Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

KODE ETIK PROFESI


PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI
• Kode: tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau
benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi.
Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis;
• Kode etik: norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja;
• Kode etik: suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis ketika melakukan
suatu kegiatan/suatu pekerjaan;
• Kode etik: merupakan suatu bentuk aturan yang tertulis, yang secara sistematik
dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan ketika
dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi berbagai macam
tindakan yang secara umum dinilai menyimpang dari kode etik tersebut;
• Kode etik profesi: organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Hal
ini digunakan untuk menghindari terjadinya penyimpangan kode etik sehingga
menurunkan kehormatan profesi itu sendiri.
• Kode etik profesi: pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari (UU 5 Tahun 2014 tentang
ASN)
PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI
Kode etik profesi bukan hal yang baru. Sudah lama diusahakan
untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus
dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu.
Hipokrates, Bapak Ilmu Kedokteran yang hidup pada abad ke-5
SM, menyusun doktrin Yunani kuno yang disebut Sumpah
Hipokrates, yang menjadi kode etik pertama untuk profesi
dokter.
Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini merupakan
buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari
kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat
profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini.
Walaupun mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah
panjang, namun belum pernah dalam sejarah kode etik
menjadi fenomena yang begitu banyak dipraktekkan dan
tersebar begitu luas seperti sekarang ini.
PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI
• Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif
dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang
menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga
menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
• Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab
dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah
tertentu, yaitu profesi.
• Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode
etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu
didampingi refleksi etis.
• Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu
syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi
sendiri. Kode etik tidak akan efektif jika di drop begitu saja,
misalnya dari Pemerintah; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita
dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.
• Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan
dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan
kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi ybs. Agar dapat
berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus merupakan hasil
self regulation (pengaturan diri) dari profesi.
PERANAN KODE ETIK PROFESI
• Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih
niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak
akan pernah bisa dipaksakan dari luar.
• Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi
itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan
untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen.
• Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah
bahwa pelaksanaannya diawasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan
mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.
• Menurut Harris ruang gerak seorang professional diatur melalui etika profesi
dalam bentuk kode etik profesi. Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika
profesi, dan merupakan lanjutan dari norma yang telah dirumuskan dalam etika
profesi.
PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI
• Masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan
kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.
• Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi.
• Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang
lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika
profesi.
• Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci
norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun
sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika
profesi.
PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI
• Dengan demikian kode etik profesi
adalah sistem norma atau aturan
yang ditulis secara jelas dan tegas
serta terperinci tentang apa yang
baik dan tidak baik, apa yang benar
dan apa yang salah dan perbuatan
apa yang dilakukan dan tidak boleh
dilakukan oleh seorang
professional.
PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK PROFESI
Dalam menjalankan profesi seseorang perlu memiliki dasar-
dasar yang perlu diperhatikan, diantaranya:
Prinsip tanggung jawab. Dalam menjalankan profesi,
seseorang harus bertanggung jawab terhadap dampak
yang ditimbulkan dari profesi tsb. khususnya bagi orang-
orang disekiutarnya;
Prinsip keadilan. Seseorang dituntut untuk mampu
menjalankan profesinya tanpa merugikan orang lain,
khususnya orang-orang yang terkait dengan profesi tsb.
Prinsip otonomi. Pronsip ini didasari dari kebutuhan
seorang professional untuk diberikan kebebasan
sepenuhnya untuk menjalankan profesinya.
Prinsip integritas moral. Seorang professional dituntut
untuk memiliki komitmen pribadi untuk menjaga
kepentingan dirinyanya, profesinya dan masyarakat.
FUNGSI KODE ETIK PROFESI
• Tiga hal pokok yang merupakan fungsi kode etik profesi,
yakni:
Kode etik profesi sebagai pedoman bagi setiap
anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan, sehingga mampu mengetahui hal yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
Kode etik profesi sebagai sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan, artinya
dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat
agar memahami pentingnya suatu profesi, sehingga
bisa mengontrol para profesional di lapangan.
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak
diluar organisasi profesi. Bahwa para profesional pada
suatu organisasi tidak boleh mencampuri pelaksanaan
profesi di organisasi lain.
TUJUAN KODE ETIK PROFESI
1. Bagi anggota profesi (internal):
 Menjunjung tinggi martabat profesi.
 Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
 Meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
 Meningkatkan mutu profesi.
 Meningkatkan mutu organisasi profesi.
 Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
 Menentukan baku standarnya sendiri.
2. Bagi masyarakat (eksternal):
 Untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan dari kelalaian baik
disengaja maupun tidak disengaja oleh kalangan profesional;
 Melindungi keluhuran profesi dari perilaku tidak terpuji yang dilakukan
kalangan profesional;
SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
• Sanksi Pelanggaran Kode Etik:
 Sanksi moral
 Sanksi dikeluarkan dari organisasi
• Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai
oleh suatu dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk
khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah mencegah
terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga
berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban
melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar kode etik.
• Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation
yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari
niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga
diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol
terhadap pelanggar dari ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan dalam kode etik profesi.
SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
• Namun demikian, dalam praktek sehari-hari control ini tidak berjalan dengan mulus
karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam diri anggota profesi. Seorang profesional
sering merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Jika
hal itu terjadi yaitu mengedepankan solidaritas antar kolega daripada kode etik
profesi, maka tujuan kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang
sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan lain.
• Pelaksana profesi juga harus memahami betul tujuan kode etik profesi sebelum
dapat melaksanakannya. Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode
etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah
dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas,
mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna, walaupun
sebenarnya norma-norma tsb. sudah tersirat dalam etika profesi. Sehingga
dimungkinkan setiap anggota akan berupaya untuk menghindari pelanggaran kode
etik yang sudah diatur secara tegas dalam kode etik profesinya.
KESULITAN DALAM MENYUSUN KODE ETIK PROFESI
Ada beberapa kesulitan suatu organisasi profesi
dalam menyusun kode etik profesi:
 Apakah yang dimaksud kode etik dan bagaimana
seharusnya;
 Bagaimana kode tersebut akan digunakan;
 Seberapa rinci kode etik tsb.
 Siapa yang menjadi sasaran kode etik dan kode etik
diperuntukkan bagi kepentingan siapa? Kode etik
profesi tidak bersifat statis, selalu ada perubahan
(dinamis) ke arah yang lebih baik, jadi harus berorientasi
ke depan dan bersifat antisipatif. Dinamika atau
perubahan tsb. disesuaikan dengan perkembangan dan
kebutuhan, baik untuk saat ini maupun di masa datang.
Untuk melakukan perubahan terhadap kode etk profesi
maka diperlukam adanya rapat paripurna atau konvensi
dari seluruh anggota organisasi profesi tsb.
GARIS BESAR KODE ETIK DAN PERILAKU PROFESIONAL
1. Kepatuhan terhadap kode etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh
opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran kode etik oleh
organisasi, apabila diperlukan terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga
harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur
bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia. Prinsip mengenai kualitas hidup semua
orang menegaskan kewajiban untuk melindungi hak asasi manusia dan menghormati keragaman
semua budaya.
3. Hindari menyakiti orang lain “harm” berarti konsekuensi kerugian, seperti hilangnya informasi
yang berharga, kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang
tidak diinginkan.
4. Bersikap jujur dan dapat dipercaya, karena kejujuran merupakan komponen penting dari
kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
GARIS BESAR KODE ETIK DAN PERILAKU PROFESIONAL
5. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi nilai-nilai kesetaraan, toleransi, menghormati
orang lain, dan prinsip-prinsip keadilan yang sama dalam mengatur perintah.
6. Menghindari terhadap pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat-
syarat perjanjian lisensi yang dilarang oleh hukum di setiap keadaan.
7. Memberikan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual (hak cipta dan patent).
8. Menghormati privasi orang lain. Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan
pengumpulan dan pertukaran informasi pribadi pada skala yang belum pernah terjadi
sebelumnya dalam sejarah peradaban.
9. Kepercayaan prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah
satu telah membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit,
saat informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas
seseorang.

Anda mungkin juga menyukai