Anda di halaman 1dari 13

MATERI AJAR ETIKA PROFESI

A. PENGERTIAN ETIKA PROFESI


1. Pengertian Etika
Istilah etika berasal dari kata ethos (Bahasa Yunani) yang memilki banyak arti
yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak/watak, perasaa, sikap, cara berpikir. Bentuk jamak ethos adalah te etha yang
memiliki arti adat kebiasaan. Secara etimologis, etika mempunyai arti ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Sementara menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika dijelaskan dalam 3 (tiga) arti, yakni sebagai
berikut.
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak).
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau bermasyarakat.
Sebagai suatu ilmu, ojek dari etika adalah tingkah laku manusi. Etika berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif. Artinya, etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.
Etika dapat diterapkan di segala aspek kehidupan sehigga etika dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek kehidupan manusia.
Etika dibagi menjadi dua yaitu etika umum dan etika khusus.
a. Etika Umum
Membahas tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara
etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta
menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya suatu tindakan.

b. Etika Khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu etika individual dan
etika sosial. Etika khusus dibagi menjadi dua bagian :
1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.

2. Pengertian Etika Profesi


Seperti yang telah dijelaskan bahwa etika terbagi menjadi dua yaitu etika umum
dan etika khusus. Etika khusus masih terbagi lagi menjadi dua, yaitu etika individual
dan etika sosial. Selanjutnya etika sosial memiliki banyak jenis, salah satunya adalah
etika profesi. Jadi, etika profesi merupakan bidang etika khusus yang merupakan
bagian dari etika sosial.
Selain itu, etika profesi juga diartikan sebaggai konsep etika yang ditetapkan
atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contohnya pers dan
jurnalistik, engineering, science, dll.
Menurut Usman, etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para
anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama.
Berikut ini peranan etika dalam sebuah profesi.
a. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang
saja tetapi milik setiap kelompok masyarakat bahwa kelompok yang paling kecil
yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa.
b. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan seksama anggotanya yaitu masyarakat profesional.
c. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagaian
para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah
disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemrosotan
etik pada anggota profesi tersebut.

3. Prinsip-prinsip dalam Menerapkan Etika


Berikut ini prinsip-prinsip yang diperlukan dalam penerapan etika profesi, yaitu.
a. Prinsip Tanggung Jawab
1) Etika profesi harus mempertimbangkan pertanggungjawaban terhadap
pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
2) Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.

b. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntuk para profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

c. Prinsip Kompetensi
Artinya etika profesi yang diterapkan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi,
dan ketekunan.

d. Prinsip Perilaku Profesional


Prinsip perilaku profesional artinya berperilaku konsisten dengan reputasi
profesi.

e. Prinsip Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan artinya setiap etika profesi yang diberlakukan harus
menghormati kerahasiaan informasi.
B. KODE ETIK PROFESI
Setiap profesi pasti memiliki kode etik profesi yang dibuat dan disepakati oleh
anggota organisasi profesi. Menurut UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian, kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan daam kehidupan sehati-hari.
Tujuan dibuatnya kode etik profesi adalah.
1. Melindungi anggota organisasi untuk menghadapi persaingan pekerjaan profesi
yang tidak jujur dan untuk mengembangkan tugas profesi sesuai dengan
kepentingan masyarakat.
2. Menjalin hubungan bagi anggota profesi satu sama lain dan menjaga nama baik
profesi.
3. Merangsang pengembangan profesi dan kualifikasi pendidikan yang memadai.
4. Mencerminkan hubungan antara pekerjaan profesi dengan pelayanan
masyarakat dan kesejahteraan sosial.
5. Mengurangi kesalahpahaman dan konflik baik antaranggota maupun dengan
masyarakat umum.
6. Membentuk ikatan yang kuat bagi sesama anggota dan melindungi profesi
terhadap pemberlakuan norma hukum yang bersifat imperatif sebelum disesuai
dengan saluran norma moral profesi.

Kode etik profesi memiliki peran:


1. Inspirasi dan Tuntutan
Kode etik dapat memunculkan inspirasi dan menjadi tuntutan yang bersifat
umum dalam berperilaku secara etis.

2. Dukungan
Kode etik dapat memberi dukungan dalam berperilaku etis dan dukungan hukum
di pengadilan terhadap permasalahan moral.

