Oleh :
Maula Tamimi
1193010079
LAPORAN
MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
Oleh :
Nama : Maula Tamimi
NIM : 1193010079
Telah diperiksa dan memenuhi syarat untuk dinilai dan dapat dikeluarkan nilai
akhir (Kumulatif) untuk Magang Kerja Peradilan Agama.
Mengetahui Menyetujui
Ketua Prodi, Pembimbing,
i
LEMBAR PENILAIAN
Kepada Yth.
Ketua Sekretaris Jurusan Hukum Keluarga
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
iii
5. Drs. Suhardi S.H, selaku Ketua Pengadilan Agama Subang yang telah
memberikan izin dan ilmunya kepada penulis dalam melakukan praktikum
peradilan agama di lembaganya;
6. Seluruh staf Peradilan Agama Subang yang telah membantu penulis, sehingga
banyak memberikan pengetahuan dan informasi tentang peradilan agama dalam
praktiknya secara nyata;
7. Kawan seperjuangan peserta praktikum peradilan agama di Pengadilan Agama
Subang.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
penyusunan laporan praktikum peradilan agama ini. Oleh karena itu, penulis
mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun
penulis menjadi lebih baik. Kritik yang membangun ini sangat diharapkan sekali
oleh penulis untuk menyempurnakan pembuatan laporan di masa yang akan datang.
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umunya.
Bandung, Maret
2022
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pengurusan Perguruan
Tinggi;
4. Peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas
peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan pendidikan;
5. Peraturan Presiden Nomor 57 tahun 2005 tentang perubahan IAIN Sunan
Gunung Djati Bandung menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung;
6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2012 tentang kerangka kualifikasi
Nasional Indonesia;
7. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 07 tahun 2013 tentang Organisasi dan
Tata Kerja UIN Sunan Gunung Djati Bandung;
8. Peraturan menteri Agama RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang status UIN
Sunan Gunung Djati Bandung;
9. Keputusan Menteri Agama RI Nomor B.II/3/06361 Tanggal 06 Juli 2015
tentang pengangkatan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung;
10. Keputusan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Nomor
Un.05/ll.2/KP.07.6/151/2015 Tanggal 08 September 2015 tentang
Pengangkatan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati
Bandung; dan
11. Perjanjian kerja sama antara Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Gunung Djati Bandung dengan Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung Republik Indonesia Tentang Pendidikan, Penelitian,
Penyuluhan, dan Pengawasan kinerja Hakim Pengadilan Agama Nomor:
Un.05/lll.3/PP.oo.9/617 Nomor 0995/DJA/PP.oo/V/2012.
2
3. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman dalam
proses peradilan E-Court;
4. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam proses peradilan E-
Court;
5. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman praktis
dalam menyelesaikan perkara; dan
6. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam menyelesaikan
perkara.
3
Ngamprah, Pengadilan Agama Ciamis, Pengadilan Agama Tasikmalaya,
Pengadilan Agama Subang, Pengadilan Agama Kota Tasikmalaya, dan
Pengadilan Agama Banjar. Ditambah beberapa Pengadilan Agama dan atau
Mahkamah Syariah sesuai domisili mahasiswa peserta magang kerja.
4
BAB II
5
Untuk pengaturan yang lebih komprehensif terhadap pengaturan pengawasan
hakim dan sebagainya maka telah diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun
2004 telah diganti dengan Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009.
Sedangkan untuk Pengadilan Agama, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
telah diubah untuk kedua kalinya yaitu dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun
2009 yang dimaksudkan untuk memperkuat prinsip dasar dalam
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yaitu agar prinsip kemandirian
peradilan dan prinsip kebebasan hakim dapat berjalan paralel dengan prinsip
integritas dan akuntabilitas hakim.
Prinsip pengadilan yang terbuka (transparan) merupakan salah satu prinsip
pokok dalam sistem peradilan di dunia. Keterbukaan merupakan kunci lahirnya
akuntabilitas (pertanggungjawaban). Melalui keterbukaan (transparansi), hakim
dan pegawai pengadilan akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
Secara umum prinsip yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Subang dalam
melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan Peradilan
Tingkat Pertama, baik yang bersifat administratif, keuangan dan organisasi
mengacu kepada :
1. Peraturan Presidden Nomor : 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi pemerintah (SAKIP)
2. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RB Nomor: 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Peraturan kinerja dan
Tata cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
4. Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 7 tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan Peradilan.
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor : PER/09/PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan
Indikator Kinerja Utama.
6
Atas dasar peraturan perundang-undangan tersebut, Pengadilan Agama
Subang berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas,
fungsi dan peranannya dalam pengelolaan sumberdaya, dan sumber dana serta
kewenangan yang ada yang dipercayakan kepada publik.
Untuk itu sudah merupakan suatu keharusan adanya akuntabilitas kinerja
pada setiap instansi pemerintah, sebagaimana maksud Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Hakim-Hakim :
7
3. Drs. Arifin
4. Drs. Amrullah, M.H.
5. Dra. Hj. Dadah H., S.H., M.H.
6. Drs. Muslim Djamaluddin, M.H.
7. Dra. Niswati
8. Drs. Esib Jaelani, M.H.
9. Muhammad Harits, S.Ag.
8
C. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Subang
Tugas Pokok
Pasal 25 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 yang kemudian diubah
dengan Undang-undnag Nomor 35 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang kekuasaan kehakiman menjelaskan bahwa Peradilan Agama adalah
salah satu badan pelaksana kekuasaan kehakiman merupakan badan peradilan
tersendiri disamping tiga badan peradilan yang lain. Hal ini mengandung
konsekuensi yang luas bagi semua aparatur Peradilan Agama di seluruh Indonesia,
yaitu para hakim, pejabat kepaniteraan. Panitera Pengganti, Jurusita/Jurusita
Pengganti dan semua karyawan Pengadilan Agama, dituntut untuk memiliki
profesionalisme dan etos kerja yang tinggi dalam memberikan pelayanan yang
maksimal bagiu masyarakat pencari keadilan.
Fungsi
9
dalam pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama;
g. Memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun
hijriyah.
Disamping itu dalam rangka terwujudnya pelayanan yang prima kepada para
pencari keadilan, di Pengadilan Agama Subang, maka dalam melaksanakan
tugasnya berpedoman pada Standart Operasional Prosedur (SOP), yang telah
disempurnakan sesuai dengan Akreditasi penjaminan Mutu Pengadilan Agama
Subang Tahun 2019.
2. Kejelasan tugas, tanggung jawab, target dan pengukuran terhadap hasil kerja dari
setiap posisi;
3. Kejelasan wewenang yang diberikan atau yang dimiliki oleh setiap posisi untuk
mengambil keputusan;
4. Kejelasan resiko dan dampak yang akan muncul bila tugas dan tanggung jawab
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya;
10
5. Tersedianya sistem pengelolaan organisasi;
11
BAB III
12
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, pengadilan agama mempunyai
fungsi sebagai berikut:
13
1. Perkawinan
14
w. Permohonan perwalian;
x. Gugatan pencabutan kekuasaan wali;
y. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di
bawah kekuasaannya; dan
z. Pengangkatan anak oleh WNI yang beragama Islam terhadap anak WNI
yang beragama Islam.
2. Kewarisan
3. Wasiat
4. Hibah
5. Wakaf
15
7. Ekonomi Syariah
a. Bank Syariah;
b. Lembaga Keuangan Makro Syariah;
c. Asuransi Syariah;
d. Reasuransi Syariah;
e. Reksadana Syariah;
f. Obligasi Syariah;
g. Sekuritas Syariah;
h. Pembiayaan Syariah;
i. Pegadaian Syariah;
j. Dana pensiun Syariah; dan
k. Bisnis Syariah.
16
BAB IV
PENDAFTARAN SELESAI
17
Pihak/Pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh Jurusita Pengganti
untuk menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim
(PMH) dan Hari Sidang Pemeriksaan Perkara (PHS). Hari sidang pertama,
paling lambat 30 hari sejak pendaftaran. Pemanggilan para pihak dilakukan
paling lambat tiga hari sebelum persidangan (hari waktu memanggil tidak
dihitung).
