Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MASALAH-MASALAH ETIK YANG TERJADI DI PELAYANAN


PUSKESMAS BERKAITAN DENGAN ETIKA KEPERAWATAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan

Disusun oleh:
Vita Nursilawati Putri (P1337420518062)
Siti Hariyanti (P1337420518074)
Septi Dwi Pujiastuti (P1337420518065)
Yumna Lathifatul Septiyani (P1337420518080)
Kurnia Dwi Suci Indriani (P1337420518082)
Thuba Sabila Rosyada (P1337420518086)
Iga Saani Laras Ayu Mahmuda (P1337420518091)
Heckel Wibowo Putra (P1337420518092)
Wiesnu Styamahendra (P1337420518093)
Agung Dwi Laksono (P1337420518094)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Puskesmas merupakan tonggak kesehatan di masyarakat dimana ia
diposisikan sebagai batu loncatan saat terjadi permasalahan kesehatan baik dari
skala ringan hingga berat. Adanya Puskesmas tak lepas dari peran serta perawat
yang bertugas untuk memberikan asuhan keperawatan. Namun sayangnya, berbagai
kasus masalah etik seringkali terjadi di beberapa daerah terkait dengan profesinya
di Puskesmas. Masalah etik yang terjadi di pelayanan puskesmas pada dasarnya
merupakan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang pekerja profesi
(tenaga medis) dari adat, kebiasaan, perilaku, atau karakter pada suatu unit
organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda
terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan.
Meskipun permasalahan etik merupakan permasalahan yang tidak diinginkan untuk
terjadi, namun profesi perawat yang bersinggungan dengan berbagai pihak
menuntut untuk bekerja ekstra hati- hati dan bersih di semua aspek. Makalah ini
bertujuan untuk mengurai tentang etika dan kode etik keperawatan dilengkapi
dengan definisi yang mendetail serta memberikan contoh masalah etik yang
dihadapi perawat khususnya berkaitan dengan tugasnya di Puskesmas dengan
menyertakan contoh nyata disertai dengan pembahasan serta saran terhadap kasus
yang ada.
B. DASAR TEORI
1. ETIKA
1.1 Definisi Etika
Etika dapat diterminologikan dengan berbagai makna yang berhubungan dengan
bagaimana seseorang harus bertindak dan berhubungan dengan orang lain (Potter
dan Perry, 1997). Lebih jauh, Keraf (2005:14) mendefinisan etika atau disebut juga
etik merunut pada kata asalnya yang berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam
bentuk jamaknya ta etha yang berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Sedangkan
dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi etika dibagi menjadi: 1) ilmu
tentang yang baik dan buruk serta adanya kewajiban moral, 2) kumpulan asa atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak, 3) nilai tentang benar atau salah yang dianut
oleh suatu golongan dan masyarakat. Berdasarkan pengertian yang ada, etika dapat
dikaitkan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseoang maupun pada
suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan
yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu
generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini terungkap dalam perilaku berpola
yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.
1.1.1 Macam-Macam Etika
Keraf (2009:2021) juga menyebutkan bahwasannya ada dua macam etika
yang harus dipahami bersama dalammenentukan baik atau buruknya perilaku
manusia, antara lain sebagai berikut:
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif adalah etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang
mau diambil.
b. Etika Normatif
Etika Normatif adalah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi
norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Selain yang telah disebutkan di atas etika secara umum dapat dibagi menjadi:
a. Etika Umum
Etika umum merupakan etika yang membahas mengenai kondisi-kondisi dasar
tentang bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar
yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
b. Etika Khusus
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud, bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip
moral dasar.
Dalam implementasinya, etika khusus pada akhirnya dibagi lagi menjadi dua
bagian yaitu:
a. Etika individual yang menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
b. Etika sosial yang berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.
1.1.2 Manfaat Etika
Beberapa manfaat etika menurut Qohar (1992), dijabarkan dalam poin- poin
berikut ini.
a. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
b. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana
yang boleh dirubah.
c. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
d. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.
1.2 Pengertian Etika Profesi
Menurut Qohar (1992), Etika Profesi adalah kesanggupan untuk secara
seksama berupaya memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dengan
kesungguhan, kecermatan dan keseksamaan mengupayakan pengerahan keahlian
dan kemahiran berkeilmuan dalam rangka pelaksanaan kewajiban masyarakat
sebagai keseluruhan terhadap para warga masyarakat yang membutuhkannya, yang
bermuatan empat kaidah pokok.
Berdasarkan pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa etika profesi
merupakan suatu sikap hidup dalam menjalankan kehidupannya dengan penuh
tanggung jawab atas semua tindakan dan keputusan yang telah diambil, dan