3. Pencegahan dan Disiplin


Kode etik berfungsi sebagai basis formal yang dapat mencegah perbuatan
amoral dan dapat mencegah perbuatan amoral dan dapat meningkatkan disiplin
dalam berperilaku profesional.

4. Pendidikan dan Pemahaman Timbal Balik


Kode etik dapat digunakan sebagai bahan diskusi dan refleksi permasalahan
moral dalam mendorong terciptanya pemahaman timbal balik di antara para
pelaku profesional.

5. Mendukung Citra Profesi di Mata Publik


Kode etik akan meningkatkan citra positif suatu profesi di mata publik.
C. ETIKA PROFESI AKUNTANSI
1. Etika Profesi menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi sebagai Kode Etik Akuntan
Profesional, yaitu antara lain.
1) Integritas
Integritas yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis. Adapun poin-poin yang perlu diperhatikan dalam prinsip
integritas adalah sebagai berikut.
a. Integritas merupakan elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional.
b. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasi penerima jasa, serta pelayanan dan
kepercayaan publiik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak sengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip.
c. Integritas diukur dalam bentuk kebenaran dan adil. Integritas mengharuskan
anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
d. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas
dan kehati-hatian profesional.

2) Objektivitas
Objektivitas yaitu tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain, yang dapat mengesampingkan
pertimbangan profesional atau bisnis. Setiap anggota harus menjaga
objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya. Adapun poin-poin dari prinsip objektivitas yaitu
sebagai berikut.
a. Objektivitas sebagai pemberian kualitas nilai dengan poin yang berdasarkan
peraturan dengan bersikap adil, tidak memihak, jujur secarra intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada
di bawah pengaruh pihak yang lain.
b. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi.
c. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang berhubungan khusus dengan
aturan etika sehubungan dengan objektivitas, perlu mempertimbangkan
faktor-faktor sebagai berikut ini.
a) Objektivitas tidak dapat diganggu dengan tekanan seperti situasi yang
memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan
kepadanya.
b) Menyatakan dan menggambarkan sesuatu dengan ukuran kewajaran
(reasonableness) untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin dapat
merusak objektivitas anggota.
c) Hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lain untuk
melanggar objektivitas harus dihindari.
d) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip objektivitas.
e) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau
entertainment. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas
terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang
yang berhubungan dengan mereka.

3) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Kompetensi dan kehati-hatian profesional yaitu menjaga pengetahuan dan
keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa
klien atau pemberi kerja akan menerima jasa profesional yang kompeten yang
kompeten berdasarkan perkembangan praktik, peraturan, dan teknik mutakhir,
serta bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan teknik dan standar
profesional yang berlaku.
Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah, yaitu
sebagai berikut.
a. Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian ini pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang
tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan, dan ujian profesional dalam
subjek-subjek yang relevan.
b. Pemeliharaan Kompetensi Profesional
Kompetensi harus dipeliharra dan dijaga melalui komitmen. Pemeliharaan
kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti
perkembangan profesi akuntansi, serta anggotanya harus menerapkan suatu
program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas
pelaksanaan jasa profesional yang konsisten. Sedangkan kehati-hatian
profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab
profesinya dengan kompetensi dan ketekunan.

4) Kerahasiaan
Kerahasiaan yaitu menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
hasil hubungan profesional dan bisnis dengan tidak mengungkapkan informasi
tersebut kepada pihak ketiga tanpa ada kewenangan yang jelas dan memadai.
Kecuali terdapat suatu hak atau kewajiban hukum atau profesional untuk
mengungkapkannya, serta menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan
pribadi Akuntan Profesional atau pihak ketiga.
Tidak jarang dalam kegiatan umum auditor memerika beberapa yang
seharusnya tidak boleh diketahui oleh banyak orang, namun demi
keprofesionalitasannya, para auditor wajib menjaga kerahasian para klien yang
diauditnya. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.
a. Apabila pengungkapan diizinkan oleh penerima jasa, kepentingan semua
pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh.
b. Pengungkapan diharuskan oleh hukum.
c. Ketika ada pengungkapan kewajiban atau hak profesional.

