Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN

MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

DI PERADILAN AGAMA SOREANG

Oleh:
WINA NUR’AENI
1203050178

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN

MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

DI PENGADILAN AGAMA SOREANG

Oleh:

NAMA : WINA NUR’AENI

NIM : 1203050178

Telah diperiksa dan memenuhi syarat untuk dinilai dan dapat dikeluarkan nilai akhir
(kumulatif) untuk Magang Kerja Peradilan Agama.

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Jurusan Pembimbing

Dr. H. Utang Rosidin, S.H., M.H Drs. Encang Saefudin, M.Ag


NIP. 197902052007101004 NIP. 195805051997031001
LEMBAR PENILAIAN

KETERANGAN NILAI

MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Setelah memperhatikan dan memeriksa kehadiran, pengamatan di pengadilan


serta penulisan laporan individual peserta praktikum. Maka dengan ini menerangkan
bahwa:

Nama : Wina Nur'aeni

NIM : 1203050178

Jurusan : Ilmu Hukum

Tempat Magang : Pengadilan Agama Soreang Kelas 1B

Nilai Akhir : …../….. (Angka/Huruf)

Demikian keterangan ini diberikan agar yang berkepentingan menjadi maklum

Bandung, Februari 2023


Pembimbing,

Drs. Encang Saefudin, M.Ag


NIP. 195805051997031001
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas izin dan
petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan program Magang Kerja Peradilan Agama dan
menyusun laporan ini dengan maksimal dan tepat waktu.

Program Magang Kerja Peradilan Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung
merupakan salah satu proses dari rangkaian pembelajaran mahasiswa pada Fakultas
Syari’ah dan Hukum. Program ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan
praktikum dan penelitian kerja di Peradilan Agama dalam kurun waktu satu bulan.
Sehingga laporan ini memuat hasil dari penelitian dan praktikum di Pengadilan Agama
Soreang Kelas 1B yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

Dalam prosesnya, tentu penyusun dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu
ucapan terimakasih penyusun tujukan kepada seluruh pihak yang telah ikut
berpartisipasi dalam proses praktikum dan penyusunan laporan ini, baik kepada pihak
yang berkontribusi secara langsung maupun secara tidak langsung.

Terlepas dari itu semua, penyusun sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, penyusun memohon kritik dan saran dari pembaca dengan
harapan bahwa penyusun dapat memperbaiki hal tersebut ke depannya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Februari 2023

Penyusun

I
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................................... 2


LEMBAR PENILAIAN........................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I
DAFTAR ISI............................................................................................................................ II
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Magang Kerja Peradilan Agama ........................................................... 1
B. Dasar Penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama .............................................. 1
C. Tujuan Magang Kerja Peradilan Agama......................................................................... 2
D. Bentuk dan Jenis Kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama ......................................... 3
E. Tempat dan Waktu Kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama ...................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................... 5
DESKRIPSI UMUM PERADILAN AGAMA ...................................................................... 5
A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Soreang ............................................................. 5
B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Soreang ..................................................................... 7
C. Tujuan Pengadilan Agama Soreang ................................................................................ 8
D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Soreang ............................................................ 8
E. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Soreang ................................................... 8
BAB III.................................................................................................................................... 14
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG PENYELESAIAN PERKARA
PENGADILAN AGAMA ...................................................................................................... 14
A. Kedudukan Pengadilan Agama ..................................................................................... 14
B. Tugas Pengadilan Agama ............................................................................................. 15
C. Kewenangan Pengadilan Agama .................................................................................. 15
BAB IV .................................................................................................................................... 21
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS TEMUAN LAPANGAN DI PENGADILAN
AGAMA .................................................................................................................................. 21
A. Prosedur Pengajuan Perkara di Pengadilan Agama ...................................................... 21
B. Mekanisme Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama ............................................. 25
C. Jumlah Penyelesaian Perkara/Kasus di Pengadilan Agama Soreang ........................... 30
D. Hasil Temuan Produk-Produk Putusan Hakim di Pengadilan Agama Soreang ........... 31
E. Aplikasi Hasil Temuan Lapangan Dalam Simulasi Persidangan ................................. 32

II
III

BAB V ..................................................................................................................................... 63
PENUTUP............................................................................................................................... 63
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 63
B. Saran/Rekomendasi....................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................................... 66
DOKUMENTASI ................................................................................................................... 70
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Magang Kerja Peradilan Agama


Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikan program sarjana diarahkan untuk
menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu,
sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara
penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya. Di samping itu, mampu
menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan
bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan
sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama.

Sejalan dengan arah pendidikan tersebut, pendidikan yang diselenggarakan oleh


Fakultas Syariah dan Hukum adalah untuk menyiapkan para mahasiswa agar memiliki
kemampuan akademik dalam bidang hukum yang sesuai dengan keahliannya. Karena
itu, diperlukan pembekalan dan pengenalan pengetahuan tentang berbagai masalah
hukum dalam masyarakat, termasuk masalah-masalah penyelesaian perkara yang
menjadi kewenangan Pengadilan Agama.

Untuk tujuan tersebut diperlukan adanya kegiatan kurikuler yang terencana dan
terarah di luar kegiatan perkuliahan berupa magang kerja yang bersinggungan dan
menunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, magang kerja peradilan agama
menjadi salah satu jenis magang yang harus diikuti oleh mahasiswa Jurusan Hukum
Keluarga, Hukum Ekonomi Syariah, Hukum Tata Negara, Hukum Pidana Islam, Ilmu
Hukum, dan Perbandingan Mazhab di lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.

B. Dasar Penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama


Dasar penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah:

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

1
2

3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;

5. Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2005 tentang Perubahan IAIN Sunan Gunung
Djati Bandung menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung;

6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional


Indonesia;

7. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 07 Tahun 2013 jo. Nomor 77 Tahun 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Sunan Gunung Djati Bandung;

8. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Statuta UIN Sunan
Gunung Djati Bandung;

9. Keputusan Menteri Agama RI Nomor B.II/3/22666 Tanggal 23 Juli 2019 tentang


Pengangkatan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung;

10. Keputusan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Nomor


401/Un.05/II2.Kep.07.6/08/2019 Tanggal 15 September 2019 tentang
Pengangkatan Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.

C. Tujuan Magang Kerja Peradilan Agama


Tujuan Magang Kerja Peradilan Agama adalah untuk:

1. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman dalam


penyelenggaraan administrasi peradilan;

2. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam penyelenggaraan


administrasi peradilan;

3. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman dalam proses


peradilan E-Court;
3

4. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam proses peradilan E-


Court;

5. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman praktis dalam


menyelesaikan perkara; dan 6. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan
dalam menyelesaikan perkara.

D. Bentuk dan Jenis Kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama


Kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama dilakukan dalam bentuk:

1. Pengamatan lapangan, yang dilakukan di Pengadilan Agama dengan sasaran


pengamatan meliputi: administrasi umum, administrasi peradilan, dan proses
menyelesaikan perkara, baik yang bersifat manual maupun E-Court; dan

2. Praktik hasil pengamatan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Pengadilan


Agama yang ditempati.

E. Tempat dan Waktu Kegiatan Magang Kerja Peradilan Agama


Adapun tahapan dan waktu penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama
sebagai berikut:

1. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara daring pada tanggal 31 Januari 2023;

2. Kegiatan Penyerahan peserta pada tanggal 23 Januari 2023;

3. Kegiatan Magang Kerja dilaksanakan pada tanggal 23 Januari - 23 Februari 2023;

4. Kegiatan Penutupan Magang Kerja dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2023;

5. Kegiatan magang kerja dilaksanakan di 32 Pengadilan Agama di lingkungan


Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat dan Banten, yaitu:

Pengadilan Agama Bogor, Pengadilan Agama Cibinong, Pengadilan Agama


Depok, Pengadilan Agama Cibadak, Pengadilan Agama Sukabumi, Pengadilan
Agama Karawang, Pengadilan Agama Subang, Pengadilan Agama Bekasi,
Pengadilan Agama Cikarang, Pengadilan Agama Purwakarta, Pengadilan Agama
Cirebon, Pengadilan Agama Indramayu, Pengadilan Agama Sumber, Pengadilan
4

Agama Majalengka, Pengadilan Agama Kuningan, Pengadilan Agama Bandung,


Pengadilan 4 Agama Cimahi, Pengadilan Agama Sumedang, Pengadilan Agama
Cianjur, Pengadilan Agama Soreang, Pengadilan Agama Ngamprah, Pengadilan
Agama Ciamis, Pengadilan Agama Tasikmalaya, Pengadilan Agama Garut,
Pengadilan Agama Kota Tasikmalaya, Pengadilan Agama Banjar, Pengadilan
Agama Serang, Pengadilan Agama Tangerang, Pengadilan Agama Tigaraksa,
Pengadilan Agama Rangkasbitung, Pengadilan Agama Pandeglang, Pengadilan
Agama Cilegon. Ditambah beberapa Pengadilan Agama dan atau Mahkamah
Syariah sesuai domisili mahasiswa peserta magang kerja.
BAB II
DESKRIPSI UMUM PERADILAN AGAMA

A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Soreang


Pengadilan Agama Soreang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI
Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pembentukan Pengadilan Agama. Pengadilan Agama
Soreang bersama dengan Pengadilan Baru lainnya, diresmikan operasionalnya oleh
Ketua Mahkamah Agung RI pada hari Senin tanggal 22 Oktober 2018 di Melonguane
Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara. Dalam siaran pers, Ketua
Mahkamah Agung RI menyampaikan bahwa peresmian operasionalisasi 85 Pengadilan
Baru Dalam rangka mendekatkan pelayanan pengadilan kepada masyarakat pencari
keadilan (Access to Justice).

Pengadilan Agama Soreang pada prinsipnya merupakan pengadilan agama


untuk wilayah kabupaten Bandung. Dalam sejarahnya, Kabupaten Bandung sendiri
sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Dalam beberapa sumber, kabupaten Bandung
lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada ping Songo tahun Alif bulan
Muharam atau sama dengan hari sabtu tanggal 20 April tahun 1641 M, menjabat
sebagai Bupati Pertama pada waktu itu adalah Tumenggung Wiraangunangun (1641-
1681 M). Dulu, wilayah kabupaten Bandung mencakup keseluruhan wilayah Bandung
Raya, meliputi kota Bandung sendiri, kabupaten Bandung, Cimahi dan sekitarnya
dengan ibukota pertama di Dayeuhkolot. Baru pada tahun 1906 Kota Bandung resmi
menjadi Kotamadya (gemeente). Selanjutnya di tahun 1976 tepatnya tanggal 29 Januari
1976, kecamatan Cimahi (yang sebelumnya merupakan bagian dari kabupaten
Bandung) ditetapkan sebagai kota administratif, hingga kemudian ditetapkan pula
sebagai kota otonom pada tanggal 21 Juni 2001. Dengan kata lain, Cimahi telah keluar
dari wilayah kabupaten Bandung sejak tahun 2001 seiring kota Cimahi ditingkatkan
statusnya menjadi kota otonom tersendiri yang mandiri.

Selanjutnya, di tahun 2007, kabupaten Bandung kembali mengalami dinamika


perkembangan dan pemekaran wilayah. Setelah sebelumnya wilayah utara Kabupaten
Bandung (Cimahi) menjadi kota otonom, kali ini wilayah Barat Kabupaten Bandung
(Ngamprah) berjuang untuk menjadi daerah otonom pula yang terpisah dari kabupaten
Bandung. Akhirnya pada tahun 2007, Kabupaten Bandung Barat Resmi menjadi daerah

5
6

otonom lewat Undang-Undang Nomor 12 tahun 2007 Tentang Pembentukan


Kabupaten Bandung Barat Menjadi Daerah Otonom di Provinsi Jawa Barat.

Kini tinggallah Kabupaten Bandung itu dengan segala kekurangan dan


kelebihannya. Termasuk yang tersisa dari segala dinamika pemekaran wilayah ini
adalah sebuah gedung besar dengan empat pilar di mukanya, berdiri gagah di tengah
persawahan yang terletak di Desa Pamekaran, Kecamatan Soreang. Gedung ini semula
bernama Pengadilan Agama Cimahi, lalu berganti nama menjadi Pengadilan Agama
Soreang.

Pengadilan Agama Cimahi daerah hukumnya meliputi wilayah Kabupaten


Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat. Dengan terbitnya Keputusan
Presiden Nomor 15 Tahun 2016 dan peresmian operasionalisi 85 Pengadilan Baru se
Indonesia pada tanggal 22 Oktober 2018, nomenklatur Pengadilan Agama Cimahi
diubah menjadi Pengadilan Agama Kota Cimahi dengan klasifikasi kelas IA.
Sementara Pengadilan Agama Soreang yang sedianya merupakan pengadilan agama
Kabupaten Bandung, dinyatakan sebagai pengadilan agama baru dengan klasifikasi
kelas II.