memiliki keahlian serta kemampuan.
1.2.1 Prinsip-Prinsip Etika Profesi
Menurut Qohar (1992), prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab
Tanggung jawab meliputi area terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan
terhadap hasilnya. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang
lain atau masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan
Prinsip ini menuntut pelaku profesi untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
c. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
2. ETIKA KEPERAWATAN
2.1 Definisi Etika Keperawatan
Dalam literatur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai
moralitas, pengakuan kewenangan, kepatuhan pada peraturan, etikasosial, loyal
pada rekan kerja serta bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan.
Menurut Cooper (1991), dalam Potter dan Perry (1997), etika keperawatan
dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter serta sikap perawat
terhadap orang lain.Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi
segala macam masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para
pasien yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya
(Amelia, 2013).Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan
menuntun perawat dalam praktek sehari-hari.
Implementasi etika keperawatan dapat dicontohkan misal dalam keadaan
dimana seorang perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan pada pasien,
harus terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukannya
serta perawat harus menanyakan apakah pasien bersedia untuk dilakukan tindakan
tersebut atau tidak. Dalam hal ini perawat menunjukkan sikap menghargai otonomi
pasien. Jika pasien menolak tindakan maka perawat tidak bisa memaksakan
tindakan tersebut sejauh pasien paham akan akibat dari penolakan tersebut.
2.2 Kegunaan Etika Keperawatan
Dibawah ini dikemukakan beberapa kegunaanmempelajari serta menerapkan etika
keperawatan bagi calon-calon perawat yaitu:
a. Perkembangan teknologi dalam bidang medis dan reproduksi, perkembangan
tentang hak-hak klien, perubahan sosial dan hukum, serta perhatian terhadap
alokasi sumbersumber pelayanan kesehatan yang terbatas tentunya akan
memerlukan pertimbanganpertimbangan etis.
b. Profesionalitas perawat ditentukan dengan adanya standar perilaku yang
berupa “Kode Etik”. Kode Etik ini disusun dan disahkan oleh organisasi/
wadah yang membina profesi keperawatan. Dengan pedoman Kode Etik ini
perawat menerapkan konsep-konsep etis. Perawat bertindak secara
bertanggung jawab, menghargai nilai-nilai dan hak-hak individu.
c. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar
adanya profesi keperawatan. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan
manusia, karena itu tidak membeda-bedakan. Pelayanan keperawatan ini juga
didasarkan atas kepercayaanbahwa perawat akan berbuat hal yang benar/baik
dan dibutuhkan, hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh
karena itu bilamana menghadapi masalah etis, dalam membuat
keputusan/tindakan perawat perlu mengetahui, menggunakan serta
mempertimbangkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan etis tersebut.
d. Dalam membuat keputusan etis ada banyak faktor yang berpengaruh antara
lain: nilai dan keyakinan klien, nilai dan keyakinan anggota profesi lain, nilai
dan keyakinan perawat itu sendiri, serta hak dan tanggung jawab semua orang
yang terlibat.
e. Perawat berperan sebagai advokasi, memiliki tanggung jawab utama
yaituuntuk melindungi hak-hak klien. Peran perawat sebagai advokasi berasal
dari prinsip etis “beneficience = kewajiban untuk berbuat baik” dan
“nonmaleficence = kewajiban untuk tidak merugikan/mencelakakan”.
2.3 Tujuan Etika Keperawatan
Etika keperawatan memiliki tujuan khusus bagi setiap orang yang berprofesi
sebagai perawat, tak terkecuali juga bagi seluruh orang yang menikmati layanan
keperawatan.Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar para perawat
dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati
martabat manusia.Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan antara perawat dan klien, perawat dengan perawat,
perawat dengan profesi lain, juga antara perawat dengan masyarakat. Menurut
American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika keperawatan adalah
mampu:
a. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktekkeperawatan.
b. Membentuk strategi/cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktek keperawatan.
c. Menghubungkan prinsip-prinsip moral yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada
Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.
Menurut National League for Nursing (NLN): Pusat Pendidikan keperawatanmilik
Perhimpunan Perawat Amerika, pendidikan etika keperawatan bertujuan:
a. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi
kesehatan dan mengerti tentang peran dan fungsi masing-masing anggota tim
tersebut.
b. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
moralitas, keputusan tentang baik dan buruk yang akan
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
c. Mengembangkan sikap pribadi dan sikap profesional peserta didik.
d. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu dan
prinsip-prinsip etika keperawatan dalam praktek dan dalam situasi nyata.

