Anda di halaman 1dari 10

RESUME MATERI WEEK 7

HUKUM DAN ETIKA


PERILAKU DAN ETIKA PROFESI WPPE

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2024
ETIKA TERKAIT DENGAN PROFESI

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari
penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus
(profesi) kehidupan manusia.

Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau
lingkup kerja tertentu, contoh: pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
medis/dokter, dan sebagainya. Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah
dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau
terhadap konsumen (klien atau objek).

A. Pengantar Etika Umum

A.1 Definisi Etika Beberapa

Definisi Etika

a. Secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti sikap, cara berfikir,
watak kesesuaian atau adat. Ethos identik dengan Moral, yang dalam Bahasa Indonesia berarti
akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang
menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup

A.2 Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket

a. Persamaan Etika dan Etiket

i. Keduanya menyangkut obyek yang sama yaitu manusia

ii. Keduanya mengatur perilaku manusia secara normatif

b. Perbedaan Etika dan Etiket

i. Etiket menyangkut cara suatu melakukan perbuatan harus dilakukan. Etika menyangkut pilihan
yaitu apakah perbuatan boleh atau tidak.
ii. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan pada suatu kelompok tertentu. Etika berlaku dimana
saja dan kapan saja.

iii. Etiket bersifat relatif, etika bersifat absolut.

iv. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah, etika menyangkut manusia dari segi rohaninya.

A.3 Etika dan Hukum

Hukum adalah refleksi minimum norma sosial dan standar dari sifat bisnis

A.4 Perbedaan Etika dan Hukum

a. Hukum pada dasarnya tidak hanya mencakup ketentuan yang dirumuskan secara tertulis, tapi
juga nilai-nilai konvensi yang telah menjadi norma di masyarakat.

b. Etika mencakup lebih banyak ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis.

c. Pada umumnya kebanyakan orang percaya bahwa dengan perilaku yang patuh terhadap hukum
adalah juga merupakan perilaku yang etis.

d. Banyak standar perilaku yang sudah disepakati oleh masyarakat yang tidak tercakup oleh
hukum, sehingga terdapat bagian etika yang tercakup dalam hukum, namun sebagian tidak
tercakup.

e. Norma hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga bisa menyebabkan celah hukum

A.5 Etika dan Moral

a. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control” karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
b. Jadi etika lebih berkaitan dengan kepatuhan, sementara moral lebih berkaitan dengan tindak
kejahatan.

B. Pengantar Profesi Umum

B.1 Definisi Profesi

1. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan yang berupa kegiatan pokok yang mengandalkan
suatu keahlian dan keterampilan tertentu, sebagai mata pencaharian untuk menghasilkan nafkah
hidup.

B.2 Etika Profesi

Etika Profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi
oleh sekelompok orang yang disebut kalangan professional

B.3 Kaidah-kaidah pokok dalam melaksanakan profesi

1. Profesi harus dipandang sebagai suatu pelayanan dengan mengutamakan sifat tanpa pamrih.

2. Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan klien yang memotivasi semua sikap
dan tindakan.

3. Pengemban profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.

4. Pengemban profesi harus menumbuhkan semangat solidaritas antar sesama rekan seprofesi.

B.4 Prinsip-Prinsip Etika Profesi

1. Sikap Baik

2. Tanggung Jawab

3. Kejujuran

4. Keadilan

5. Hormat Pada Diri Sendiri


6. Kesetiaan

B.5 Profesi, Kode Etik, dan Profesionalisme

1. Profesi dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan yang berupa kegiatan pokok yang
mengandalkan suatu keahlian dan keterampilan tertentu, sebagai mata pencaharian untuk
menghasilkan nafkah hidup.

2. Keterampilan tertentu yang diperoleh oleh seorang profesi, biasanya didapat melalui training
atau pengalaman lain, atau diperoleh dari keduanya.

3. Penyandang profesi seharusnya dapat membimbing atau memberi nasihat atau juga melayani
orang lain dalam bidangnya sendiri, disertai dengan disiplin etika yang dikembangkan dan
diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

B.6 Kategori Profesi

Profesi dapat dibedakan menjadi dua :

1. Profesi Khusus, yaitu professional yang melaksanakan profesinya secara khusus untuk
mendapatkan penghasilan tanpa mengabaikan tanggung jawab dan hormat kepada hak-hak orang
lain.

2. Profesi Luhur, yaitu professional yang melaksanakan profesinya bukan lagi untuk
mendapatkan nafkah, tetapi lebih merupakan pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat.

