Disusun oleh:
Vita Nursilawati Putri (P1337420518062)
Siti Hariyanti (P1337420518074)
Septi Dwi Pujiastuti (P1337420518065)
Yumna Lathifatul Septiyani (P1337420518080)
Kurnia Dwi Suci Indriani (P1337420518082)
Thuba Sabila Rosyada (P1337420518086)
Iga Saani Laras Ayu Mahmuda (P1337420518091)
Heckel Wibowo Putra (P1337420518092)
Wiesnu Styamahendra (P1337420518093)
Agung Dwi Laksono (P1337420518094)
A. DEFINISI
Puskesmas merupakan tonggak kesehatan di masyarakat dimana ia
diposisikan sebagai batu loncatan saat terjadi permasalahan kesehatan baik dari
skala ringan hingga berat. Adanya Puskesmas tak lepas dari peran serta perawat
yang bertugas untuk memberikan asuhan keperawatan. Namun sayangnya, berbagai
kasus masalah etik seringkali terjadi di beberapa daerah terkait dengan profesinya
di Puskesmas. Masalah etik yang terjadi di pelayanan puskesmas pada dasarnya
merupakan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang pekerja profesi
(tenaga medis) dari adat, kebiasaan, perilaku, atau karakter pada suatu unit
organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda
terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan.
Meskipun permasalahan etik merupakan permasalahan yang tidak diinginkan untuk
terjadi, namun profesi perawat yang bersinggungan dengan berbagai pihak
menuntut untuk bekerja ekstra hati- hati dan bersih di semua aspek. Makalah ini
bertujuan untuk mengurai tentang etika dan kode etik keperawatan dilengkapi
dengan definisi yang mendetail serta memberikan contoh masalah etik yang
dihadapi perawat khususnya berkaitan dengan tugasnya di Puskesmas dengan
menyertakan contoh nyata disertai dengan pembahasan serta saran terhadap kasus
yang ada.
B. DASAR TEORI
1. ETIKA
1.1 Definisi Etika
Etika dapat diterminologikan dengan berbagai makna yang berhubungan dengan
bagaimana seseorang harus bertindak dan berhubungan dengan orang lain (Potter
dan Perry, 1997). Lebih jauh, Keraf (2005:14) mendefinisan etika atau disebut juga
etik merunut pada kata asalnya yang berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam
bentuk jamaknya ta etha yang berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Sedangkan
dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi etika dibagi menjadi: 1) ilmu
tentang yang baik dan buruk serta adanya kewajiban moral, 2) kumpulan asa atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak, 3) nilai tentang benar atau salah yang dianut
oleh suatu golongan dan masyarakat. Berdasarkan pengertian yang ada, etika dapat
dikaitkan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseoang maupun pada
suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan
yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu
generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini terungkap dalam perilaku berpola
yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.
1.1.1 Macam-Macam Etika
Keraf (2009:2021) juga menyebutkan bahwasannya ada dua macam etika
yang harus dipahami bersama dalammenentukan baik atau buruknya perilaku
manusia, antara lain sebagai berikut:
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif adalah etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang
mau diambil.
b. Etika Normatif
Etika Normatif adalah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi
norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Selain yang telah disebutkan di atas etika secara umum dapat dibagi menjadi:
a. Etika Umum
Etika umum merupakan etika yang membahas mengenai kondisi-kondisi dasar
tentang bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar
yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
b. Etika Khusus
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud, bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip
moral dasar.
Dalam implementasinya, etika khusus pada akhirnya dibagi lagi menjadi dua
bagian yaitu:
a. Etika individual yang menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
b. Etika sosial yang berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.
1.1.2 Manfaat Etika
Beberapa manfaat etika menurut Qohar (1992), dijabarkan dalam poin- poin
berikut ini.
a. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
b. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana
yang boleh dirubah.
c. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
d. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.