2.4 Fungsi Etika Keperawatan


Etika keperawatan juga memiliki fungsi penting bagi perawat dan seluruh individu
yang menikmati pelayanan keperawatan. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola
asuhan keperawatan.
b. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam
kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan.
c. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam mendidik
dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak hanya di rumah
sakit tetapi di luar rumah sakit.
d. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus menerus
untuk meningkatkan kemampuan profesional, integritas dan loyalitasnya bagi
masyarakat luas.
e. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan
kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam
melaksanakan profesinya.
f. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif, produktif,
terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai
dengan perannya.

3. KODE ETIK KEPERAWATAN


3.1 Pengertian Kode Etik
Menurut Wijono D.(1999), kode etik adalah asas dan nilai yang berhubungan erat
dengan moral sehingga bersifat normatif dan tidak empiris, sehingga penilaian dari
segi etika memerlukan tolok ukur. Menurut PPNI (2003), Kode Etik Perawat
adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian moral,
nilai dan tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar
profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan menjadi
kerangka kerja untuk membuat keputusan.Aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik
perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Dengan
adanya kode etik, diharapkan para profesional perawat dapat memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pasien. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional. Kode etik keperawatan disusun oleh organisasi profesi, dalam hal
ini di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Koeswadji
dalam Praptianingsih (2008) mengatakan bahwa kode etik dapat ditinjau dari empat
segi, yaitu segi arti, fungsi, isi dan bentuk :
a. Arti kode etik atau etika adalah pedoman perilaku bagi pengemban profesi.
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang berisikan hak dan kewajiban yang
didasarkan moral dan perilaku yang sesuai dan atau mendukung standar profesi.
b. Fungsi kode etik adalah sebagai pedoman perilaku bagi para pengemban
profesi, dalam hal in perwat, sebagai tenaga kesehatan dalam upaya
pelayanan kesehatan dan atau kode etik juga sebagai norma etik yang
berfungsi sebagai sarana kontrol sosial, sebagai pencegah campur tangan
pihak lain, dan sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik yang terjadi.
c. Isi kode etik berprinsip dalam upaya pelayanan kesehatan adalah prinsip
otonomi yang berkaitan dengan prinsip veracity, non-maleficence,
beneficence, confidentiality dan justice.
d. Bentuk kode etik keperawatan indonesia sendiri adalah Keputusan
Musyawarah Nasional IV Persatuan Perawat Nasional Indonesia pada tahun
1989 tentang pemberlakuan kode etik keperawatan.
3.2 Teori dan Konsep Kode Etik
Menurut Nasrullah (2014), konsep etik keperawatan menegaskan bahwa perawat
harus mempunyai kemampuan yang baik, berfikir kritis dan rasional, bukan
emosional dalam membuat keputusan etis. Teori- teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan apabila terjadi konflik antara prinsip dan aturan dalam
keperawatan. Terdapat beberapa teori terkait prinsip kode etik keperawatan,
diantaranya :
a. Teologi adalah suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi yang
menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan
ketidakbaikan sekecil mungkin bayi manusia seperti halnya bayi-bayi yang baru
lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban
masyarakat.
b. Deontologi adalah teori yang berprinsip pada aksi atau tindakan dan tidak
menggunakan pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu, Karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup
(dalam hal calon bayi) merupakan tindakan yang secara moral buruk.
c. Keadilan (justice) adalah teori yang menyatakan bahwa mereka yang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan
tidak sederajat sesuai dengan kebutuhan mereka.
d. Otonomi adalah setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan
sesuai dengan rencana yang mereka pilih. Akan tetapi, pada teori ini mengalami