7. Pihak-pihak hadir di persidangan sesuai dengan panggilan sidang.
8. Setelah Majelis Hakim membacakan putusan dalam sidang yang terbuka
untuk umum, Ketua Majelis memberitahukan pada Penggugat/Pemohon
untuk menghadap Kasir guna mengecek panjar biaya perkara yang
bersangkutan (Dengan menggunakan Instrumen). Perkara harus sudah
diputus, paling lambat lima bulan sejak pendaftaran (termasuk minutasi
berkas perkara).
9. Pemohon Penggugat selanjutnya menghadap kepada pemegang Kas untuk
menanyakan perincian penggunaan panjar biaya perkara yang telah ia
bayarkan, dengan memberikan informasi nomor perkara.
10. Pemegang Kas berdasarkan buku Jurnal Keuangan Perkara memberi
penjelasan mengenal rincian penggunaan biaya perkara kepada Pemohon /
Penggugat
11. Pemohon / Penggugat setelah menerima Kuitansi pengembalian sisa panjar
biaya perkara dan menanda tanganinya, kemudian menyerahkan kembali
kuitansi tersebut kepada pemegang kas.
12. Pemegang Kas menyerahkan uang sejumlah yang tertera dalam kuitansi
tersebut beserta tindasan pertama kuitansi kepada pihak Pemohon/Penggugat
13. Para pihak dapat mengajukan upaya hukum dalam tempo 14 hari setelah
putusan dijatuhkan atau 14 hari setelah pemberitahuan amar putusan apabila
pihak tidak hadir saat putusan diucapkan.
14. Khusus :
a. Cerai Gugat : Setelah putusan berkekuatan hukum tetap, panitera
memberitahukan kepada para pihak bahwa putusan tersebut telah
berkekuatan hukum tetap, selanjutnya panitera berkewajiban
18
memberikan Akta Cerai pada para pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari terhitung setelah putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
1. Cerai Gugat (Istri Yang Mengaju) / Cerai Talak (Suami Yang Mengaju)
3. Penetapan/Isbat Nikah
19
d. PC. KK;
e. Surat Kematian (dari Desa/Kelurahan);
f. Karip / Karis (PNS/Pensiunan);
g. SK PNS/Pensiun (PNS/Pensiunan);
h. Surat Rekomendasi dari KUA setempat;
i. Surat Keterangan sebagai Suami-Istri dari Desa/Kelurahan; dan
j. Panjar Biaya Perkara di bayar di Bank BSI (Unit/Cabang Subang).
Perkara yang diterima dari bulan Januari 2021 sampai dengan bulan
Desember 2021 sebagai berikut:
A. Perkara gugatan sebanyak 4356 (empat ribu tiga ratus lima puluh enam)
perkara
B. Perkara gugatan sederhana sebanyak 13 (tiga belas) perkara
C. Perkara voluntair sebanyak 369 (tiga ratus enam puluh sembilan) perkara.
20
A. Perkara gugatan sebanyak 4643 perkara
B. Perkara gugatan sederhana sebanyak 13 perkara
C. Perkara voluntair sebanyak 381 perkara
Jadi Pengadilan Agama Subang menerima perkara secara keseluruhan
sebanyak 5037 perkara. Perkara tersebut telah diputus sebanyak 4843 (empat
ribu delapan ratus empat puluh tiga)terdiri dari perkara gugatan sebanyak 4457
(empat ribu empat ratus lima puluh tujuh), perkara gugatan sederhana sebanyak
12 (dua belas) perkara dan perkara permohonan sebanyak 374 (tiga ratus tujuh
puluh puluh empat) perkara dengan demikian sisa perkara tahun 2021 sebanyak
194 (seratus sembilan puluh empat) perkara.