1.2 Pengertian Etika Profesi
Menurut Qohar (1992), Etika Profesi adalah kesanggupan untuk secara
seksama berupaya memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dengan
kesungguhan, kecermatan dan keseksamaan mengupayakan pengerahan keahlian
dan kemahiran berkeilmuan dalam rangka pelaksanaan kewajiban masyarakat
sebagai keseluruhan terhadap para warga masyarakat yang membutuhkannya, yang
bermuatan empat kaidah pokok.
Berdasarkan pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa etika profesi
merupakan suatu sikap hidup dalam menjalankan kehidupannya dengan penuh
tanggung jawab atas semua tindakan dan keputusan yang telah diambil, dan
memiliki keahlian serta kemampuan.
1.2.1 Prinsip-Prinsip Etika Profesi
Menurut Qohar (1992), prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab
Tanggung jawab meliputi area terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan
terhadap hasilnya. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang
lain atau masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan
Prinsip ini menuntut pelaku profesi untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
c. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
2. ETIKA KEPERAWATAN
2.1 Definisi Etika Keperawatan
Dalam literatur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai
moralitas, pengakuan kewenangan, kepatuhan pada peraturan, etikasosial, loyal
pada rekan kerja serta bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan.
Menurut Cooper (1991), dalam Potter dan Perry (1997), etika keperawatan
dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter serta sikap perawat
terhadap orang lain.Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi
segala macam masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para
pasien yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya
(Amelia, 2013).Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan
menuntun perawat dalam praktek sehari-hari.
Implementasi etika keperawatan dapat dicontohkan misal dalam keadaan
dimana seorang perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan pada pasien,
harus terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukannya
serta perawat harus menanyakan apakah pasien bersedia untuk dilakukan tindakan
tersebut atau tidak. Dalam hal ini perawat menunjukkan sikap menghargai otonomi
pasien. Jika pasien menolak tindakan maka perawat tidak bisa memaksakan
tindakan tersebut sejauh pasien paham akan akibat dari penolakan tersebut.
2.2 Kegunaan Etika Keperawatan
Dibawah ini dikemukakan beberapa kegunaanmempelajari serta menerapkan etika
keperawatan bagi calon-calon perawat yaitu:
a. Perkembangan teknologi dalam bidang medis dan reproduksi, perkembangan
tentang hak-hak klien, perubahan sosial dan hukum, serta perhatian terhadap
alokasi sumbersumber pelayanan kesehatan yang terbatas tentunya akan
memerlukan pertimbanganpertimbangan etis.
b. Profesionalitas perawat ditentukan dengan adanya standar perilaku yang
berupa “Kode Etik”. Kode Etik ini disusun dan disahkan oleh organisasi/
wadah yang membina profesi keperawatan. Dengan pedoman Kode Etik ini
perawat menerapkan konsep-konsep etis. Perawat bertindak secara
bertanggung jawab, menghargai nilai-nilai dan hak-hak individu.
c. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar
adanya profesi keperawatan. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan
manusia, karena itu tidak membeda-bedakan. Pelayanan keperawatan ini juga
didasarkan atas kepercayaanbahwa perawat akan berbuat hal yang benar/baik
dan dibutuhkan, hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh
karena itu bilamana menghadapi masalah etis, dalam membuat
keputusan/tindakan perawat perlu mengetahui, menggunakan serta
mempertimbangkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan etis tersebut.
d. Dalam membuat keputusan etis ada banyak faktor yang berpengaruh antara
lain: nilai dan keyakinan klien, nilai dan keyakinan anggota profesi lain, nilai
dan keyakinan perawat itu sendiri, serta hak dan tanggung jawab semua orang
yang terlibat.
e. Perawat berperan sebagai advokasi, memiliki tanggung jawab utama
yaituuntuk melindungi hak-hak klien. Peran perawat sebagai advokasi berasal
dari prinsip etis “beneficience = kewajiban untuk berbuat baik” dan
“nonmaleficence = kewajiban untuk tidak merugikan/mencelakakan”.