terdapat masalah yang muncul dari penerapannya yakni adanya variasi
kemampuan otonomi pasien yang mempengaruhi banyak hal seperti halnya
kesadaran, usia dan lainnya.
e. Kejujuran (veracity) adalah kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan
saling percaya antara perawat dan pasien. Kejujuran berarti perawat tidak boleh
membocorkan data pasien atau informasi penting terkait pasien tanpa
sepertujuan pasien.
f. Ketaatan (fidelity) adalah pada dasarnya ketaatan berprinsip pada tanggung
jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan bersama antara perawat dan
pasien serta keluarga pasien yang meliputi tanggung jawab menjaga janji,
mempertahankan dan memberikan perhatian.
3.3 Prinsip Etik Keperawatan
Menurut Nasrullah (2014), prinsip etik keperawatan adalah menghargai hak dan
martabat manusia, tidak akan berubah. Prinsip dasar keperawatan antara lain :
a. Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang dan
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi
juga diartikan sebagai kemandirian dan kebebasan individu untuk menuntut
perbedaan diri.
b. Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud kemanusiawian dan
juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang disebabkan
oleh diri sendiri dan orang lain.
c. Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang
menjunjung tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan, prinsip keadilan
juga diterapkan pada pancasila Negara Indonesia pada sila ke 5 yakni
keadilan sosial bagi seluruh Indonesia. Dengan ini menunjukkan bahwa
prinsip keadilan merupakan suatu bentuk prinsip yang dapat
menyeimbangkan dunia.
d. Non maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang mempunyai
arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang tidak
menimbulkan secara fisik maupun mental.
e. Veracity (kejujuran) Merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi untuk
menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.
f. Fidelity (loyalitas/ketaatan), Pada prinsip ini dibutuhkan orang yang dapat
menghargai janji dan berkomitmen kepada orang lain.
g. Confidentiality (kerahasiaan), Prinsip yang harus dilakukan oleh semua
manusia yang ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia yang diberikan
oleh orang lain.
h. Accountability (akuntabilitas) Prinsip ini berhubungan dengan fidelity yang
berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat
digunakan untuk menilai orang lain. Prinsip ini juga diartikan sebagai
standar pasti yang mana tindakan seseorang profesional dapat dinilai dalam
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. Moral (moralitas) Merupakan
bagian dari prinsip etika keperawatan yang sangat penting, termasuk
advokasi, responsibilitas, dan loyalitas. Advokasi dapat diartikan sebagai
memberi saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien.
Responsibilitas merupakan eksekusi terhadap tugas tugas yang berhubungan
dengan peran seseorang, dan loyalitas merupakan suatu konsep yang
melewati simpati, peduli dan hubungan timbal balik terhadap pihak yang
secara langsung dengan orang lain secara profesional.
i. Value (nilai) Merupakan sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang
sedemikian rupa oleh seseorang yang menjadi standar prilaku seseorang.
3.4 Macam- macam Kode Etik Keperawatan
a. Kode etik keperawatan menurut ICN
Menurut Ismani (2007) ICN atau International Council of Nurse adalah federasi
perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1
juli 1989 dengan uraian kode etik keperawatan sebagai berikut :
a.) Tanggung jawab utama perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan.
Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus
menyakini bahwa kebutuhan terhada pelayanan keperawatan diberbagai
tempat adalah sama.
b.) Perawat, individu dan anggota kelompok masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu dalam
menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan
kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat,
menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya. Perawat dapat
memegang tegus rahasia pribadi dan hanya dapat memberikan keterangan
bila diperlukan oleh pihak yang bersangkutan atau berkepentingan atau
pengadilan.
c.) Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai
dengan standar pendidikan keperawatan.