Ada berbagai jenis Putusan Hakim dalam pengadilan sesuai dengan sudut
pandang yang kita lihat. Dari segi fungsinya dalam mengakhiri perkara putusan
hakim adalah sebagai berikut:
21
a. putusan gugur
b. putusan verstek yang tidak diajukan verset
c. putusan tidak menerima
d. putusan yang menyatakan pengadilan agama tidak berwenang
memeriksa
e. Semua putusan akhir dapat dimintakan akhir, kecuali bila undang-
undang menentukan lain.
3. Putusan Sela
Kemudian jika dilihat dari segi hadir tidaknya para pihak pada saat putusan
dijatuhkan, putusan dibagi sebagai berikut:
1. Putusan gugur
a. adalah putusan yang menyatakan bahwa gugatan/permohonan gugur
karena penggugat/pemohon tidak pernah hadir, meskipun telah dipanggil
sedangkan tergugat hadir dan mohon putusan
22
b. putusan gugur dijatuhkan pada sidang pertama atau sesudahnya sebelum
tahapan pembacaan gugatan/permohonan
c. putusan gugur dapat dijatuhkan apabila telah dipenuhi syarat:
1) penggugat/pemohon telah dipanggil resmi dan patut untuk hadir
dalam sidang hari itu
2) penggugat/pemohon ternyata tidak hadir dalam sidang tersebut, dan
tidak pula mewakilkan orang lain untuk hadir, serta ketidakhadiran-
nya itu karena suatu halangan yang sah
3) Tergugat/termohon hadir dalam sidang
4) Tergugat/termohon mohon keputusan
d. dalam hal penggugat/pemohon lebih dari seorang dan tidak hadir semua,
maka dapat pula diputus gugur
e. dalam putusan gugur, penggugat/pemohon dihukum membayar biaya
perkara
f. tahapan putusan ini dapat dimintakan banding atau diajukan perkara baru
lagi
2. Putusan Verstek
a. adalah putusan yang dijatuhkan karena tergugat/termohon tidak pernah
hadir meskipun telah dipanggil secara resmi, sedang penggugat hadir dan
mohon putusan
b. Verstek artinya tergugat tidak hadir
c. Putusan verstek dapat dijatuhkan dalam sidang pertama atau sesudahnya,
sesudah tahapan pembacaan gugatan sebelum tahapan jawaban tergugat,
sepanjang tergugat/para tergugat semuanya belum hadir dalam sidang
padahal telah dipanggil dengan resmi dan patut
d. Putusan verstek dapat dijatuhkan apabila memenuhi syarat:
1) Tergugat telah dipanggil resmi dan patut untuk hadir dalam sidang
hari itu
2) Tergugat ternyata tidak hadir dalam sidang tersebut, dan tidak pula
mewakilkan orang lain untuk hadir, serta ketidakhadirannya itu
karena suatu halangan yang sah
23
3) Tergugat tidak mengajukan tangkisan/eksepsi mengenai kewenangan
4) Penggugat hadir dalam sidang
5) Penggugat mohon keputusan
6) dalam hal tergugat lebih dari seorang dan tidak hadir semua, maka
dapat pula diputus verstek.