Pengadilan Agama Soreang berkedudukan di Soreang yang daerah hukumnya


meliputi wilayah kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat sebagai kompetensi relative
Pengadilan Agama Soreang. Kabupaten Bandung terdiri dari 31 Kecamatan, 10
Kelurahan, dan 270 Desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 3.522.724
jiwa dengan luas wilayah 1.767,96 km² dan sebaran penduduk 1.992 jiwa/km²

Pada hari Jum’at tanggal 26/10/2018 dilangsungkan acara pengambilan sumpah


dan pelantikan Ketua Pengadilan Agama Soreang (H. M. Jati Muharramsyah,
S.Ag.,M.H) oleh Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat (Drs. H. Bahrussam
Yunus, S.H.,M.H) serta Pelantikan 6 (enam) orang Hakim, masing-masing Evi Soryah,
S.Ag.,M.H, Maya Gunarsih, S.HI, Moch. Syah Ariyanto, S.HI, Nur Akhriyani Zainal,
S.H.,M.H, Elfid Nurfitra Mubarok, S.HI, Mustofa Supri Zulfatoni, S.HI, Panitera
(Adam Iskandar, S.Ag), Sekretaris (Yamin Mubarok, S.HI), 3 (tiga) orang Panitera
Muda, masing-masing Panitera Muda Gugatan (Achmad Sadikin, S.H), Panitera Muda
Hukum (Asep Dadan, S.H), dan Panitera Muda Permohonan (Yeni Elawati, S.Ag), 3
(tiga) orang Kepala Sub Bagaian, yaitu Kepala Sub Bagian Umum dan Keuangan (Haris
Setiawan, S.HI), Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Ortala (Dikky Ramdani, S.H)
7

dan Kepala Sub Bagian Perencanaan, Teknologi Informasi dan Pelaporan (Sofia
Anniswati, S.Si), 4 (empat) orang Panitera Pengganti, masing-masing Mahmudin, S.HI,
Zainal Abidin, S.H, Soleh Nurdin, S.H, Bustanul Aripin, S.HI serta 2 (dua) orang
Jurusita/Jurusita Pengganti, masing-masing Dadang Majid, Dedi Sumardi, S.Sy juga
dilaksanakan pada hari yang sama, di Kantor Pengadilan Agama Kota Cimahi Jalan
Raya Soreang KM.16 Kabupaten Bandung oleh Ketua Pengadilan Agama Soreang.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta pelayanan kepada


masyarakat pencari keadilan, Pengadilan Agama Soreang sejak 29 Oktober 2018
memulai pelaksanaan operasional dengan menempati sebagian ruangan Gedung
Pengadilan Agama Kota Cimahi di Jl. Raya Soreang KM.16 Kabupaten Bandung.
Kemudian sejak 01 Desember 2018 berpindah dan menempati gedung kontrakan yang
beralamat di Jl. Soreang Banjaran KM.13 Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten
Bandung. Dengan telah berpindahnya Pengadilan Agama Kota Cimahi ke gedung sewa
di wilayah Kota Cimahi, maka sejak 02 Mei 2019 pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya serta pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan Pengadilan Agama
Soreang berpindah dan menempati gedung eks. Pengadilan Agama Kota Cimahi yang
beralamat di Jl. Raya Soreang KM.16 Kabupaten Bandung,1

B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Soreang


Visi:2
“Terwujudnya Pengadilan Agama Soreang yang Agung”

Misi:
- Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Soreang
- Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan
- Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Agama Soreang
- Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Pengadilan Agama Soreang

1
Admin, ‘Sejarah Pengadilan Agama Soreang’, Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Agama
Soreang Kelas IB <https://pa-soreang.go.id/tentang-pengadian/sejarah-pengadilan/pembentukan-
pengadilan.html> [accessed 21 February 2023].
2
Admin, ‘Visi Dan Misi Pengadilan’, Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Agama Soreang Kelas
IB <https://pa-soreang.go.id/tentang-pengadian/visi-dan-
misi.html?highlight=WyJ2aXNpIiwibWlzaSIsInZpc2kgbWlzaSJd> [accessed 21 February 2023].
8

C. Tujuan Pengadilan Agama Soreang


Dalam Keputusan Presiden Nomor 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 Tahun 2016 yang
pada intinya membentuk 85 Pengadilan baru di Lingkungan Mahkamah Agung RI, di
dalamnya menyebutkan bahwa pembentukan pengadilan-pengadilan baru tersebut
bertujuan untuk melakukan pemerataan kesempatan memperoleh keadilan dan
peningkatan pelayanan hukum kepada masyarakat demi tercapainya penyelesaian
perkara dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.3

D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Soreang


Adapun struktur organisasi di Pengadilan Agama Soreang apabila dituangkan
ke dalam bentuk diagram/tabel adalah, sebagai berikut:

E. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Soreang

3
Admin, ‘Sejarah Pengadilan Agama Soreang’.
9

Peradilan Agama juga adalah salah satu diantara 3 Peradilan Khusus di


Indonesia. Dikatakan Peradilan Khusus karena Peradilan Agama mengadili perkara-
perkara perdata tertentu dan mengenai golongan rakyat tertentu. Dalam struktur
organisasi Peradilan Agama, ada Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama
yang secara langsung bersentuhan dengan penyelesaian perkara di tingkat pertama dan
banding sebagai manifestasi dari fungsi kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman
di lingkungan peradilan agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama.

Berdasarkan Pasal 2 jo. Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang


Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,
Tugas pokok dan fungsi Pengadilan Agama Soreang adalah menerima, memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara perdata tertentu bagi orang yang beragama Islam
yang diajukan sesuai dengan kompetensi yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Adapun kompetensi absolut pengadilan agama yang menjadi
kewenangan Pengadilan Agama Soreang adalah sengketa perdata di bidang:

A. Perkawinan

Dalam bidang perkawinan meliputi hal-hal yang diatur dalam atau


berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan
menurut Syari’at Islam, antara lain:

1. Ijin beristri lebih dari seorang (poligami);


2. Ijin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh
satu) tahun dalam hal wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan
pendapat;
3. Dispensasi kawin;
4. Pencegahan perkawinan;
5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6. Pembatalan perkawinan;
7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau isteri;
8. Perceraian karena talak;
9. Gugatan perceraian;
10. Penyelesaian harta bersama;
10

11. Penguasaan anak-anak;


12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan bilamana bapak yang
seharusnya bertanggungjawab tidak memenuhinya;
13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas
istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
14. Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak;
15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16. Pencabutan kekuasaan wali;
17. Penunjukkan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wali dicabut;
18. Menunjuk seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18
(delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya padahal tidak ada
penunjukkan wali oleh orang tuanya;
19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap wali yang telah menyebabkan
kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya;
20. Penetapan asal usul seorang anak;
21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran;
22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan
yang lain. Dalam Kompilasi Hukum Islam juga ada pasal-pasal memberikan
kewenangan Peradilan Agama untuk memeriksa perkara perkawinan, yaitu:
23. Penetapan Wali Adlal;
24. Perselisihan penggantian mahar yang hilang sebelum diserahkan.

B. Waris

Yang dimaksud dengan “waris” adalah penentuan siapa yang menjadi ahli
waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing
ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta
penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang
menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris.
11

C. Wasiat

Yang dimaksud dengan “wasiat” adalah perbuatan seseorang memberikan


suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang
berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.

D. Hibah

Yang dimaksud dengan “hibah” adalah pemberian suatu benda secara


sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain
atau badan hukum untuk dimiliki.

E. Wakaf

Yang dimaksud dengan “wakaf’ adalah perbuatan seseorang atau


sekelompok orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syari’ah.

F. Zakat

Yang dimaksud dengan “zakat” adalah harta yang wajib disisihkan oleh
seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan
ketentuan syari’ah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

G. Infaq

Yang dimaksud dengan “infaq” adalah perbuatan seseorang memberikan


sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan,
minuman, mendermakan, memberikanrezeki (karunia), atau menafkahkan sesuatu
kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu Wata’ala.

H. Shodaqoh

Yang dimaksud dengan “shadaqah” adalah perbuatan seseorang


memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara spontan
dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap
ridho Allah Subhanahu Wata’ala dan pahala semata.

I. Ekonomi Syari`ah
12

Yang dimaksud dengan “ekonomi syari’ah” adalah perbuatan atau


kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antara lain meliputi:

1. Bank syari’ah;

2. Lembaga keuangan mikro syari’ah;

3. Asuransi syari’ah;

4. Reksa dana syari’ah;

5. Obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah;

6. Sekuritas syari’ah;

7. Pembiayaan syari’ah;

8. Pegadaian syari’ah;

9. Dana pensiun lembaga keuangan syari’ah; dan

10. Bisnis syari’ah.

Sedangkan Fungsi Peradilan Agama antara lain:

1. Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan


menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama
dalam tingkat pertama (vide : Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006)

2. Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk


kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut
teknis yudicial, administrasi peradilan, maupun administrasi umum/perlengkapan,
keuangan, kepegawaian, dan pembangunan. (vide : Pasal 53 ayat (3) Undang-
undang Nomor No. 3 Tahun 2006 jo. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).

3. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan


tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan
Jurusita/ Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan
dengan seksama dan sewajarnya (vide : Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-undang
Nomor No. 3 Tahun 2006) dan terhadap pelaksanaan administrasi umum
kesekretariatan serta pembangunan. (vide: KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
13

4. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam
kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. (vide : Pasal 52
ayat (1) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006).

5. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis dan


persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian, keuangan, dan
umum/perlengkapannya, KMA Nomor KMA/080/ VIII/2006).

Fungsi Lainnya:

1. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi
lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain (vide: Pasal 52
A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).

2. Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya serta


memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan
transparansi informasi peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011 tentang Pedoman Pelayanan
Informasi di Pengadilan.
BAB III
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG PENYELESAIAN PERKARA
PENGADILAN AGAMA

A. Kedudukan Pengadilan Agama


Menurut Konstitusi, kedudukan Peradilan Agama sebagaimana termaktub di
dalam UUD 1945 Pasal 24 ayat (2) menyatakan: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam
lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan
Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Pasal 2 menyatakan: Peradilan Agama
merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
yang beragama Islam mengenai perkara-perkara tertentu yang diatur dalam undang-
undang ini. Pasal 3 UU Peradilan Agama tersebut menyatakan:

1. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh:

a) Pengadilan Agama
b) Pengadilan Tinggi Agama
2. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama berpuncak pada Mahkamah
Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 2
menyebutkan: penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara,
dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Pasal 3 undang-undang ini menyebutkan:
semua peradilan diseluruh wilayah negara Republik Indonesia adalah peradilan
negara dan ditetapkan dengan undang-undang.4

4
Mahmud Hadi Riyanto, ‘Kedudukan Dan Keprotokolan Pengadilan Agama’, Iwan Kartiwan, 2020, Hlm. 1

14
15

Kemudian kedudukan Pengadilan Tinggi Agama diatur dalam Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang selanjutnya diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, yakni:

1. Peradilan Agama meruakan salah satu pelasksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu (Pasal 2)

2. Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh


Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama (Pasal 3 Ayat (1))

3. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama berpuncak pada Mahkamah


Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi (Pasal 3 Ayat (2))

B. Tugas Pengadilan Agama


Tugas dari Pengadilan Agama adalah mengadili perkara yang menjadi
kewenangannya dalam tingkat pertama. Sebagaimana telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yakni
menyangkut perkara-perkara antara lain:

1. Perkawinan
2. Waris;
3. Wasiat;
4. Hibah
5. Wakaf
6. Zakat
7. Infaq
8. Shadaqah, dan
9. Ekonomi Syari’ah
C. Kewenangan Pengadilan Agama
Kedudukan dan wewenang Pengadilan Agama pada mulanya diatur melalui
staatblad 1882 nomor 152. Yang isinya:

1) Pengadilan Agama yang baru disamping Landraad dengan wilayah hukum


yang sama, yaitu rata-rata seluas daerah kabupaten.
16

2) Pengadilan Agama menetapkan perkara-perkara meliputi; peernikahan,


perceraian, mahar, nafkah, keabsahan anak, perwalian, kewarisan, hibah,
wakaf, dan baitul mal yang semuanya erat dengan ajaran agaama Islam.
Ketentuan tersebut berlaku bagi Pengadilan Agama di Jawa dan Madura.

3) Kewenangan absolut Peradilan Agama sebagaimana tertuang pada Undang-


Undang Nomor 7 Tahun 1989. Pasal 49, bidang kewenangannya persis sama
dengan yang tercantum pada st attblad 1882 nomor 152. Sementara
keweangan relatife Pengadilan Agama sebagaimna diatur pada Pasal 4 UU
No 7 tahun 1989. Yaitu di Ibu kota Kabupaten, dan daerah hukumnya
meliputi wilayah kota madya atau kabupaten Dengan lahirnya UU No.
Tahun 2006 Kewenangan absolute Pengadilan Agama sebagaimana
tertuang pada Pasal 49 bertambah dengan cantumkaanya ekonomi syariah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kewengan sebelumnya.5

Berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan


Agama yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989, Pengadilan Agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang
beragama Islam dalam perkara-perkara:

1. Perkawinan

Dalam perkawinan, Pengadilan Agama berwenang mengadili perkara-perkara


perkawinan sebagai berikut:

- Izin beristri lebih dari seorang (Izin Poligami);

- Izin melangsungkan perkawinan bagi orang Islam yang belum berusia 21 tahun
(Izin Kawin);

- Dispensasi kawin;

- Pencegahan perkawinan;

- Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;

5
Suherman, ‘Kedudukan Dan Kewenangan Peradilan Agama Di Indonesia’, Al Maslahah Jurnal Hukum Islam
Dan Pranata Sosial Islam, 1.7 (2014), Hlm. 688
17

- Pembatalan perkawinan;

- Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;

- Perceraian karena Talak (Cerai Talak);

- Gugatan perceraian (Cerai Gugat);

- Penyelesaian Harta Bersama (gono-gini);

- Penguasaan anak-anak;

- Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang
seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;

- Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada mantan istri
atau penentuan suatu kewajiban bagi mantan istri;

- Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;

- Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;

- Pencabutan kekuasaan wali;

- Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang
wali dicabut Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang ada di bawah
18 tahun yang ditinggal kedua orangtuanya;

- Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah
kekuasaannya;

- Penetapan asal-usul seorang anak;

- Putusan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam;

- Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan


campuran;

- Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang


Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang
lain (Pengesahan Nikah/Itsbat Nikah); dan

- Wali adhall (berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2005 tantang
Wali Hakim).
18

2. Waris

Perkara waris yang menjadi tugas dan wewenang Pengadilan Agama


disebutkan dalam penjelasan Pasal 49 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama adalah sebagai berikut:

- Penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris;

- Penentuan mengenai harta peninggalan;

- Penentuan bagian masing-masing ahli waris; Melaksanakan pembagian harta


peninggalan tersebut;

3. Wasiat

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang


Perubahan atas Undang-Undang Peradilan Agama, wasiat adalah: “Perbuatan
seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain ataulembaga/badan hukum, yang
berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.” Dalam KHI, wasiat
dijabarkan dalam bab V, dan diatur melalui 16 pasal. Ketentuan mendasar yang
diatur di dalamnya adalah tentang: syarat orang membuat wasiat, harta benda yang
diwasiatkan, kapan wasiat mulai berlaku, di mana wasiat dilakukan, seberapa
banyak maksimal wasiat dapat diberikan, bagaimana kedudukan wasiat kepada ahli
waris, dalam wasiat harus disebut dengan jelas siapa yang akan menerima harta
benda wasiat, kapan wasiat batal, wasiat mengenai hasil investasi, pencabutan
wasiat, bagaimana jika harta wasiat menyusut, wasiat melebihi sepertiga sedang
ahli waris tidak setuju, di mana surat wasiat disimpan, bagaimana jika wasiat
dicabut, bagaimana jika pewasiat meninggal dunia, wasiat dalam kondisi perang,
wasiat dalam perjalanan, kepada siapa tidak diperbolehkan wasiat, bagi siapa wasiat
tidak berlaku, wasiat wajibah bagi orang tua angkat dan besarnya, dan wasiat
wajibah bagi anak angkat serta besarnya.

4. Hibah

Hibah adalah “pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan
dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk
19

dimiliki.”6 Hibah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam bab VI, dan
hanya diatur dalam lima pasal. Secara garis besar pasal-pasal ini berisi: Subjek
hukum hibah, besarnya hibah, di mana hibah dilakukan, harta benda yang
dihibahkan, hibah orang tua kepada anak, kapan hibah harus mendapat persetujuan
ahli waris, dan hibah yang dilakukan di luar wilayah Republik Indonesia.

5. Wakaf

Wakaf adalah “perbuatan seseorang atau sekelompok orang (wakif) untuk


memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syari’ah.” Wakaf dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), terdapat pada Buku III,
Bab I hingga Bab V, yang mencakup 14 pasal. Pasal-pasal tersebut mengatur:
Ketentuan umum, yaitu definisi wakaf, wakif, ikrar, benda wakaf, nadzir, Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf; fungsi wakaf; subjek hukum yang dapat mewakafkan
harta bendanya; syarat benda wakaf; prosedur mewakafkan; syarat-syarat nadzir;
kewajiban dan hak-hak nadzir; pendaftaran benda wakaf; perubahan,penyelesaian
dan pengawasan benda wakaf.

6. Zakat

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang Muslim atau badan
hukum yang dimiliki oleh orang Muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.Regulasi zakat diatur dalam Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 Lembaran Negara Nomor 164 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat. Menurut Undang-undang ini, Pemerintah memandang perlu
untuk campur tangan dalam bidang zakat, yang mencakup: perlindungan,
pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq dan amil zakat; tujuan
pengelolaan zakat; organisasi pengelolaan zakat; pengumpulan zakat;
pendayagunaan zakat; pengawasan pengelolaan zakat; dan sanksi terhadap
pelanggaran regulasi pengelolaan zakat.

7. Infaq

6
M Yahya Harahap, Kedudukan, Kewewnangan Dan Acara Peradilan Agama Dalam UU No 7 Tahun 1989
(Jakarta: Pustaka Kartini, 1990).
20

Infaq dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 diartikan


dengan: “perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna
menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman, mendermakan, memberikan
rizqi (karunia), atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa
ikhlash, dan karena Allah Subhanahu Wata’ala.”

8. Shadaqah

Shadaqah adalah “Perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang


lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh
waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridha Allah dan pahala semata.”

9. Ekonomi Syariah

Ekonomi syari’ah adalah “Perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan


menurut prinsip syari’ah.” Kewenangan itu antara lain:

- Bank Syariah
- Lembaga keuangan mikro syariah
- Asuransi syariah Reasuransi syariah
- Reksadana syariah
- Obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah
- Sekuritas syariah
- Pembiayaan syariah
- Pegadaian syariah
- Dana pensiun lembaga keuangan syariah
- Bisnis syariah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS TEMUAN LAPANGAN DI PENGADILAN
AGAMA

A. Prosedur Pengajuan Perkara di Pengadilan Agama


Prosedur pengajuan perkara di pengadilan agama memiliki perbedaan dari
setiap perkaranya. Hal ini terjadi dikarenakan ada beberapa perbedaan syarat-syarat
pada setiap perkara. Adapun prosedur pengajuan perkara secara umum adalah sebagai
berikut:

- Penggugat/Pemohon atau kuasanya menyerahkan surat gugatan dilengkapi dengan


fotokopi KTP dan buku nilkah

- Mendaftarkan perkara ke meja 1 Pengadilan Agama Soreang dengan persyaratan,


sebagai berikut:

a) Surat permohonan/Gugatan ke Pengadilan Agama Soreang secara tertulis


rangkap 7 (tujuh). Surat Permohonan/Gugatan berisi identitas para pihak yang
terdiri dari Pemohon dan TERMOHON atau Penggugat dan Tergugat, meliputi:
Nama disertai bin/binti, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat lengkap,
status dalam perkara tersebut

b) Posita (fakta hukum dan fakta kejadian)

c) Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita)

d) Fotokopi KTP yang mengajukan Permohonan/Gugatan bermeterai, stempel cap


Pos bukti untuk pengadilan

e) Fotokopi buku nikah/duplikat bermeterai stempel cap Pos bukti untuk


pengadilan

f) Surat keterangan ghaib dari desa/kelurahan yang diketahui oleh Camat jika
alamat tergugat/termohon tidak diketahui

g) Surat izin atas bagi PNS, TNI, POLRI, dan pegawai BUMN/BUMD.

h) Surat keterangan tidak mampu dari desa/kelurahan dan diketahui oleh Camat
bagi Pemohon/Gugatan Prodeo

21
22

- Membayar biaya perkara yang telah ditaksir oleh Petugas Meja 1 Pengadilan agama
soreang dalam bentuk SKUM dan memperlihatkan bukti pembayaran dari Bank ke
Kasir dan kemudian Kasir me-register yang bersangkutan.
- Kasir menyerahkan berkas permohonan/gugatan ke Petugas Meja II untuk
kemudian dicatat dalam buku register
- Petugas meja II menyerahkan berkas kepada panitera untuk disampaikan kepada
ketua pengadilan agama soreang
- Ketua pengadilan agama soreang menunjuk majelis halim yang akan menyelesaikan
perkara bersangkutan
- Majelis hukum menunjuk panitera pengganti dan jurusita pengganti
- Penetapan hari sidang oleh majelis hakim
- Pemanggilan para pihak oleh jurusita pengganti
23

Kemudian dikenal pula alur pengajuan perkara prodeo (tanpa biaya), yakni
sebagai berikut:

1. Mengajukan permohonan berperkara secara Cuma-Cuma (Prodeo) baik tertulis


maupun secara lisan

2. Permohonan tersebut dilampiri Surat Keterangan Tidak Mampu dari Kepala Desa
atau Lurah yang diketahui oleh Camat.

3. Surat Ketengan Tidak Mampu tersebut dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah
yang menyatakan bahwa benar pemohon tidak mampu membayar biaya perkara dan
atau bukti lainnya tentang ketidakmampuannya.

4. Jika semua dokumen telah dilengkapi, pemohon atau penggugat dapat mengajukan
atau mendaftarkan ke Pengadilan Agama, dalam hal sidang pengadilan bisa
mencapai 10 (sepuluhkali) sidang, dan setelah 14 (empat belas) hari setelah putusan
dibacakan, penggugat atau pemohon menunggu putusan sampai dengan 7 (tujuh)
hari kedepan, jika para pihak tidak melakukan upaya hukum banding maka putusan
dianggap inkrah dan berkekuatan hukum tetap.

- Prosedur Berperkara Prodeo Tingkat Pertama

1. Penggugat atau pemohon mengajukan permohonan berperkara secara prodeo


bersamaan dengan surat gugatan atau permohonan baik secara tertulis maupun lisan

2. Apabila Tergugat atau Termohon selain perkara dalam perkara bidang perkawinan
juga mengajukan permohonan berperkara secara prodeo, maka permohonan
tersebut disampaikan pada waktu menyampaikan jawaban atas gugatan penggugat
atau pemohon

3. Majelis Hakim yang telah ditunjuk oleh ketua Pengadilan Agama untuk menangani
perkara tersebut membuat Putusan Sela tentang dikabulkan atau tidak
dikabulkannya permohonan berperkara secara Prodeo setelah sebelumnya
memberikan kesempatan kepada pihak lawan untuk menanggapi permohonan
tersebut.

4. Dalam hal permohonan berperkara secara Prodeo tidak dikabulkan, penggugat atau
pemohon diperintahkan membayar panjar perkara dalam jangka waktu 14 (empat
24

belas) hari setelah dijatuhkannya Putusan Sela yang jika tidak dipenuhi maka
gugatan atau permohonan tersebut dicoret dari daftar perkara.

- Prosedur Berperkara Prodeo Tingkat Banding

1. Permohonan berperkara secara prodeo diajukan secara lisan atau tertulis kepada
pengadilan Agama dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan
dibacakan atau diberitahukan

2. Majelis Hakim Pengadilan Agama memeriksa berkas permohonan berperkara


secara Cuma-Cuma yang kemudian dituangkan dalam berita acara

3. Berita Acara hasil pemeriksaan permohonan berperkara secara prodeo dikirim oleh
Pengadilan Agama ke Pengadilan Tinggi Agama bersama bundel A dan salinan
putusan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pemeriksaan selesai

4. Pengadilan Tinggi Agama memeriksa permohonan tersebut dan menjatuhkan


putusan yang kemudian dikirim ke pengadilan asal.
Dalam hal permohonan berperkara secara prodeo tidak dikabulkan, maka
pemohonan dapat mengajukan banding dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari
setelah amar penetapan diberitahukan kepada pemohon dengan membayar banding
Dalam hal permohonan berperkara secara prodeo ditingkat banding dikabulkan,
permohonan banding diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah
amar penetapan diberitahukan kepada pemohon.

- Prosedur Berperkara Prodeo Tingkat Kasasi

1. Permohonan berperkara secara prodeo diajukan secara liasan maupun secara tertulis
kepada Pengadilan Agama dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah
putusan dibacakan atau diberitahukan

2. Majelis Hakim Pengadilan Agama memeriksa permohonan berperkara secara


prodeo yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara sebagai bahan pertimbangan
ditingkat kasasi

3. Berita Acara pemeriksaan permohonan berperkara secara prodeo oleh majelis


Hakim Pengadilan Agama tidak termasuk penjatuhan penetapan tentang dikabulkan
atau ditolaknya permohonan berperkara secara prodeo
25

4. Berita hasil pemeriksaan permohonan berperkara secara prodeo dikirim oleh


Pengadilan Agama ke Mahkamah Agung bersama Bundel A dan Bundel B

5. Majelis Hakim tingkat kasasi memeriksa secara bersamaan permohonan berperkara


secara prodeo dengan pemeriksaan pokok perkara yang dituangkan dalam putusan
akhir.7

B. Mekanisme Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama


1. Cerai Talak
Proses Penyelesaian Perkara:
a. Pemohon mendaftarkan permohonan cerai talak ke pengadilan
agama/mahkamah syari’ah,
b. Pemohon dan Termohon dipanggil oleh pengadilan agama/mahkamah
syar’iyah untuk menghadiri persidangan.
c. Tahapan Persidangan:
1) Dalam upaya mengintensipkan upaya perdamaian sebagaimananya
dimaksud Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg pada hari sidang pertama yang
dihadiri para pihak,hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh
mediasi (Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 11 ayat (1) PERMA No.1 Tahun
2008).
2) Pada permulaan pelaksanaan mediasi, suami dan isteri harus secara
pribadi (Pasal 82 UU No.7 Tahun 1989 yang telah diubah UU No.3
Tahun 2006 dan UU No.50 Tahun 2009).
3) Apabila upaya perdamaian melalui mediasi tidak berhasil,maka
pemeriksaan perkara di lanjutkan dengan membacakan suratpermohonan,
jawaban, jawab menjawab, pembuktian dan kesimpulan.
4) Pada saat menyampaikan jawaban atau selambat-lambatnya sebelum
pembuktian, termohon dapat mengajukan rekonvensi atau gugat balik
(132b HIR, Pasal 158 RBg dan Buku II Edisi Revisi).
a) Putusan pengadilan agama/mahkamah syar’iyah atas
permohonan cerai talak sebagai berikut:

7
Admin, ‘Persyaratan Berperkara Prodeo’, Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Agama Soreang
Kelas IB <https://pa-soreang.go.id/> [accessed 22 February 2023].
26

b) Permohonan dikabulkan. Apabila pemohon tidak puas dapat


mengajukan banding melalui pengadilan agama/mahkamah syari’ah
tersebut.
c) Permohonan ditolak. Pemohon dapat mengajukan banding
melalui pengadilan agama/mahkamah syar’iyah tersebut.
d) Permohonan tidak dapat diterima. Pemohon dapat mengajukan
permohonan baru.
d. Apabila permohanan dikabulkan dan putusan telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, maka:
1) Pengadilan agama /mahkamah syari’ah menentukan hari sidang
penyaksian ikrar talak.
2) Pengadilan agama/mahkamah Syari’ah memanggil pemohon dan
termohon untuk melaksanakan ikrar talak.
3) Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan sidang
penyaksian ikrar talak, suami atau kuasanya tidak melaksanakan ikrar
talak di depan sidang, maka gugurlah kekuatan hukum penetapan tersebut
dan perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan hukum yang sama
(Pasal 70 ayat (6) UU No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan UU
No.3 Tahun 2006 dan UU No.50 Tahun 2009).
e. Setelah ikrar talak di ucapkan panitria berkewajiban memberikan Akta
Cerai sebagai surat bukti kepada kedua belah pihak selambatselambatnya 7
(tujuh) hari setelah penetapan ikrar talak ( pasal 84 ayat (4) UU No. 7 tahun
1989 yang telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2006 dan UU No.50 Tahun
2009).
2. Gugat cerai
Proses Penyelesaian Perkara:
a. Penggugat mendaftarkan gugatan material ke pengadilan
agama/mahkamah syar,iyah
b. Penggugat dan tergugat dipanggil oleh pengadilan agama/ mahkamah
syar’ah untukmengahadiri persidangan.
c. Tahapan persidangan:
1) Dalam upaya mengintensipkan upaya perdamaian sebagaimananya
dimaksud Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg pad hari sidang pertama yang dihadiri
27

para pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi (Pasal 7
ayat(1) dan Pasal 11 ayat (1) PERMA No.1 Tahun 2008).
2) Pada permulaan pelaksanaan mediasi,suami dan isteri harus secara
pribadi (Pasal 82 UU No.7 Tahun 1989 yang telah diubah UU No.3 Tahun 2006
danUU No.50 Tahun 2009).
3) Apabila upaya perdamaian melalui mediasi tidak berhasil, maka
pemeriksaanperkara di lanjutkan dengan membacakan suratgugatan,
jawaban,jawabmenjawab, pembuktian dan kesimpulan.
4) Pada saat menyampaikan jawaban atau selambat-lambatnya
sebelumpembuktian, tergugat dapat mengajukan rekonvensi atau gugat balik
(132 HIR, Pasal 158 RBg dan Buku II Edisi Revisi).
5) Putusan pengadilan agama/mahkamah syari’ah atas cerai gugat talak
sebagai berikut:

a) Gugatan dikabulkan. Apabila tergugat tidak puas dapat mengajukan


bandingmelalui pengadilan agama/mahkamah syari’ah tersebut.
b) Gugatan ditolak. Penggugat dapat mengajukan banding melalui
pengadilan agama/mahkamah syari’ah tersebut.
c) Gugatan tidak diterima. Penggugat dapat mengajukan permohonan
baru.
6) Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka panitera
pengadilan/mahkamah syari’ah memberikan akta cerai kepada kedua belah
pihakselambat-lambatnya 7(tujuh) hari setelah putusan tersebut diberitahukan
kepada parapihak.
3. Perkara Lainnya
Proses Penyelesaian Perkara:
a. Penggugat mendaftarkan gugatan ke pengadilan agama / mahkamah
syari’ah.
b. Penggugat dan tergugat dipanggil oleh pengadilan agama / mahkamah
syari’ah untuk menghadiri persidangan.
c. Tahapan persidangan:
1) Pada pemeriksaan sidang pertama hakim berusaha mendamaikan kedua
belah pihak melalui mediasi (PERMA No. 1 Tahun 2008).
28

2) Apabila mendiasi tidak berhasil maka pemeriksaan perkara dengan


membacakan Surat gugatan, jawaban, jawab menjawab, pembuktian dan
kesimpulan. Dalam tahap jawab menjawab (sebelum pembuktian) tergugat
dapat mengajukan gugatan rekonvensi atau (gugat balik) (Pasal 132 HIR,
158 R.Bg.).
3) Putusan pengadilan agama/mahkamah syari'ah atas gugatan tersebut
sebagai berikut:
a) Gugatan dikabulkan. Apabila tergugat tidak puas Dapat mengajukan
banding melalui pengadilan agama/mahkamah syari’ah tersebut.
b) Gugatan ditolak. Penggugat dapat mengajukan banding melalui
pengadilan agama/mahkamah syari’ah tersebut.

c) Gugatan tidak diterima, Penggugat dapat mengajukan permohonan


baru.
4) Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, kedua belah pihak
dapat meminta salinan putusan (pasal 185 HIR, 196 R.Bg.).
5) Apabila pihak yang kalah dihukum untuk menyerahkan objek sangketa,
kemudian tidak mau melaksanakan secara sukarela dapat mengajukan
permohonan eksekusi kepada pengadilan agama/mahkamah syari’ah.
4. Gugatan sederhana
Tahapan penyelesaian gugatan sederhana: Gugatan sederhana diperiksa dan diputus
oleh Hakim tunggal yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan. Penyelesaian gugatan
sederhana paling lama 25 (dua puluh Lima) hari sejak hari sidang pertama. Tahapan
penyelesaian gugatan sederhana meliputi:
a. Pendaftaran;
b. Pemeriksaan kelengkapan gugatan sederhana;
c. Penetapan Hakim dan penunjukan panitera pengganti;
d. Pemeriksaan pendahuluan;
e. Penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak;
f. Pemeriksaan sidang dan perdamaian;
g. Pembuktian; dan
h. Putusan.
29

5. Tingkat banding
Proses Penyelesaian Perkara:
a. Berkas perkara banding dicatat dan diberi nomor register.
b. Ketua pengadilan tinggi agama / mahkamah syar'iyah provinsi
membuat penetapan majelis hakim yang akan memeriksa berkas.
c. Panitera menetapkan panitera pengganti yang akan membantu majelis.
d. Panitera pengganti menyerahkan berkas kepada ketua majelis.
e. Panitera pengganti mendistribusikan berkas perkara ke majelis hakim
tinggi.
f. Majelis hakim tinggi memeriksa dan memutus perkara banding.
g. Salinan putusan dikirimkan kepada kedua belah pihak melalui
pengadilan tingkat pertama.
6. Tingkat Kasasi
Proses penyelesaian Perkara:
a. Permohonan kasasi diteliti kelengkapan berkasnya oleh mahkamah
agung, kemudian dicatat dan diberi nomor registrasi perkara kasasi.
b. Mahkamah agung memberitahukan kepada pemohon dan termohon
kasasi bahwa perkaranya telah diregistrasi.
c. Ketua mahkamah agung menetapkan team dan selanjutnya ketua team
menetapkan majelis hakim agung yang memeriksa perkara kasasi.
d. Penyerahan berkas perkara oleh asisten koordinator (Askor) kepada
panitera pengganti yang menangani perkara tersebut.
e. Panitera pengganti mendistribusikan berkas perkara ke majelis hakim
agung masingmasing (pembaca1, 2 dan pembaca 3) untuk diberi pendapat.
f. Majelis hakim agung memutus perkara.
g. Mahkamah Agung mengirimkan salinan putusan kepada para pihak
melalui pengadilan tingkat pertama yang menerima permohonan kasasi.
7. Peninjauan Kembali
Proses penyelesaian perkara:
a. Permohonan PK diteliti kelengkapan berkasnya oleh Mahkamah Agung,
kemudian dicatat dan diberi nomor register perkara PK.
b. Mahkamah Agung memberitahukan kepada pemohon dan termohon PK Bahwa
perkaranya telah diregistrasi.
30

c. Ketua Mahkamah Agung menetapkan team dan selanjutnya ketua team


menetapkan Majelis Hakim Agung yang memeriksa perkara PK.
d. Penyerahan berkas perkara oleh asisten koordinator (Askor) kepada panitera
pengganti yang menangani perkara PK tersebut.
e. Panitera pengganti mendistribusikan berkas perkara ke Majelis Hakim Agung
masingmasing (pembaca 1, 2 dan membaca 3) untuk diberi pendapat.

f. Majelis Hakim Agung memutus perkara.


g. Mahkamah agung mengirimkan salinan putusan kepada para pihak melalui
pengadilan tingkat pertama yang menerima permohonan PK.

C. Jumlah Penyelesaian Perkara/Kasus di Pengadilan Agama Soreang


Pengadilan Agama Soreang sampai dengan hari ini masih berstatus sebagai
Pengadilan tersibuk se Indonesia. Pemilik beban perkara terbesar se jagad Indonesia.
Sampai dengan sore ini, PA Soreang telah menerima 7.831 (tujuh ribu delapan puluh
satu) perkara gugatan (contentius). 651 (enam ratus lima puluh satu) perkara
permohonan (Voluntair). Ditambah 1.362 (seribu tiga ratus enam puluh dua) beban
perkara tunggakan tahun 2019. sehingga total perkara yang menjadi beban perkara PA
Soreang sampai dengan saat ini adalah 9.844 (sembilan ribu delapan ratus empat puluh
empat).8 Adapun untuk jumlah penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Soreang
pada Bulan Februari 2023 adalah sebagai berikut:9

8
Admin, ‘Putus 8.877 Perkara, PA Soreang Pemilik Putusan Terbanyak Se Indonesia Tahun 2020’, Mahkamah
Agung Rpublik Indonesia Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, 2020
<https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-daerah/putus-8-877-perkara-pa-soreang-
pemilik-putusan-terbanyak-se-indonesia-tahun-2020-30-11> [accessed 22 February 2023].
9
Admin, ‘Statistik Perkara’, Sistem Informasi Penelusuran Perkara Pengadilan Agama Soreang, 2023
<https://sipp.pa-soreang.go.id/statistik_perkara> [accessed 23 February 2023].
31

D. Hasil Temuan Produk-Produk Putusan Hakim di Pengadilan Agama Soreang


Adapun produk dari putusan hakim di pengadilan Agama Soreang memiliki
keberagaman. Yang kemudian dalam intinya terklasifikasi menjadi Penetapan dan
Putusan, sebagaimana yang disebutkan oleh Undang-Undang.

1. Putusan

Definisi Putusan yang tercantum dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 7 Tahun


1989 tentang Peradilan Agama menjelaskan bahwa: “Putusan adalah keputusan
pengadilan atas perkara gugatan berdasarkan adanya suatu sengketa. Menurut
Sudikno Mertokusumo, Putusan adalah suatu pernyataan yang diberikan oleh
Hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu dan diucapkan di
dalam persidangan yang terbuka untuk umum dengan tujuan untuk menyelesaikan
suatu perkara atau sengketa antara pihak yang berperkara. Salah satu putusan yang
penulis temukan di Pengadilan Agama Soreang adalah putusan dengan nomor
5496/Pdt.G/2023/PA.Sor yang memutus terkait dengan perkara cerai gugat
kumulasi pemeliharaan/penguasaan anak/hadianah dan nafkah.

2. Penetapan

Penetapan adalah keputusan pengadilan atas perkara


permohonan (volunter), misalnya penetapan dalam perkara dispensasi nikah, izin
nikah, wali adhal, poligami, perwalian, itsbat nikah, dan sebagainya. Penetapan
merupakan jurisdiction valuntaria yang berarti bukan peradilan yang sesungguhnya
karena pada penetapan hanya ada permohon tidak ada lawan hukum. Didalam
penetapan, Hakim tidak menggunakan kata “mengadili”, namun cukup dengan
menggunakan kata “menetapkan”.10 Adapun salah satu penetapan yang penulis
tenulan di Pengadilan Agama Soreang adalah penetapan dengan nomor
520/Pdt.P/2023/PA.Sor yang mana merupakan produk dari sidang elektronik
dengan perkara penetapan P3HP/Penetapan Ahli Waris.

10
‘Apa Perbedaan Putusan Dan Penetapan?’, Amor Patriae Nostra Lex, 2015
<http://dariuslekalawo.blogspot.com/2015/05/apa-perbedaan-putusan-dan-penetapan.html#:~:text=Putusan
disebut dengan jurisdiction contentiosa,pemohon I dan pemohon II.> [accessed 22 February 2023].
32

E. Aplikasi Hasil Temuan Lapangan Dalam Simulasi Persidangan


Penulis telah melakukan simulasi persidangan pada ruang sidang 2 Pengadilan
Agama Soreang bersama kelompok 2 dengan jumlah anggota 9 orang. Adapun perkara
yang kami bahas di dalam sidang simulasi tersebut adalah perkara cerai talak. Adapun
di dalam simulasi tersebut memuat 6 kali sidang dengan 3 majelis hakim yang berbeda
sehingga semua anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
majelis hakim. Adapun keterangan dari simulasi persidangan tersebut adalah sebagai
berikut:

1) Surat Gugatan

Perkara ini bermula dari adanya surat gugatan cerai talak yang diajukan oleh
Pemohon yakni Asep Pajri Bin Solehudin kepada termohon Siti Sarah Binti
Wawan dengan surat gugatan sebagai berikut:

SURAT GUGATAN

Bandung, 1 Februari 2023


Perihal : Cerai talak

Kepada
Yth. Ketua Pengadilan Agama Soreang
Di
Soreang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Perkenankanlah Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Asep Pajri bin Solehudin, tempat dan tanggal lahir Bandung, 17 Januari 1995 NIK
3204176836782229 umur 28 tahun, agama Islam pendidikan Strata 1 pekerjaan Pegawai Bank
tempat tinggal di Komplek Soreang Indah Blok M No. 4 RT/RW 003/015, Desa Cingcin
Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, 40914
Selanjutnya disebut sebagai Pemohon;

Dengan ini mengajukan permohonan ijin menjatuhkan talak terhadap :

Siti Sarah binti Wawan tempat dan tanggal lahir 03 Januari 1995 umur 28 tahun, agama
Islam pendidikan Strata 1 pekerjaan Ibu Rumah Tangga tempat tinggal di Komp. Haruman
Asri Blk. A No.17, Cimekar, Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 4062.
Selanjutnya disebut sebagai Termohon;
33

Adapun alasan/dalil - dalil permohonan Pemohon sebagai berikut :

1. Bahwa Pemohon dan Termohon telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 28 Februari
2015 yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Soreang
kabupaten Bandung sesuai dengan Kutipan Akta Nikah Nomor : 414/4-2/34/2015 tanggal
2 Maret 2015
2. Bahwa, setelah pernikahan tersebut Pemohon dengan Termohon bertempat tinggal di
Komplek Soreang Indah Blok M No. 4, RT.003/RW.015, Cingcin, Soreang, Bandung
Regency, Jawa Barat dan terakhir masing-masing bertempat tinggal sebagaimana alamat
tersebut diatas;
3. Bahwa, dalam perkawinan tersebut Pemohon dengan Termohon telah bergaul sebagaimana
layaknya suami istri (ba’da dukhul) dan telah dikaruniai 2 orang anak yang bernama”Galih
Putra Pajri’’, Laki-Laki, Lahir di Soreang tanggal 6 Desember 2016 dan “Ratna Putri Pajri”,
Perempuan, Lahir di Soreang 17 November 2021
4. Bahwa, semula kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon berjalan dengan rukun
dan harmonis, namun sejak tahun 2022 rumah tangga Pemohon dan Termohon mulai tidak
rukun yang disebabkan :
a. Termohon tidak menuruti perkataan atau nasehat pemohon;
b. Termohon tidak menghormati Pemohon sebagai suaminya

5. Bahwa, karena sebab-sebab tersebut di atas, rumah tangga Pemohon dan Termohon
sudah tidak dapat untuk dirukunkan kembali;
6. Bahwa, Pemohon telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan musyawarah
namun tidak berhasil;
7. Bahwa, puncak perselisihan dan pertengkaran antara Pemohon dan Termohon tersebut
terjadi kurang lebih pada bulan Juni tahun 2022 yang akibatnya Termohon pergi meninggalkan
Pemohon dan pulang ke rumah orangtua Termohon sendiri dengan alamat sebagaimana
tersebut diatas. Selama itu sudah tidak ada lagi hubungan baik lahir maupun batin;
8. Bahwa, akibat tindakan Termohon tersebut di atas, Pemohon sudah tidak sanggup lagi
memberikan nasehat dan bimbingan kepada Termohon dan Pemohon sudah tidak sanggup lagi
untuk melanjutkan rumah tangga dengan Termohon, maka jalan keluar yang terbaik bagi
Pemohon menceraikan Termohon dihadapan sidang Pengadilan Agama Jakarta Selatan;
34

9. Bahwa, dengan fakta-fakta tersebut di atas permohonan Pemohon telah memenuhi


alasan perceraian sebagaimana diatur dalam Pasal 19 huruf f PP No.9 Tahun 1975 jo. Pasal
116 huruf f Kompilasi Hukum Islam;
10. Bahwa Pemohon sanggup membayar biaya yang timbul dalam perkara ini.

Berdasarkan alasan/dalil-dalil di atas, Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama


Jakarta Selatan segera memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan
yang amarnya berbunyi :

Primer:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Memberi izin kepada Pemohon (Asep Pajri bin Solehudin) untuk menjatuhkan talak satu
raj’i terhadap Termohon (Siti Sarah binti Wawan) di hadapan sidang Pengadilan Agama
Soreang
3. Membebankan biaya perkara sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Subsider:
Dan atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon untuk menjatuhkan putusan yang
seadil-adilnya.

Demikian atas terkabulnya permohonan ini, Pemohon menyampaikan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Hormat Pemohon,

Asep Pajri bin Solehudin


35

2) Penetapan Majelis Hakim. Penunjukan Panitera Pengganti dan Jurusita

SURAT PENETAPAN PENUNJUKAN MAJELIS HAKIM

Nomor: 072/Pdt.G/2023/PA.Sor

Ketua Pengadilan Agama Soreang setelah membaca surat gugatan yang didaftarkan pada
Kepaniteraan tertanggal 1 Februari 2023

Asep Pajri Bin Solehudin, umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir Strata 1,
pekerjaan pegawai bank, tempat tinggal Komplek Soreang Indah Blok M No. 4,
RT.003/RW.015, Cingcin, Soreang, Bandung Regency, Jawa Barat 40914 selanjutnya disebut
sebagai: PEGGUGAT:

-Lawan-
Siti Sarah Binti Wawan, Umur 28 Tahun, agama islam, pendidikan terakhir S1,
pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal Jl. Komp. Haruman Asri Blk. A No.17, Cimekar,
Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 4062, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT;

Menimbang, bahwa untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut perlu ditetapkan Majelis
Hakim yang mengadili sebagaimana tertera dalam penetapan dibawah ini;
Memperhatikan Undang-Undang No.4 Tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman jo. Undang-Undang No.8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum dan Peraturan Perundang-
undangan yang Bersangkutan;

------------------------------------------------MENETAPKAN-----------------------------------------------

Majelis Hakim yang terdiri dari:

1. WINA NUR’AENI sebagai Hakim Ketua


2. MAHFUD FUADI sebagai Hakim Anggota I
3. AHMAD HANBALI sebagai Hakim Anggota II
Untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut.

Ditetapkan Di Soreang

Pada Tanggal 3 Februari 2023


Ketua Pengadilan Agama Soreang

PROF.DR. TAN KAMELLO, SH.MS


36

SURAT PENUNJUKAN PANITERA PENGGANTI

Nomor: 072/Pdt.G/2023/PA.Sor

Kami selaku Panitera Pengadilan Agama Soreang Setelah membaca surat gugatan yang
didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan tertanggal 1 Februari 2023.

Asep Pajri Bin Solehudin, umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir Strata 1,
pekerjaan pegawai bank, tempat tinggal Komplek Soreang Indah Blok M No. 4,
RT.003/RW.015, Cingcin, Soreang, Bandung Regency, Jawa Barat 40914 selanjutnya disebut
sebagai: PEGGUGAT:

-Lawan-

Siti Sarah Binti Wawan, Umur 28 Tahun, agama islam, pendidikan terakhir S1,
pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal Jl. Komp. Haruman Asri Blk. A No.17, Cimekar,
Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 4062, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT;

Menimbang bahwa untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut maka perlu menunjuk
Panitera Pengganti yang ditentukan dibawah ini:

------------------------------------------------MENETAPKAN-----------------------------------------------

RAIHAN SONDARI------------------- sebagai --------------------- Panitera Pengganti

Untuk mencatat segala pemeriksaan yang terjadi di dalam perkara tersebut.

Ditetapkan Di Soreang

Pada Tanggal 3 Februari 2023

Panitera Pengadilanl Agama Soreang

Debora Indah Permata


37

SURAT PENUNJUKAN JURUSITA


Nomor: 72/PNJ/JS-II/2023/PA.Sor

Panitera Pengadilan Agama Soreang berdasarkan surat nomor tanggal 7


Februari 2023 tentang penetapan Majelis Hakim;

Menimbang, bahwa untuk membantu tugas Majelis Hakim dalam memeriksa


dan mengadili perkara tersebut perlu menunjuk Juru Sita;

Memperhatikan, Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009


tentang Kekuasaan Kehakiman Jo, Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum,
serta ketentuan peraturan perundang-undangan terkait,

MENUNJUK

Saudara:

Nurudin S.H., M.H. sebagai Juru Sita/Juru Sita Pengganti dengan tugas;
Melaksanakan perintah Ketua Majelis menyampaikan panggilan, pemberitahuan isi
putusan kepada pihak yang tidak hadir, mengumumkan melalui media massa dan
melakukan tugas-tugas sebagai Juru Sita lainya atas perintah Ketua Majelis.

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Februari 2023

Panitera Pengganti PA Soreang

Raihan Sondari, S.H., M.H.


38

3) Relaas Panggilan

RELAAS PANGGILAN SIDANG

Nomor: 072/Pdt.G/2023/PA.Sor

Pada hari ini Selasa 16 Februari 2023 saya Nurudin, S.H., M.H, berdasarkan perintah
Hakim Ketua Majelis Pengadilan Agama Soreang yang telah ditunjuk sebagai Jurusita
Pengganti pada Pengadilan Agama Soreang bertanggung jawab untuk:

MEMANGGIL

Siti Sarah Binti Wawan, Umur 28 Tahun, agama islam, pendidikan terakhir S1,
pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal Jl. Komp. Haruman Asri Blk. A No.17,
Cimekar, Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 4062, selanjutnya disebut
sebagai TERGUGAT;

Untuk datang menghadap pada;

Hari/Tanggal : Selasa/18 Februari 2023


Pukul : 10:00 WIB
Tempat : Ruang Sidang 1 Pengadilan Agama Soreang
guna hadir di dalam pemeriksaan perkara cerai talak yang telah diajukan oleh penggugat di
Kepaniteraan Pengadilan agama Soreang dengan nomor perkara 0085/Pdt.G/2023/PA.Sor atas
nama Asep Pajri bin Solehudin melawan Siti Sarah binti Wawan.

Untuk itu, saudara/I diharapkan hadir pada waktu dan tempat yang telah ditentukan

Terimakasih

Yang Menerima, Jurusita,

Siti Sarah Binti Wawan Nurudin, S.H., M.H


39

4) Penetapan Mediator

PENETAPAN
No. 72/Pdt.G/2023/PA.Sor
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Kami, Hakim Ketua Majelis Pengadilan Agama Soreang setelah Membaca surat
gugatan Penggugat tertanggal 1 Februari 2023 dalam perkara antara: Asep Pajri bin
Solehudin sebagai PEMOHON, melawan Siti Sarah Binti Wawan sebagai
TERMOHON;

Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Agama SoreangTertanggal 3


Februari 2023 Perkara No. 0085/Pdt.G/2023/PA.Sor tentang penunjukan majelis
hakim; Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Agama Soreang
Tertanggal 17 Februari 2023 Perkara No. 0085/Pdt.G/2023/PA.Sor tentang penetapan
hari sidang;

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan para pihak hadir
(kuasanya atau para pihak);
Menimbang, bahwa dalam usaha mendamaikan para pihak sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 130 HIR/154 RBg dan PerMA No. 1 Tahun
Menimbang, bahwa oleh karena itu perlu ditunjuk nama mediator sebagaimana
tersebut dalam amar penetapan ini;
Memperhatikan pasal 11 ayat (1) atau ayat (5) PerMA RI No 1 Tahun 2008;
MENETAPKAN

Menunjuk Rechtza Azzises (Hakim Mediator) sebagai Mediator dalam perkara


No. 0085/Pdt.G/2023/PA.Sor
Menetapkan proses mediasi paling lama 40(empat puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal penetapan ini.
Memerintahkan kepada Mediator untuk melaporkan hasil mediasi kepada
Majelis Hakim.
Soreang, 18 Februari 2023

Hakim Ketua,

Wina Nur'aeni
40

5) Surat Penjelasan Mediasi

PEMBERITAHUAN HASIL MEDIASI

Soreang, 8 Februari 2023


Perihal: Laporan Proses Mediasi
Kepada
Yth. Ketua Majelis Yang memeriksa Perkara Nomor : 0085/Pdt.G/2023/PA.Sor.
Di
Kabupaten Bandung
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bahwa berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Hakim Pengadilan Agama Soreang dalam
Perkara Nomor : 0085/Pdt.G/2023/PA.Sor. tentang penunjukan mediator, dalam perkara Cerai
talak antara Asep Pajri bin Solehudin; Umur 28 Tahun, Agama Islam, Pendidikan terakhir
S1, Pekerjaan Pegawai Bank, tinggal di di Komplek Soreang Indah Blok M No. 4 RT/RW
003/015, Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, 40914, Selanjutnya di sebut
sebagai " PEMOHON "
MELAWAN
Siti Sarah binti Wawan tempat dan tanggal lahir 03 Januari 1995 umur 28 tahun,
agama Islam pendidikan Strata 1 pekerjaan Ibu Rumah Tangga tempat tinggal di Komp.
Haruman Asri Blk. A No.17, Cimekar, Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 4062.

Telah membaca Surat Penetapan Ketua majelis Hakim Pengadilan Agama Soreang
tentang penunjukan Mediator tertanggal 18 Februari 2023. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka Bersama ini dilaporkan hasil pelaksanaan mediasi sebagai berikut
1. Bahwa mediasi telah dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Februari 2023, bertempat
di Ruang mediasi Pengadilan Agama Soreang, yang dihadiri kedua belah pihak (
Pemohon dan Termohon prinsipal ), akan tetapi upaya damai melalui proses mediasi
itu sendiri tidak tercapai kesepakatan karena Pemohon tetap ingin bercerai karena
beralasan Rumah Tangga sudah tidak harmonis dan tidak bisa dipertahankan
2. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut proses mediasi dinyatakan

TIDAK BERHASIL
Demikian laporan ini kami buat, selanjutnya perkara tersebut kami serahkan kembali kepada
majelis hakim perkara aquo guna pemeriksaan lebih lanjut;
Soreang, 23 Februari 2023
Mediator,

Rechtza Azzises
41

6) Jawaban Termohon

JAWABAN TERMOHON

Bandung, 6 Februari 2023

Perihal : Jawaban atas Gugatan Pemohon Dalam perkara Nomor 0085/Pdt.G/2021/PA. Sor
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama Soreang
Di
Kab. Bandung.

Assalamualaikum Wr. Wb.


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Sarah binti Wawan
Tempat Tgl lahir : Bandung, 03 Januari 1995
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Dalam kedudukannya sebsgai Termohon dalam perkara Cerai Talak No.0085/Pdt.


G/2023/PA.Sor. diajukan oleh:
Nama : Asep Pajri bin Solehudin
NIK : 3204176836782229
Tempat Tgl lahir : Bandung, 17 Januari 1995
Agama : IslamPendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Bank

Dalam kedudukannya sebagai Pemohon.


Sehubungan dengan surat Gugatan dari Pemohon Tertanggal 9 Februari dalam Gugatan
Cerai Nomor 0085/Pdt.G/2023/PA. Sor Tanggal 23 Februari 2023 perkenankanlah saya selaku
Termohon untuk menyampaikan jawaban sebagai berikut :
1. Bahwa benar terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus yang sulit diatasi
sejak 2022 sampai sekarang antara Termohon dan Pemohon.
2. Bahwa benar yang menyebabkan termohon tidak menghargai pemohon adalah
karena pemohon selalu memperpanjang masala
3. Bahwa benar kedua anak Pemohon dan Termohon saat ini masih dibawah umur dan
lebih baik dalam asuhan Termohon jika memang keputusan dari Pengadilan untuk
Pemohon dan Termohon adalah bercerai
4. Bahwa termohon meminta nafkah iddah sebesar 3.000.000/bulan, nafkah anak
sebesar 1.000.000/bulan dan nafkah muth’ah 2.000.00 apabila pengadilan memutus
pemohon dan termohon untuk bercerai
42

4. Memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Soreang lewat Majelis Hakim untuk
memeriksa dan mengadili perkara ini dengan seadil-adilnya dengan
mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas.

SAtas perhatian dan keputusan yang akan dibuat dengan seadil-adilnya saya ucapkan
terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Termohon,

Siti Sarah binti Wawan


43

7) Replik

REPLIK PEMOHON

Perihal : Replik dalam Perkara No.0085/Pdt.G/2023/PA.Sor


Kepada Yang Terhormat,
Ketua Majelis Hakim
Pengadilan Agama Soreang
Di
Kabupaten Bandung

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Asep Pajri bin Solehudin, 28 Tahun, agama Islam, pekerjaan Pegawai Bank, pendidikan
terakhir S1, bertempat tinggal di Komplek Soreang Indah Blok M No. 4 RT/RW 003/015, Desa
Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, 40914. Dengan ini mengajukan Replik atas
Jawaban TERMOHON, yang telah diuraikan pada tanggal 18 Februari 2023 sebagai berikut :
DALAM POKOK PERKARA
Pemohon tetap pada dalil-dalil sebagaimana terurai dalam surat Gugatan, dan
selanjutnya membantah seluruh dalil-dalil Termohon sebagaimana diuraikan dalam
jawabannya, dengan uraian seperti dibawah ini :
1) Bahwa benar, yang dikatakan Pemohon menikah pada tanggal 28 Februari 2015 berdasarkan
Kutipan Akta Nikah dari KUA Kecamatan Soerang, Kabupaten Bandung dengan memenuhi
syarat rukun nikah sebagaimana tertera dalam kutipan Akta Nikah Nomor 414/4-2/34/2015
2) Bahwa benar, perkawinan dilangsungkan berdasarkan kedua belah pihak
3) Bahwa benar, setelah menikah tinggal di rumah kediaman bersama di Komplek Soreang
Indah Blok M No. 4, RT.003/RW.015, Cingcin, Soreang, Bandung Regency, Jawa Barat
4) Bahwa benar, hidup rukun dan harmonis sebagaimana layaknya suami istri dan dikaruniai 2
orang anak bernama : Galih Putra Pajri dan Ratna Putri Pajri
5) Bahwa tidak benar, selama berumah tangga Pemohon dan Termohon hidup rukun dan
harmonis tanpa ada perselisihan dan pertengkaran diantara keduanya
6) Pernyataan Pemohon pada poin 6 tidak sepenuhnya benar
7) Bahwa tidak benar, selama ini Termohon telah berusaha berubah untuk menjadi lebih baik
8) Bahwa tidak benar, Pemohon dan Termohon tidak pernah memusyawarahkan permasalahan
karena tidak pernah terjadi perselisihan dan pertengkaran
9) Bahwa tidak benar, perkawinan antara Pemohon dan Termohon masih terjalin dengan
44

baik bagaimana mestinya


DALAM REKONVENSI
1) Pemohon menyetujui besaran nafkah iddah dan muth’ah yang diajukan termohon
2) Pemohon menolak memberikan nafkah muth’ah berupa uang tunai
3) Pemohon memberikan nafkah muth’ah berupa emas sebesar 2gr

Soreang, 18 Februari 2023


Pemohon,

Asep Pajri bin Solehudin


45

8) Duplik

DUPLIK TERMOHON

Kepada Yang Terhormat,


Majelis Hakim Pemeriksa Perkara
No.0085Pdt.G/2023/PA.Sor
Di
Kabupaten Bandung

Assalamualaikum Wr.Wb
Berdasarkan REPLIK tertanggal 18 Februari 2023 maka perkenankan saya mengajukan
DUPLIK sebagai berikut :
DALAM KONVENSI
1. Bahwa pada prinsipnya Termohon tetap pada pendiriannya sebagimana telah disampaikan
pada jawaban dan dalam gugatan rekonvensi yakni
2. Bahwa Termohon pada prinsip nya menolak seluruh permohonan PEMOHON, kecuali
yang telah diakui kebenerannya.
3. Bahwa terhadap dalil-dalil Termohon yang diajukan dalam jawaban Termohon yang tidak
dijawab oleh Pemohon dalam konvensi dianggap telah diakui kebenerannya.
4. Bahwa Pemohon sejak awal permohonan sampai pada REPLIK sangat antusias dan
bersemangat dan berkeyakinan dimana Pemohon menyatakan bahwa perkawinan antara
Pemohon dan Termohon tidak dapat diperbaiki lagi.

DALAM REKONVENSI
1. Termohon menyetujui dan menerima besaran nafkah iddah, muth’ah, dan nafkah anak
yang diajukan pemohon dalam replik.

