Anda di halaman 1dari 21

1.

Konsep dasar etprof

Pengertian Etika Profesi adalah

Pengertian Etika Profesi

Daftar isi

Apa yang dimaksud dengan etika profesi (professional ethics)? Secara umum, pengertian etika profesi
adalah suatu sikap etis yang dimiliki seorang profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
mengembang tugasnya serta menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
dalam kehidupan manusia.

Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang pekerjaan tertentu yang
berhubungan langsung dengan masyarakat atau konsumen. Konsep etika tersebut harus disepakati
bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja tertentu, misalnya; dokter, jurnalistik dan pers,
guru, engineering (rekayasa), ilmuwan, dan profesi lainnya.

Kode etik profesi ini berperan sebagai sistem norma, nilai, dan aturan profesional secara tertulis yang
dengan tegas menyatakan apa yang benar/ baik, dan apa yang tidak benar/ tidak baik bagi seorang
profesional. Dengan kata lain, kode etik profesi dibuat agar seorang profesional bertindak sesuai dengan
aturan dan menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik profesi.

Etika Profesi Menurut Para Ahli

Agar kita lebih memahami apa itu etika profesi, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli
berikut ini:

1. Anang Usman, SH., MSi

Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya
dengan disertai refleksi yang seksama
2. Siti Rahayu

Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk profesi tertentu dan
karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika absolut.

3. Kaiser

Menurut Kaiser (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7), pengertian etika profesi adalah sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

Referensi Informasi Era Digital

Beranda Karir Etika Profesi: Pengertian, Fungsi, Prinsip, dan Contohnya

Etika Profesi: Pengertian, Fungsi, Prinsip, dan Contohnya

Pengertian Etika Profesi adalah

Pengertian Etika Profesi

Daftar isi

Apa yang dimaksud dengan etika profesi (professional ethics)? Secara umum, pengertian etika profesi
adalah suatu sikap etis yang dimiliki seorang profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
mengembang tugasnya serta menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
dalam kehidupan manusia.

Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang pekerjaan tertentu yang
berhubungan langsung dengan masyarakat atau konsumen. Konsep etika tersebut harus disepakati
bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja tertentu, misalnya; dokter, jurnalistik dan pers,
guru, engineering (rekayasa), ilmuwan, dan profesi lainnya.

Kode etik profesi ini berperan sebagai sistem norma, nilai, dan aturan profesional secara tertulis yang
dengan tegas menyatakan apa yang benar/ baik, dan apa yang tidak benar/ tidak baik bagi seorang
profesional. Dengan kata lain, kode etik profesi dibuat agar seorang profesional bertindak sesuai dengan
aturan dan menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik profesi.
Baca juga: Pengertian Etika

Etika Profesi Menurut Para Ahli

Agar kita lebih memahami apa itu etika profesi, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli
berikut ini:

1. Anang Usman, SH., MSi

Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya
dengan disertai refleksi yang seksama

2. Siti Rahayu

Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk profesi tertentu dan
karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika absolut.

3. Kaiser

Menurut Kaiser (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7), pengertian etika profesi adalah sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

Baca juga: Pengertian Profesi

Prinsip Dasar Etika Profesi

Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan kode etik profesi. Adapaun
prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Tanggung Jawab

Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan dan juga terhadap
hasilnya. Selain itu, profesional juga memiliki tanggungjawab terhadap dampak yang mungkin terjadi
dari profesinya bagi kehidupan orang lain atau masyarakat umum.

2. Prinsip Keadilan

Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan keadilan dalam menjalankan
pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan harus diberikan kepada siapa saja yang berhak.

3. Prinsip Otonomi

Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan sesuai dengan
profesinya. Artinya, seorang profesional memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dengan mempertimbangkan kode etik profesi.

4. Prinsip Integritas Moral

Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang yang dilakukan secara
konsisten dalam menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional harus memiliki komitmen pribadi
untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.

Fungsi dan Tujuan Etika Profesi

Menurut Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, kode etik profesi
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan
sehari-hari. Mengacu pada hal tersebut, maka fungsi dan tujuan etika profesi adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Kode Etik Profesi

Sebagai pedoman bagi semua anggota suatu profesi tentang prinsip profesionalitas yang ditetapkan.