7) Putusan verstek hanya bernilai secara formil surat gugatan dan belum
menilai secara materiil kebenaran dalil-dalil tergugat
8) Apabila gugatan itu beralasan dan tidak melawan hak maka putusan
verstek berupa mengabulkan gugatan penggugat, sedang mengenai
dalil-dalil gugat, oleh karena dibantah maka harus dianggap benar
dan tidak perlu dibuktikan kecuali dalam perkara perceraian
9) Apabila gugatan itu tidak beralasan dan atau melawan hak maka
putusan verstek dapat berupa tidak menerima gugatan penggugat
dengan verstek
10) Terhadap putusan verstek ini maka tergugat dapat melakukan
perlawanan (verset)
11) Tergugat tidak boleh mengajukan banding sebelum ia menggunakan
hak versetnya lebih dahulu, kecuali jika penggugat yang banding
12) Terhadap putusan verstek maka penggugat dapat mengajukan
banding. Apabila penggugat mengajukan banding, maka tergugat
tidak boleh mengajukan verset, melainkan ia berhak pula
mengajukan banding
13) Khusus dalam perkara perceraian, maka hakim wajib membuktikan
dulu kebenaran dalil-dalil tergugat dengan alat bukti yang cukup
sebelum menjatuhkan putusan verstek
14) Apabila tergugat mengajukan verset, maka putusan verstek menjadi
mentah dan pemeriksaan dilanjutkan pada tahap selanjutnya
15) Perlawanan (verset berkedudukan sebagai jawaban tergugat)
16) Apabila perlawanan ini diterima dan dibenarkan oleh hakim
berdasarkan hasil pemeriksaan/pembuktian dalam sidang, maka
24
hakim akan membatalkan putusan verstek dan menolak gugatan
penggugat
17) Tetapi bila perlawanan itu tidak diterima oleh hakim, maka dalam
putusan akhir akan menguatkan verstek
18) Terhadap putusan akhir ini dapat dimintakan banding
19) Putusan verstek yang tidak diajukan verset dan tidak pula dimintakan
banding, dengan sendirinya menjadi putusan akhir yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
3. Putusan kontradiktoir
25
d. Putusan tidak menerima dapat dijatuhkan setelah tahap jawaban, kecuali
dalam hal verstek yang gugatannya ternyata tidak beralasan dan atau
melawan hak sehingga dapat dijatuhkan sebelum tahap jawaban
e. Putusan tidak menerima belum menilai pokok perkara (dalil gugat)
melainkan baru menilai syarat-syarat gugatan saja. Apabila syarat gugat
tidak terpenuhi maka gugatan pokok (dalil gugat) tidak dapat diperiksa.
f. Putusan ini berlaku sebagai putusan akhir
g. Terhadap putusan ini, tergugat dapat mengajukan banding atau
mengajukan perkara baru. Demikian pula pihak tergugat
h. Putusan yang menyatakan pengadilan agama tidak berwenang mengadili
suatu perkara merupakan suatu putusan akhir.
26
h. Untuk mengabulkan suatu petitum harus didukung dalil gugat. Satu
petitum mungkin didukung oleh beberapa dalil gugat. Apabila di antara
dalil-dalil gugat itu ada sudah ada satu dalil gugat yang dapat dibuktikan
maka telah cukup untuk dibuktikan, meskipun mungkin dalil-dalil gugat
yang lain tidak terbukti
i. Prinsipnya, setiap petitum harus didukung oleh dalil gugat
Sedangkan jika dilihat dari segi sifatnya terhadap akibat hukum yang
ditimbulkan, maka putusan dibagi sebagai berikut:
1. Putusan Diklatoir
a. yaitu putusan yang hanya menyatakan suatu keadaan tertentu sebagai
keadaan yang resmi menurut hukum
b. semua perkara voluntair diselesaikan dengan putusan diklatoir dalam
bentuk penetapan atau beschiking
c. putusan diklatoir biasanya berbunyi menyatakan
d. putusan diklatoir tidak memerlukan eksekusi
e. putusan diklatoir tidak mengubah atau menciptakan suatu hukum baru,
melainkan hanya memberikan kepastian hukum semata terhadap
keadaan yang telah ada.
2. Putusan Konstitutif
27
3. Putusan Kondemnatoir
a. Yaitu putusan yang bersifat menghukum kepada salah satu pihak untuk
melakukan sesuatu, atau menyerahkan sesuatu kepada pihak lawan,
untuk memenuhi prestasi
b. Putusan kondemnatoir terdapat pada perkara kontentius
c. Putusan kondemnatoir selaku berbunyi “menghukum” dan memerlukan
eksekusi
d. Apabila pihak terhukum tidak mau melaksanakan isi putusan dengan
suka rela, maka atas permohonan tergugat, putusan dapat dilakukan
dengan paksa oleh pengadilan yang memutusnya
e. Putusan dapat dieksekusi setelah memperoleh kekuatan hukum tetap,
kecuali dalam hal vitvoerbaarbijvoorraad, yaitu putusan yang
dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada upaya hukum (putusan serta
merta)
f. Putusan kondemnatoir dapat berupa penghukuman untuk
4. Putusan Pelaksanaan
28
E. Aplikasi Hasil Temuan Lapangan dalam Simulasi Persidangan
JALANNYA PERSIDANGAN
Sidang Pertama:
1. Majelis Hakim dan panitera sidang berada di meja sidang.
2. Ketua Majelis memimpin berdoa sebelum sidang dimulai.
3. Ketua Majelis membuka persidangan dengan kata - kata sidang dinyatakan
dibuka dan terbuka untuk umum. (Ketuk Palu 3x)
4. Ketua Majelis memerintahkan panitera sidang memanggil para pihak.
5. Ketua Majelis memeriksa identitas para pihak, termasuk Kuasa Hukum
Pemohon.
