DISUSUN OLEH :
Secara umum, pengertian etika profesi adalah suatu sikap etis yang dimiliki seorang
profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembang tugasnya serta
menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) dalam
kehidupan manusia.
Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang pekerjaan
tertentu yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau konsumen. Konsep etika
tersebut harus disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja
tertentu, misalnya; dokter, jurnalistik dan pers, guru, engineering (rekayasa), ilmuwan,
dan profesi lainnya.
II. Prinsip Dasar Etika Profesi
Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan kode etik
profesi. Adapaun prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai berikut:
2. Prinsip Keadilan
Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan keadilan dalam
menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan harus diberikan kepada siapa saja
yang berhak.
3. Prinsip Otonomi
Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang yang
dilakukan secara konsisten dalam menjalankan profesinya. Artinya, seorang
profesional harus memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya,
dirinya, dan masyarakat.
Dari banyak kelebihan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia yang ada,
pertambanganlah yang banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini. Adanya pertambangan
di Indonesia tidak semerta-merta terbentuk tanpa aturan. Dimana sebuah perusahaan
berperan dalam menghasilakn sebuat output guna memenuhi harkat hidup masyarakat.
Kini sebuah aktivitas perusahaan dituntut untuk memberikan aktivitas sosial. Tersirat
dengan Istilah lain sering disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat disekitar perusahaan.
d. Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencita-citakan untuk dapat
merealisasikan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Profesionalisme membutuhkan suatu keahlian tertentu yang dapat digunakan untuk
melayani kebutuhan masyarakat tersebut.
e. K3L
Adapun beberapa undang – undang tersebut dan instansi terkait yang dapat
mengawasi / bertanggung jawab terhadap program keselamatan kerja, yaitu :
1. Dasar Hukum Keselamatan Kerja
Dalam negara indonesia terdapat banyak hukum parsial mengenai keselamatan kerja,
dalam pembahasan mengenai program pelaksanaan keselamatan kerja pada
perencanaan penambangan marmer ini kita tidak membahas telalu rinci mengenai
hukum – hukum yang mengaturnya. Namun sebagai bukti hukum, salah satu
hukum yang bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja adalah UU
Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970, pasal 12 dan pasal 14, serta PP No.19 Tahun
1973, pasal 2.
Adapun hukum – hukum lain yang mengatur tentang program keselamatan kerja,
seperti :
Kepmen 555.K/26/M.PE/1995 mengenai K3 Pertambangan Umum
PUIL ( Peraturan Umum, Instansi Listrik ) 1977
Surat keputusan bersama Manaker dan PU No.Kep 174/Men/86
No.104/KPTS/1986.tentang K3 kegiatan konstruksi.
UU No.14 Tahun 1992 tentang lalu lintas dan jalan raya
Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No.1245 dan 1247 mengenai peraturan
pelaksanaan K3 pada kegiatan pertambangan umum.
2. Instansi Pemerintah Terkait
Ada beberapa instansi pemerintah terkait yang bertanggung jawab terhadap
program keselamatan kerja, yaitu :
a. Departemen Tenaga Kerja ( Depnaker )
Depnaker merupakan salah satu departemen pemerintah yang membawahi bidang
ketenagakerjaan, termasuk permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja seluruh
tenaga kerja Indonesia. Salah satu produk perundang – perundang dari lembaga ini
adalah UU No.1 Tahun 1970, tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Departemen Pertambangan dan Energi
Dunia pertambangan diindonesia diawasi dan dibina langsung oleh depertamen ini.
Produk perundang – undang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang
dihasilkan dari depertamen ini adalah 555.K/M.PE/26/1995.
c. Departemen Pekerjaan Umum
Departemen ini bertanggung jawab terhadap pengawasan pekerjaan – pekerjaan
yang bersifat umum, termasuk sektor konstruksi. Beberapa peraturan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja telah dikeluarkan oleh lembaga ini, yaitu surat
keputusan bersama manaker dan PU No. Kep 174/Men/86 No.104/KPTS/1986
tentang K3 kegiatan konstruksi.
Kegiatan pertambangan, selain menimbulkan dampak lingkungan, ternyata
menimbulkan dampak sosial yang komplek. Oleh sebab itu, AMDAL suatu kegiatan
pertambangan harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World Bank, 1998) :
1. Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan dipertimbangkan dalam
menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif kegiatan yang akan dipilih.
2. Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan serta langkah-langkah
perlindungan telah terintegrasi di dalam desain dan implementasi proyek serta
rencana penutupan tambang.
V. Teknik Penyelesaian
a. Diagram Garis
6 4 3 P 2 8
Paradigma Paradigma
Negatif 5 7 10 1 9 Positif
b. Diagram Alir
Sumber: Dr. Ir. Komang Anggayana, M.S
Tambang Eksplorasi -ITB
VI. Analisis
Dari studi kasus yang dibahas diatas dapat dilakukan analisis bahwa dalam melakukan
suatu kegiatan pertambangan batubara harus adanya kejelasan hokum untuk perijinan baik
pertambangan dalam skala besar maupun kecil, pertambangan dilingkungan konservasi
maupun dilahan pertanian warga, pemerintah harus tegas dalam membuat peraturan serta
dalam proses pendampingan dan pengawasan kegiatan dari eksplorasi, eksploitasi bahkan
reklamasi perintah tidak bias hanya memperhatikan perusahaan yang besar dan lalai pada
perusahaan kecil. Dalam studi kasus ini menekankan pada peran pemerintah dalam
mengambil sikap tegas dalam setiap pelanggaran yang dilakukan dipertambangan batubara.