Agus Rusmana
Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Padjadjaran
agus.rusmana@unpad.ac.id
dapat dipertukarkan. Media sosial juga sudah Idealnya, interaksi yang terjadi di antara
banyak berperan dalam bidang ekonomi dan individu dilakukan berdasarkan kepercayaan
perdagangan dengan kemampuannya mendukung individu tersebut terhadap individu lainnya bahwa
kegiatan pemasaran produk sampai pada kegiatan masing-masing tidak akan berbuat sesuatu yang
jual beli. merugikan. Terjadinya peristiwa penipuan dalam
Namun penelitian menemukan bahwa interaksi melalui media sosial ini menunjukkan
interaksi yang dilakukan oleh masyarakat bahwa terdapat tindakan oleh pelaku penipuan
berjejaring dengan menggunakan teknologi yang memanfaatkan kepercayaan yang diberikan
Internet berdampak pada munculnya anggota oleh korban penipuan dalam mempersepsi tawaran
masyarakat yang kurang bertanggung jawab dan dan ajakan yang diberikan oleh pelaku selama
mengucilkan diri dari interaksi dengan masyarakat interaksi berlangsung.
(Levine, 2001 dalam Kollanyi, 2007). Orang - Dalam interaksi tatap muka (face to face
orang ini kemudian berperilaku menyimpang dari interactions) maupun melalui media (mediated
norma interaksi sosial maya dengan melakukan interaction) terdapat pelaku yang menyatakan atau
tindakan yang mengganggu interaksi sosial yang menawarkan sesuatu atau mengajak berbuat
terjadi. Beberapa tindakan menyimpang adalah sesuatu yang disampaikan dalam bentuk lambang
melakukan perusakan pada laur media (hacking), yang maknanya disepakati oleh semua pihak yang
pencurian data anggota jaringan sosial, dan berinteraksi sehingga dapat menciptakan
penipuan (deception) yang dilakukan untuk pemahaman yang sama tentang hal yang
mendapatkan keuntungan pribadi. dipertukarkan dalam interaksi. Terjadinya
Peristiwa penipuan harus menjadi peristiwa penipuan seperti janji untuk menikahi
perhatian karena tindakan itu memiliki pengaruh yang dilakukan seorang pria dalam interaksi
yang sangat besar bagi kehidupan sosial korban melalui media sosial Facebook menunjukkan
dan perlu dicari metode pencegahannya karena adanya tindakan rekayasa lambang yang
keberadaan media sosial sudah menjadi bagian tak dilakukan oleh pelaku penipuan agar korban tidak
terpisahkan dari kehidupan sosial, dan dipercayai menyadari bahwa ada lambang yang sengaja
sebagai salah satu pendukung interaksi sosial digunakan oleh penipu untuk membuatnya
dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia sampai mempersepsi bahwa semua pernyataan, tawaran
tahun 2012 tercatat pengguna Facebook sebanyak atau ajakan yang diterimanya adalah benar dan
65 juta orang (Harian TI, 15 November 2013), menganggap bahwa pelaku bertujuan membantu
sedangkan media sosial LINE mencatat 14 juta atau memberinya keuntungan.
pengguna di Indonesia (Harian TI, 10 Desember Melalui penelitian mengenai peristiwa
2013), sementara itu pada penggunaan media yang terjadi dalam interaksi sosial melalui media
sosial Twitter, Indonesia menduduki peringkat sosial, diharapkan masyarkat memiliki
kedua terbanyak di dunia (Tribunnews, 6 Oktober pemahaman yang lebih komprehensif mengenai
2013). dampak kehadiran media sosial di dalam
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 187-194 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 189
peristiwa penipuan yang terjadi dalam interaksi persoalan pokok dari banyaknya orang yang
melalui media sosial. Peristiwa penipuan melalui tertipu ketika memberikan kepercayaan kepada
media sosial adalah peristiwa dimana seorang orang lain yang hanya dikenalnya melalui media
pengguna media sosial, salah satunya adalah sosial. Praktik penipuan dalam interaksi melalui
Facebook, menerima pesan dan atau permintaan media sosial ini merupakan masalah besar jika
untuk melakukan atau memberikan sesuatu, tidak ditemukan upaya untuk mengurangi atau
biasanya berupa uang atau barang, dari seorang bahkan jika mungkin, menghilangkan resiko
pengguna lain yang dikenalnya melalui media mengalami kerugian ketika berinteraksi sosial
yang sama.Permintaan ini disampaikan dengan melalui media.
