CLIENT/MASYARAKAT
OLEH:
Teuku Meurah Zakhta Maulana
NIM. P07133120034
Manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia itu dituntut untuk pandai bekerja
sama, bergaul, dengan orang lain, dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia harus memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri (self control) dimana
setiap tindakan harus ada kontrol yang menjadi standar atau kriteria normatif tertentu. Sama
halnya ketika kita bekerja, setiap profesi memiliki etika atau kode etik yang menjadi acuan
dalam bertindak. Kita harus memahami etika sebagai suatu hal yang baik.
Etika menekankan pada pembahasan konstitusional tentang pro dan kontra perilaku
manusia. Perilaku manusia disebut baik dan arif apabila terdapat regulasi normatif yang
menyatakan atau mengindikasikan bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan pesan-pesan
etika. Begitu pula seseorang dapat disebut melanggar etika bilamana sebelumnya dalam
kaidah-kaidah etika memang menyebutkan demikian.
Urgensi beretika sebenarnya sejak zaman Aristoteles sudah dibahas dengan tulisannya
yang berjudul “Ethika Nicomachela”. Aristoteles berpendapat bahwa tata pergaulan dan
penghargaan seorang manusia yang tidak didasarkan oleh egoisme atau kepentingannya
sendiri, tetapi didasarkan pada hal-hal yang altruistik yaitu memperhatikan orang lain.
Melihat pandangan Aristoteles sudah jelas bahwa urgensi etika erat kaitannya dengan
kehidupan manusia yang diharapkan jauh lebih bermakna dan jauh dari keinginan untuk
melakukan pengerusakan atau kekacauan.
Apabila kita telah memilih Sanitrarian sebagai sebuah profesi, maka sebagai seorang
sanitarain dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus senantiasa dilandasi oleh kode
etik serta harus selalu menjujung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. Dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya harus selalu berpedoman pada standar kompetensi.
Sedangkan standar kompetensi itu sendiri harus senantiasa terus dilengkapi dengan
perangkat-perangkat keprofesian yang lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etika
Pengertian etika menurut Aristoteles dibagi menjadi dua yaitu Terminius Technicus
dan Manner and Custom. Terminius Technicus adalah etika dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari perbuatan manusia, sedangkan Manner and Cutom adalah
etika yang terkait dengan tata cara dan kebiasaan yang melekat pada manusia baik itu baik
atau buruk perilaku tingkah laku manusia.
Menurut KBBI etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak). Objek dari etika itu sendiri adalah perilaku manusia.
Berbeda dengan yang lainnya sudut pandang etika yaitu sudut pandang normatif. Artinya
etika melihat dari sudut pandang baik atau buruk suatu perbuatan manusia.
B. Profesi
Profesi menurut KBBI yaitu suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya). Adapun menurut Siti Nafsiah, profesi
yakni sebuah pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus
sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang banyak yang harus diiringi pula
dengan keahlian, keterampilan, profesionalisme, dan tanggung jawab.
Ketika kita terjun dalam suatu profesi, tentu profesi tersebut memiliki syarat atau
standar yang menjadi kontrol para pekerja dalam bertindak atau dapat kita sebut dengan etika
profesi. Etika profesi sendiri merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang dalam
menerapkan norma-norma etis pada bidang profesi mereka dalam kehidupan. Kita harus
memahami etika profesional yang sesuai untuk mengetahui cara berbicara dan bertindak, dan
membuat keputusan. Etika profesi tidak hanya berlaku pada satu profesi saja, tetapi secara
umum pada semua profesi. Dalam beberapa profesi dapat ditambahkan aturan khusus yang
sesuai dengan profesi tersebut.
BAB III
ISI
Profesionalisme tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan ditunjukkan dengan perilaku
tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan
standar pelayanan, mandiri, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, serta senantiasa
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dalam era globalisasi, tuntutan mutu pelayanan kesehatan lingkungan tidak dapat
dielakkan lagi. Peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada kesiapan
seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong era pasar bebas tersebut. Sanitarian/ahli
kesehatan lingkungan harus mampu bersaing dengan profesi sanitarian/ahli kesehatan
lingkungan dari negara lain. Untuk itu diperlukan adanya standar profesi sanitarian/ahli
kesehatan lingkungan sebagai pedoman standarisasi bagi profesi sanitarian/ahli kesehatan
lingkungan.
Sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan adalah tenaga profesional di bidang kesehatan
lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara,
tanah, makanan dan vector penyakit pada kawasan perumahan, tempat-tempat umum, tempat
kerja, industri, transportasi dan matra.
Sanitarian juga merupakan Ahli Kesehatan Lingkungan, seorang tenaga professional yang
bertanggung jawab untuk tujuan pemutusan mata rantai, dan pencegahan resiko penyakit,
pencemaran dan kecelakaaan institusi.
Yang dimaksud integritas moral disini adalah kualitas moral dalam diri yang harus
dilakukan secara konsisten.
Etika profesi memiliki beberapa tujuan demi terjalinnya kebaikan bersama dalam
lingkungan kerja, yaitu: