PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
Mengetahui tentang apakah itu etika, moral dan profesionalisme profesi
kebidanan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
Kata Etika menunjukkan dua hal, yang pertama: disiplin ilmu
yang mempelajari nilai-nilia dan pembenaran nya. Kedua: pokok
permasalahan disiplin ilmuitu sendiri yaitu nilai-nilai hidup kita yang
sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku kita.
Etika berasal dan bahasa Inggris Ethics, artinya pengertian, ukuran
tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat
yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada
umumnya.
Etika berasal dan bahasa Latin Mos atau Mores (jamak), artinya
moral, yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan
etika adalah sama, hanya bahasa asalnya berbeda.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1953),
Etika artinya ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 198) etika
mengandung arti:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan
kewajiban moral.
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
3. Pembagian Etika
a. Etika deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas,
misalnya adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik buruk,
tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif tidak memberi penilaian tetapi menggambarkan
moralitas pada individu-individu tertentu, kebudayaan atau subkultur
tertentu dalam kurun waktu tertentu.
b. Etika normatif
Pada etika normatif terjadi penilaian tentang perilaku manusia.
Penilaian ini terbentuk atas dasar norma. Etika normatif bersifat
preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan
4
menentukan benar atau tidaknya tingkah laku. Etika normatif
menampilkan argumentasi atau alasan atas dasar norma dan prinsip
etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat
diterapkan dalam praktik.
c. Metaetika
Meta berasal dan bahasa Yunani yang berarti melebihi atau
melampaui. Metaetika mempelajari logika khusus dan ucapan-ucapan
etis. Pada metaetika mempersoalkan bahasa normatif apakah dapat
diturunkan menjadi ucapan kenyataan. Metaetika mengarahkan pada
arti khusus dan bahasa etika.
4. Ciri-ciri Etika
a. Tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, memberi
nilai tentang perbuatan itu sendiri
b. Selalu berlaku, tidak tergantung hadir atau tidaknya seseorang
c. Bersifat absolut, contoh Jangan mencuri, Jangan berbohong
d. Memandang manusia dan segi bathiniah
5
c. Etika praktik
Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-hari,
dimana dalam situasi praktek ketika kecelakaan terjadi keputusan
harus segera dibuat. Bagaimana menjaga prinsip moral, teori etika ,
dan penentuan suatu tindakan
6
terhadap profesi, agar klien terjamin kepentinganya dan sebagai
pembentuk mutu moral profesi dimasyarakat. Kode etik harus selalu
mengikuti perkembangan sesuai dengan perubahan lingkungan, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kemajuan dalam profesi itu sendiri,
sehingga sewaktu-waktu kode etik perlu untuk dinilai dan direvisi
kembali oleh profesi.
7
7. Prinsip Etika & Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan
a. Sikap etis profesional bidan akan mewarnai setiap langkah bidan,
termasuk mengambil keputusan dalam merespon situasi yang
muncul pada asuhan kebidanan.
b. Pemahaman tentang etika & moral menjadi bagian yang
fundamental dan sangat penting dalam asuhan kebidanan, dengan
senantiasa menghormati nilai-nilai pasien.
c. Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang
perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang
berhubungan dengan perilaku.
d. Etika berfokus pada prinsip & konsep yang membimbing manusia
berfikir dan bertindak dalam kehidupannya dilandasi nilai-nilai
yang dianutnya.
e. Klarifikasi nilai (Values) merupakan suatu proses dimana
seseorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang ada pada dirinya.
f. Merupakan proses yang memungkinkan seseorang menemukan
sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang
dipilihnya .
8
Sansekerta, su artinya lebih baik, silaberarti dasar-dasar, prinsip-
prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-
peraturan hidup yang lebih baik.
Pengerian moral dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006):
Dituliskan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan
peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang
mengatur tingkah laku.
Pengertian moral dalam Hurlock (Edisi ke-6, 1990) mengatakan
bahwa perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral
kelompok sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat.
Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman,
meskipun dalam praktik kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu
tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah kebiasaan yang baik
tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama,
dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa
berpikir panjang dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau
tradisi.
2. Etika Moral
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan
benar berdasarkan kodratmanusia. Apabila etika ini dilanggar
timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dantidak benar.
Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Contoh etika moral:
a. Berkata dan berbuat jujur
b. Menghargai hak orang lain
c. Menghormati orangtua dan guru
d. Membela kebenaran dan keadilan
e. Menyantuni anak yatim/piatu.
9
Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia
berdasarkan kesadaran, dan kesadaran adalah suara hati nurani.
Dalam kehidupan, manusia selalu dikehendaki dengan baik dan tidak
baik, antara benar dan tidak benar. Dengan demikian ia
mempertanggungjawabkan pilihan yang telah dipilihnya itu.
Kebebasan kehendak mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan
benar. Apabila manusia melakukan pelanggaran etika moral, berarti
dia berkehendak melakukan kejahatan, dengan sendirinya
berkehandak untuk di hukum. Dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, nilai moral dijadikan dasar hukum positif yangdibuat oleh
penguasa.
3. Moral
Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia,
sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni
disebut juga hati nurani.
b. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai
ajaran filosofis, agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia.
10
Suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus dalam
beberapa bidang ilmu, melaksanakan cara-cara dan peraturan yang telah
disepakati anggota profesi itu (Yacobus, 1993).
11
melaksanakan tugas pelayanannya maka pendidikan bidan sudah
ditingkatkan menjado pendidikan profesional menjadi pendidikan
tinggi.
d. Pengendalian terhadap standar praktik
Standar adalah suatau pernyataan atau kriteria yang mencerminkan
kualitas. Standar praktik kebidanan disusun oleh organisasi profesi
berdasarkan kompetensi inti bidan yang menekankan pada tanggung
jawab bidan untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan. Satandar
ini bertujuan untuk melindungu bidan dan kliennya.
e. Bertangguang jawab dan mempertanggung jawabkan pelayanan yang
diberikannya, bidan menolong persalinan atas tanggung jawabnya
sendiri dan merawat bayi baru lahir.
f. Karir seumur hidup yang mandiri
Yang dimaksud dengan karir seumur hidup adalah pekerjaan
seunur hidup di luar pekerjaan rutin. Bidan yang dibekali ilmu
pengetahuan sesuai dengan kewenangannya dapat meneruskan
karirnya dengan praktik mandiri seumur hidup.
Ciri-ciri Bidan sebagai Profesi :
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program
pendidikan yang diajukan untuk maksud profesi yang
bersangkutan
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai
dengan kode etik yang berlaku
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam
menjalankan profesunya
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas
pelayanan yang diberikan
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan
kualitas pelyanan yang diberikan kepada masyarakat oleh
anggotanya.
12
g. Profesional
Profesional berarti memiliki sifat profesional (ahli). Secara popular
seorang pekerja apapun sering dikatakan profesonal. Seorang
profesional dalam bahasa kesehariannya adalah seseorang pekerja
yang terampil atau cakap dalam kerjanya, biarpun keterampilam
tersebut produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan.
Dalam hal ini pengertian profesional perlu dibedadkan dari jenis
pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi melalui kebiasaan
melakukan keterampilan tertentu (magang, terlibat langsung bekerja
dalam situasi dilingkungannya dengan keterampilan sebagai warisan
orang tuanya atau pendahulunya). Seorang pekerja profesional pelu
dibedakan dengan pekerja teknisi. Keduanya dapat saja terampil
dalam unsur kerja yang sama (misalnya: mengatasi prosedur kerja
yang sama, dapat memecahakn masalah teknis dalam kerjanya), tetapi
seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari
keterampilam yang menyangkut wawasan filofosi, pertimbangan
rasional, dan meiliki sikap positif dalam melaksanakan dan
mengembangkan mutu kerja (Joni, 1980).
C.V. Good menjelaskan bahwa pekerjaan yang berkualitas
profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu memerlukan persiapan
dan pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pra
jabatan yang relevan dengan kecakapan seorang pekerja). Profesional
memerlukan persyaratan yang telah dilakukan oleh pihak yang
berwenang (misalnya pemerintah, organisasi profesi atau konsorsium)
dan jabatan profesional tersebut mendapat pengakuan daro masyarakat
dan pemerintah.
3. Karakteristik professional
Karakteristik professional yang melandasi dan tercermin pada praktik
professional adalah sebagai berikut :
a. Terbuka terhadap perubahan
b. Menguasai dan menggunakan pengetahuan theoritis
13
c. Mampu menyelesaikan masalah
d. Mengembangkan diri secara terus menerus
e. Mempunyai pendidikan formal
f. Ada system pengesahan terhadap kompetensi
g. Legalisasi standar praktik professional
h. Melakukan praktik dengan memperhatikan etika
i. Mempunyai sanksi hukum terhadap malpraktik
j. Memberikan pelayanan kepada masyarakat
k. Memperbolehkan praktik otonomi
14
4. Ciri ciri profesioanal
Secara lebih rinci, cirri ciri jabatan professional adalah sebagai
berikut ( termasuk bidan) :
a. Bagi pelakunaya secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja
(keahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis
jabatannya (denderung ke spesialis).
b. Kecakapan atau keahlian seseorang pekerja professional bukan
sekedar hasil pembiasan atau pelatihan rutin yang terkondisi, tetapi
perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap.mjabatan
professioanal menuntut pendidikan juga. Jabatan yang terprogram
secara relevan dan berbobot, terselenggara secara efektif, efisien, dan
tolak ukur evaluatifnya terstandar.
c. Pekerja professional dituntut berwawasan social yang luas, sehingga
pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu,
bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta
berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya. Hal ini mendorong pekerja
professional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan (
menyempurnakan) diri serta karyanya. Orang tersebut secara nyata
mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.
d. Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat
dan atau negaranya. Jabatan professional memiliki syarat syarat
serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya. Hal ini
menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung
jawab sosial professional tersebut.
15
kualitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional
professional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan
fungsional.
16
b. Prasyaratan bidan sebagai jabatan professional
1) Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus
atau spesialis
2) Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga
professional
3) Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4) Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh
pemerintah
5) Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
6) Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
7) Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
8) Memiliki kode etik bidan
9) Memiliki etika kebidanan
10) Memiliki standar pelayanan
11) Memiliki standar praktek
12) Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan
profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan
13) Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana
pengembangan kompetensi
17
6) Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik
kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru
lahir dan anak.
7) Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita/ibu agar meraka dapat menentukan pilihan yang telah
diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan
secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya
sendiri.
8) Menggunakan keterampilan komunikasi
9) Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain ntuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga
10) Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan
18
2. Sikap Profesi Seorang Bidan
Setiap profesi memiliki sikap profesiya masing masing yang sesuai
dengan etika, moral dan sikap professional seorang bidan, sikap profesi
yang harus dimiliki seorang bidan antara lain :
a. Memiliki pengatahuaan yang luas
Karena dengan pengetahuan yang luas seorang bidan dapat
dengan mudah menegakkan diagnose terhadap pasiennya dan dapat
dengan mudah bersosialisasi dengan lingkungannya
b. Mematuhi kode etik
Dalam kebidanan terdapat kode etik yag sudah di buat,
seorang bidan harus dapat mengemalkan kode etik tersebut karena
dalam kode etik tersebut merupakan tuntut\nan untuk seorang
bidan dalam bertindak dan berbuat.
c. Melakukan pelayanan yang memuaskan terhadap pasien
d. Tidak memilih milih pasien
e. Memngenggap semua pasien memiliki resiko
f. Mengutamakan kepentingan pasien di atas kepentingan sendiri.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas
yang dihayati masyarakat, etika juga membantu merumuskan
pedoman etis yang lebih kuat dan norma-norma batu yang dibutuhkan
karena adanya periubahan yang dinamis dalam tata kehidupan
masyarakat.
Etika membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa
yang perlu dilakukan dan yang perlu dipahami bersama bahwa etika
ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan, dengan
demikian etika dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Tujuan etika, moral, dan profesionalisme dalam kebidanan ini
adalah sebagai dasar pijakan atau patokan yang harus dimiliki dan
ditaati dalam profesi kebidanan dalam setiap pelayanan kesehatan
yang dilakukannya. Agar pelayanan yang diberikan dapat bermanfaat
dan berguna bagi para klien/pengguna layanan.
3.2 SARAN
Etika, Moral, dan Profesionalisme haruslah dimiliki oleh setiap
pemberi fasilitas pelayanan kesehatan sehingga dalam pelayanannya
dapat memberikan kepuasaan dan memperoleh hasil yang maksimal
sesuai dengan apa yang diharapkan.
20