PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
ETIKA TERKAIT DENGAN PROFESI
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari
penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus
(profesi) kehidupan manusia.
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau
lingkup kerja tertentu, contoh: pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
medis/dokter, dan sebagainya. Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah
dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau
terhadap konsumen (klien atau objek).
Definisi Etika
a. Secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti sikap, cara berfikir,
watak kesesuaian atau adat. Ethos identik dengan Moral, yang dalam Bahasa Indonesia berarti
akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang
menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup
i. Etiket menyangkut cara suatu melakukan perbuatan harus dilakukan. Etika menyangkut pilihan
yaitu apakah perbuatan boleh atau tidak.
ii. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan pada suatu kelompok tertentu. Etika berlaku dimana
saja dan kapan saja.
iv. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah, etika menyangkut manusia dari segi rohaninya.
Hukum adalah refleksi minimum norma sosial dan standar dari sifat bisnis
a. Hukum pada dasarnya tidak hanya mencakup ketentuan yang dirumuskan secara tertulis, tapi
juga nilai-nilai konvensi yang telah menjadi norma di masyarakat.
c. Pada umumnya kebanyakan orang percaya bahwa dengan perilaku yang patuh terhadap hukum
adalah juga merupakan perilaku yang etis.
d. Banyak standar perilaku yang sudah disepakati oleh masyarakat yang tidak tercakup oleh
hukum, sehingga terdapat bagian etika yang tercakup dalam hukum, namun sebagian tidak
tercakup.
e. Norma hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga bisa menyebabkan celah hukum
a. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control” karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
b. Jadi etika lebih berkaitan dengan kepatuhan, sementara moral lebih berkaitan dengan tindak
kejahatan.
1. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan yang berupa kegiatan pokok yang mengandalkan
suatu keahlian dan keterampilan tertentu, sebagai mata pencaharian untuk menghasilkan nafkah
hidup.
Etika Profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi
oleh sekelompok orang yang disebut kalangan professional
1. Profesi harus dipandang sebagai suatu pelayanan dengan mengutamakan sifat tanpa pamrih.
2. Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan klien yang memotivasi semua sikap
dan tindakan.
4. Pengemban profesi harus menumbuhkan semangat solidaritas antar sesama rekan seprofesi.
1. Sikap Baik
2. Tanggung Jawab
3. Kejujuran
4. Keadilan
1. Profesi dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan yang berupa kegiatan pokok yang
mengandalkan suatu keahlian dan keterampilan tertentu, sebagai mata pencaharian untuk
menghasilkan nafkah hidup.
2. Keterampilan tertentu yang diperoleh oleh seorang profesi, biasanya didapat melalui training
atau pengalaman lain, atau diperoleh dari keduanya.
3. Penyandang profesi seharusnya dapat membimbing atau memberi nasihat atau juga melayani
orang lain dalam bidangnya sendiri, disertai dengan disiplin etika yang dikembangkan dan
diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
1. Profesi Khusus, yaitu professional yang melaksanakan profesinya secara khusus untuk
mendapatkan penghasilan tanpa mengabaikan tanggung jawab dan hormat kepada hak-hak orang
lain.
2. Profesi Luhur, yaitu professional yang melaksanakan profesinya bukan lagi untuk
mendapatkan nafkah, tetapi lebih merupakan pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat.
C. KODE ETIK
C.1 Definisi
1. Mereka yang membentuk suatu profesi disatukan karena cita-cita dan nilai bersama selain itu
karena latar belakang pendidikan yang sama serta sama-sama memiliki keahlian. Sehingga
profesi menjadi suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri sehingga menjadi
kalangan yang sukar ditembus, dengan kode etik maka segi negatif ini dapat diimbangi.
2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman seorang profesional mengenai substansi dari kode
etik profesi yang bersangkutan.
3. Kode etik mengandung idealisme yang kadang kala berseberangan dengan fakta yang ada
disekitar kaum profesional.