Soreang, 20 Februari 2023


Termohon,

Siti Sarah binti Wawan


46

9) Putusan

PUTUSAN
Nomor 00851/Pdt.G/2023/PA. Sor

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHAN YANG MAHA ESA

Pengadilan soreang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
pertama dalam sidang majelis telah menjatuhkan putusan perkara Cerai Talak antara:
Asep Pajri Bin Solehudin, umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir s1, pekerjaan
pegawai bank , tempat tinggal Komplek Soreang Indah Blok M No. 4, RT.003/RW.015,
Cingcin, Soreang, Bandung Regency, Jawa Barat 40914.
MELAWAN
Siti Sarah Binti Wawan, Umur 28 Tahun, agama islam, pendidikan terakhir S1, pekerjaan Ibu
rumah tangga, tempat tinggal Jl. Komp. Haruman Asri Blk. A No.17, Cimekar, Kec. Cileunyi,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 4062.
Pengadilan Agama tersebut;
Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara;
Setelah mendengar keterangan pihak Pemohon di persidangan;
Setelah memperhatikan bukti-bukti yang diajukan di persidangan;

DUDUK PERKARA
Bahwa Pemohon dalam surat permohonannya tertanggal …….. yang didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Agama Soreang, Nomor 0085/Pdt.G/2023/PA. Sor, telah
mengajukan permohonan Cerai Talak terhadap Termohon yang isi pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa Pemohon dan Termohon telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 28 Februari
2015 di hadapan pejabat PPN KUA Kecamatan soreang dengan Kutipan Akta Nikah Nikah
Nomor: 414/4-2/34/2015 tanggal 2 Maret 2015
2. Bahwa Setelah menikah pemohon dan termohon hidup rukun sebagaimana layaknya suami
istri dengan baik, telah berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama
semula di tinggal Komplek Soreang Indah Blok M No. 4, RT.003/RW.015, Cingcin,
Soreang, Bandung Regency, Jawa Barat selama 7 tahun;
3. Bahwa dari pernikahan tersebut telah dikaruniai 2 orang anak dengan masing-masing
bernama
47

1.Galih Putra Pajri (6 Tahhun)


2. Ratna Putri Pajri (2 Tahun)
4. Bahwa kehidupan rumah tangga pemohon dan termohon mulai goyah dan terjadi
perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang sulit didamaikan tahun 2022
5. Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara pemohon dan termohon semakin tajam dan
memuncak terjadi pada bulan 2022
6. Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut adalah karena:
1. Termohon tidak menuruti perkataan atau nasehat pemohon;
2. Termohon tidak menghormati pemohon sebagai suaminya;
7. Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya sejak bulan juni tahun
2022 hingga sekarang selama kurang lebih 1 tahun pemohon dengan termohon telah
berpisah tempat tinggal/ berpisah ranjang karena termohon pergi meninggalkan tempat
kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini pemohon bertempat
tinggal disoreang,
8. bahwa sejak berpisahnya pemohon dan termohon selama 1 tahun maka hak dan kewajiban
suami istri tidak terlaksanakan sebagaimana mestinya karena sejak saat itu termohon tidak
lagi melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri terhadap pemohon;
9. Bahwa pemohon telah berupaya mengatasi masalah rumah tangga pemohon dengan
termohon melalui jalan musyawarah atau berbicara dengan termohon secara baik-baik
tetapi tidak berhasil;
10. Bahwa antara pemohon dan termohon sudah pernah didamaikan oleh keluarga dan aparatur
kampung Bintang Bener namun tidak dapat membuat rumah tangga antara pemohon dan
termohon rukun kembali;
11. Bahwa antara pemohon dan termohon sudah sepakat untuk melakukan perceraian karena
pemohon dan termohon merasa sudah tidak ada lagi kecocokan diantara keduanya;
12. Maka dengan sebab-sebab tersebut diatas, Maka pemohon merasa rumah tangga antara
pemohon dengan termohon tidak dapat dipertahan kan lagi karena perselisihan dan
pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak ada
harapan untuk hidup rukun lagi, Maka pemohon Berkesimpulan lebih baik bercerai dengan
termohon;
13. Bahwa Termohon yang ditalak wajib menjalani masa iddah sesuai dengan ketentuan syara,
karenanya Pemohon bersedia memberi nafkah selama masa iddah sejumlah Rp. 500.000,-
(lima ratus ribu rupiah)
48

Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, Pemohon mohon kepada Ketua


pengadilan agama soreang. Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dan
selanjutnya dapat memutuskan sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon Seluruhnya;
2. Memberi izin kepada Pemohon asep pajri bin solehudinuntuk menjatuhkan talak satu Raj'i
terhadap Termohon siti sarah binti wawan di depan sidangpengadilan agama soreang;
3. Menghukum Pemohon untuk membayar kepada Termohon biaya-biaya berupa Nafkah
Selama Masa iddah sejumlah Rp. 500.000,- (lima ratus ribu Rupiah)
4. Menetapkan biaya perkara menurut ketentuan hukum yang berlaku;
Bahwa pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditetapkan, Pemohon dan
Termohon telah hadir sendiri di persidangan; Bahwa sebelum pemeriksaan pokok perkara,
Majelis Hakim telah mewajibkan para pihak untuk menempuh proses mediasai dan untuk
kepentingan itu Majelis Hakim memberikan kesempatan kepada para pihak untuk berunding
guna memilih mediator diantara mediator yang telah disediakan oleh pengadilan agama
soreang atau mediator dari luar Mahkamah. Selanjutnya para pihak menyatakan menyerahkan
kepada Majelis Hakim untuk menentukan mediator tersebut, maka Ketua Majelis menunjuk
mediator yang bernama IRFAN S.H. dan hasil dari laporan mediator tersebut dinyatakan bahwa
mediasi tersebut berhasil mencapai kesepakatan sebagian;
Bahwa disamping upaya damai melalui proses mediasi, Majelis Hakim selama
persidangan berlangsung tetap memberikan nasihat kepada Pemohon agar rukun kembali
sebagai suami isteri bersama Termohon, namun Pemohon tetap ingin melanjutkan proses
persidangan;
Bahwa selanjutnya pemeriksaan dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan
Pemohon yang isi pokoknya tetap dipertahankan oleh Pemohon tanpa ada perubahan; Bahwa
atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah mengajukan jawaban secara lisan yang
pada pokoknya sebagai berikut;
- Bahwa Termohon sudah mengerti maksud permohonan Pemohon;
- Bahwa Termohon siap mengajukan jawaban pada hari ini;
- Bahwa Termohon akan menjawab secara lisan;
- Bahwa Termohon membenarkan dalil tersebut;
- Bahwa sebenarnya antara kami sudah sering bertengkar cukup lama;
- Bahwa Termohon sebenarnya tidak ada membantah nasihat Pemohon, tapi Pemohon
sendiri yang suka kasar dan tidak pengertian kepada Termohon, sering kali malam-malam
jam tiga Pemohon membangunkan Termohon hanya untuk menyiapkan minum, padahal
49

sudah Termohon sediakan, Pemohon tinggal menyeduh saja, tapi dia suka memarahi
Termohon kalau tidak mau;
- Bahwa Termohon juga tidak mengerti tidak menghormati seperti apa;
- Bahwa benar Termohon meninggalkan Pemohon sejak 4 (empat) bulan yang lalu karena
Termohon sudah tidak tahan;
- Bahwa Termohon membenarkan dalil tersebut dan pada intinya Termohon pun tidak
keberatan bercerai dengan Pemohon;
- Bahwa terkait hak Termohon sebagai isteri, sudha kami bicarakan dalam mediasi, pada
intinya Pemohon bersedia memberikan nafkah iddah sejumlah Rp. 3.000.000,- (tiga juta
rupiah)
Bahwa atas Jawaban Termohon tersebut, Pemohon mengajukan replik secara lisan yang
pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa Pemohon sudah mengerti maksud jawaban Termohon;
- Bahwa Pemohon siap menyampaikan replik pada hari ini;
- Bahwa Pemohon akan menyampaikan replik secara lisan;
- Bahwa pada intinya saksi tetap dengan dalil-dalil yang tercantum dalam surat permohonan
Pemohon;
Bahwa atas replik Pemohon tersebut, Termohon mengajukan duplik secara lisan yang
pada pokoknya adalah sebagai berikut:
- Bahwa saksi sudah mengerti
- Bahwa Termohon akan mengajukan duplik secara lisan;
- Bahwa pada intinya Termohon tetap dengan jawaban Termohon dan Termohon pun tidak
keberatan bercerai dengan Pemohon;
Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil yang dingkapkan pihak-pihak, Majelis Hakim
telah memberikan kesempatan yang sama kepada pihak Pemohon maupun pihak Termohon;
Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil yang dingkapkan pihak-pihak, Majelis Hakim telah
memberikan kesempatan yang sama kepada pihak Pemohon maupun pihak Termohon; Bahwa
untuk meneguhkan dalil-dalil permohonannya, Pemohon telah mengajukan bukti-bukti sebagai
berikut:
I. Bukti Surat
1. Fotokopi Kutipan Akta Nikah dariKUA soreang, Nomor 414/4-2/34/2015 Tanggal……….
Bukti surat tersebut telah diperiksa oleh Majelis Hakim, dicocokkan dengan aslinya yang
ternyata sesuai dan telah dinazegelen, kemudian diberi kode bukti (P.1). Diberi tanggal dan
paraf Ketua Majelis;
50

2. Asli Surat Rekomendasi Nomor 178/SR/BB/IX/2021, yang dikeluarkan oleh Reje


Kampung Bintang Bener dan Imam Kampung Bintang Bener, tanggal 04 Oktober 2021.
Bukti surat tersebut telah diperiksa oleh Majelis Hakim, dan telah dinazegelen, kemudian
diberi kode bukti (P.2). Diberi tanggal dan paraf Ketua Majelis; II.

Bukti Saksi
1. Nama Senna bin Didin , umur 25 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan pegawai
bank, tempat tinggal disoreang:
- Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi adalah tetangga
Pemohon dan Termohon;
- Bahwa saksi tahu antara Pemohon dan Termohon adalah suami isteri;
- Bahwa setelahmenikah Pemohon dan Termohon bertempat tinggal di…..;
- Bahwa Pemohon dan Termohon sudah dikaruniai keturunan sebanyak 2 orang;
- Bahwa saksi sebetulnya tidak terlalu mengetahui keadaan rumah tangga mereka, namun
yang saksi tahu saat ini rumah tangga mereka sudah tidak rukun lagi karena Termohon
sudah pergi meninggalkan rumah kediaman bersama;
- Bahwa saksi tidak terlalu mengetahui hal tersebut, yang pasti Pemohon mengatakan
bahwa rumah tangganya sudah tidak harmonis dan Termohon sudah tidak tinggal lagi
dengan Pemohon;
- Bahwa saksi mendengar kabar bahwa mereka sudah pernah dirukunkan namun tidak
berhasil;
- Bahwa Pemohon bekerja sebagai pegawai bank
2. Nama Yustika binti Ade Umur 25 , agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan pegawai bank,
bertempat tinggal di Banjaran. Saksi mengaku sebagai sebagai teman Pemohon, di bawah
sumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi adalah teman
Pemohon dan Termohon;
- Bahwa saksi tahu antara Pemohon dan Termohon adalah suami isteri;
- Bahwa setelahmenikah Pemohon dan Termohon bertempat tinggal di Kampung
Bintang Bener;
- Bahwa Pemohon dan Termohon sudah dikaruniai keturunan sebanyak 2 orang
- Bahwa saksi tidak terlalu mengetahui keadaan rumah tangga mereka, namun yang saksi
tahu saat ini Pemohon dan Termohon sudah tidak satu rumah lagi sejak 1 tahun yang
51

lalu sampai dengan sekarang, bahkan menururt cerita Termohon sendiri, rumah
tangganya sudah tidak harmonis sejak lama;
- Bahwa mengenai penyebab pertengkaran saksi tidak tahu;
- Bahwa saksi mendengar kabar dari suami saksi yang menjadi imam kampung, bahwa
mereka sudah pernah dirukunkan namun tidak berhasil;
- Bahwa Pemohon bekerja sebagai pegawai bank

Bahwa, Pemohon menyatakan tidak adakan mengajukan alat bukti lagi dan telah
mencukupkan bukti-buktinya sedangkan Termohon menyatakan tidak menggunakan hak-
haknya untuk mengajukan bukti; Bahwa Pemohon telah menyampaikan kesimpulannya secara
lisan yang pada intinya tetap pada pendiriannya sebagaimana yang tercantum dalam surat
permohonan Pemohon dan mohon putusan dengan mengabulkan pemrohonan Pemohon
tersebut, begitupula Termohon telah menyampaikan kesimpulannya secara lisan yang pada
intinya tetap dengan pendiriannya sebagaimana yang sudah disampaikan dalam jawaban dan
dupliknya; Bahwa selanjutnya untuk mempersingkat uraian putusan ini, ditunjuk kepada hal-
hal sebagaimana yang tercantum dalam berita acara sidang perkara ini yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini.
Bahwa, Pemohon menyatakan tidak adakan mengajukan alat bukti lagi dan telah
mencukupkan bukti-buktinya sedangkan Termohon menyatakan tidak menggunakan hak-
haknya untuk mengajukan bukti;
Bahwa Pemohon telah menyampaikan kesimpulannya secara lisan yang pada intinya
tetap pada pendiriannya sebagaimana yang tercantum dalam surat permohonan Pemohon dan
mohon putusan dengan mengabulkan pemrohonan Pemohon tersebut, begitupula Termohon
telah menyampaikan kesimpulannya secara lisan yang pada intinya tetap dengan pendiriannya
sebagaimana yang sudah disampaikan dalam jawaban dan dupliknya;
Bahwa selanjutnya untuk mempersingkat uraian putusan ini, ditunjuk kepada hal-hal
sebagaimana yang tercantum dalam berita acara sidang perkara ini yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini.

PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah sebagaimana
yang diuraikan tersebut di atas;
Menimbang, bahwa berdasarkan posita permohonan Pemohon, Majelis Hakim dapat
menyimpulkan bahwa perkara tersebut mengenai sengketa perkawinan yang menjadi
52

wewenang Peradilan Agama sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 49 Undang-Undang


Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama dan Pemohon telah mendalilkan mengenai tempat domisili Pemohon yang
berada di wilayah hukum Pengadilan Agama Soreang, maka berdasarkan ketentuan Pasal 66
ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka Pengadilan agama soreang berwenang
menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan permohonan Pemohon;
Menimbang, bahwa pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan, Pemohon
dan Termohon telah hadir sendiri di persidangan dan selama proses persidangan tersebut,
Majelis Hakim telah memberikan kesempatan yang sama kepada kedua belah pihak dalam
menyampaikan dalil-dalil maupun pembuktian untuk memperkuat dalil masing-masing;
Menimbang, berdasarkan Pasal 154 R.Bg. dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, bahwa dalam perkara perdata
inklusif didalamnya mengenai perkara perceraian wajib dilaksanakan mediasi, oleh karena itu
kedua belah pihak telah menjalankan proses mediasi dengan mediator yang bernama IRFAN,
S.H. Adapun berdasarkan laporan hasil mediasi tersebut, dinyatakan hasil mediasi tersebut
berhasil mencapai kesepakatan sebagian;
Menimbang, meskipun telah diupayakan proses mediasi, namun berdasarkan Pasal 82
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor
50 Tahun 2009, Majelis Hakim tetap berusaha mendamaikan dengan cara menasihati Pemohon
supaya bersabar dan berupaya supaya rukun kembali dengan Termohon, akan tetapi Pemohon
tetap ingin bercerai dengan Termohon sehingga tetap melanjutkan proses persidangan;
Menimbang, bahwa dari dalil-dalil yang terdapat dalam permohonan Pemohon dapat
disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permohonan Pemohon adalah adanya sengketa
perkawinan yang menjadikan Pemohon ingin bercerai dengan Termohon karena alasan adanya
perselisihan dan pertengkaran yang terjadi terus menerus dalam rumah tangga Pemohon dan
Termohon. Atas dasar hal tersebut, Pemohon menuntut hal-hal sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon Seluruhnya;
2. Memberi izin kepada Pemohon (Asep Pajri Bin Solehudin) untuk menjatuhkan talak satu
Raj'i terhadap Termohon (Siti Sarah Bin Wawan) di depan sidang Pengadilan Agama
Soreang;
53

3. Menghukum Pemohon untuk membayar kepada Termohon biaya-biaya berupa; 3.1.


Nafkah Selama Masa iddah sejumlah Rp. 500.000,- (lima ratus ribu Rupiah)
4. Menetapkan biaya perkara menurut ketentuan hukum yang berlaku;
Menimbang, bahwa untuk dikabulkannya permohonan perceraian karena alasan
sebagaimana Pasal 19 huruf (f) Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 116 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam, maka harus memenuhi beberapa unsur sebagai berikut: (1) Rumah
tangga sudah tidak harmonis, terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran. (2)
Perselisihan dan pertengkaran tersebut menyebabkan suami isteri tidak ada harapan untuk
rukun kembali. (3) Pengadilan sudah berusaha mendamaikan, namun tidak berhasil;
Menimbang, bahwa dari proses jawab menjawab yang telah dilakukan oleh Pemohon
dan Termohon, Majelis Hakim menilai bahwa terdapat dalil-dalil Pemohon yang diakui
sepenuhnya oleh Termohon, adapaun hal tersebut adalah sebagai berikut:
Menimbang, bahwa dari proses jawab-menjawab antara Pemohon dan Termohon di
persidangan, pada intinya Termohon menolak dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon kecuali
yang dengan tegas diakuinya, maka sebagaimana Pasal 283 RBg, Pemohon wajib
membuktikan dalil-dalil yang dibantah oleh Termohon dan Termohon wajib membuktikan
dalil bantahannya dan dalam persidangan Majelis Hakim telah memberikan kesempatan
kepada kedua belah pihak untuk mempergunakan haknya dalam tahap pembuktian tersebut;
Menimbang, bahwa dalam undang-undang perkawinan terdapat prinsip mempersulit
perceraian dalam artian warga negara Indonesia tidak dapat mempermainkan lembaga
pernikahan yang sakral dengan seenaknya melakukan perceraian tanpa alasan yang dibenarkan
peraturan perundang-undangan. Disamping itu dalam hukum Islam pernikahan bukanlah
sebagai ikatan perdata biasa akan tetapi sebagai mitsaqan gholidhon (ikatan yang kokoh),
sehingga bagi suami isteri haram hukumnya bercerai tanpa alasan yang dibenarkan oleh
hukum, Begitupula dalam hukum perkawinan tidak ada istilah kesepekatan bercerai tanpa
alasan yang sah, hal ini berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 863
K/Pdt/1990 tanggal 28 Nopember 1991 yang menyatakan bahwa tidaklah dibenarkan dalam
perkara perceraian semata-mata didasarkan pada pengakuan dan atau adanya kesepakatan saja,
karena dikhawatirkan timbulnya kebohongan (de groten langen). Oleh karena itu, berdasarkan
Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menentukan bahwa gugatan perceraian
karena alasan perselisihan dan pertengkaran, Majelis Hakim harus terlebih dahulu
mendengarkan keterangan dari pihak keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami isteri
54

tersebut. Dengan demikian, Pemohon diwajibkan untuk membuktikan dalil-dalil yang


dikemukakannya sebagaimana ketentuan Pasal 283 RBg;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonanya, Pemohon telah
mengajukan alat bukti berupa alat bukti surat yang ditandai dengan kode (P-1 dan P-2) dan
telah menghadirkan alat bukti saksi dipersidangan yaitu: Jufri bin Abdul Kadir dan Nurma binti
Abdul Muthalib;
Menimbang, bahwa bukti surat berkode (P-1 dan P-2) tersebut merupakan fotocopy
yang telah dicocokkan dengan aslinya dan telah di-nazagelen, maka berdasarkan ketentuan
Pasal 1888 KUH Perdata dan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang
Bea Materai serta Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perubahan tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang dikenakan
Bea Materai, maka bukti kode (P-1 dan P-2) tersebut sah sebagai alat bukti;
Menimbang, bahwa alat bukti kode (P-1) tersebut merupakan akta otentik yang dibuat
oleh pejabat yang berwenang dan isinya tersebut tidak dibantah, maka berdasarkan Pasal 1870
KUH Perdata dan Pasal 285 RBg, nilai kekuatan pembuktiannya bersifat sempurna dan
mengikat; Menimbang, bahwa alat bukti kode (P-2) tersebut merupakan akta sepihak yang
dibuat oleh Reje Kampung dan Imam Kampung, maka nilai kekuatan pembuktiannya bersifat
bukti permulaan;
Menimbang, bahwa saksi-saksi dari Pemohon telah memberikan keterangan di
persidangan secara terpisah dan telah mengucapkan sumpah menurut agama yang dianutnya,
sedangkan adanya hubungan dekat atau adanya hubungan keluarga antara Pemohon dan saksi-
saksi merupakan ketentuan khusus dalam perkara perceraian atau sengketa mengenai
kedudukan para pihak, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 172 ayat (2) RBg jo. Pasal 22
Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dari kriteria-kriteria tersebut Majelis Hakim menilai
bahwa saksi-saksi tersebut telah memenuhi syarat formil sebagai saksi;
Menimbang, bahwa untuk memenuhi syarat materil alat bukti saksi, maka berdasarkan
ketentuan Pasal 308 (2) RBg, 309 RBg dan 368 (1) RBg, saksi-saksi tersebut harus memberikan
keterangan yang dialami, didengar dan dilihat sendiri, keterangan yang diberikan tersebut harus
mempunyai sumber pengetahuan yang jelas dan keterangan yang diberikan oleh saksi harus
saling bersesuaian satu dengan yang lain;
Menimbang, bahwa keterangan para saksi tentang perselisihan dan pertengkaran antara
Pemohon dan Termohon, Majelis Hakim menilai bahwa keterangannya tersebut tidak
didasarkan atas pengetahuan sendiri karena saksi-saksi sendiri hanya mengetahui dari cerita
55

Pemohon kepada saksi (testimonium de auditu), namun berkaitan dengan akibat hukum (rechts
gevolg) dari perselisihan dan pertengkaran itu sendiri, saksi mengetahui dengan pasti bahwa
saat ini Pemohon dan Termohon sudah pisah tempat tinggal sejak 1 Tahun., dan selama pisah
tersebut tidak ada hubungan baik antara Pemohon dan Termohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil dari Pemohon yang dikuatkan dengan bukti-
bukti yang diajukan oleh Pemohon, serta kejadian-kejadian yang terjadi selama persidangan,
Majelis Hakim telah menemukan fakta-fakta dan akan Majelis pertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi yang dikuatkan dengan alat
bukti surat berkode (P-1) dapat dinyatakan terbukti bahwa Pemohon dan Termohon telah
terikat perkawinan yang sah sejak tanggal……. Dengan adanya fakta tersebut pemeriksaan
perkara perceraian ini dapat dilanjutkan karena antara Pemohon dan Termohon memiliki
hubungan hukum sebagai suami isteri, sehingga dengan adanya fakta tersebut Pemohon
mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara ini ke Pengadilan
Agama;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi bahwa Pemohon dan Termohon
sudah dikaruniai 2 orang keturunan, hal tersebut merupakan bukti bahwa Pemohon dan
Termohon telah berhubungan layaknya suami isteri (ba’da dukhul). Fakta tersebut akan Majelis
Hakim pertimbangkan lebih lanjut karena berkaitan erat dengan ketentuan masa iddah bagi
seorang isteri;
Menimbang, bahwa berkaitan dengan permohonan izin perceraian yang diajukan oleh
Pemohon sebagai suami, Majelis Hakim berpendapat bahwa perceraian merupakan pintu
darurat untuk menyelesaikan konflik dalam sebuah ikatan pernikahan, oleh karenanya
perceraian hanya dibenarkan dalam keadaan terpaksa, dengan memenuhi pelbagai persyaratan
tertentu, terkait hal tersebut peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perkawinan
telah membatasi warga negara Indonesia untuk melakukan perceraian kecuali apabila terdapat
alasan perceraian sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 19 Peraturan pemerintah Nomor 9
Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
jis. Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 76 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
Menimbang, oleh karena suami isteri dilarang untuk bercerai tanpa alasan yang sah
menurut hukum, maka Majelis Hakim akan mendalami, apakah dalam rumah tangga Pemohon
dan Termohon telah ada alasan perceraian sebagaimana yang diperbolehkan oleh hukum Islam
dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka dalam perkara ini, Pemohon telah
mendalilkan adanya alasan perceraian sebagaimana yang terdapat pada Pasal 19 huruf (f)
56

Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam;
Menimbang, bahwa keterangan-keterangan para saksi di persidangan, semuanya tidak
ada yang mengetahui secara langsung mengenai bentuk perselisihan dan pertengkaran dalam
rumah tangga Pemohon dan Termohon, walaupun para saksi menyatakan rumah tangga
Pemohon dan Termohon tidak rukun karena masalah nafkah dan campur tangan orang tua
Termohon, namun keterangan tersebut tidak diperoleh secara langsung, namun hanya
bersumber dari cerita Pemohon kepada para saksi. Berkaitan dengan hal ini, Majelis Hakim
tidak dapat menjadikan keterangan tersebut sebagai landasan untuk mempertimbangkan
masalah ini karena disamping keterangan tersebut tidak memenuhi sayarat materil, juga untuk
menghindari fitnah karena persoalan tersebut hanya diceritakan sepihak oleh Pemohon kepada
saksi:
Menimbang, bahwa Majelis Hakim ketika proses pembuktian dari Pemohon telah
memberikan kesempatan kepada Pemohon untuk menghadirkan alat bukti lain supaya
menguatkan dalil-dalilnya, namun Pemohon tidak sanggup lagi menghadirkan alat bukti
khsusunya saksi, karena Pemohon hanya mampu menghadirkan saksi-saksi tersebut;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim menilai persoalan rumah tangga merupakan
persoalan intern rumah tangga bahkan permasalahan rumah tangga (perselisihan dan
pertengkaran) merupakan aib rumah tangga yang jarang di expose ke khalayak ramai, maka
pantas persoalan rumah tangga jarang diketahui banyak orang bahkan kadang-kadang keluarga
dekatnya sendiri tidak mengetahuinya. Oleh karena itu, Majelis Hakim menilai wajar apabila
Pemohon tidak bersedia lagi mengajukan saksi-saksi di persidangan;
Menimbang, walaupun bentuk perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga
Pemohon dan Termohon tidak dapat terungkap dari keterangan saksi-saksi, namun Majelis
Hakim telah menemukan fakta yang sangat penting berkaitan dengan perkara ini, yaitu adanya
fakta berkenaan dengan akibat hukum (rechts gevolg) dari perselisihan dan pertengkaran
Penggugart dan Termohon yaitu telah berpisahnya tempat tinggal Pemohon dan Termohon
sejak 4 bulan yang lalu sampai dengan sekarang yang berarti antara keduanya sudah tidak
saling memperdulikan, tidak saling memenuhi kewajiban masing-masing sebagai suami isteri;
Menimbang, bahwa dalam memeriksa perkara percaraian karena alasan perselisihan
dan pertengkaran sebagaimana maksud Pasal 19 huruf (f) Peraturan pemerintah Nomor 9
Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam Pemohon seharusnya dapat membuktikan
57

bahwa dalil-dalinya telah memenuhi unsur-unsur untuk dikabulkannya sebuah perceraian


sebagaimana substansi yang diatur dalam peraturan ini;
Menimbang, walaupun keterangan-keterangan para saksi yang dihadirkan Pemohon
tidak menyebut bentuk perselisihan dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon namun
hanya menyebutkan akibat hukum (rechts gevolg) dari perselisihan dan pertengkaran Pemohon
dan Termohon, maka keterangan tersebut dapat bernilai sebagai dalil pembuktian, hal ini
berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 299 K/AG/2003 tanggal 8 Juni 2005 yang
mengandung kaidah hukum sebagai berikut: (1). Keterangan dua orang saksi dalam sengketa
cerai talak (perceraian) yang hanya menerangkan suatu akibat hukum (rechts gevolg)
mempunyai kekuatan hukum sebagai dalil pembuktian. Untuk itu perlu dipertimbangkan
secara cermat. (2). Alat bukti berupa keterangan saksi harus memenuhi asas klasifikasi “unus
testis nullus testis”, sebagai asas yang berlaku dalam hukum acara sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
Menimbang, bahwa dengan adanya fakta Pemohon dan Termohon sudah berpisah
tempat tinggal, hal tersebut telah menunjukan bahwa Pemohon dan Termohon sudah tidak
melaksanakan kewajiban masing-masing layaknya suami isteri, hal tersebut bertentangan
dengan ketentuan hukum perkawinan yang memerintahkan suami isteri agar hidup pada tempat
kediaman bersama dan tidak dibenarkan untuk hidup berpisah tempat tinggal agar bisa
menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami isteri, kecuali apabila ada alasan yang dapat
dibenarkan oleh hukum. Disamping itu, Majelis Hakim menilai bahwa lama pisah antara
Pemohon dan Termohon termasuk kategori cukup lama dan keadaan tersebut menunjukan
bahwa permasalahan dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon terjadi terus menerus,
apabila ada i’tikad baik dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan permasalah rumah tangga
tersebut, tentu saja dapat segera terselesaikan, namun hal tersebut tidak terjadi pada rumah
tangga Pemohon dan Termohon sehingga menjadikan permasalahan dalam rumah tangga
menjadi berlarut-larut;
Menimbang, bahwa hidup bersama merupakan salah satu tolak ukur rumah tangga yang
harmonis sekaligus sebagai tanda keutuhan suami isteri, oleh karena itu fakta adanya pisah
tempat tinggal merupakan bentuk penyimpangan dari konsep dasar dibangunnya lembaga
pernikahan, agar suami isteri utuh kompak dalam segala aktivitas kehidupan rumah tangga
bukan dengan pola hidup berpisah. Disamping itu, Majelis Hakim menilai bahwa dengan telah
pisahnya Pemohon dan Termohon menjadikan pola komunikasi antara Pemohon dan
Termohon sudah tidak bisa dibangun, padahal untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
58