C. KODE ETIK

C.1 Definisi

1. Mereka yang membentuk suatu profesi disatukan karena cita-cita dan nilai bersama selain itu
karena latar belakang pendidikan yang sama serta sama-sama memiliki keahlian. Sehingga
profesi menjadi suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri sehingga menjadi
kalangan yang sukar ditembus, dengan kode etik maka segi negatif ini dapat diimbangi.

C.2 Beberapa Penyebab Pelanggaran Kode Etik


1. Kurangnya jaminan kesejahteraan yang bisa menyebabkan ia melanggar kode etik yang sudah
ada.

2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman seorang profesional mengenai substansi dari kode
etik profesi yang bersangkutan.

3. Kode etik mengandung idealisme yang kadang kala berseberangan dengan fakta yang ada
disekitar kaum profesional.

4. Tidak ada pengaturan mengenai sanksi yang tegas dalam kode etik tersebut

D. Profesionalisme

D.1 Definisi Profesionalisme

1. Profesional adalah orang yang memperoleh penghasilan dengan melakukan kegiatan atau
mengerjakan sesuatu yang memerlukan keterampilan

D.2 Profesional dan Kewajiban Moralnya

1. Profesi dan anggota dari profesi layak memunyai otonomi dalam tindakan mereka, sejauh
mereka menetapkan pada mereka sendiri dan mengikuti, tuntutan yang lebih tinggi dari yang
diminta pada orang lain.

2. Bila seorang menjadi anggota suatu profesi maka tidak hanya memiliki kewajiban moral untuk
berperan sebagai individu yang profesional, akan tetapi juga memiliki kewajiban moral kolektif
dari profesi tersebut.

3. Kewajiban moral dari anggota suatu profesi melebihi aktivitas tiap individu. Anggota suatu
profesi memiliki kewajiban untuk menjaga rekannya, untuk membantu merubah struktur
profesional bila perlu perubahan dan mempertimbangkan dampak dari profesi pada masyarakat

4. Anggota dari profesi kadang-kadang menghadapi permasalahan moral khusus dalam bisnis,
oleh karena konflik kepentingan dan konflik antara kewajiban profesional seseorang dan tuntutan
dari atasannya. Organisasi profesi dan anggotanya seharusnya membantu membela anggota
tersebut yang menjaga standard profesinya
5. Karena anggota dari suatu profesi pertama-tama adalah pelaku moral dan kemudian baru
profesional, maka etika profesi tidak melepaskan seseorang dari kewajiban moral umum yang
berlaku untuk semua orang.

6. Memilih menjadi anggota suatu profesi berarti memilih kewajiban moral yang lebih tinggi,
tidak lebih rendah, dan hanya sejauh anggotanya memenuhi kewajiban moral tersebut profesi
tersebut layak dihargai.

E. Standar Kompetensi

1. Untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia yang bermutu, sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha dan industri di era globalisasi ini, perlu adanya kerjasama antara dunia industri dengan
lembaga pendidikan dan pelatihan. Bentuk kerja sama tersebut dapat berupa pemberian data
kualifikasi kerja yang dibutuhkan oleh industri, pelaku usaha, sehingga lembaga pendidikan dan
pelatihan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri.
Kerja sama tersebut dapat menghasilkan standar kebutuhan kualifikasi.

2. Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan ke dalam standar kompetensi bidang
Indonesia untuk bekerja di manca negara. keahlian yang merupakan refleksi dari kompetensi
yang diharapkan dimiliki orang-orang atau seseorang yang akan bekerja di bidang tersebut.
Selain itu standar tersebut harus memiliki ekuivalen dan kesetaraan dengan standar-standar
relevan yang berlaku pada sektor industri di negara lain bahkan berlaku secara internasional
sehingga akan memudahkan tenaga-tenaga profesi

E. Pengertian Standar Kompetensi

a. Konsep dasar Standar Kompetensi ditinjau dari segi etimologi terbentuk atas kata "Standar”
dan "Kompetensi"'. Kata "standar" diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati.

b. Sedangkan kata "kompetensi" adalah kemampuan melaksanakan tugas-tugas di tempat kerja


yang mencakup penerapan keterampilan yang didukung oleh pengetahuan dan sikap sesuai
dengan kondisi yang disyaratkan.

c. Dari pengertian kedua kata tersebut maka standar kompetensi diartikan sebagai suatu ukuran
atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang harus dimiliki oleh
seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan unjuk kerja yang
dipersyaratkan.

F. Perilaku Wakil Perantara Pedagang Efek

Selain diatur didalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah terkait Pasar Modal, Perilaku
Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) juga diatur didalam Peraturan OJK No.
27/POJK.04/2014 tentang Perizinan WPEE dan WPPE (POJK Perizinan)

F.1 Definisi

1. Pasal 32 ayat (1) UUPM Yang dapat melakukan kegiatan sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek, atau Wakil Manajer Investasi hanya orang perseorangan yang
telah memperoleh izin dari Bapepam

G. Perantara Pedagang Efek Sebagai Kustodian

G.1 Definisi

Pasal 1 angka (8) UUPM Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan
harta lain berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak
lainnya, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya.