d.) Perawat dan lingkungan masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif
dan dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan
dan masalah sosial yang terjadi dimasyarakat.
e.) Perawat dan sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerjasama dengan teman kerja, baik
tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lainnya yang dapat melindungi
dan menjamin seseorang bila dalam masa perawatannya merasa terancam.
f.) Perawat dan profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan
standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat
diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang
pelaksanaan perawatan secara profesional dan berpartisipasi dalam
memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi
pelaksanaan praktik keperawatan.
b. Kode etik keperawatan menurut ANA
Menurut Nasrullah (2014), American Nurse Association (ANA) menyatakan
kode etik keperawatan sebagai berikut :
a.) Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai martabat manusia dan
keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial atau ekonomi,
kepribadian atau sifat masalah kesehatan.
b.) Perawat melindungi hak terhadap kerahasiaan informasi tersebut.
c.) Perawat bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat ketika perawatan
kesehatan dan keamanan dipengaruhi oleh praktik yang tidak kompeten,
tidak berdasarkan etik atau bersifat ileal terhadap siapapun.
d.) Perawat memikul tanggung jawab dan tanggung gugat untuk tindakan dan
pertimbangan keperawatan individual.
e.) Perawat mempertahankan kompetensi dalam keperawatan.
f.) Perawat melatih pertimbangan dan menggunakan kompetensi serta
kualifikasi individual sebagai kriteria dalam mencari konsultasi, menerima
tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
g.) Perawat berpartipasi dalam aktivitas membantu pengembangan pengetahuan
profesi.
h.) Perawat berpartipasi dalam upaya-upaya profesi untuk melakukan
implementasi serta meningkatkan standar keperawatan.
i.) Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melindungi masyarakat dari
terjadinya salah informasi dan salah interpretasi serta mempertahankan
integritas keperawatan.
j.) Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga
masyarakat dalam meningkatkan usaha komunitas dan nasional untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan umum.
c. Kode etik keperawatan menurut PPNI
Kode etik keperawatan Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Persatuan
Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI yang
menghasilkan keputusan MUNAS VI PPNI Nomor: 09 VI/PPNI/2000 adalah
sebagai berikut:
1. Perawat dan Klien
a.) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
b.) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
c.) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
d.) Perawat wajib menghasilkan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakaan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwewenang sesuai dengan hukum yang berlaku.
2. Perawat dan Praktik
a.) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang
keperawatan melalui belajar terus menerus.
b.) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
c.) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mepertimbangkan kemampuan serta kualfikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
kepada orang lain.
d.) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku keperawatan.
3. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
4. Perawat dan Teman Sejawat
a.) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan menyeluruh.
b.) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
ilegal.
5. Perawat dan Profesi
a.) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanaan
dan pendidikan keperawatan.
b.) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan.
c.) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.
Menurut Nasrullah (2014), Kemampuan membuat keputusan masalah etis
merupakan salah satu persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktik
keperawatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan etik keperawatan
diantaranya :
a. Faktor agama dan adat istiadat
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam
membuat keputusan etik. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai
yang diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami
memamng memerlukan proses yang sangat panjang dan semakin tua dan
semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa
dirinya dan nilainilai yang dimilikinya.
b. Faktor sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etik. Faktor
ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan.
c. Faktor ilmu pengetahuan
Kemajuan dibidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannnya berbagai mesin mekanik
kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obtan baru.uan dan
teknologi.
d. Faktor legislasi dan keputusan juridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
e. Faktor dana / keuangan
Dana ataukeuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat
menimbulkan konflik.
f. Faktor pekerjaan
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam membuat suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun
harus diselesaikan dengan keputusan atau aturan tempat perawat tersebut
bekerja.
4. HUBUNGAN ETIKA KEPERAWATAN DENGAN MASALAH ETIK
YANG TERJADI DI PELAYANAN PUSKESMAS
Pada dasarnya Penyelesaian masalah etika keperawatan menjadi tanggung jawab
perawat. Berarti perawat melaksanakan norma yang diwajibkan dalam perilaku
keperawatan, sedangkan tanggung gugat adalah mempertanggungjawabkan kepada
diri sendiri, kepada klien/masyarakat, kepada profesi atas segala tindakan yang
diambil dalam melaksanakan proses keperawatan dengan menggunakan dasar etika
dan standar keperawatan. Dalam pertanggunggugatan tindakannya, perawat akan
menampilkan pemikiran etiknya dan perkembangan personal dalam profesi
keperawatan. Adapun masalah etik yang sering dihadapi perawat ketika melakukan
pelayanan puskesmas dapat dijabarkan sebagai berikut
a. Konflik etik antara teman sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian
kesejahteraan pasien yang mengharuskan perawat untuk mampu mengenal
bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak serta berupaya
untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang seringkali memicu
konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga
terhadap teman sejawat. Dilain pihak, perawat harus menjaga nama baik
antara teman sejawat, namun apabila teman sejawat melakukan pelanggaran
maka kasus yang muncul harus diselesaikan dengan bijak.
b. Menghadapi penolakan pasien terhadap tindakan keperawatan atau
pengobatan
Penolakan pasien untuk menerima pengobatan dipengaruhi beberapa faktor
seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh secara cepat, keuangan,
sosial, dll. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan
merupakan hak pasien dan hak otonomi pasien, artinya pasien berhak
memilih dan menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak
sesuai dengan dirinya, yang perlu dilakukan perawat adalah memfasilitasi
kondisi yang ada agar tidak terjadi konflik yang berpotensi menimbulkan
masalah-masalah lain yang lebih berat.
c. Masalah antara peran merawat dan mengobati
Secara formal, peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan,
tetapi kurangnya aturan-aturan yang jelas yang salah satunya terjadi di
puskesmas seringkali mengubah peran perawat menjadi mengobati.
d. Berkata jujur dan tidak jujur
Di dalam memberikan asuhan keperawatan langsung seringkali perawat
tidak merasa bahwa perawat sedang berkata tidak jujur walaupun yang
dilakukan perawat adalah benar sesuai kaidah asuhan keperawatan. Sebagai
contoh sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh
pasien berkaitan dengan kondisinya perawat sering menjawab “tidak apa-
apa Ibu, Ibu akan baik suntikan ini tidak sakit” dengan bermaksud untuk
menyenangkan pasien tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah
melanggar etik.
e. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
Dalam hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut: perawat yang dengan
seenaknya membereskan obat-obatan pasien yang telah meninggalkan
tempat dan memasukkan dalam inventarisasi ruangan tanpa seizin keluarga
pasien
f. Tanggung jawab terhadap mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan
Seringkali seorang perawat dihadapkan pada kondisi kerja lembur yang
mengharuskannya untuk bekerja 1x24 jam. Kasus kelalaian dan mangkir
telah banyak ditemui yang dilakukan oleh perawat atas alasan-alasan yang
ringan namun memberikan efek yang besar.