5) Perilaku Profesional
Perilaku profesional yaitu mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
dan menghindari perilaku apapun yang mengurangi kepercayaan kepada profesi
Akuntan Profesional. Kewajiban untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku
yang dapat mendiskreditkan atau mengurangi tingkat profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat umum.
KOMPETENSI PERSONAL DI BIDANG AKUNTANSI DAN KEUANGAN

A. PENGERTIAN KOMPETENSI PERSONAL


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kompetensi diartikan sebagai
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 045/U/2002, kompetensi
adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Sedangkan personal merupakan kepribadian. Sehingga kompetensi personal
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang di bidang keahlian tertentu yang
berkaitan dengan kepribadiannya masing-masing dalam menjalankan setiap
kewajiban dan tanggung jawabnya.
Kompetensi merujuk pada keahlian atau pengetahuan sehingga dapat
meningkatkan kinerja. Kompetensi dapat terbentuk melalui individu/organisasi,
keterampilan, dan kemampuan. Kompetensi menjadi kunci untuk efektivitas dalam
suatu pekerjaan.
Kompetensi profesional dan kompetensi personal diperlukan oleh semua profesi
guna menunjang produktivitasnya. Tidak terkecuali bagi seseorang yang berprofesi di
bidnag akuntansi dan keuangan. Kompetensi personal mempunyai peranan yang
amat penting. Dengan adanya kompetensi personal, diharapkan semua profesi
mempunyai kepribadian sesuai standar dan cakap dalam memberikan pelayanannya
kepada klien.

B. JENIS KOMPETENSI PERSONAL


Berikut ini merupakan beberapa jenis kompetensi personal.
1. Core Competencies (Kompetensi Utama)
Core competencies atau kompetensi utama merupakan sebuah kompetensi
yang didefinisikan sebagai kemampuan internal yang sangat penting bagi
keberhasilan bisnis. Kompetensi ini diharapkan dimiliki oleh setiap individu dalam
suatu organisasi. Kompetensi ini mendefinisikan tentang nilai-nilai organisasi yang
paling dipahami oleh kebanyakan orang. Tujuan kompetensi ini bagi individu adalah
agar ia bisa bekerja dalam beragam posisi/jabatan di dalam suatu organisasi.

2. Threshold Competencies
Threshold Competencies adalah karakteristik setiap pemegang pekerjaan
sehingga bisa melakukan pekerjaan secara efektif. Namun tidak dapat digunakan
untuk membedakan seseorang dengan kinerja tinggi, rata-rata atau rendah. Misalnya,
penjual yang baik harus memiliki kemampuan yang memadai tentang produk yang
mereka jual, tetapi pengetahuan ini tidak selalu cukup untuk memastikan performa
penjualan mereka.

3. Differentiating Competencies
Differentiating Competencies adalah karakteristik yang membedakan kinerja
individu yang satu dengan yang lain, yakni individu dengan kinerja superior dan
individu dengan kinerja rata-rata. Differentiating competencies tidak ditemukan dalam
individu yang berkinerja rata-rata. Misalnya individu yang bekerja di bidang desain
memiliki differentiating competencies dalam mendesain sesuatu yang membuatnya
lebih unggul dari individu lain.
Ketiga kompetensi personal tersebut perlu dimiliki oleh setiap profesi di berbagai
bidang. Sehingga ia mampu melaksanakan semua tugas dan kewajibannya dengan
baik.

C. MANFAAT KOMPETENSI PERSONAL


Berikut ini beberapa alasan yang melandasi perlunya kompetensi dalam suatu
profesi termasuk profesi di bidang akuntansi dan keuangan, antara lain.
1. Kompetensi dapat digunakan untuk memahami kinerja dengan cara mengamati
apa yang sebenarnya dilakukan seseorang untuk berhasil daripada
mengandalkan asumsi yang tidak jelas.
2. Kompetensi dapat digunakan untuk mengukur dan memprediksi kinerja yakni
dengan menilai apakah individu memiliki kompetensi yang diharapkan.
3. Kompetensi dapat dipelajari dan dikembangkan.
4. Kompetensi dapat dilihat dan dinilai.

Selain itu, kompetensi juga mempunyai beberapa manfaat bagi karyawan,


organisasi/ perusahaan, industri, serta ekonomi daerah dan nasional. Berikut ini
penjelasannya.