H. Pengawasan Terhadap Wakil Dan Pegawai PE


1. Setiap Perusahaan Efek wajib melakukan pengawasan secara terus menerus terhadap semua
Pihak yang bekerja atau menjadi Wakil Perusahaan tersebut.
2. Direksi wajib melakukan pengawasan atau menunjuk Wakil untuk melakukan pengawasan
terhadap Wakil Perusahaan Efek yang tidak menjadi direktur Perusahaan Efek dan semua
pegawai Perusahaan Efek.
3. Setiap Perusahaan Efek wajib mempunyai sistem pengawasan atas kegiatan para Wakil
Perusahaan Efek dan setiap pegawainya untuk menjamin dipatuhinya semua ketentuan
perundang- undangan di bidang Pasar Modal.
4. Sistem pengawasan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 Peraturan ini, sekurang-kurangnya
memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Prosedur pengawasan yang dibuat secara tertulis antara lain memuat:
b. Mekanisme pengawasan yang pelaksanaannya dilakukan oleh 1 (satu) atau lebih pengawas
untuk:
i. Secara berkala mengawasi dan meninjau kegiatan Wakil Perusahaan Efek dan pegawai
Perusahaan Efek; dan
ii. Secara berkala memeriksa setiap unit kerja Perusahaan Efek untuk memastikan bahwa
prosedur tertulis tersebut dijalankan
5. Pembukaan atau penutupan rekening nasabah harus memperoleh persetujuan tertulis dari
pengawas.
6. Pemeriksaan atas rekening nasabah harus sering dilakukan untuk mencegah ketidakberesan
atau penyalahgunaan.
7. Pemeriksaan atas surat menyurat, transaksi, dan pesanan nasabah oleh Wakil Perusahaan Efek
harus dilakukan secara terus menerus untuk mencegah ketidakberesan atau penyalahgunaan oleh
Wakil Perusahaan Efek dan pegawai Perusahaan Efek, seperti transaksi untuk kepentingan
sendiri.
8. Perusahaan Efek bertanggung jawab atas perilaku Wakil Perusahaan Efek dan pegawai
Perusahaan Efek.

I. Segmentasi Wakil Perantara Pedagang Efek


I.1 Pendahuluan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan industri terhadap Wakil Perantara Pedagang Efek untuk satu
atau lebih fungsi pada Perusahaan Efek yang melaksanakan kegiatan usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek khususnya pada fungsi pemasaran, maka OJK menetapkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan tentang Segmentasi Perizinan Wakil Perantara Pedagang Efek yaitu Peraturan
OJK No. 22/POJK.04/2016 tentang Segmentasi Perizinan Wakil Perantara Pedagang Efek
(POJK Segmentasi). Dengan adanya POJK Segmentasi, maka izin sebagai WPPE dibagi menjadi
3 (tiga) yaitu: 1) WPPE 2) WPPE Pemasaran 3) WPPE Pemasaran Terbatas

I.2 Definisi
1) WPPE adalah orang perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
2) WPPE Pemasaran adalah orang perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran.
3) WPPE Pemasaran Terbatas adalah orang perseorangan yang bertindak mewakili
kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek,
yang khusus melakukan fungsi pemasaran secara terbatas.

J. Agen Perantara Pedagang Efek


Agen Perantara Pedagang Efek (APPE) diatur dalam Peraturan OJK No. 24/POJK.04/2016.
APPE adalah Pihak yang mereferensikan calon nasabah kepada Perantara Pedagang Efek untuk
menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek dengan mendapat komisi berdasarkan kontrak kerja
sama

K. Pelanggaran Yang Dilakukan Perusahaan Efek dan Wakil Perusahaan Efek


Menurut PP No 45 Tahun 1995
Pasal 61 Emiten, Perusahaan Publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Manajer Investasi, Biro
Administrasi Efek, Kustodian, Wali Amanat, Profesi Penunjang Pasar Modal, dan Pihak lain
yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam, serta direktur,
komisaris, dan setiap Pihak yang memiliki sekurangkurangnya 5% (lima perseratus) saham
Emiten atau Perusahaan Publik, yang melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal dikenakan sanksi administratif berupa :
1. Peringatan tertulis;
2. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
3. Pembatasan kegiatan usaha;
4. Pembekuan kegiatan usaha;
5. Pencabutan izin usaha;
6. Pembatalan persetujuan; dan
7. Pembatalan pendaftaran

Anda mungkin juga menyukai