C. CONTOH KASUS TERKAIT MAALAH ETIK YANG TERJADI DI


PUSKESMAS BERHUBUNGAN DENGAN ETIKA KEPERAWATAN

Perawat Puskesmas Payung Tolak Obati Pasien, Alasannya Tidak Masuk


Akal
Selasa, 17/07/2018 12:58 WIB | 253 Views
Perawat Puskesmas Payung Tolak Obati Pasien, Alasannya Tidak Masuk Akal

PAYUNG - Dugaan kasus penolakan pasien di instansi pelayanan kesehatan terjadi.


Kali ini, kasus tersebut dialami oleh warga Nadung yang mengalami sesak nafas
dan ingin berobat di Puskesmas Payung, Kabupaten Basel. Peristiwa penolakan itu
terjadi Senin(16/7) sekitar pukul 19.00 WIB.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Bangka pihak keluarga yang berobat
sempat beradu mulut dengan petugas Puskesmas setempat. Saat dikonfirmasi
kebenaran tersebut, Freddy warga Desa Nadung,Kecamatan Payung dari pihak
keluarga pasien mengiyakannya. Dia menjelaskan peristiwa penolakan Puskesmas
terhadap pasien yang sedang mendampingi ayah kandungnya sendiri, Jum'ah(65).

"Jadi, malam tadi saya antar bapak saya sendiri ke Puskesmas.Saat disana suasana
sepi, tidak ada perawat. Lalu saya masuk saja dan menemui ada perawat didalam
ruangan karna saya sangat panik dan kaget, entah kenapa mereka menolak dengan
alasan capek. Mungkin karna kondisi saya panik saat itu,mereka tidak mau
melayani tapi tidak bisa begitu, apalagi Puskesmas ini 24 jam," jelas Freddy kepada
Radar Bangka, Selasa (17/6).
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan analisis kasus, permasalahan yang dialami oleh warga Nadung
di Puskesmas Payung, Kabupaten Basel tentang adu mulut keluarga dengan
puskesmas setempat didasari pada kurangnya tanggung jawab perawat dalam
melakukan pelayanan. Permasalahan muncul ketika ada perawat yang ditemui
pasien dalam keadaan panik namun melakukan penolakan dengan alasan lelah.
Karena keluarga pasien tidak terima dengan pernyataan perawat, keluarga pasien
pun akhirnya mempermasalahkan kejadian tersebut.

B. KETERKAITAN KASUS DENGAN TEORI


Kasus yang ada jelas menunjukkan relasi dengan teori yang telah
dipaparkan. Ditinjau dari kronologi kejadiannya, perawat Puskesmas Payung jelas-
jelas telah melanggar etik perawat dan klien dengan tidak bertanggung jawab
terhadap mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. Seorang perawat
seharusnya bertanggung jawab penuh atas asuhan atau perawatan terhadap pasien
dan siap kapan saja dibutuhkan. Profesi perawat dapat dikatakan sebagai profesi tak
kenal waktu. Sifat tidak mementingkan diri sendiri sangat dibutuhkan oleh seorang
perawat berkaitan dengan tuntutan profesinya. Dibutuhkan kesanggupan untuk
terus merasakan rasa nyeri dan penderitaan pasien serta keinginan untuk
menolongnya. Perawat adalah orang yang hangat, toleran dan empati dalam artian
yang luas dengan menguasai sikap: fleksibel, toleran, sabar, berpikiran terbuka,
sanggup untuk rukun dengan sejawat maupun atasan, cepat menguasai ketrampilan
baru, serta memiliki keinginan besar untuk menolong orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan dilaksanakan dengan menjunjung tinggi nilai- nilai
profesional, salah satunya adalah prinsip etika keperawatan. Prinsip etika meliputi
kejujuran, otonomi, justice, non maleficence, beneficience, dan confidentiality.
Apabila seorang perawat melakukan pelanggaran pada prinsip etik tersebut
maka dapat dikenakan sanksi, karena pada saat menghadapi masalah yang
menyangkut etika, perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien
maupun dirinya. Apabila seseorang melanggar kode etik profesi, organisasi profesi
dapat memberikan pembinaan, sanksi administratif (pencabutan SIPP) atau bahkan
sampai mengeluarkan anggota tersebut.
B. SARAN
Pelanggaran yang dilakukan oleh perawat sebagai bagian dari masalah etik
seharusnya mampu diminimalisir. Dalam hal ini, perawat harus memahami hak dan
tanggungjawab perawat yang tertuang dalam kode etik profesi, sehingga
pelanggaran dapat diminimalkan. Selain itu perawat harus paham juga tentang
peraturan yang dapat dijadikan landasan hukum bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan.
C. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qohar, Mas’ud Kharsan DKK., Kamus Istilah Pengetahuan Populer.
Yogyakarta: CV. Bintang Pelajar, 1992

Amelia, D. R & Anwar, Z. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia. Jurnal


Ilmiah Psikologi Terapan, 01, 2301-8267

Cooper, R. & Kaplan, R,S, 1991. The Design of Cost Management System:
Text, Cases, and Readings, Englewood Cliff, NJ: Pentice Hall Inc

Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
Potter & Perry. 1997. Fudamental of Nursing Concept: Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Volume 1. Edisi 4. United States of America: Mosby. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Vol.1 E/4. Yulianti &
Ester. EGC. Jakarta

Praptianingsih, Sri, 2007, Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya


Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Wijono, D, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga


University Press, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai