Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.     Latar Balakang
            Istilah prinsip dan kode etik dalam bisnis memiliki banyak makna berbeda. Ada yang
menyebutkan bahwa prinsip etika bisnis dalam menjalankan usaha adalah sebuah keharusan
dan mencakup seluruh aspek yang ada di suatu perusahaan. Pada praktiknya dalam
perusahaan, prinsip etika bisnis tersebut akan membentuk nilai, norma, dan perilaku para
pekerja, mulai dari bawahan hingga atasan.
            Di dalam teori ekonomi, praktik bisnis harus memiliki etika. Lalu, prinsip etika seperti
apa yang berlaku dalam kegiatan bisnis? Berikut ini adalah beberapa prinsip etika bisnis yang
dimaksud prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip Keadilan,Prinsip Saling
Menguntungkan, Prinsip Loyalitas, dan Prinsip Integritas Moral.

Kode etik profesi dalam bisnis merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik pada umumnya termasuk dalam norma sosial,
namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak uk dalam kategori norma hukum yang
didasari kesusilaan.
Kode etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Tujuan kode etik agar profesionalisme memberikan
jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya.
2. Rumusan Masalah
1. Pengertian profesi.
2. Bisnis sebagai profesi.
3. Prinsip-prinsip etika bisnis.
4. Kode etik di tempat kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BISNIS

II. Pengertian profesi

2.1. Pengertian profesi


                Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", dari
bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila
artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan "apa saja" dan "siapa saja"
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam
arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
                Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian
tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup
yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta
adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.
                Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah
pada bidang hukum, kesehatan, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik.
Seseorang yang berkompeten di suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walau demikian,
istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan
kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan
tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai
suatu profesi.
2.1.1. Ciri-ciri Profesi :
1. Adanya keahlian dan keterampilan khusus.
2. Adanya komitmen moral yang tinggi.
3. Biasanya orang yang profeional adalah orang yang hidup dari profesinya
4. Pengabdian kepada masyarakat
5. Pada profesi luhur biasanya ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut
6. Kaum professional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi profesi.
2.1.2. Karakteristik Profesi
            Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar
karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga
tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada
pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi
tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjangpendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan
untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan istitusional di mana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum
menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional
juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang
dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi
terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang
tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap
sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

 2.1.3. Etika Profesi
            Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral
dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.
Dalam buku Etika Bisnis Tuntunan dan Relevansinya, Keraf menggambarkan skema etika
sebagai berikut :
            Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi ditetapkan atau disepakati pada tatanan
profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : medis/dokter,pers dan jurnalistik, engineering
(rekayasa), science dan sebagainya.
            Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek). Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral
yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan
bagisetiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan
main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode
etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi.
Menurut Chua dkk (1994) menyatakan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku
moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang
merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku professional
(Agoes, 1996). 
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi
untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Para pelaku bisnis ini
diharapkan memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi (Abdullah dan Halim, 2002). Pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi
akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002).
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakannya dengan profesi lain
yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya (Boynton dan Kell, 1996).Kode
etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, terdapat empat
prinsip di dalam etika profesi (Keraf, 1998) yaitu :
1. Prinsip tanggung jawab
2. Prinsip keadilan
3. Prinsip otonomi
4. Prinsip integritas moral

III. ETIKA BISNIS SEBAGAI SEBUAH PROFESI


3.1  Bisinis Sebagai Profesi Luhur
            Sesungguhnya bisnis bukanlah merupakan profesi, kalau bisnis dianggap sebagai
pekerjaan kotor, kedati kata profesi, profesional dan profesionalisme sering begitu diobral dalam
kaitan dengan kegiatan bisnis. Namun dipihak lain tidak dapat disangkal bahwa ada banyak
orang bisnis dan juga perusahaan yang sangat menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya
sebagai sebuah profesi. Mereka tidak hanya mempunyai keahlian dan ketrampilan yang tinggi
tapi punya komitmen moral yang mendalam. Karena itu, bukan tidak mungkin bahwa bisnis pun
dapat menjadi sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya bahkan menjadi sebuah profesi
luhur.

