Anda di halaman 1dari 11

BAB 3

ETIKA PROFESI

A. Pengertian Etika Profesi

- Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.

- Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip


moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
kehidupan manusia.

- Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan
profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering
(rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.

- Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau
terhadap konsumen (klien atau objek).

- Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota
masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama,
(Anang Usman)

B. Maksud dan Tujuan Etika Profesi

Maksud dan tujuan etika profesi adalah untuk menggugah dan menuntun
seseorang atau pegawai dalam bertindak sesuai dengan moralitas, akan tetapi tidak
berdasarkan keharusan, tetapi berdasarkan pengetahuan, kebebasan, tanggung jawab
dan suara hati.

Manfaat etika profesi adalah setiap pegawai dapat tampil profesional pada
bidang profesi masing-masing karena pegawai akan memperhatikan nilai-nilai yang
berlaku umum bagi setiap individu, yaitu kemampuan memperhatikan sikap yang baik,
menjalin hubungan baik dengan orang lain dan menghadapi permasalahan.

C. Peranan Etika dalam Berprofesi

- Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang
saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling
kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut,
suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur
kehidupan bersama.

- Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi


landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini
sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan
tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi
pegangan para anggotanya.

- Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam dan kritis ketika perilaku-perilaku


sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan
yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga
terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut.

D. Prinsip Etika Profesi

Prinsip dasar di dalam etika profesi :

1. Prinsip Tanggung jawab

o Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.

o Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.

2. Prinsip Keadilan, prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya.
3. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya,
kompetensi dan ketekunan.

4. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.

5. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi.

Dengan demikian etika profesi adalah aturan-aturan atau norma standar perilaku
serta tanggung jawab yang ditetapkan pada profesi tersebut agar tidak terjadi
penyimpangan atau penyalahgunaan oleh orang-orang di bidang profesi tersebut.

E. Kode Etik Profesi

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan,
sehingga diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru, ataupun
calon anggota kelompok profesi. Kode etik profesi telah menentukan standarisasi
kewajiban profesional anggota kelompok profesi. Sehingga pemerintah atau
masyarakat tidak perlu campur tangan untuk menentukan bagaimana profesional
menjalankan kewajibannya.

Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap
benar atau yang sudah mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu
dirumuskan secara baik, sehingga memuaskan semua pihak.

Berikut ini beberapa pengertian kode etik :

 Kode etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan
bersama dengan dan ditaati bersama oleh para anggota yang tergabung dalam
suatu organisasi (organisasi profesi). Kode etik lebih meningkatkan pembinaan
para anggota sehingga mampu memberikan sumbangan yang berguna dalam
pengabdiannya di masyarakat.

 Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
 Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.

 Kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan
tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan
apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan
oleh seorang profesional.

Sanksi pelanggaran kode etik dapat berupa sanksi moral dan sanksi dikeluarkan dari
organisasi. Pelanggaran kode etik biasanya akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis.

F. Tujuan Kode Etik Profesi

Tujuan dari dibentuknya kode etik yaitu :

 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

 Untuk meningkatkan mutu profesi.

 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

 Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

 Menentukan standar suatu profesi.

G. Fungsi Kode Etik Profesi

Fungsi dari kode etik profesi adalah :


- Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.

- Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

- Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan


etika

dalam keanggotaan profesi.

Mengapa kode etik profesi perlu dirumuskan secara tertulis?

Sumaryono (1995) mengemukakan 3 alasannya yaitu :

1. Sebagai sarana kontrol sosial.

2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain.

3. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.

G. Manfaat Kode Etik

Disebutkan dalam Mathews & Perrera (1991) dalam Ludigdo (2007), terdapat
beberapa keuntungan dari adanya kode etik:

- Para profesional akan lebih sadar tentang aspek moral dari pekerjaannya.
Dengan adanya kode etik para profesional akan bertindak dengan kesadaran
sebagaimana yang dituntut dalam kode etik. Sekaligus akan terdapat kesadaran
bahwa di dalam pekerjaannya terdapat dimensi moralitas yang harus
dipenuhinya.

- Kode etik berfungsi sebagai acuan yang dapat diakses secara lebih mudah.
Dengan fungsi ini kode etik akan dapat mengarahkan manajer untuk selalu
memelihara perhatiannya terhadap etika.

- Ide-ide abstrak dari kode etik akan ditranslasikan ke dalam istilah yang konkret
dan dapat diaplikasikan ke segala situasi. Bagaimanapun kode etik merupakan
panduan normatif, oleh karenanya tidak mudah untuk menghindar dari sifatnya
yang abstrak. Namun demikian kode etik tentu dapat ditranslasikan ke dalam
bahasa yang lebih mudah untuk dipahami anggota profesi, serta dengan mudah
pula dapat diplikasikan pada situasi-situasi tertentu.

- Anggota sebagai suatu keseluruhan, akan bertindak dalam cara yang lebih
standar pada garis profesi. Keragaman pandangan atas nilai moral yang
didasari oleh berbagai latar belakang diri anggota akan tidak menguntungkan
bagi pencapaian kinerja tertinggi dari sebuah profesi.

- Menjadi suatu standar pengetahuan untuk menilai perilaku anggota dan


kebijakan profesi. Kode etik sebagai pedoman perilaku profesional hadir untuk
ditaati. Dengan perangkat standar ini, bagi siapapun lebih mudah untuk menilai
berbagai perilaku anggota dan sekaligus kebijakan asosiasi profesi.

- Anggota akan menjadi dapat lebih baik menilai kinerja dirinya sendiri. Ini
menunjukkan bahwa kode etik dapat sekaligus dijadikan bahan instropeksi diri
bagi kalangan anggota profesi, setidaknya sebelum dinilai oleh pihak lain atas
kinerja moral profesionalnya.

- Profesi dapat membuat anggotanya dan juga publik sadar sepenuhnya atas
kebijakan-kebijakan etisnya. Sebagaimana telah disebutkan bahwa profesi
sangat mengandalkan keberadaannya pada kepercayaan yang diberikan oleh
publik. Dengan adanya kode etik, kepercayaan publik akan selalu terjaga
dengan selalu menghargai integritas profesi.

- Anggota dapat menjustifikasi perilakunya jika dikritik. Ini penting untuk


menghindari ketidakpastian penilaian di masyarakat atas perilaku professional
anggota.

Di dalam aplikasinya, kode etik merupakan pedoman etika yang paling populer
dikebanyakan organisasi. Kode etik organisasi (perusahaan) disusun dengan
memperhatikan baik untuk memenuhi kepentingan pihak intern maupun pihak ekstern.
Memperhatikan kepentingan ini seharusnya suatu rumusan kode etik merefleksikan
standar moral universal. Standar moral universal tersebut menurut Schwartz
(2001) dalam Ludigdo (2005) meliputi:

- Trustworthiness (meliputi honesty, integrity, reliability, dan loyalty),

- Respect (meliputi perhatian atas perlindungan hak azasi manusia),

- Responsibility (meliputi juga accountability),

- Fairness (meliputi penghindaran dari sifat tidak memihak, dan mempromosikan


persamaan),

- Caring (meliputi penghindaran atas tindakan-tindakan yang merugikan dan tidak


perlu), dan

- Citizenship (meliputi penghormatan atas hukum dan perlindungan lingkungan).

Kode etik yang ada di Indonesia cukup banyak, misalnya Kode Etik Kedokteran,
Kode Etik Ikatan Penasehat Hukum Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode
Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain.

Kelemahan Kode Etik Profesi :

- Idealisme terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta yang
terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari kenyataan.
Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada kenyataan
dan mengabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari
pajangan tulisan berbingkai.

- Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi
dengan sanksi keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan
kesadaran profesional. Rupanya kekurangan ini memberi peluang kepada
profesional yang lemah iman untuk berbuat menyimpang dari kode etik
profesinya.

H. ETOS KERJA
Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang
didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja (Sukardewi, 2013:3). Etos
berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai
kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya (Tasmara,
2002:15).

Berikut beberapa pengertian etos kerja dari beberapa sumber:

- Menurut Madjid (2000), etos kerja ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan,
serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang
seseorang individu atau sekelompok manusia.

- Menurut Panji Anoraga (2001), etos kerja adalah pandangan dan sikap
suatu bangsa atau umat terhadap kerja, oleh karena itu menimbulkan
pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai suatu yang luhur,
sehingga diperlukan dorongan atau motivasi.

- Menurut Sinamo (2011), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif


yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total
pada paradigma kerja yang integral.

 Ciri-ciri Etos Kerja

Seseorang yang memiliki etos kerja, akan terlihat pada sikap dan tingkah
lakunya dalam bekerja. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri etos kerja:

- Kecanduan terhadap waktu. Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja
adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa
berharganya waktu. Dia sadar waktu adalah netral dan terus merayap dari
detik ke detik dan dia pun sadar bahwa sedetik yang lalu tak akan pernah
kembali kepadanya.
- Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas). Salah satu kompetensi moral yang
dimiliki seorang yang berbudaya kerja adalah nilai keihklasan. Karena
ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan
tanpa ikatan. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani,
melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya
didasarkan pada sikap yang bersih.

- Memiliki kejujuran. Kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi bisikan
kalbu yang terus menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang
luhur. Kejujuran bukanlah sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah
panggilan dari dalam sebuah keterikatan.

- Memiliki komitmen. Komitmen adalah keyakinan yang mengikat


sedemikian kukuhnya sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya dan
kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya.
Dalam komitmen tergantung sebuah tekad, keyakinan, yang melahirkan
bentuk vitalitas yang penuh gairah.

- Kuat pendirian (konsisten). Konsisten adalah suatu kemampuan untuk


bersikap taat asas, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan
prinsip walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan
dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola emosinya
secara efektif.

 Cara Menumbuhkan Etos Kerja

Setiap negara memiliki etos kerja masing-masing, menurut Jansen H. Sinamo


(2011) melalui bukunya 8 Etos Kerja Profesional menjelaskan cara
menumbuhkan etos kerja sebagai berikut:

- Kerja sebagai rahmat (Aku bekerja tulus penuh rasa syukur).

- Kerja adalah amanah (Aku bekerja penuh tanggung jawab).

- Kerja adalah panggilan (Aku bekerja tuntas penuh integritas).


- Kerja adalah aktualisasi (Aku bekerja keras penuh semangat).

- Kerja adalah ibadah (Aku bekerja serius penuh kecintaan).

- Kerja adalah seni (Aku bekerja cerdas penuh kreativitas).

- Kerja adalah kehormatan (Aku bekerja penuh ketekunan dan


keunggulan).

- Kerja adalah pelayanan (Aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Kerja

Etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu (Anoraga, 2001):

o Agama. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan
mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara
berpikir, bersikap dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran
agama yang dianut jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan
beragama.

o Budaya. Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat


juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini
juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh
sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.

o Sosial Politik. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi


oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk
bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh.

o Kondisi Lingkungan/Geografis. Lingkungan alam yang mendukung


mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha
untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan
tersebut.
o Pendidikan. Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber
daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat
seseorang mempunyai etos kerja keras.

o Struktur Ekonomi. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat


dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu
memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan
menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.

o Motivasi Intrinsik Individu. Individu yang akan memiliki etos kerja yang
tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu
pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini
seseorang.

Anda mungkin juga menyukai