2.3 Tujuan Etika Keperawatan
Etika keperawatan memiliki tujuan khusus bagi setiap orang yang berprofesi
sebagai perawat, tak terkecuali juga bagi seluruh orang yang menikmati layanan
keperawatan.Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar para perawat
dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati
martabat manusia.Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan antara perawat dan klien, perawat dengan perawat,
perawat dengan profesi lain, juga antara perawat dengan masyarakat. Menurut
American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika keperawatan adalah
mampu:
a. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktekkeperawatan.
b. Membentuk strategi/cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktek keperawatan.
c. Menghubungkan prinsip-prinsip moral yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada
Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.
Menurut National League for Nursing (NLN): Pusat Pendidikan keperawatanmilik
Perhimpunan Perawat Amerika, pendidikan etika keperawatan bertujuan:
a. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi
kesehatan dan mengerti tentang peran dan fungsi masing-masing anggota tim
tersebut.
b. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
moralitas, keputusan tentang baik dan buruk yang akan
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
c. Mengembangkan sikap pribadi dan sikap profesional peserta didik.
d. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu dan
prinsip-prinsip etika keperawatan dalam praktek dan dalam situasi nyata.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Bangka pihak keluarga yang berobat
sempat beradu mulut dengan petugas Puskesmas setempat. Saat dikonfirmasi
kebenaran tersebut, Freddy warga Desa Nadung,Kecamatan Payung dari pihak
keluarga pasien mengiyakannya. Dia menjelaskan peristiwa penolakan Puskesmas
terhadap pasien yang sedang mendampingi ayah kandungnya sendiri, Jum'ah(65).
"Jadi, malam tadi saya antar bapak saya sendiri ke Puskesmas.Saat disana suasana
sepi, tidak ada perawat. Lalu saya masuk saja dan menemui ada perawat didalam
ruangan karna saya sangat panik dan kaget, entah kenapa mereka menolak dengan
alasan capek. Mungkin karna kondisi saya panik saat itu,mereka tidak mau
melayani tapi tidak bisa begitu, apalagi Puskesmas ini 24 jam," jelas Freddy kepada
Radar Bangka, Selasa (17/6).
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan analisis kasus, permasalahan yang dialami oleh warga Nadung
di Puskesmas Payung, Kabupaten Basel tentang adu mulut keluarga dengan
puskesmas setempat didasari pada kurangnya tanggung jawab perawat dalam
melakukan pelayanan. Permasalahan muncul ketika ada perawat yang ditemui
pasien dalam keadaan panik namun melakukan penolakan dengan alasan lelah.
Karena keluarga pasien tidak terima dengan pernyataan perawat, keluarga pasien
pun akhirnya mempermasalahkan kejadian tersebut.
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan dilaksanakan dengan menjunjung tinggi nilai- nilai
profesional, salah satunya adalah prinsip etika keperawatan. Prinsip etika meliputi
kejujuran, otonomi, justice, non maleficence, beneficience, dan confidentiality.
Apabila seorang perawat melakukan pelanggaran pada prinsip etik tersebut
maka dapat dikenakan sanksi, karena pada saat menghadapi masalah yang
menyangkut etika, perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien
maupun dirinya. Apabila seseorang melanggar kode etik profesi, organisasi profesi
dapat memberikan pembinaan, sanksi administratif (pencabutan SIPP) atau bahkan
sampai mengeluarkan anggota tersebut.
B. SARAN
Pelanggaran yang dilakukan oleh perawat sebagai bagian dari masalah etik
seharusnya mampu diminimalisir. Dalam hal ini, perawat harus memahami hak dan
tanggungjawab perawat yang tertuang dalam kode etik profesi, sehingga
pelanggaran dapat diminimalkan. Selain itu perawat harus paham juga tentang
peraturan yang dapat dijadikan landasan hukum bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan.
C. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qohar, Mas’ud Kharsan DKK., Kamus Istilah Pengetahuan Populer.
Yogyakarta: CV. Bintang Pelajar, 1992
Cooper, R. & Kaplan, R,S, 1991. The Design of Cost Management System:
Text, Cases, and Readings, Englewood Cliff, NJ: Pentice Hall Inc
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
Potter & Perry. 1997. Fudamental of Nursing Concept: Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Volume 1. Edisi 4. United States of America: Mosby. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Vol.1 E/4. Yulianti &
Ester. EGC. Jakarta