Sebagai alat kontrol sosial bagi masyarakat umum terhadap suatu profesi tertentu.

Sebagai sarana untuk mencegah campur tangan dari pihak lain di luar organisasi, terkait hubungan etika
dalam keanggotaan suatu profesi.
2. Tujuan Kode Etik Profesi

Untuk menjungjung tinggi martabat suatu profesi.

Untuk menjaga dan mengelola kesejahteraan anggota profesi.

Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Untuk membantu meningkatakan mutu suatu profesi.

Untuk meningkatkan pelayanan suatu profesi di atas keuntungan pribadi.

Untuk menentukan standar baku bagi suatu profesi.

Untuk meningkatkan kualitas organisasi menjadi lebih profesional dan terjalin dengan erat.

2. Dasar dasar etika profesi perawat gigi

A. Pengertian Etika

Secara etimologis etika diambil dari bahasa Yunani, yaitu

“Ethos”, yang kurang lebihnya mempunyai arti adat istiadat

atau kebiasaan. Di bawah ini pengertian etika dari pendapat

berbagai pakar adalah sebagai berikut.

1. Menurut Magnis Suseno (1990), etika adalah ilmu

yang mengkaji tentang nilai.

2. Menurut Sudikno dalam Alexandra Indriyanti Dewi

(2008), etika adalah sebagai usaha manusia untuk


mencari norma baik dan buruk.

3. Menurut Bertens (2002), mendefi nisikan etika sebagai

berikut.

a. Etika dalam arti nilai atau moral yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau kelompok untuk

mengatur tingkah laku yang di dalam hal ini

bisa disamakan dengan adat istiadat ataupun

kebiasaan.

b. Etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai

moral yang juga lebih dikenal dengan kode etik.

c. Etika yang mempunyai arti sebagai ilmu

tentang baik dan buruk. Di dalam hal ini etika


baru menjadi ilmu apabila kemungkinan-

kemungkinan etis yang begitu saja diterima

dalam suatu masyarakat menjadi bahan refl eksi

bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.

B. Etika dan Etiket

Kata etika sudah tidak asing lagi bagi kita semua, namun

kadang kita menyamakan istilah etika dan etiket. Menurut

Bertens, perbedaan antara etika dan etiket sebagai berikut:

1. Etika

a. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan

boleh dilakukan atau tidak.

b. Etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain.

c. Etika bersifat absolut, artinya prinsip etika tidak dapat


ditawar berlakunya.

d. Etika tidak hanya memandang segi lahiriah, tetapi

juga batiniahnya.

2. Etiket

a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan yang harus

dilakukan manusia.

b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan hidup.

c. Etiket bersifat relatif, artinya prinsip etiket tergantung

oleh tempat, karena adat di satu tempat bisa berbeda

di tempat yang lain.

d. Etiket hanya memandang manusia dari segi

lahiriahnya saja.

C. Perbuatan Perawat yang Bertentangan dengan Etika


Perbuatan Perawat yang Bertentangan dengan Etika

Perawat gigi harus optimal dalam menjalankan

profesinya, yang dimaksud secara optimal dalam menjalankan

profesi perawat gigi adalah sesuai dengan pelayanan asuhan

kesehatan gigi dan mulut mutakhir, etika umum, etika

kesehatan gigi, hukum, dan agama. Kesehatan gigi dan mulut

yang menyangkut pengetahuan dan keterampilan yang telah

diajarkan dan dimiliki harus dipelihara dan dipupuk sesuai

dengan kemampuan perawat gigi yang telah ditetapkan.

Etika umum dan etika kesehatan gigi harus diamalkan

dalam menjalankan profesi secara ikhlas, jujur, dan rasa cinta

terhadap sesama manusia, serta penampilan tingkah laku, tutur

kata, dan berbagai sifat lain yang terpuji, seimbang dengan


martabat jabatan profesi perawat gigi.

Peraturan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG UPAYA

KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Kesehatan Gigi dan Mulut adalah keadaan sehat dari

jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-unsur

yang berhubungan dalam rongga mulut, yang

memungkinkan individu makan, berbicara dan

berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan

ketidaknyamanan karena adanya penyakit,


penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga

mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

2. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut adalah setiap kegiatan

dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan gigi

dan mulut masyarakat dalam bentuk peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit

dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat.

3. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut adalah setiap

penyelenggaraan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut yang


dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan

mulut, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan gigi dan mulut perorangan,

keluarga, kelompok atau masyarakat secara paripurna,

terpadu dan berkualitas.

4. Kader adalah setiap orang yang dipilih oleh masyarakat

dan dilatih untuk menangani masalah kesehatan

perorangan atau masyarakat serta bekerja dalam

hubungan yang amat dekat dengan tempat pemberian

pelayanan kesehatan.

5. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia

yang memegang kekuasaan pemerintahan negara

Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan


menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kesehatan.

Pasal 2

Pengaturan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut bertujuan

memberikan pedoman dan acuan bagi penyelenggara

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut untuk:

a. mewujudkan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut secara


profesional, komprehensif dan terpadu sesuai standar;

b. meningkatkan manajemen dan informasi Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut yang efisien dan efektif;

c. meningkatkan jumlah, kualitas dan pemerataan sumber

daya manusia kesehatan gigi dan mulut; dan

d. meningkatkan peran serta daerah dalam pemenuhan

kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau
kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang melibatkan aturan atau prinsip yang menentukan
tingkah laku yang benar. Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan
“standar perilaku” dan “nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat
tempat ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang serta menjadi
suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat baik berupa kata – kata maupun bentuk perbuatan yang
nyata.Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu.Etika
juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar.Etika berhubungan dengan hal yang
baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk
perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika
mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik
dan tidak memiliki moral yang baik. Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan
pertimbangan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau
peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik
yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi.Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang
dilayani.Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam
hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI. Moral, istilah ini berasal dari
bahasa latin yang bearti adat atau kebiasaaan. Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh
masyarakat yang merupakan “standar perilaku” dan “nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang
menjadi anggota masyarakat tempat ia tinggal. Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada
standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam
agama, hukum, adat dan praktek professional.Etika, moral dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat dilihat
bahwa etika lebih dititikberatkan pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan
mendekati aturan, hukum dan undang-undang yang membedakan benar atau salah secara
moralitas.nilai-nilai moral yang ada dalam kode etik keperawatan Indonesia (2000), diantaranya:

1. Menghargai hak klien sebagai individu yang bermartabat dan unik

2. Menghormati nilai-nilai yang diyakini klien

3. Bertanggung jawab terhadap klien

4. Confidentiality

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja model hubungan perawat, dokter, dan pasien?

1.2.2 Bagaimana hubungan perawat dan pasien?

1.2.3 Bagaiman hubungan antara perawat dengan perawat?

1.2.4 Bagaiman hubungan perawat dan dokter?

1.2.5 Apa saja model-model pengambilan keputusan etika dalam keperawatan?

1.2.6 Bagaiman otonomi pasien?

1.2.7 Bagaiman sikap terhadap kematian?

1.2.8 Bagaimana pengambilan keputusan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui tentang model hubungan perawat, dokter, dan pasien.

1.3.2 Dapat mengetahui tentang hubungan perawat dan pasien.

1.3.3 Dapat mengetahui tentang hubungan antara perawat dengan perawat.

1.3.4 Dapat mengetahui tentang hubungan perawat dan dokter.

1.3.5 Dapat mengetahui model-model pengambilan keputusan etika dalam keperawatan.

1.3.6 Dapat mengetahui tentang otonomi pasien.

1.3.7 Dapat mengetahui tentang sikap terhadap kematian.

1.3.8 Dapat mengetahui tentang pengambilan keputusan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Hubungan Perawat, Dokter, Dan Pasien

2.1.1 Model Aktivitas- Pasivitas

Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif.Model ini tepat untuk
bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien dalam keadaan darurat.Dokter berada pada posisi mengatur
semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas pasien kurang diperhatikan. Model ini bersifat
otoriter dan paternalistic.