3.1.1. Pandangan       Praktis-Realistis
            Pandangan ini bertumpu pada kenyataan yang diamati berlaku dalam dunia bisnis dewasa
ini. Pandangan ini didasarkan pada apa yang umumnya dilakukan oleh orang-orang bisnis.
Pandangan ini melihat bisnis sebagai suatu kegiatan di antara manusia yg menyangkut
memproduksi, menjual dan membeli barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan.
Bisnis adalah suatu kegiatan Profit Making. Dasar pemikirannya adalah bahwa orang yg terjun
ke dalam bisnis tidak punya keinginan dan tujuan lain selain ingin mencari keuntungan.
Kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomis dan bukan kegiatan sosial. Karena itu, keuntungan
itu sah untuk menunjang kegiatan bisnis.
3.1.2Pandangan         Ideal
                Disebut pandangan ideal, karena dalam kenyataannya masih merupakan suatu hal
yang ideal mengenai dunia bisnis. Sebagai pandangan yang ideal pandangan ini baru dianut
oleh segelintir orang yang dipengaruhioleh idealisme berdasarkan nilai yang dianutnya.
Menurut Adam Smith, pertukaran dagang terjadi karena satu orang memproduksi lebih banyak
barang sementara ia sendiri membutuhkan barang lain yang tidak bisa dibuatnya sendiri.
Menurut Matsushita (pendiri perusahan Matsushita Inc di Jepang), tujuan bisnis sebenarnya
bukanlah mencari keuntungan melainkan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Sedangkan
keuntungan tidak lain hanyalah simbol kepercayaan masyarakat atas kegiatan bisnis suatu
perusahaan. Artinya, karena masyarakat merasa kebutuhan hidupnya dipenuhi secara baik
mereka akan menyukai produk perusahaan tersebut yang memang dibutuhkannya tapi
sekaligus juga puas dengan produk tersebut.
Dengan melihat kedua pandangan berbeda di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa citra
jelek dunia bisnis sedikit banyaknya disebabkan oleh pandangan pertama yang melihat bisnis
sekadar sebagai mencari    keuntungan.
                Atas dasar ini, persoalan yg dihadapi di sini adalah bagaimana mengusahakan agar
keuntungan yang diperoleh ini memang wajar, halal, dan fair. Terlepas dari pandangan mana
yang dianut, keuntungan tetap menjadi hal pokok bagi bisnis. Masalahnya adalah apakah
mengejar keuntungan lalu berarti mengabaikan etika dan moralitas? Yang penting adalah
bagaimana keuntungan ini sendiri tercapai. Salah satu upaya untuk membangun bisnis sebagai
profesi yang luhur adalah dengan membentuk, mendukung dan memperkuat organisasi
profesi.Melalui organisasi profesi tersebut bisnis bisa dikembangkan sebagai sebuah profesi
dalam pengertian sebenar-benarnya sebagaimana dibahas disini, kalau bukan menjadi profesi
luhur.