yang harmonis diperlukan komunikasi yang baik, baik dari segi kuantitas maupun kualitas
antara suami dan isteri tersebut;
Menimbang, bahwa selama proses persidangan berlangsung, Majelis Hakim telah
mengupayakan perdamaian dengan memberi nasihat kepada Pemohon supaya bersabar dan
berusaha rukun lagi dengan Termohon, namun Pemohon tetap dengan pendiriannya untuk
bercerai dengan Termohon. Hal tersebut menunjukan fakta bahwa Pemohon tidak ingin
meneruskan rumah tangga dengan Termohon;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim dalam perkara ini juga mempertimbangkan apakah
rumah tangga Pemohon dan Termohon tersebut masih dapat dipertahankan atau tidak,
karenanya apabila selama proses persidangan kedua belah pihak atau salah satu pihak tidak
bersedia lagi meneruskan kehidupan rumah tangga dengan pasangannya, maka apabila rumah
tangga tersebut dipaksakan, akan sulit untuk mencapai visi misi membentuk rumah tangga yang
sakinah, mawadah dan rahmah, karena keduanya sudah tidak bisa disatukan, hal ini terjadi juga
kepada rumah tangga Pemohon dan Termohon;
Menimbang, bahwa dengan adanya fakta Pemohon tidak ingin meneruskan rumah
tangga dengan Termohon menunjukan bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon telah
pecah sedemikian rupa dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga
sebagaimana tujuan adanya pernikahan; Menimbang, bahwa dengan adanya fakta-fakta
tersebut di atas, apabila dihubungkan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 17 Maret 1999 nomor 237/K/ AG/1998 yang mengandung abstrak hukum,
bahwa berselisih, cekcok, hidup berpisah, tidak dalam satu tempat kediaman bersama, salah
satu pihak tidak berniat untuk meneruskan kehidupan bersama dengan pihak lain, hal itu adalah
merupakan fakta hukum yang cukup untuk menjelaskan adanya perselisihan dan pertengkaran
dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon;
Menimbang, Majelis Hakim berpendapat, bahwa dengan meneruskan rumah tangga
yang sudah tidak terjalin harmonis hanya akan membuat salah satu pihak atau bahkan kedua
belah pihak dalam keadaan teraniaya (dzulm), maka hal tersebut merupakan bukti adanya
kemudhorotan dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon, maka sudah sepatutnya
kemudhorotan tersebut dihilangkan, Terkait hal tersebut Majelis Hakim sependapat dengan
pendapat ahli hukum Islam dalam kitab Madza Hurriyat Azzauzaini Fii Athalaq, Juz 1, halama
83 yang diambil alih oleh Majelis Hakim sebagai pendapat sendiri.
Menimbang, bahwa secara sosiologis suatu perkawinan yang didalamnya sering terjadi
perselisihan dan pertengkaran akan sulit untuk mewujudkan rumah tangga bahagia yang penuh
rahmah dan kasih sayang seperti yang diharapkan setiap pasangan suami istri, justru sebaliknya
59

mempertahankan perkawinan seperti itu (rumah tangga yang sudah pecah/retak) bisa
menimbulkan dan mengakibatkan akibat negatif bagi semua pihak dan kesemuanya itu bisa
mendatangkan mudharat, oleh karena itu harus dicari kemaslahatannya (yang terbaik), hal ini
sesuai pula dengan kaidah fiqh.
Menimbang, oleh karena Pemohon telah berhasil membuktikan adanya alasan
perceraian sesuai dengan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo.
Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, sedangkan usaha perdamaian sesuai dengan Pasal
154 RBg dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Proses Mediasi di
Pengadilan hanya berhasil sebagian dan usaha damai oleh Majelis Hakim sesuai Pasal 82 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan perubahannya dan
Pasal 31 ayat (1) dan (2) serta Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
ternyata tidak berhasil (telah gagal), maka terkait hal ini petitum nomor satu dalam permohonan
Pemohon patut untuk dikabulkan;
Menimbang, bahwa perkara ini merupakan perkara cerai talak, maka terkait
permohonan Pemohon dalam petitum nomor dua, maka Majelis Hakim memberi izin kepada
Pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj'i terhadap Termohon di depan sidang pengadilan
agama soreang
Menimbang, bahwa perkara ini merupakan perkara cerai talak yang diajukan oleh
Pemohon sebagai suami, oleh karenanya perceraian tersebut terhitung setelah suami
mengikrarkan talaknya di depan sidang Pengadilan Agama sebagaimana maksud Pasal 123
Kompilasi Hukum Islam, adapun pelaksanaan sidang ikrar talak akan ditentukan kemudian
setelah putusan ini berkekuatan hukum tetap, hal ini sebagaimana ketentuan Pasal 70 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2006; Menimbang, bahwa setelah Pemohon mengucapkan ikrar talak
di depan sidang Pengadilan Agama Soreang, maka bagi Termohon terdapat waktu tunggu
(masa iddah) selama tiga kali suci (sekurang-kurangnya sembilan puluh hari) dikarenakan
perceraian tersebut ba’da dukhul sebagaimana maksud Pasal 153 ayat (4) dan Pasal 155
Kompilasi Hukum Islam, maka pada masa tunggu tersebut Termohon wajib menjaga dirinya,
tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain, hal ini sebagaimana yang telah
ditentukan pada Pasal 151 Kompilasi Hukum Islam. Begitupula, apabila selama masa iddah
tersebut, Pemohon dan Termohon sepakat untuk rukun kembali sebagai suami isteri, maka bagi
Pemohon dan Termohon memiliki hak untuk rujuk dan maksud rujuk tersebut dapat diajukan
ke Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama setempat;
60

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 149 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam bagi
suami yang menjatuhkan talak terhadap isterinya berkewajiban untuk memberikan nafkah
iddah (jika isteri tidak berbuat nusyuz); Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di
persidangan, Majelis Hakim menilai bahwa Termhon tidak berbuat nusyuz, adapun terkait
fakta keduanya telah pisah rumah, hal tersebut dinilai sebagai efek dari ketidak harmonisan
rumah tangga Pemohon dan termohon
Menimbang, bahwa berdasarkan yurisprudensi Mahkamah Agung RI nomor
608/AG/2003 tanggal 23 Maret 2005 dan Nomor 280 K/AG/2004 tanggal 10 Nopember 2004,
diperoleh suatu kaidah bahwa jumlah nilai mut’ah, nafkah, maskan dan kiswah harus
memenuhi kebutuhan hidup minimum berdasarkan kemampuan, kepatutan dan rasa keadilan;
Menimbang, bahwa berdasarkan kesepakatan mediasi tanggal 25 Oktober 2021,
Pemohon bersedia memberikan nafkah iddah kepada Termohon sebesar Rp. 3.000.000,00 (tiga
juta rupiah), terkait hal ini Majelis Hakim akan menjadikan kesepakatan hasil mediasi ini
sebagai landasan dalam menetapkan nafkah iddah bagi Termohon;
Menimbang, bahwa untuk memberikan kemudahan dan perlindungan terhadap hak-hak
Termohon, maka kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Majelis Hakim tersebut di atas
harus diserahkan kepada Termohon pada saat sidang pengucapan ikrar talak sesaat sebelum
pengucapan ikrar talak dilaksanakan, kecuali apabila Termohon tidak keberatan hak-haknya
tersebut di bayarkan setelah pengucapan ikrar talak, ketetapan ini telah sesuai dengan ketentuan
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 1 Tahun 2017;
Menimbang, bahwa dalam bidang perkawinan, inklusif di dalamnya perkara perceraian
maka menurut Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama serta berdasarkan azas lex spesialis drogat lex generalis maka biaya perkara dibebankan
kepada Pemohon yang jumlahnya seperti tercantum dalam diktum amar putusan ini;
Mengingat segala Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta dalil-dalil syar’i
yang berkenaan dengan perkara ini;
Putusan
MENGADILI
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Memberi izin kepada Pemohon asep pajri bin solehudin untuk menjatuhkan talak satu raj'i
terhadap Termohon siti sarah binti wawan di depan sidang Pengadilan agama soreang;
3. Menghukum Pemohon untuk memberikan kepada Termohon berupa Nafkah selama masa
iddah sejumlah Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
61

4. Memerintahkan Pemohon untuk membayar tunai nafkah selama masa iddah di atas di
hadapan sidang Pengadilan agama soreang sebelum Pemohon mengucapkan ikrar talak
5. Membebankan biaya perkara kepada Pemohon sejumlah Rp270.000,00 ( dua ratus enam
puluh enam ribu rupiah);

Demikian putusan ini dijatuhkan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan agama soreang pada hari Jum’at 3 Maret 2023 Masehi bertepatan dengan tanggal
3 Ramadhan 1444 Hijriyah oleh Majelis Hakim. Putusan tersebut diucapkan oleh Ketua Majelis
pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota
dan dibantu oleh Panitera Pengganti serta dihadiri oleh Pemohon dan Termohon;

Ketua Majelis

Wina Nur’aeni
Hakim Anggota 1 Hakim Anggota II

Mahfud Fuadi Ahmad Hanbali

Panitera Pengganti

Ahmad Sondari
62

Rincian Biaya perkara:


1. PNBP
a. Pendaftaran : Rp. 30.000,00
b. Panggilan Pertama : Rp. 20.000,00
c. Redaksi : Rp. 10.000,00
2. Proses : Rp. 70.000,00
3. Panggilan : Rp. 130.000,00
4. Meterai : Rp. 10.000,00
Jumlah : Rp. 270.000,00

10) Ikrar Talak

Dalam perkara cerai talak dikenal adanya sidang pembacaan ikrar talak. Adapun
pembacaan tersebut dilaksanakan setelah pemohon dapat memenuhi biaya-biaya yang
telah ditetapkan oleh pengadilan seperti nafkah iddah, muth’ah, dan nafkah anak.
Adapun uang untuk nafkah-nafkah tersebut diberikan dan diserahkan kepada isteri tepat
pada saat ikrar talak diucapkan. Apabila pemohon tidak bisa membayar nafkah tersebut
secara tunai maka dapat diberikan secara dicicil apabila termohon meridhoinya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengadilan Agama merupakan salah satu lembaga hukum yang telah ditetapkan
di Indonesia. Kewenangan Pengadilan Agama adalah mengadili berbagai perkara pihak
yang beragama Islam dan mengadili perkara-perkara seperti perceraian, isbat nikah,
talak dan rujuk, zakat, shodaqoh, waris, wakaf termasuk ekonomi syari’ah. Hal ini
bertujuan untuk tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, tertib,
sejahtera adil dan makmur.

Dalam praktiknya, pengadilan agama memiliki aturan-aturan dalam prosedur


bagaimana seorang hakim menempatkan diri dan memutus suatu perkara. Aturan atau
hukum acara pengadilan agama telah diatur dalam sumber hukum yang sama seperti
dalam hukum acara perdata di pengadilan negeri, ditambah dengan atura-aturan khusus
yang dimana aturan tersebut tidak terdapat di Pengadilan Negeri.

Dalam Magang Kerja Peradilan Agama ini, mahasiswa dituntut untuk


memahami secara langsung serta menganalis proses berperkara di pengadilan agama
dan menyesuaikan dengan apa yang telah dipelajari di kelas. Banyak sekali pelajaran
baru yang diperoleh penulis khususnya dalam praktik peradilan agama ini, karena pada
nyatanya tidak semua teori sesuai atau sama persis dengan kenyataannya di lapangan.

Dalam perjalanan proses praktiknya, Mahasiswa dituntut dan diarahkan


memahami bagaimana prosedur berperkara di pengadilan agama dimulai dari
pendaftaran sampai kepada putusan dan pembayaran pihak yang berkewajiban
membayar biaya perkara. Pengadilan Agama Soreang tetap berupaya untuk
melaksanakan tugas dan fungsi secara optimal dalam melayani pencarian keadilan,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Termasuk dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi untuk memberikan akses seluas-luasnya pada masyarakat
Soreang

63
64

B. Saran/Rekomendasi
Mengingat pentingnya program ini, hendaknya panitia terlibat aktif dan
memberikan waktu yang lebih panjang dalam pelaksanaan Magang Kerja Peradilan
Agama ini, karena terasa kurang maksimal dengan waktu magang yang hanya berjalan
kurang lebih 1 bulan, yang menyebabkan mahasiswa kurang optimal dalam menyerap
materi yang diperoleh di lokasi magang kerja
DAFTAR PUSTAKA

Admin, ‘Persyaratan Berperkara Prodeo’, Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan


Agama Soreang Kelas IB <https://pa-soreang.go.id/> [accessed 22 February 2023]
———, ‘Putus 8.877 Perkara, PA Soreang Pemilik Putusan Terbanyak Se Indonesia Tahun
2020’, Mahkamah Agung Rpublik Indonesia Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Agama, 2020 <https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-
daerah/putus-8-877-perkara-pa-soreang-pemilik-putusan-terbanyak-se-indonesia-tahun-
2020-30-11> [accessed 22 February 2023]
———, ‘Sejarah Pengadilan Agama Soreang’, Mahkamah Agung Republik Indonesia
Pengadilan Agama Soreang Kelas IB <https://pa-soreang.go.id/tentang-
pengadian/sejarah-pengadilan/pembentukan-pengadilan.html> [accessed 21 February
2023]
———, ‘Statistik Perkara’, Sistem Informasi Penelusuran Perkara Pengadilan Agama
Soreang, 2023 <https://sipp.pa-soreang.go.id/statistik_perkara> [accessed 23 February
2023]
———, ‘Visi Dan Misi Pengadilan’, Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan
Agama Soreang Kelas IB <https://pa-soreang.go.id/tentang-pengadian/visi-dan-
misi.html?highlight=WyJ2aXNpIiwibWlzaSIsInZpc2kgbWlzaSJd> [accessed 21
February 2023]
‘Apa Perbedaan Putusan Dan Penetapan?’, Amor Patriae Nostra Lex, 2015
<http://dariuslekalawo.blogspot.com/2015/05/apa-perbedaan-putusan-dan-
penetapan.html#:~:text=Putusan disebut dengan jurisdiction contentiosa,pemohon I dan
pemohon II.> [accessed 22 February 2023]
Riyanto, Mahmud Hadi, ‘Kedudukan Dan Keprotokolan Pengadilan Agama’, Iwan Kartiwan,
2020 <https://badilag.mahkamahagung.go.id/>
Suherman, ‘Kedudukan Dan Kewenangan Peradilan Agama Di Indonesia’, Al Maslahah
Jurnal Hukum Islam Dan Pranata Sosial Islam, 1.7 (2014), 675–89
Yahya Harahap, M, Kedudukan, Kewewnangan Dan Acara Peradilan Agama Dalam UU No
7 Tahun 1989 (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990)

65
LAMPIRAN-LAMPIRAN

66
67
68
69
DOKUMENTASI

1. Pembukaan Kegiatan MKPA

2. Kegiatan MootCourt

70
71

3. Diskusi Hasil Observasi

4. Penutupan MKPA

Anda mungkin juga menyukai