1. Karyawan
Manfaat kompetensi dilihat dari sisi karyawan adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesempatan bagi karyawan untuk mendapatkan pendidikan dan
pelatihan berdasarkan standar yang ada.
b. Kompetensi yang ada sekarang dan manfaatnya akan dapat memberikan nilai
tambah pada pembelajaran dan pertumbuhan.
c. Meningkatkan keterampilan dan marketability sebagai karyawan.
d. Kejelasan relevansi pembelajaran sebelumnya, kemampuan untuk mentransfer
keterampilan, nilai, dan kualifikasi yang diakui dan potensi pengembangan
karier.
e. Pilihan perubahan karier yang lebih jelas, untuk berubah pada jabatan baru,
seseorang dapat membandingkan kompetensi mereka sekarang dengan
kompetensi yang diperlukan untuk jabatan baru.
f. Penempatan sasaran sebagai sarana pengembangan karier.
g. Penilaian kinerja yang lebih objektif dan umpan balik berbasis standar
kompetensi yang ditentukan dengan jelas.

2. Organisasi/Perusahaan
Dengan adanya kompetensi, organisasi/perusahaan akan memperoleh manfaat
sebagai berikut.
a. Meningkatkan efektivitas rekrutmen dengan cara menyesuaikan kompetensi
yang diperlukan dalam pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki oleh pencari
kerja.
b. Pendidikan dan pelatihan dapat difokuskan pada kompetensi yang diinginkan
perusahaan/organisasi.
c. Penilaian terhadap hasil pendidikan dan pelatihan akan lebih andal dan
konsisten.
d. Mempermudah dalam mengambil keputusan karna karyawan telah memiliki
keterampilan yang akan diperoleh dari pendidikan dan pelatihan.
e. Mempermudah terjadinya perubahan melalui identifikasi kompetensi yang
diperlukan untuk mengelola perubahan organisasi/perusahaan.
3. Industri
Kompetensi mempunyai manfaat bagi sebuah industri dalam:
a. Identifikasi dan penyesuaian yang lebih baik atas keterampilan yang dibutuhkan
untuk industri.
b. Akses yang lebih besar terhadap pendidikan dan pelatihan sektor publik yang
relevan dengan industri.
c. Mendorong pengembangan keterampilan yang luas dan relevan di masa depan.
d. Pelatihan industri melalui sertifikasi pencapaian kompetensi individu.
e. Ditetapkannya dasar pemahaman yang umum dan jelas atas hasil pendidikan
dan percaya diri yang lebih besar karena kebutuhan industri telah terpenuhi
sebagai hasil penilaian berbasis standar.

4. Ekonomi Daerah dan Nasional


Ekonomi daerah dan nasional memperoleh manfaat sebagai berikut.
a. Meningkatkan bentuk keterampilan untuk bersaing di pasar domestik dan
internasional.
b. Mendorong investasi internasional baru pada industri di mana angkatan kerja
terampil sangat diperlukan.
c. Lebih efisien dari segi biaya karena dengan pekerja yang memiliki kompetensi,
efisiensi perekonomian dapat terwujud.

D. KOMPETENSI PERSONAL DI BIDANG AKUNTANSI DAN KEUANGAN


Seorang akuntansi yang profesional harus memenuhi dua kompetensi yakni
kompetensi profesional dan kompetensi etis. Kompetensi profesional didapatkan
melalui pelatihan, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan kompetensi etis berkaitan
dengan moral seorang akuntan, bagaimana dia bersikap.
Jadi, seorang akuntan yang profesional tidak hanya mempunyai kemampuan
yang memadai namun juga harus berkarakter. Berikut ini terdapat beberapa
kompetensi persoanl yang harus dimiliki oleh seorang akuntan yang nantinya akan
membentuk karakter akuntan tersebut.
1. Teliti
Seorang akuntan memang dituntur untuk teliti dalam bersikap dan bekerja.
Sebab dalam pekerjaan akuntan memang identik dengan angka dan uang. Oleh
sebab itu seorang akuntan harus teliti baik dalam melakukan pencatatan, pengarsipan
dokumen, hingga penyusunan laporan keuangan.

2. Detail
Selain harus bersikap teliti, seorang akuntan yang profesional harus melakukan
sesuatu dengan detail. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), detail adalah
sesuatu yang rinci. Seorang akuntan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan
haruslah detail. Misalnya, supplier datang dengan membawa 4 truk berisi 600 minyak
tanah berukuran 5 liter dengan harga Rp20.000.000,00. Pencatatan yang dilakukan
secara detail adalah dengan menyertakan satuan ukuran terkecil yakni 1 minyak
ukuran 5 liter = Rp100.000,00.
3. Logis
Logis artinya dapat diterima oleh logika. Walaupun bukan termasuk dalam ilmu
pasti, namun ilmu akuntansi memerlukan asumsi yang berasal dari pemikiran logis.
Seorang akuntan yang profesional akan bersikap logis dan sesuai penalaran dalam
bersikap.

