Anda di halaman 1dari 6

Eika Dan Profesi Hukum

a) Pengertian Etika Profesi Hukum

Etika profesi hukum atau biasa disebut juga kode etik profesi merupakan bagian
integaral untuk mengatur berperilaku seorang penegak hukum sebagai perwujudan dari
penegakan hukum yang baik dan juga berkeadilan. Oleh sebab itu, penegakan hukum
menuntut sikap berintegritas moral, sikap ini menjadi modal bagi penyelenggara profesi
hukum dalam menjalankan tugas profesinya. Akan kita bahas satu persatu secara
etimologis. Etika atau dalam bahasa Inggris disebut Ethics yang mengandung arti : Ilmu
tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam
masyarakat; ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral;
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dgn akhlak; nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno
Ethos yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap. 1Profesi dalam kamus
besar bahasa indonesia adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. jenis profesi yang dikenal antara lain :
profesi hukum, profesi bisnis, profesi kedokteran, profesi pendidikan (guru). Di tingkat
terminologis, Bertens (2002) menyebut, bahwa etika memiliki tiga makna, yakni:
pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, atau secara singkat dipahamai sebagai
sistem nilai, kedua, kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik, dan ketiga, ilmu
tentang baik dan buruk. Baik dan buruk itu seperti benar dan salah, yang dikaitkan
dengan etika.2

Etika profesi adalah bagian dari etika sosial, yaitu filsafat atau pemikiran kritis
rasional tentang kewajiban dan tanggung jawab manusia sebagia anggota umat manusia
untuk melaksanakan profesi yang luhur itu secara baik, maka dituntut moralitas yang
tinggi dari pelakunya. Profesi hukum adalah profesi yang melekat pada dan dilaksanakan
oleh aparatur hukum dalam suatu pemerintahan suatu negara. Profesi hukum saat ini
diatur di dalam TAP. MPR II/MPR/1993 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalani
1
Serlika Aprita, Etika Profesi Hukum (Palembang: PT. Refika Aditama, 2019).
2
Siti Marwiyah, Penegakan Kode Etik Profesi Di Era Malapraktik Profesi Hukum (Madura: UTM Press, 2015).
kehidupan sebagai pengemban profesi. Hanya pengemban profesi yang bersangkutan
sendiri yang dapat atau yang paling mengetahui tentang apakah perilakunya dalam
mengemban profesi memenuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Karena tidak
memiliki kompetensi teknikal, maka orang awam tidak dapat menilai hal itu. Ini berarti,
kepatuhan pada etika profesi akan sangat tergantung pada akhlak pengemban profesi
yang bersangkutan. Di samping itu, pengembanan profesi sering dihadapkan pada situasi
yang menimbulkan masalah yang pelik untuk menentukan perilaku apa yang memenuhi
tuntutan etika profesi. Sedangkan perilaku dalam pengembanan profesi dapat membawa
akibat (negatif) yang jauh terhadap para pencari keadilan. Kenyataan yang dikemukakan
tadi menunjukkan bahwa kalangan pengemban profesi itu sendiri membutuhkan adanya
pedoman obyektif yang lebih konkret bagi perilaku profesionalnya. Oleh karena itu, dari
dalam lingkungan para pengemban profesi itu sendiri dimunculkan seperangkat kaidah
perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban profesi. Perangkat
kaidah itulah yang disebut kode etik profesi(kode etik), yang dapat tertulis maupun tidak
tertulis. Pada masa kini, kode etik itu pada umumnya berbentuk tertulis yang ditetapkan
secara formal oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Pada dasarnya, kode etik itu
bertujuan untuk di satu pihak menjaga martabat profesi yang bersangkutan, dan di lain
pihak untuk melindungi para pencari keadilan (masyarakat) dari penyalahgunaan
keahlian dan/atau otoritas profesional. Pada dasarnya kode etik termasuk kelompok
kaidah moral positif.3

b) Etika Dan Profesi Hukum

Menurut Muhammad Nuh Profesi hukum adalah pekerjaan yang berkaitan dengan
masalah hukum. Penegak hukum salah satunya hakim, adalah pembela kebenaran dan
keadilan. Seorang profesional hukum harus bermoral dalam arti ini diperlukan suatu kode
etik bagi pengemban profesi hukum.4 Istilah “penegak hukum” dapat ditemui dalam Pasal
5 ayat (1) UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat berbunyi “Advokat berstatus