6. Ketua Majelis dan Hakim Anggota mendamaikan para pihak.
29
7. Ketua Majelis menjelaskan tentang mediasi sesuai dengan instrument
penjelasan mediasi.
8. Ketua Majelis memerintahkan para pihak untuk mediasi, menunjuk mediator
yang telah disediakan oleh Peradilan Agama atau para pihak untuk memilih
mediator.
9. Ketua Majelis menunda persidangan seminggu atau lebih dan
memerintahkan para pihak untuk datang lagi tanpa surat panggilan,
kemudian sidang ditutup. (Ketuk Palu 3x).
Sidang Kedua:
30
13. Ketua Majelis menjelaskan kepada Termohon atas replik pemohon tersebut
apakah akan menyikapi atau menyampaikan duplik secara lisan atau tertulis,
kemudian termohon menyatakan siap menyampaikan duplik secara lisan.
14. Ketua majelis menyatakan sidang dilanjutkan dengan pembuktian dari
pemohon terlebih dahulu.
15. Pemohon menyatakan telah siap untuk mengajukan pembuktian hari ini, mau
bukti surat ataupun saksi.
16. Atas perintah ketua majelis pemohon menyerahkan bukti surat berupa
fotocopy buku nikah dan buku nikah asli.
17. Ketua majelis memerintahkan panitera pengganti untuk memanggil saksi.
18. Ketua majelis memeriksa identitas 2 orang saksi yang diajukan oleh
pemohon.
19. Ketua majelis menyumpah saksi
20. Majelis hakim memeriksa saksi satu persatu
21. Setelah selesai memeriksa saksi yang diajukan oleh pemohon, sidang
dilanjutkan pembuktian dari pihak termohon
22. Selanjutnya atas pertanyaan ketua majelis termohon menyatakan tidak akan
mengajukan bukti, mau surat ataupun saksi dan mencukupkan dengan bukti
yang diajukan oleh pemohon.
23. Sidang dilanjutkan dengan kesimpulan
24. Atas pertanyaan ketua majelis pemohon menyampaikan kesimpulan secara
lisan yang pada pokoknya menyatakan tetap pada permohonannya untuk
bercerai dengan termohon dan mohon putusan
25. Atas pertanyaan ketua majelis termohon mengajukan kesimpulan secara
lisan dengan menyatakan tidak keberatan untuk bercerai dengan pemohon
dan memohon agar pemohon melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
kesepakatan.
26. Ketua majelis menyatakan sidang diskors untuk musyawarah majelis (ketuk
palu 1x), para pihak diperintahkan untuk meninggalkan ruang sidang.
27. Setelah musyawarah majelis selesai ketua majelis menyatakan skors sidang
dicabut (ketuk palu 1x) dan para pihak dipanggil Kembali ke ruang sidang.
31
28. Ketua majelis menyatakan sidang terbuka untuk umum (ketuk palu 1x)
29. Ketua majelis membacakan putusan (selesai baca putusan ketuk palu 1x)
30. Ketua majelis menyatakan sidang selesai dan ditutup dengan ucapan
Alhamdulillahirobbilalamin (ketuk palu 3x)
Sidang Ketiga:
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
32
produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang
sesuai dengan tata cara kehidupan bersama.
B. Saran/Rekomendasi
33
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pa-subang.go.id/
Yahya Harahap. 2005. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.
Instruksi Presiden R.I. No. 1 Tahun 1991. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.
34
LAMPIRAN-LAMPIRAN