Pengertian
dan secara palpasi teraba kElas, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai
peningkaatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan
tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu.
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika
pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering
(bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu
terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah
melahirkan akibat stasi divena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai
banyak disekresi. Sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang.
menjadi lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit
payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu demam, dan payudara terasa
bengkak disebabkan tidak lancar atau sedikitnya ASI yang dikeluarkan dari
pada yang tersedia dalam payudara. Hal ini bisa menjadi masalah berlanjut
jika penanganan dalam asuhan ibu dengan bendungan ASI ini tidak segera
b. Etiologi
3. Terlambat menyusui
c. Patofisiologi
sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada
hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta
keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus (Prawirohardjo, 2005; hal 354). Tersumbatnya duktus laktiferus bisa
satu atau lebih biasanya disebabkan oleh pemakaian BH yang terlalu ketat,
tekanan jari-jari ibu ketika menyusui, dan terjadinya penyumbatan karena ASI
Gambar 2.3
penuh. Pada payudara bengkak: payudara odem, sakit, puting susu kencang,
kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan
terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam.
Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau caked breast,
sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan
kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal
merupakan overdestensi sistem lakteal oleh air susu (Widyasih, 2009; hal
136).
yaitu :
1. Umur
daripada wanita dibawah umur 21 tahun dan diatas 35 tahun, hal tersebut
yang sangat rentan dengan masalah menyusui (Adiningsih, 2003; hal 40).
2. Paritas
tekhnik menyusui yang tidak benar cenderung dapat berulang, hal tersebut
dikarenakan tekhnik menyusui yagn tidak benar belum diperbaiki
4. Paritas tinggi
ASI adalah pada persalinan dengan SC, hal tersebut dapat menyebakan
disusukan secara adekuat, bra yang terlalu ketat, uting susu lecet yang
cukup dan terjadi anemia, pengisapan yang tidak efektif dan pengeluaran
ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian
5. Gizi
terjadinya bendungan ASI yang disebabkan kurangnya gizi pada ibu yang
berakibat produksi ASI yang kurang (Ambarwati, 2009; hal 27) melalui
oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan
sulit diisap oleh bayi. Kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu
merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum
disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih
dahulu agar payudara lebih lunak sehingga bai lebih mudah menyusu
f. Penatalaksanaan
Terapi dan Pengobatan Menurut Ari Sulistyawati (2009; hal 33 - 35) adalah :
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya tanpa jadwal atau semau bayi.
menurunkan panas .