Anda di halaman 1dari 7

a.

Pengertian

Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral

dan secara palpasi teraba kElas, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai

peningkaatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan

demam (Sarwono, 2009; hal 652).

Bendungan air susu (Engorgement of the breast) adalah pembendungan

ASI karena penyempitan dukrus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang

tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu.

Keluhan adalah payudara bengkak, keras, panas, dan nyeri. Penanganan

sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah

terjadinya kelainan-kelainan (Anggraini, 2010; hal 104).

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika

payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh

pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering

menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi

(bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu

menyusui. (Sarwono, 2009).

Payudara Bengkak ( Engorgement ) adalah dimana keadaan payudara

terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah

melahirkan akibat stasi divena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai
banyak disekresi. Sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang.

Bila tidak dikeluarkan, ASI menumpuk dalam payudara sehingga areola

menjadi lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit

payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu demam, dan payudara terasa

nyeri sekali (Sulistyawati, 2009; hal 33).

Jadi, Bendungan ASI dapat disimpulkan dimana keadaan payudara yang

bengkak disebabkan tidak lancar atau sedikitnya ASI yang dikeluarkan dari

pada yang tersedia dalam payudara. Hal ini bisa menjadi masalah berlanjut

jika penanganan dalam asuhan ibu dengan bendungan ASI ini tidak segera

ditangani lebih lanjut.

b. Etiologi

1. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah

2. Produksi ASI berlebihan

3. Terlambat menyusui

4. Pengeluaran ASI yang jarang

5. Waktu menyusui yg terbatas (Ambarwati, 2009; hal 47).

c. Patofisiologi

Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu,

sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada

hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta

keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus (Prawirohardjo, 2005; hal 354). Tersumbatnya duktus laktiferus bisa

satu atau lebih biasanya disebabkan oleh pemakaian BH yang terlalu ketat,

tekanan jari-jari ibu ketika menyusui, dan terjadinya penyumbatan karena ASI

terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terjadi keadaan payudara

bengkak (suherni, 2009; hal 55).

Gambar 2.3

Sumber : Kurniasih 2008

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara

penuh. Pada payudara bengkak: payudara odem, sakit, puting susu kencang,

kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan

menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh: payudara

terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam.

Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah telihatnya sekresi lakteal,

payudara sering menagalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol.

Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau caked breast,

sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan
kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal

yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang

merupakan prekusor reguler untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan

merupakan overdestensi sistem lakteal oleh air susu (Widyasih, 2009; hal

136).

d. Faktor predisposisi yang menyebabkan Bendungan ASI

Ada sejumlah factor yang dapat meningkatan terjadinya bendungan ASI,

yaitu :

1. Umur

wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita bendungan ASI

daripada wanita dibawah umur 21 tahun dan diatas 35 tahun, hal tersebut

dikarenaan pada wanita berumur 21-35 tahun merupakan masa reproduksi

yang sangat rentan dengan masalah menyusui (Adiningsih, 2003; hal 40).

2. Paritas

Primipara ditemukan sebagai factor resiko terjadinya bendungan ASI

pendapat lain yang menjelasan adanya hubungan paritas dengan kejadian

bendungan ASI adalah Hanifa, 2005 berpendapat bahwa terjadinya

bendungan ASI pada sebagian primipara dkarenakan infeksi yang terjadi

3. Kurang pengetahuan tekhnik menyusui yang benar

Wanita dengan bendungan ASI sebelumnya yang disebaban karena

tekhnik menyusui yang tidak benar cenderung dapat berulang, hal tersebut
dikarenakan tekhnik menyusui yagn tidak benar belum diperbaiki

(Maryunani, 2009;hal 94).

4. Paritas tinggi

Komplikasi pada saat persalinan yang dapat memicu terjadinya bendungan

ASI adalah pada persalinan dengan SC, hal tersebut dapat menyebakan

terjadinya bendungan pada payudara karena ASI tidak langsung diberikan.

mengungapkan bahwa terjadinya bendungan ASI yaitu payudara tidak

disusukan secara adekuat, bra yang terlalu ketat, uting susu lecet yang

menyebabkan terjadinya infeksi, asupan gizi ibu kurang, istirahat tida

cukup dan terjadi anemia, pengisapan yang tidak efektif dan pengeluaran

ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian

bawah payudara yagn menggantung (Sulistyawati, 2009; hal 47 ).

5. Gizi

Gizi buruk merupakan factor predisposisi terjadinya bendungan ASI.

Antoksidan, Vit E, Vit A dan selenium terbukti dapat mengurangi

terjadinya bendungan ASI yang disebabkan kurangnya gizi pada ibu yang

berakibat produksi ASI yang kurang (Ambarwati, 2009; hal 27) melalui

luka pada putting susu (Adiningsih, 2003; hal 45).

6. Factor kekebalan ASI


Factor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan

dalam payudara, apabila factor kekebalan rendah maka dapat

mengakibatkan terjadinya bendungan ASI (Adiningsih, 2003; hal 32).

7. Ibu yang bekerja diluar rumah

Menurut Sulistyawati (2003; hal 33) menjelaskan bahwa akibat

bendungan ASI karena interval antara menyusui yang panjang dan

keurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang tidak adekuat.

e. Tanda dan Gejala

Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui

oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan

sulit diisap oleh bayi. Kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu

merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum

disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih

dahulu agar payudara lebih lunak sehingga bai lebih mudah menyusu

(Soleha, 2009; hal 106).

f. Penatalaksanaan

Terapi dan Pengobatan Menurut Ari Sulistyawati (2009; hal 33 - 35) adalah :

1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya tanpa jadwal atau semau bayi.

2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care.


3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan

kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri serta

Gunakan BH yang menopang.

4. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan

menurunkan panas .

Anda mungkin juga menyukai