4. Tidak ada pengaturan mengenai sanksi yang tegas dalam kode etik tersebut
D. Profesionalisme
1. Profesional adalah orang yang memperoleh penghasilan dengan melakukan kegiatan atau
mengerjakan sesuatu yang memerlukan keterampilan
1. Profesi dan anggota dari profesi layak memunyai otonomi dalam tindakan mereka, sejauh
mereka menetapkan pada mereka sendiri dan mengikuti, tuntutan yang lebih tinggi dari yang
diminta pada orang lain.
2. Bila seorang menjadi anggota suatu profesi maka tidak hanya memiliki kewajiban moral untuk
berperan sebagai individu yang profesional, akan tetapi juga memiliki kewajiban moral kolektif
dari profesi tersebut.
3. Kewajiban moral dari anggota suatu profesi melebihi aktivitas tiap individu. Anggota suatu
profesi memiliki kewajiban untuk menjaga rekannya, untuk membantu merubah struktur
profesional bila perlu perubahan dan mempertimbangkan dampak dari profesi pada masyarakat
4. Anggota dari profesi kadang-kadang menghadapi permasalahan moral khusus dalam bisnis,
oleh karena konflik kepentingan dan konflik antara kewajiban profesional seseorang dan tuntutan
dari atasannya. Organisasi profesi dan anggotanya seharusnya membantu membela anggota
tersebut yang menjaga standard profesinya
5. Karena anggota dari suatu profesi pertama-tama adalah pelaku moral dan kemudian baru
profesional, maka etika profesi tidak melepaskan seseorang dari kewajiban moral umum yang
berlaku untuk semua orang.
6. Memilih menjadi anggota suatu profesi berarti memilih kewajiban moral yang lebih tinggi,
tidak lebih rendah, dan hanya sejauh anggotanya memenuhi kewajiban moral tersebut profesi
tersebut layak dihargai.
E. Standar Kompetensi
1. Untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia yang bermutu, sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha dan industri di era globalisasi ini, perlu adanya kerjasama antara dunia industri dengan
lembaga pendidikan dan pelatihan. Bentuk kerja sama tersebut dapat berupa pemberian data
kualifikasi kerja yang dibutuhkan oleh industri, pelaku usaha, sehingga lembaga pendidikan dan
pelatihan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri.
Kerja sama tersebut dapat menghasilkan standar kebutuhan kualifikasi.
2. Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan ke dalam standar kompetensi bidang
Indonesia untuk bekerja di manca negara. keahlian yang merupakan refleksi dari kompetensi
yang diharapkan dimiliki orang-orang atau seseorang yang akan bekerja di bidang tersebut.
Selain itu standar tersebut harus memiliki ekuivalen dan kesetaraan dengan standar-standar
relevan yang berlaku pada sektor industri di negara lain bahkan berlaku secara internasional
sehingga akan memudahkan tenaga-tenaga profesi
a. Konsep dasar Standar Kompetensi ditinjau dari segi etimologi terbentuk atas kata "Standar”
dan "Kompetensi"'. Kata "standar" diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati.
c. Dari pengertian kedua kata tersebut maka standar kompetensi diartikan sebagai suatu ukuran
atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang harus dimiliki oleh
seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan unjuk kerja yang
dipersyaratkan.
Selain diatur didalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah terkait Pasar Modal, Perilaku
Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) juga diatur didalam Peraturan OJK No.
27/POJK.04/2014 tentang Perizinan WPEE dan WPPE (POJK Perizinan)
F.1 Definisi
1. Pasal 32 ayat (1) UUPM Yang dapat melakukan kegiatan sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek, atau Wakil Manajer Investasi hanya orang perseorangan yang
telah memperoleh izin dari Bapepam
G.1 Definisi
Pasal 1 angka (8) UUPM Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan
harta lain berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak
lainnya, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya.
I.2 Definisi
1) WPPE adalah orang perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
2) WPPE Pemasaran adalah orang perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran.
3) WPPE Pemasaran Terbatas adalah orang perseorangan yang bertindak mewakili
kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek,
yang khusus melakukan fungsi pemasaran secara terbatas.