3
Aisyah Putri Syam, Melza Mutiara Putri Mahrus, and Teti Marlina Tarigan, ‘Peran Etika Profesi Hukum Sebagai
Upaya Penegakan Hukum Yang Baik’, Jurnal El-Faqih, 4.2 (2018), 462–70
<https://doi.org/10.47467/as.v5i2.2697>.
4
Y Sonafist, ‘Etika Profesi Hukum (Dalam Kajian Filsafat Hukum Islam)’, Jurnal Hukum Dan Peradilan, 6.1
(2023), 9–25.
penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-
undangan.”

Hubungan etika dengan profesi khususnya profesi hukum, bahwa etika profesi
adalah sebagai sikap hidup, berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional
di bidang hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap mayarakat yang
membutuhkan pelayanan hukum dengan disertai refleksi seksama. Keiser sebagiaman
dikutip M.Nuh mengatakan bahwa etika profesi merupakan kesanggupan untuk
memenuhi pelayanan profesional bagi klien. Berikut adalah kaidah-kaidah pokok dari
etika profesi; a) Profesi harus dihayati sebagai suatu pelayanan tanpa pamrih yaitu
pertimbangan yang diambil merupakan kepentingan klien dan kepentingan umum, bukan
kepentingan pribadi dari pengemban profesi. Jika hal ini diabaikan, pelaksanaan profesi
akan mengarah pada penyalahgunaan professi sehingga merugikan klienya; b) Pelayanan
profesi mendahulukan kepentingan klien, yang mengacu pada kepentingan atau nilai-nilai
luhur sebagai manusia yang membatasi sikap dan tindakan; c) Pengemban profesi harus
berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan; d) Pengemban profesi harus
mengembangkan semangat solidaritas sesama rekan seprofesi profesi, maka
pengembanan profesi harus bersemangatkan solidaritas antar-sesama rekan seprofesi.5

Berdasarkan pengertian tadi, terdapat kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai


berikut. Pertama, profesi harus dipandang (dan dihayati) sebagai suatu pelayanan,
sehingga karena itu, maka sifat tanpa pamrih (disinterestedness) menjadi ciri khas dalam
mengemban profesi. Yang dimaksud dengan "tanpa pamrih" di sini adalah bahwa
pertimbangan yang menentukan dalam pengambilan keputusan adalah kepentingan
pasien atau klien dan kepentingan umum, dan bukan kepentingan sendiri (pengemban
profesi).6 Jika sifat tanpa pamrih itu diabaikan, maka pengembanan profesi akan
mengarah pada pemanfaatan (yang dapat menjurus pada penyalah-gunaan) sesama
manusia yang sedang mengalami kesulitan atau kesusahan. Kedua, pelayanan profesional
dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu pada kepentingan atau

5
Niru Anita Siaga, ‘Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum Yang Baik’, Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara, 10.2 (2019).
6
B Arief Sidharta, ‘Etika Dan Kode Etik Profesi Hukum’, Jurnal Veritas Et Justitia, 1.1 (2015).
nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang memotivasi sikap dan tindakan. Ketiga,
pengembanan profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat sebagai keseluruhan.
Keempat, agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat
menjamin mutu dan peningkatan mutu pengembanan. Beberapa etika profesi hukum dan
ketentuan nya, antara lain:

- Hakim
Di Indonesia pada masa kini etika profesi hakim telah dijabarkan ke dalam Kode
Kehormatan Hakim yang ditetapkan oleh Rapat Kerja Para Ketua Pengadilan Tinggi dan
Pengadilan Negeri di bawah pimpinan Mahkamah Agung pada tahun 1966, yang
kemudian diteguhkan dan dimantapkan dalam Musyawarah Nasional Ikatan Hakim
Indonesia (IKAHI) ke IX pada tanggal 23 Maret 1988. Kemudian, Kode Kehormatan
Hakim itu diganti dengan Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia, Nomor
047/KMA/SKB/IV/2009 dan Nomor 02/SKB/P.KY/IV/2009, tentang Kode Etik Dan
Pedoman Perilaku Hakim.
- Advokat
Musyawarah Nasional Advokat Indonesia I pada tanggal 10 November 1985 di Jakarta
telah menetapkan Kode Etik Advokat Indonesia. Pada saat sekarang, kode etik advokat
yang berlaku adalah kode etik yang ditetapkan oleh Komite Kerja Advokat Indonesia
pada tanggal 23 Mei 2002.

c) Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Hubungan Antara Etika Dan Profesi Hukum

Negara Indonesia adalah Negara hukum sesuai dengan Pasal 1 Ayat (3) UUD
1945, sudah tentu prinsip-prinsip dari sebuah Negara hukum harus ditegakkan, yaitu
adanya jaminan penyelenggaraan pembangunan peradaban bagi bangsa, jaminan
kesederajatan setiap orang di hadapan hukum (equality before the law), jaminan
kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi setiap warga Negaranya, keamanan
dalam negeri merupakan syarat terwujudnya masyarakat yang adil, makmur dan beradab
berdasar kepada Pancasila dan UUD 1945, dan pemeliharaan keamanan Negara melalui
fungsi kepolisian selaku alat Negara dengan tetap menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Dalam mewujudkan prinsip-prinsip Negara hukum peran dan fungsi penegak hukum
sebagai profesi yang independen merupakan hal yang sangat penting melalui jasa hukum
yang diberikan kepentingan masyarakat pencari keadilan dan memberikan kesadaran
kepada masyarakat atas hak mereka dihadapan hukum.7
Aspek-aspek yang memengaruhi hubungan antar etika dengan profesi hukum,
yakni antara lain:

- Aspek Normatif
Di dalam melaksanakan prfesi terdapat kaidah-kaidah pokok berupa etika prodesi sebagai
berikut:
a) Profesi harus dipandang dn dihayati sebagai suatu pelayanan, maka sifat tanpa pamtih
menjafi ciri khas dlam mengembangkan profesi
b) Pelayanan profesi dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu
kepada kepentinagan atau nilai-nilai luhur sebgai norma kritik yang memotivasi sikap
dan tindakan
c) Pengembangan profesi harus selalu berorientasi pada mastarakat sebagai keseluruhan
d) Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat, sehingga dapat
menjadmin mutu dan peningkatan mutu pemngembangan profesi, maka
pengembangan profesi harus bersemangat solidaritas antarsesama rekan seprofesi
- Aspek konseptual
Kasjian konseptual diarahkan pada penjernihan konsep/ide dasar, prinsip, problem
dan tipe tipe argumen yang dipergunakan dalam membahas isu-isu moral dalam wadah
kode etik. Kajian konseptual ini juga mempertajam pamehaman-pemahaman kode etik
dengan tetap menekankan pada kepentiangan mastarakat dan organisasi profesi itu sendiri
- Aspek deskriptik
Kajian deskriptif ini berkaitan dengna pengumpulan fakta-fakta yang relecan dan
spesifikasi yang dibuat unutk memberikan gambaran tentang fakta-fakta yang terkait
dengna unsur normatif dan konseptual. Aspek dekriptif ini akan memberikan informasi
tentang fakta-fakta yang berkembang di masyarakat. (Aspek-aspek yang memengaruhi

7
Anita Siaga.
hubungan antara etika dengan profesi hukum. Suartini.2008.uai harukaedu.com
universitas al-aszhar indonesia)

Anita Siaga, Niru, ‘Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum Yang Baik’, Jurnal
Ilmiah Hukum Dirgantara, 10.2 (2019)

Aprita, Serlika, Etika Profesi Hukum (Palembang: PT. Refika Aditama, 2019)

Arief Sidharta, B, ‘Etika Dan Kode Etik Profesi Hukum’, Jurnal Veritas Et Justitia, 1.1 (2015)

Marwiyah, Siti, Penegakan Kode Etik Profesi Di Era Malapraktik Profesi Hukum (Madura:
UTM Press, 2015)

Putri Syam, Aisyah, Melza Mutiara Putri Mahrus, and Teti Marlina Tarigan, ‘Peran Etika Profesi
Hukum Sebagai Upaya Penegakan Hukum Yang Baik’, Jurnal El-Faqih, 4.2 (2018), 462–
70 <https://doi.org/10.47467/as.v5i2.2697>

Sonafist, Y, ‘Etika Profesi Hukum (Dalam Kajian Filsafat Hukum Islam)’, Jurnal Hukum Dan
Peradilan, 6.1 (2023), 9–25

Anda mungkin juga menyukai