janji bahwa pemberi akan mendapat keuntungan Penelitian ini menggunakan metode studi
atau hal lain yang menyenangkan dan meyakinkan kasus (Miller Gale dan Richard S. Jones, 2000).
bahwa janji tersebut akan benar-benar dipenuhi. Penggunaan studi kasus untuk memahami praktik
Namun kemudian diketahui bahwa setelah per- penipuan melalui media sosial merupakan
mintaan itu dipenuhi, semua hal yang dijanjikan pendekatan yang tepat karena studi kasus dapat
itu tidak pernah diterimanya, atau bahkan korban memberikan gambaran tentang bagaimana
menerima tindakan sebaliknya yang menye- individu terlibat dalam interaksi dengan dunia
babkannya menderita kerugian fisik. sosial. Untuk keperluan analisis, data yang akan
digunakan adalah rekaman percakapan antara
METODE PENELITIAN korban penipuan dan pelaku penipuan. Untuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk melengkapi analisis, data lain yang akan
memperoleh gambaran tentang rangkaian dikumpulkan adalah profil korban penipuan,
peristiwa interaksi antara korban dan pelaku mulai dari data demografis (usia, pekerjaan,
penipuan dalam interaksi melalui media sosial, tempat tinggal, dll.), kompetensi, kebiasaan
gambaran tentang tindakan korban mempersepsi sehari-hari, sampai latar belakang budayanya dan
tawaran atau ajakan pelaku yang disampaikan budaya di mana dia berinteraksi.
selama interaksi berlangsung, dan mendapat Sumber data dalam penelitian ini adalah
gambaran tentang faktor-faktor dalam interaksi tiga orang wanita yang menjadi korban
yang mendorong korban penipuan mempercayai penipuan.Untuk menjaga kehidupan pribadi,
pelaku penipuan yang dikenal dan berinteraksi semua nama informan disamarkan/ diganti. Data
hanya melalui media sosial. Dengan perolehan yang akan digunakan adalah pengakuan korban
gambaran yang komprehensif tentang komponen melalui wawancara tentang keadaan dirinya,
tujuan itu, saya berharap akan dapat memahami pernyataan orang yang memiliki hubungan pribadi
mengapa dapat terjadi praktikpenipuan dalam (saudara, teman, rekan) dengan korban, dan hasil
interaksi melalui media sosial. pengamatan pada profil korban yang ditulis pada
Penelitian tentang praktik penipuan melalui akun Facebooknya. Pengumpulan data penelitian
media sosial ini dilakukan untuk menemukan tentang praktik penipuan dalam interaksi media
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 187-194 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 191
bekerja. Selanjutnya pelaku penipuan selalu e. Pembuatan Alur Cerita (story line) dan
menyembunyikan fakta dirinya. Fabrikasi
Untuk dapat menguatkan kesan yang tercipta
c. Pembingkaian Sosial (Social framework). dalam diri korban tentang pelaku penipuan, ketika
Selama berinteraksi melalui FB, korban pelaku memberikan benda berharga, dia
dan pelaku menggunakan bahasa sehari-hari yang menunjukkan dokumen berupa tanda bukti
tidak formal, baik Bahasa Indonesia maupun pengiriman (airways bill). Pelaku juga
bahasa Inggris. Meskipun bahasa Inggris korban menunjukkan bukti bahwa dia adalah pejabat
diakui (dan dari hasil pengamatan dalam sebuah negara atau orang penting (perwira dari Amerika)
thread) tidak begitu baik, namun komunikasi tetap dengan menggunakan fasilitas diplomatik
berjalan lancar.Karena pelaku tidak pernah sehingga bisa masuk Indonesia tanpa
mengkritik bahasa Inggris korban, korban dengan pemeriksaan. Selanjutnya pelaku menyebutkan
leluasa terus berkomunikasi tanpa khawatir bahwa nama tempat tinggal (hotel) yang benar-benar ada
bahasa Inggrisnya keliru. Dalam teori di Indonesia, dan ketika pelaku mengaku sedang
pembingkaian, tindakan pelaku membuat korban berada di Indonesia, dia menggunakan telepon
tetap nyaman berkomunikasi disebut sebagai dengan layanan operator Mentari. Bukti-bukti
pembingkaian sosial (social framework) dimana fisik tersebut begitu meyakinkan dan dapat
pelaku menjaga situasi secara terus menerus dan dikonfirmasi sehingga korban sangat yakin bahwa
membimbing korban agar tetap bersedia semua yang dikatakan oleh pelaku penipuan
beinteraksi (guided doings). adalah benar, dan dengan keyakinan ini muncul
kepercayaan korban. Fabrikasi dan keying
d. Rancangan dan fabrikasi (Design and dibangun melalui rekayasa oleh pelaku penipuan
fabrication). mempengaruhi korban ketika mempersepsi situasi
Rancangan dan fabrikasi dilakukan oleh yang dibuat sengaja oleh pelaku, sehingga dia
pelaku dengan menunjukkan bahwa dia sangat melihat semuanya sebagai sebuah realitas.