IV. Prinsip-prinsip etika dalam bisnis

4.1. Prinsip-prinsip etika bisnis secara umum


            Penerapan prinsip etika bisnis dalam menjalankan usaha adalah sebuah keharusan dan
mencakup seluruh aspek yang ada di suatu perusahaan. Pada praktiknya dalam perusahaan,
prinsip etika bisnis tersebut akan membentuk nilai, norma, dan perilaku para pekerja, mulai
dari bawahan hingga atasan.
            Penerapan etika bisnis dalam perusahaan akan membangun hubungan yang adil dan
sehat, baik itu antar rekan kerja, pemegang saham, pelanggan, hingga masyarakat. Dan sudah
seharusnya semua pihak di dalam perusahaan menjadikan etika bisnis menjadi salah satu
standar dalam bekerja.
            Di dalam teori ekonomi, praktik bisnis harus memiliki etika. Lalu, prinsip etika seperti
apa yang berlaku dalam kegiatan bisnis? Berikut ini adalah beberapa prinsip etika bisnis yang
dimaksud:
4.1.1. Prinsip Otonomi
            Prinsip otonomi ini  berkaitan dengan sikap dan kemampuan individu dalam mengambil
sebuah keputasan dan tindakan yang tepat. Dengan kata lain, seorang pelaku bisnis harus bisa
mengambil keputusan yang baik dan tepat, dan mempertanggungjawabkan keputusan
tersebut. Pelaku usaha bisa dikatakan punya prinsip otonomi dalam berbisnis jika ia memiliki
kesadaran penuh akan kewajibannya dalam menjalankan usaha. Artinya, seorang pengusaha
memahami bidang usaha yang dikerjakan, situasi yang dihadapi, serta tuntutan dan aturan yang
berlaku di bidang tersebut.
            Pelaku usaha juga dikatakan memiliki prinsip otonomi bila ia sadar bahwa keputusan dan
tindakan yang diambil sesuai atau bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu, serta
memiliki risiko yang dapat terjadi bagi dirinya dan perusahaan. Prinsip otonom bukanlah
sekedar mengikuti nilai dan norma yang berlaku, tapi juga kesadaran dalam diri bahwa yang
dilakukan adalah hal yang baik.
4.1.2. Prinsip Kejujuran
            Prinsip kejujuran seharusnya menjadi dasar penting dalam menjalankan usaha apapun.
Sebagian besar pengusaha sukses, baik pengusaha modern maupun pengusaha konvensional,
mengaku bahwa kejujuran adalah salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis apapun. Prinsip
kejujuran ini sangat penting untuk dilakukan oleh para pengusaha. Pada umumnya bisnis yang
berjalan tanpa mengedapankan prinsip kejujuran tidak akan bertahan lama. Bagi pengusaha,
kejujuran ini dikaitkan dengan kualitas dan harga barang yang ditawarkan pada konsumen.
Dengan kata lain, menjual produk bermutu tinggi dengan harga pantas dan wajar merupakan
bentuk kejujuran dari seorang pengusaha kepada konsumen. Kejujuran sangat besar
dampaknya dalam proses menjalankan usaha. Sekali saja seorang pelaku usaha tidak jujur/
menipu konsumen, maka ini adalah awal kemunduran bahkan kehancuran sebuah bisnis.
Apalagi di bisnis modern seperti sekarang ini yang tingkat persaingannya sangat tinggi.
2.1.3. Prinsip Keadilan
            Adil dalam hal ini berarti semua pihak yang terlibat dalam bisnis memiliki hak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama sesuai aturan yang berlaku. Dengan begitu, maka semua
pihak yang terkait dalam bisnis harus memberikan kontribusi terhadap keberhasilan bisnis yang
dijalankan, baik secara langsung maupun tak langsung. Dengan menerapkan prinsip keadilan
ini dengan baik, maka semua pihak yang terlibat di dalam bisnis, baik relasi internal maupun
relasi eksternal, akan mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan haknya masing-masing.
4.1.4. Prinsip Saling Menguntungkan
            Prinsip saling menguntungkan ini artinya aktivitas bisnis yang dijalankan memberikan
keuntungan bagi semua pihak. Berbeda dengan prinsip keadilan yang menuntut agar semua
pihak tidak merasa rugi, prinsip saling menguntungkan ini menuntut hak yang dalam hal
keuntungan kegiatan bisnis.
            Prinsip saling menguntungkan ini utamanya mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis
itu sendiri. Pada praktiknya, prinsip ini terjadi dalam proses bisnis yang baik dimana pengusaha
ingin mendapat keuntungan dan konsumen ingin mendapat barang atau jasa yang memuaskan.
4.1.5. Prinsip Loyalitas
            Prinsip loyalitas berhubungan dengan proses menjalankan bisnis yang dilakukan oleh
para pekerja, baik manajemen, atasan, maupun bawahan. Loyalitas dapat dilihat dari cara kerja
dan keseriusan dalam menjalankan usaha sesuai dengan visi dan misi (baca: pengertian visi dan
misi perusahaan. Dengan kata lain, penerapan prinsip loyalitas ini berarti pengusaha dan
unsur-unsur di dalamnya tidak boleh mencampur-adukkan masalah pribadi dengan urusan
pekerjaan.
4.1.6. Prinsip Integritas Moral
Dalam menjalankan bisnis, pelaku usaha harus memiliki prinsip integritas moral yang baik.
Tujuannya adalah untuk menjaga nama baik perusahaan dan tetap menjadi perusahaan yang
dipercaya konsumen. Pada praktiknya, penerapan prinsip ini harus dilakukan oleh semua pihak,
baik itu pemilik usaha, karyawan, hingga manajeman perusahaan.

4.2. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut para ahli.


            John Naisbitt dalam bukunya, Global Paradox (1995), telah meramalkan bahwa pada
abad ke-21 akan ada aturan-aturan baru yang menyangkut perilaku (etis) universal dalam
praktik bisnis. Ia bahkan dengan yakin mengatakan bahwa kinerja ekonomi (berupa
keuntungan) dan kinerja etis bukanlah dua kutub yang bertentangan dari suatu kontinum,
melaikan kinerja etis justru akan menjadi factor strategis dalam menentukan kinerja ekonomis.
Prinsip dalam hal ini dapat diartikan sebagai asas atau dasar untuk berpikir dan bertindak. Di
bawah ini dikutip beberapa contoh prinsip-prinsip etika dari beberapa sumber.

4.2.1. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois A. Nugroho,
2011) adalah. 
a.    Tanggung Jawab Bisnis: dari Shareholders ke Stakeholders.
b.  Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan dan Komunitas Dunia.
c.       Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya.
d.      Sikap Menghormati Aturan.
e.       Dukungan bagi Perdagangan Multilateral.
f.       Sikap Hormat bagi Lingkungan Alam.
g.      Menghindari Operasi-operasi yang Tidak Etis.

4.2.2. Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998).


Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titik tolak pedoman perilaku dalam
menjalankan praktik bisnis, yaitu:
a.       Prinsip Otonomi
b.      Prinsip Kejujuran
c.       Prinsip Keadilan
d.      Prinsip Saling Menguntungkan
e.       Prinsip Integritas Moral

4.2.3. Prinsip etika bisnis menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005).


Prinsip etis merupakan tuntunan bagi perilakuu moral. Contoh prinsip etika antara lain:
kejujuran (honesty), pegang janji (keeping promises), membantu orang lain (helping others), dan
menghormati hak-hak orang lain (the rights of others). Lawrence, Weber, dan Post sendiri tidak
memberikan penjelasan lebih lanjut tentang prinsip-prinsip etika bisnis ini karena prinsip-prinsip
tersebut mungkin sudah dianggap jelas dengan sendirinya.

4.2.4. Prinsip etika bisnis menurut Weiss (2006)


            mengemukakan empat prinsip etika, yaitu: martabat/hak (rights), kewajiban (duty),
kewajaran (fairness), dan keadilan (justice). Weiss juga tidak memberikan uraian lebih lanjut
tentang prinsip-prinsip etika bisnis yang diungkapkannya. Dengan mengutip dan
membandingkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh beberapa sumber di atas, tampak bahwa
sampai saat ini belum terdapat kesamaan dalam perumusan dan pemaknaan mengenai apa yang
dapat dianggap sebagai prinsip-prinsip etika bisnis.

 V. Kode etik dalam bisnis

Kode etik profesi dalam bisnis merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik pada umumnya termasuk dalam norma sosial,
namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak uk dalam kategori norma hukum yang
didasari kesusilaan.
Kode etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Tujuan kode etik agar profesionalisme memberikan
jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya.

5.1. Kode etik di tempat kerja.


            Kode etik ditempat kerja menghidupkan keharmonisan hubungan kerja. Fungsi kode etik
adalah untuk membangun standar moral dan perlaku kerja yang berbudaya positif. Semua profesi
memiliki kode etik, semua pekerja wajib mematuhu kode etik di tempat kerja masing-masing.
            Etika sebagai proses penalaran yang mengkaji pengertian,teori,prisip-prinsip atau kaidah-
kaidah tentang baik buruknya perilaku manusia secara umum.dalam setiap organisasi bisnis
terdapat lebih dari satu orang perlaku bisnis yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bisnis.bila
organisasi di kelompokan menurut bisnisnya,maka pada umumnya dalam setiap  organisasi
bisnis akan ada fungsi pemasaran,fungsi produksi,fungsi pembelian,fungsi keuangan dan
akuntansi,serta fungsi sumber daya manusia(SDM).

5.1.1. Kode Etik Sumber Daya Manusia (Human Resource).


Di lihat dari sejarah perkembangannya,A.M.lilik agung(2017) mencatat setidaknnya ada empat
peran yang melekat pada departemen SDM,yaitu:
1.      Peran administratif, yaitu suatu peran awal/tradisional di mana peran departeman SDM
hanya pada seputar perekrutan karyawan dan memelihara catatan gaji,upah serta data karyawan.
2.      Peran kontribusi, yaitu suatu peran yang menekankan pada peningkatan
produktivitas,loyalitas,dan lingkungan kerja karyawan.
3.      Peran agen perubahan, yaitu suatu peran yang di mana departemen SDM berfungsi sebagai
agen  perubahan.
4.      Peran mitra strategis. pada peran ini, departemen SDM dilibatkan dalam merumuskana
berbagai kebijakan bisnis yang bersifat strategis, terutama agar departemen SDM dapat segera
melaksanakan program penyelarasan antara kepentingan bisnis dan kepentingan individual
karyawan.

5.1.2. Ada enam  dimensi agar kode etik agar suatu kode etik di patuhi
1.      Kode etik formal, yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan secara resmi oleh
suatu asosiasi,,organisasi,profesi,atau suatu lembaga/etitas tertentu.
2. Komite etika, yaitu etitas yang mengembangkan kebijakan,mengevaluasi
tindakan,menginvestasi,dan menghakimi pelanggaran –pelanggaran etika.
3.      Sistem komunikasi etika,yaitu suatu media atau cara untuk menyosialisasikan kode etikdan
perubahannya,termasuk isu-isu etika dan cara mengatasinya yang bersifat dua arah –antara
pejabat otoritas etika dengan pihak-pihak terkait dalam suatu etitas/organisasi.
4.   Pejabat etika, yaitu pihak yang mengoordinaikan kebijakan,,memberikan pendidikan,dan
menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika.
5.    Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujan untuk meningkatkan kesadaran dan
membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etka.
6.      Proses penetapan disiplin, dalam hal terjadi perilaku tidak etis.
III. PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
            Prinsip-prinsip dan kode etik dalam etika bisnis merupakan bagian dari etika profesi.
Dengan demikian prinsip-prinsip dan kode etik dalam etika bisnis adalah  sistem norma atau
aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan khusus dalam masyarakat yang berbisnis.

3.2. SARAN
            Prinsip dan kodee etik dalam bisnis memperbanyak pemahaman kode etik profesi,
mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan yang dijalani, kode
etik diterapkan hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang memungkinkan untuk dapat
dijalankan bagi kelompok profesi.

DAFTAR PUSTAKA
http://rkarinanovianaputri.blogspot.com/2019/12-makalah-prinsip-prinsip-dan-kede-etik-
dalam-bisnis.html
http://aslanstil.blogspot.com/2011/02/makalah-pengertian-profesi.html
http://erniritonga123.blogspot.com/2010/01/bisnis-sebagai-profesi.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/prinsip-prinsip-etika-bisnis/
http://galih-chess.blogspot.com/2010/01/kode-etik-ditempat-kerja.html 

Anda mungkin juga menyukai