2.1.2 Model Hubungan Membantu

Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktik keperawatan atau praktik kedokteran. Model ini
terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan perawat atau dokter yang mempunyai
pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien.Perawat dan dokter memberi bantuan dalam bentuk
perlakuan/ perawatan atau pengobatan. Timbal baliknya pasien diharapkan bekerja sama dengan
mentaati anjuran perawat atau dokter. Dalam model ini, perawat dan dokter mengetahui apa yang
terbaik bagi pasien, memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari prioritas yang lain. Model ini
bersifat paternalistik.

2.1.3 Model Partisipasi Mutual

Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara umat manusia
merupakan nilai yang tinggi, model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi. Interaksi,
menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang
dilakukan akan memberikan kepuasan kedua pihak. Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien
mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek penting pada layanan
kesehatan saat ini. Peran dokter dalam model ini adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri.Dari
perspektif keperawatan, model partisipasi mutual ini penting untuk mengenal dari pasien dan
kemampuan diri pasien.Model ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk tumbuh
dan berkembang. Keperawatan bersifat menghargai martabat individu yang unik, berbeda satu sama lain
dan membantu kemampuan dalam menentukan dan mengatur diri sendiri ( Bandman and
Bandman,2004. dikutip dari American Nurses Assocication, Nursing: Asocial Policy. Kansas City. MO:
2005).

2.2 Hubungan Perawat dan Pasien

Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan tertentu.Seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan juga mempunyai tujuan tertentu. Kondisi yang dihadapi pasien
merupakan penentu peran perawat terhadap pasien ( Husted dan Husted, 2006 ).

Untuk menjelaskan peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang mengacu pada
pandangan dasar Helldegard .E Pepley, tentang hubungan perawat dan pasien dalam asuhan
keperawatan, merupakan rasa percaya, pengukuran pemecahan masalah (Problem Solving), dan
kolaborasi.

Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan sebagai konselor pada saat
pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya.Perawat juga dapat berperan
sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien
dalam ungkapan perasaan-perasaannya.

2.3Hubungan antara Perawat dengan Perawat

Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada, baik dengan lulusan S.Kep maupun DIII
Keperawatan (Am.Kep) diperlukan adanya sikap saling menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai
perawat baru dapatr mengadakan pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat
lainnya.

Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama perawat dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya,
perawat harus dapat membina hubungan baik dengansesama perawat yang ada di lingkungan tempat
kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling
menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien komunikasi antartenaga kesehatan terutama
sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang
telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan
menjadi hubungan profesional, hubungan struktural, dan hubungan intrapersonal.

2.4 Hubungan Perawatdan Dokter

Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan kedua kedua profesi ini, tidak
terlepas dari sejarah, sifat ilmu/ pendidikan, latar belakang personal dan lain- lain.

Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua disiplin ilmu ini sama- sama berfokus pada manusia,
mempunyai beberapa perbedaan. Kedokteran lebih bersifat paternalistik, yang mencerminkan figur
seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan (judgment).Sedangkan keperawatan lebih bersifat
mothernalistik, yang mencerminkan figure seorang ibu (mother instink) dalam memberikan asuhan
keperawatan, kasih sayang, dan bantuan (helping relationship).

2.5 Model-Model Pengambilan Keputusan Etika Dalam Keperawatan

Ada 3 model pengambilan keputusan yang pertama adalah keputusan etis yang berpusat pada pasien ,
keputusan etis yang berpusat pada dokter dan berpusat pada birokrasi .

Dalam kasus ini kami akan mencoba untuk mengambil keputusan etis berdasarkan pada 5 tahap
pengambilan keputusan secara etis menurut Silvia,

1. Pengkajian, tahap ini akan dilakukan dengan melihat situasi klien.

Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI)

direktoriorganisasiprofesi

4 tahun yang lalu

image.png

Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI) merupakan organisasi yang menghimpun para perawat gigi di
Indonesia. Profesi ini, perawat gigi menambah kemahiran menjadi tekniker/ teknisi gigi dengan
melanjutkan pendidikan di SPTG.

Tujuan:
Memantapkan persatuan dan kesatuan antar Perawat Gigi.

Meningkatan mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan gigi dalam mencapai derajat kesehatan
masyarakat.

Mengembangkan karir dan prestasi kerja bagi Perawat Gigi sejalan dengan peningkatan kesejahteraan
Perawat Gigi.

Memfasilitasi anggota dalam memperoleh hak perlindungan hukum.

Meningkatan hubungan kerjasama dengan organisasi profesi lain, lembaga dan institusi baik di dalam
maupun diluar negeri.

Visi:

Menjadikan profesi perawat gigi indonesia sebagai profesi yang diakui di tingkat nasional maupun di
tingkat ASEAN pada tahun 2017.

Misi:

Mewujudkan tata kelola organisasi yang bersih, terbuka dan bertanggung jawab

Meningkatkan kerjasama dengan semua stakeholders organisasi

Melanjutkan upaya – upaya perbaikan mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan gigi

Melanjutkan upaya – upaya perbaikan kesejahteraan anggota

Mengupayakan keanggotaan ppgi di federasi profesi sejenis di tingkat internasional

Kegiatan:

Musyawarah Nasional PPGI ke VI

Untuk informasi selengkanya mengenai Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI) dapat dilihat di website
resminya http://ppgi-online.org/

Sejarah
Terapis Gigi dan Mulut merupakan transformasi dari Perawat Gigi, yang pada tanggal 14 September 2017
di Musyawarah Nasional VII PPGI di Sumatera Barat berubah nama menjadi Terapis Gigi dan Mulut.
Terapis Gigi dan Mulut adalah merupakan salah satu tenaga kesehatan di bidang kesehatan gigi yang
memiliki kompetensi dan orientasi kerja dalam bidang pelayanan promotif, preventif serta kuratif
sederhana. Berdasarkan Permenkes 20 Tahun 2016 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi
dan Mulut menyebutkan bahwa terapis gigi dan mulut mempunyai kewenangan untuk melakukan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut terdiri dari upaya-upaya peningkatan kesehatan gigi dan
mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan
kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas serta dental assisting.

Ketika berbicara sejarah terapis gigi dan mulut, maka berarti juga bercerita sejarah tentang perawat gigi.
Pada awalnya, pendidikan perawat gigi dilaksanakan pada jenjang pendidikan menengah setara SMA
yang bernama Sekolah Perawat Gigi (SPG) dan kemudian berubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat Gigi
(SPRG). Pada prosesnya, pendidikan perawat gigi tersebut menggunakan kurikulum yang hampir
seluruhnya bermuatan ilmu dan praktek kedokteran gigi, mengingat kebutuhan pelayanan kesehatan
pada waktu itu yang masih berorientasi kepada pelayanan kuratif. Selanjutnya, mulai awal tahun 1990an
kurikulum Sekolah Pengatur Rawat Gigi mengalami perubahan kurikulum yang dirancang dengan
pendekatan pelayanan promotif dan preventif kesehatan gigi.

Seiring dengan perkembangan dan perubahan kebutuhan pelayanan kesehatan, pada tahun 1995
didirikan pendidikan perawat gigi dengan jenjang Diploma III yang ditandai dengan diselenggarakannya
lembaga pendidikan Akademi Kesehatan Gigi (AKG) yang menghasilkan lulusan Ahli Madya Kesehatan
Gigi. Pendidikan Perawat Gigi di Indonesia pada awalnya (tahun 1951) diselenggarakan dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan pemberi tenaga kesehatan gigi di masyarakat (dimana pada waktu itu
tenaga dokter gigi masih sangat terbatas). Pada pendidikan tersebut, para lulusan mempunyai
keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat dan kemampuannya
tersebut bersifat vokasional dengan level pendidikan setara pada jenjang pendidikan menengah, nama
lembaga pendidikan tersebut adalah Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG).

Seiring dengan perjalanan waktu dan adanya kebijakan pemerintah, pada Tahun 2005, pemerintah
mengeluarkan kebijakan, yang memutuskan adanya konversi pendidikan

SPRG meningkat pada level akademi, dimana nama lembaga / institusi pendidikannnya

berubah menjadi Akademi Kesehatan Gigi (AKG). Peserta pendidikan pada level AKG tersebut adalah
mereka para calon tenaga kesehatan gigi yang memiliki pendidikan atau lulusan pendidikan menengah
yaitu SMU/SMA termasuk di dalamnya adalah konversi pendidikan lanjutan mereka yang memiliki ijazah
SPRG. Pada tahun 2001, sebagai akibat adanya kebijakan pemerintah dalam rangka efisiensi
penyelenggarakan pendidikan yang berada di bawah naunganDepartemen Kesehatan, semua pendidikan
kesehatan pada level akademi terjadi re-organisasi dengan keluarnya regulasi penyelenggaraan
pendidikan menjadi Politeknik Kesehatan, maka Akademi Kesehatan Gigi bergabung dalam struktur
kelembagaan Politeknik Kesehatan dan nama institusi penyelenggaraan pendidikan menjadi Jurusan
Kesehatan Gigi (JKG) yang berada di bawah Politeknik Kesehatan smpai dengan saat ini.

Pada tahun 2001 terbitlah Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 43/MENKES-
KESOS/SK/1/2001 tentang Izin Penyelenggaraan Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan pendidikan
Diploma Kesehatan Gigi tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi yang ada dan telah diganti menjadi
jenis pendidikan Diploma Keperawatan Gigi sebagaimana pada SK Menkes dalam lampiran I Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1192/MENKES/PER/X/2004 tanggal 19 Oktober 2004.

Seiring dengan keluarnya SK menteri di atas, idealnya nama institusi penyelenggaraan pendidikan
Jurusan Kesehatan Gigi harus berubah nama menjadi Jurusan Keperawatan Gigi. Hal ini dikarenakan
bahwa nama institusi penyelenggaraan pendidikan seharusnya mencerminkan nama/sebutan kualifikasi
para lulusannya. Namun demikian, dikarenakan adanya kepentingan atau pertimbangan lain yang
disinyalir kerap berada di balik proses penyelenggaraan pendidikan tersebut, penyelenggara pendidikan
Jurusan Kesehatan Gigi masih belum mau mengaplikasikan Peraturan Menteri Kesehatan tersebut dan
para lulusan masih menyandang nama / sebutan sebagai Ahli Madya Kesehatan Gigi. Organisai profesi
(PPGI) terus melakukan berbagai upaya dengan cara advokasi secara intens dan ilmiah kepada pihak
pemegang kebijakan untuk dapat menerima aspirasi dengan cara mengubah nama institusi
penyelenggara pendidikan. Pada akhirnya, advokasi PPGI membuahkan hasil, dan pada tahun 2010
keluarlah Permenkes No. 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan yang berisikan perubahan nama institusi Jurusan Kesehatan Gigi menjadi Jurusan
Keperawatan Gigi. Sebagai implikasi SK Menteri Kesehatan tersebut, maka para lulusan Jurusan
keperawatan Gigi berhak menyandang nama/sebutan sebagi Ahli Madya Keperawatan Gigi (AMKG).

Saat ini serta di masa yang akan datang perkembangan keperawatan gigi sebagai sebuah profesi akan
dihadapkan pada berbagai hambatan dan tantangan yaitu semakin meningkatnya tuntutan dan animo
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi, semakin kritisnya penilaian masyarakat terhadap kualitas
layanan keperawatan gigi, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, tuntutan
kebutuhan masyarakat akan layanan keperawatan gigi yang berkualitas, makin meningkatnya
kompleksitas penyakit, respon pasien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan. Untuk itu maka
perawat gigi telah menyikapinya dengan peningkatan jenjang pendidikan menjadi Diploma IV
keperawatan Gigi.

Pada bulan oktober tahun 2014, terbitlah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga
Kesehatan dimana didalamnya menyatakan bahwa nama profesi Perawat Gigi berubah menjadi Terapis
Gigi dan Mulut dan masuk kedalam rumpun keteknisian medis. Walaupun hal tersebut cukup
mengagetkan dan bukan merupakan usulan dan profesi, tapi apalah daya regulasi tersebut sudah di
syahkan dan tidak mungkin untuk dapat dirubah dengan seketika. Untuk itu maka para perawat gigi
sepakat dengan sukarela untuk beralih nama menjadi terapis gigi dan mulut dengan organisasi profesi
Persatuan Terapis Gigi dan Mulut Indonesia (PTGMI).

Anda mungkin juga menyukai