4. Terukur
Logika yang masih bisa diterima dalam akutansi adalah logika yang terukur.
Logika yang dianggap terukur oleh akuntansi adalah logika yang tertuang dalam
prinsip dan asumsi yang sudah melalui pengujian yang cukup, lalu disepakati bersama
dan diterima oleh umum.

5. Konsisten
Seorang akuntan yang profesional harus bersikap konsisten. Konsisten artinya
melakukan sesuatu secara tetap atau ajeg sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Akuntan yang bersikap konsisten tentu akan lebih banyak dipercaya oleh banyak
perusahaan. Sehingga informasi yang dihasilakn oleh seorang akuntan dapat
dipertanggung jawabkan.

6. Disiplin
Kedisiplinan timbul dari konsistensi yang dilakukan. Akuntan yang telah bersikap
konsisten tentu akan disiplin dalam melakukan pekerjaannya. Disiplin ini meliputi
beberapa aspek sebagai berikut.
a. Tidak menyepelekan fakta (data) sekecil apapun.
b. Taat pada prosedur dan kebijakan perusahaan.
c. Taat pada aturan perusahaan.
d. Taat pada standar dan kode etik.
e. Taat pada prinsip yang berterima umum dan praktik yang lazim.

7. Jujur
Jujur merupakan hal terpenting dalam mewujudkan akuntabilitas. Seorang
akuntan yang profesional haruslah bersikap jujur. Jujur di sini artinya bertindak sesuai
dengan fakta yang terdapat di lapangan. Sebab dengan bertindak jujur, semua output
yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan.

8. Skeptis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skpetis artinya kurang percaya
dan ragu-ragu. Dalam hal ini, kompetensi skeptis diperlukan oleh seorang akuntan.
Mengapa demikian?
Seorang akuntan yang profesional tidak akan mudah percaya terhadap suatu
hal, tanpa terlebih dahulu membuktikan dan mendapatkan data sesuai fakta di
lapangan. Hal ini menjadi sikap positif yang harus dimiliki oleh seorang akuntan.
Sebab ini dapat menghindarkannya dari tindakan kecurangan yang mungkin
dilakukan oleh perusahaan.

9. Sederhana
Sesuai dengan prinsip akuntansi yakni konservatisme, seorang akuntan harus
mengedepankan kehati-hatian dalam melakukan pekerjaannya. Sebagai contoh
bersikap konservatif antara lain, seorang akuntan lebih baik mengakui laba yang lebih
kecil daripada kenyataannya, dibandingkan lebih besar. Begitu pula lebih baik
mengakui aset lebih rendah daripada kenyataanya, dibandingkan lebih besar.
Jika dipandang dari akuntan independen, prinsip di atas adalah wujud dari
kehati-hatian (melindungi diri dari risiko lebih mengakui nilai perusahaan klien). Tetapi
jika dipandang dari akuntan yang bekerja di dalam perusahaan, hal tersebut
merupakan eujud dari kesederhanaan (simplicity).

10. Gigih
Pekerjaan di bidang akuntansi dan keuangan memang tergolong tidak
sederhana dan bersikap teknikal. Yakni mengandung kerumitan yang memerlukan
pembelajaran khusus untuk bisa menguasainya. Untuk dapat memahami dan
menjalankan pekerjaan di bidang akuntansi dengan baik, dibutuhkan kegigihan.

Selain kompetensi personal tersebut, untuk menjadi seorang akuntan yang


profesional seorang akuntan juga perlu memenuhi kemampuan profesional
(professional skills). Kemampuan profesional tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Intellectual Skill
Intellectual Skill (kemampuan intelektual) adalah kemampuan seseorang untuk
berpikir cerdas, menyelesaikan masalah. Intellectual skills memungkinkan seorang
akuntan profesional untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan
memakai judgement yang tepat pada setiap kondisi organisasi yang bersifat
kompleks. Keahlian ini seringkali diperoleh melalui adanya pendidikan umum yang
luas.

2. Interpersonal and Communication Skills


Kemampuan ini memungkinkan akuntan profesional untuk bekerja dengan pihak
luar organisasi. Yakni dengan menerima dan mengirimkan informasi, memberikan
pertimbangan yang memadai dan membuat keputusan secara efektif. Komponen ini
mencakup:
a. Bekerja dengan pihak lain dalam suatu proses konsultasi, untuk bertahan dan
menyelesaikan masalah.
b. Bekerja dalam sebuah tim.
c. Berinteraksi dengan individu yang berbeda secara cultural dan intelektual.
d. Menegoisasikan kesepakatan dan penyelesaian yang dapat diterima di dalam
lingkungan profesi.
e. Bekerja secara efektif di dalam lingkungan yang multicultural.
f. Menyajikan, mendiskusikan, melaporkan, dan mempertahankan pendapatn secara
efektif melalui komunikasi formal dan informasi baik secara tertulis maupun lisan.
g. Mendengar dan membaca secara efektif, termasuk kepekaan terjadap perbedaan
budaya dan bahasa.

3. Personal Skill
Kemampuan ini terkait dengan perilaku dan sikap dari akuntan profesional.
Mengembangkan sikap dan perilaku ini dapat membantu pembelajaran dan perbaikan
individual yang mencakup.
a. Self Management
b. Inisiatif, kemampuan untuk mempengaruhi dan self losing.
c. Kemampuan untuk memilih dan membagi prioritas dengan sumber yang terbatas
dan mengelola pekerjaan yang tenggat waktu yang sangat ketat.
d. Kemampuan untuk mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan.
e. Pertimbangan atas implikasi terhadap professional values, etik dan perilaku dalam
pembuatan keputusan.
f. Skeptisme profesional.

4. Organizational Skills
Keahlian di bidang ini telah menjadi bagian yang penting bagi seorang akuntan
profesional. Akuntan dituntut untuk berperan lebih aktif dalam kegiatan operasional
organisasi. Sebelumnya tugas akuntan mungkin hanya terbatas pada penyediaan
data yang akan digunakan oleh pihak lain, namun sekarang akuntan sering menjadi
bagian dai kelompok pembuat keputusan.

E. MENGELOLA KOMPETENSI PERSONAL


Kompetensi personal adalah kemampuan atau kecakapan seorang untuk
berprestasi dalam bekerja. Prestasi tersebut merupa kan hasil kerja secara
berkualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Efektif tidaknya suatu hasil
kerja sangat dipengaruhi oleh pegetahuan, keterampilan serta perilaku yang sesuai
dengan tuntutan pekerjaan.
Mengelola kompetensi personal merupakan keahlian seseorang untuk
mengelola kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya dengan prestasi kerja serta
sikap yang baik sehingga dapat memuaskan pemberi kerja dan sesuai dengan tujuan
perusahaan. Mengelola kompetensi personal dapat dilakukan dengan cara menjaga
kepribadian dan presentasi diri, menambah kemampuan dengan pelatihan dan
pendidikan serta pengembangan diri.
1. Menjaga Kepribadian
Secara umum, kepribadian adalah kecenderungan psikologis seseorang dalam
bertingkah laku di lingkungan sosial tertentuu, baik berupa perasaan, berpikir,
bersikap, dan berbuat. Kepribadian biasanya berasal dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga pada masa kecil dan juga
bawaan sejak lahir.

2. Presentasi Diri
Presentasi diri adalah penampilan seseorang secara keseluruhan dari ujung
kepala hingga ujung kaki. Presentasi atau penampilan diri dikenal juga dengan istilah
grooming. Grooming adalah penampilan diri seseorang yang selalu terjaga rapi.
Penampilan diri harus serasi dan menarik. Sebab, penampilan dapat mencerminkan
kepribadian orangnya.

3. Pelatihan dan Pendidikan


Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan proses dalam mengembangkan organisasi. Dalam pengembangan
sumber daya manusia, pendidikan, dan pelatihan merupakan hal yang tidak dapat
terpisahkan. Tujuan pelatihan dan pendidikan adalah sebagai usaha untuk
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, dan pengetahuan.
4. Pengembangan Karier
Pengembangan karier sangat diharapkan oleh setiap karyawan. Karena dengan
pengembangan karier karyawan akan mendapatkan hak-hak yang lebih baik daripada
yang diperoleh sebelumnya, baik materil maupun nonmaterial seperti status sosial,
perasaan bangga dan sebagainya. Pengembangan karier dapat dilakukan melalui:
a. Mutasi, yakni suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan
dalam suatu organisasi pada tingkat jabatan yang sama.
b. Promosi, yakni perpindahan karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam
suatu organisasi/perusahaan sehingga kewajiban, hak, status, dan
penghasilannya semakin besar.
c. Demosi adalah perpindahan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan yang lebih
rendah di dalam suatu organisasi/perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai