi 600 minyak
tanah berukuran 5 liter dengan harga Rp20.000.000,00. Pencatatan yang dilakukan
secara detail adalah dengan menyertakan satuan ukuran terkecil yakni 1 minyak
ukuran 5 liter = Rp100.000,00.
3. Logis
Logis artinya dapat diterima oleh logika. Walaupun bukan termasuk dalam ilmu
pasti, namun ilmu akuntansi memerlukan asumsi yang berasal dari pemikiran logis.
Seorang akuntan yang profesional akan bersikap logis dan sesuai penalaran dalam
bersikap.
4. Terukur
Logika yang masih bisa diterima dalam akutansi adalah logika yang terukur.
Logika yang dianggap terukur oleh akuntansi adalah logika yang tertuang dalam
prinsip dan asumsi yang sudah melalui pengujian yang cukup, lalu disepakati bersama
dan diterima oleh umum.
5. Konsisten
Seorang akuntan yang profesional harus bersikap konsisten. Konsisten artinya
melakukan sesuatu secara tetap atau ajeg sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Akuntan yang bersikap konsisten tentu akan lebih banyak dipercaya oleh banyak
perusahaan. Sehingga informasi yang dihasilakn oleh seorang akuntan dapat
dipertanggung jawabkan.
6. Disiplin
Kedisiplinan timbul dari konsistensi yang dilakukan. Akuntan yang telah bersikap
konsisten tentu akan disiplin dalam melakukan pekerjaannya. Disiplin ini meliputi
beberapa aspek sebagai berikut.
a. Tidak menyepelekan fakta (data) sekecil apapun.
b. Taat pada prosedur dan kebijakan perusahaan.
c. Taat pada aturan perusahaan.
d. Taat pada standar dan kode etik.
e. Taat pada prinsip yang berterima umum dan praktik yang lazim.
7. Jujur
Jujur merupakan hal terpenting dalam mewujudkan akuntabilitas. Seorang
akuntan yang profesional haruslah bersikap jujur. Jujur di sini artinya bertindak sesuai
dengan fakta yang terdapat di lapangan. Sebab dengan bertindak jujur, semua output
yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan.
8. Skeptis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skpetis artinya kurang percaya
dan ragu-ragu. Dalam hal ini, kompetensi skeptis diperlukan oleh seorang akuntan.
Mengapa demikian?
Seorang akuntan yang profesional tidak akan mudah percaya terhadap suatu
hal, tanpa terlebih dahulu membuktikan dan mendapatkan data sesuai fakta di
lapangan. Hal ini menjadi sikap positif yang harus dimiliki oleh seorang akuntan.
Sebab ini dapat menghindarkannya dari tindakan kecurangan yang mungkin
dilakukan oleh perusahaan.
9. Sederhana
Sesuai dengan prinsip akuntansi yakni konservatisme, seorang akuntan harus
mengedepankan kehati-hatian dalam melakukan pekerjaannya. Sebagai contoh
bersikap konservatif antara lain, seorang akuntan lebih baik mengakui laba yang lebih
kecil daripada kenyataannya, dibandingkan lebih besar. Begitu pula lebih baik
mengakui aset lebih rendah daripada kenyataanya, dibandingkan lebih besar.
Jika dipandang dari akuntan independen, prinsip di atas adalah wujud dari
kehati-hatian (melindungi diri dari risiko lebih mengakui nilai perusahaan klien). Tetapi
jika dipandang dari akuntan yang bekerja di dalam perusahaan, hal tersebut
merupakan eujud dari kesederhanaan (simplicity).
10. Gigih
Pekerjaan di bidang akuntansi dan keuangan memang tergolong tidak
sederhana dan bersikap teknikal. Yakni mengandung kerumitan yang memerlukan
pembelajaran khusus untuk bisa menguasainya. Untuk dapat memahami dan
menjalankan pekerjaan di bidang akuntansi dengan baik, dibutuhkan kegigihan.
3. Personal Skill
Kemampuan ini terkait dengan perilaku dan sikap dari akuntan profesional.
Mengembangkan sikap dan perilaku ini dapat membantu pembelajaran dan perbaikan
individual yang mencakup.
a. Self Management
b. Inisiatif, kemampuan untuk mempengaruhi dan self losing.
c. Kemampuan untuk memilih dan membagi prioritas dengan sumber yang terbatas
dan mengelola pekerjaan yang tenggat waktu yang sangat ketat.
d. Kemampuan untuk mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan.
e. Pertimbangan atas implikasi terhadap professional values, etik dan perilaku dalam
pembuatan keputusan.
f. Skeptisme profesional.
4. Organizational Skills
Keahlian di bidang ini telah menjadi bagian yang penting bagi seorang akuntan
profesional. Akuntan dituntut untuk berperan lebih aktif dalam kegiatan operasional
organisasi. Sebelumnya tugas akuntan mungkin hanya terbatas pada penyediaan
data yang akan digunakan oleh pihak lain, namun sekarang akuntan sering menjadi
bagian dai kelompok pembuat keputusan.
2. Presentasi Diri
Presentasi diri adalah penampilan seseorang secara keseluruhan dari ujung
kepala hingga ujung kaki. Presentasi atau penampilan diri dikenal juga dengan istilah
grooming. Grooming adalah penampilan diri seseorang yang selalu terjaga rapi.
Penampilan diri harus serasi dan menarik. Sebab, penampilan dapat mencerminkan
kepribadian orangnya.