menyukai dan mencintai korban melalui
pengaturan tindakanberupa frekuensi Kepercayaan Sebagai Faktor yang Mengurangi
berkomunikasi yang sangat tinggi dan pada Kepekaan
hampir di setiap kesempatan. Dengan frekuensi Kepercayaan pada pelaku membuat korban
tinggi yang secara umum menjadi tanda kurang peka dan tidak memperhatikan adanya
kesungguhan, kepercayaan korban semakin kejanggalan situasi yang dibuat oleh
bertambah pada pelaku. pelaku.Terdapat beberapa kejanggalan yang
terlalu menonjol yang teramati dan disadari
sendiri oleh korban namun diabaikan, seperti
harus membayar pajak untuk mengambil gajinya,
harus mengurus perawatan dirinya di rumah sakit
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 187-194 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 193
sendirian, padahal dia adalah utusan perusahaan , dan tetap mempersepsinya sebagai sebuah
sanggup mengirimkan sejumlah barang berharga realitas.
dan uang tetapi tidak punya uang untuk membayar 2. Melalui penampilan panggung (front region)
ongkos kirim dan pajak, mengaku memiliki mobil yang menciptakan kesan menarik dan
mewah dan bertamasya ke luar negeri, namun menyenangkan, dan rekayasa peristiwa yang
tidak mampu membayar biaya relevan, seseorang dapat menciptakan
kuliah.Kejanggalan-kejanggalan tersebut begitu sebuah situasi yang dipersepsi oleh orang
jelas dan seharusnya mampu membuat siapapun lain sebagai seseorang yang pantas
menyadarinya. Namun korban seperti yang tidak dipercaya hanya akan bertindak baik dan
perduli dan tetap bertindak sesuai dengan tidak merugikan.
permintaan pelaku. 3. Melalui strategi pembingkaian (framing)
berupa pemberian barang-barang berharga
Kekuatan Media Sosial yang disertai rekayasa bukti dan raingkaian
Media sosial sebagai perantara interaksi peristiwa yang mengiringinya (strip) yang
yang menghubungkan korban dengan pelaku menunjukkan kebenaran tindakan, seseorang
memiliki peran dalam menciptakan kesan dapat membatasi persepsi orang lain untuk
sungguh-sungguh (real) pada interaksi yang hanya melihat sifat baik dan sungguh-
terjadi. Namun pada saat yang sama, Facebook sungguh dari orang tersebut.
juga membuat penggunanya tanpa sadar membuka 4. Media sosial yang memiliki kemampuan
informasi tentang dirinya terlalu banyak. untuk menampilkan pesan berupa lambang
Keterbukaan ini memiliki resiko bagi verbal dan nonverbal serta interaktivitas
penggunanya untuk menjadi sasaran orang-orang yang tinggi. Kemampuan ini memperkuat
yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan persepsi seorang pengguna media bahwa dia
kekurangan seorang pengguna dengan alasan bisa mengetahui semua peristiwa yang
ingin memberikan pertolongan. disampaikan oleh pasangan interaksinya dan
percaya bahwa semuanya benar.
SIMPULAN
Dari analisis hasil penelitian tentang DAFTAR PUSTAKA
peristiwa penipuan dalam interaksi melalui media
Anwar, Moch, (1979). Hukum Pidana Bagian
sosial, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: Khusus (KUHP II). Bandung, Percetakan
1. Keinginan untuk mendapatkan pasangan Offset Alumni, hal. 16
Gale, Miller and Richard S. Jones, (2000). Case
hidup yang dapat meningkatkan status sosial Studies, Encyclopedia of Sociology Second
tinggi (marry up), membuat seseorang Edition, (Editor: Edgar F. Borgatta and
Rhonda J. V. Montgomery), pp.243-249,
kehilangan kepekaan atau kemampuan New York, Macmillan Reference USA
untuk mengenali lambang-lambang interaksi
yang memperlihatkan adanya kejanggalan,