Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

DI PENGADILAN AGAMA SUBANG

Oleh :
Maula Tamimi
1193010079

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN
MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

DI PENGADILAN AGAMA SUBANG

Oleh :
Nama : Maula Tamimi
NIM : 1193010079

Telah diperiksa dan memenuhi syarat untuk dinilai dan dapat dikeluarkan nilai
akhir (Kumulatif) untuk Magang Kerja Peradilan Agama.

Mengetahui Menyetujui
Ketua Prodi, Pembimbing,

Dr. H. Burhanuddin S.Ag., Dr. Hj. Neni Nuraeni,


M.H. M.Ag.

NIP. 197809282006041023 NIP. 196610171999032002

i
LEMBAR PENILAIAN

MAGANG KERJA PERADILAN AGAMA (MKPA)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Kepada Yth.
Ketua Sekretaris Jurusan Hukum Keluarga
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Setelah memperhatikan dari kegiatan, pembekalan, kehadiran, pengamatan


dilapangan, penyusunan laporan individual, dengan ini saya pembimbing Magang
Kerja Peradilan Agama menerangkan bahwa mahasiswa tersebut.

Nama : Maula Tamimi


NIM : 1193010079
Tempat Praktek : Pengadilan Agama Subang

Memperoleh Nilai Akhir :

Demikian keterangan ini diberikan untuk dapat digunakan sebagaimana


mestinya.

Bandung, Maret 2022


Pembimbing,

Dr. Hj. Neni Nuraeni


M.Ag.
NIP. 196610171999032002
KATA PENGANTAR
ii
َ ‫لر ۡح َٰم ِن ٱ‬
‫لر ِح ِيم‬ َ ‫بِ ۡس ِم ٱ َّللِ ٱ‬
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam melakukan Magang Kerja Peradilan
Agama dan penyusunan laporannya. Shalawat dan salam semoga senantiasa
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat-
sahabatnya, sehingga sampailah kepada kita semua sebagai umatnya. Aamiin yaa
Allah yaa Rabbal ‘Alamiin.
Penyusunan laporan Magang Kerja Peradilan Agama ini merupakan
rangkaian akhir dari kegiatan praktikum peradilan agama mahasiswa program studi
strata 1 Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati
Bandung. Penyusunan laporan ini berdasarkan pada hasil praktikum peradilan
agama yang dilakukan di Pengadilan Agama Subang selama 24 hari. Isi dari laporan
ini juga dibuat berdasarkan kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari
itu penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah
membantu penyusun dalam melaksanakan praktikum peradilan agama selama ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Prof. Dr. Fauzan Ali Rasyid, M.Si., dan segenap jajaran birokrat fakultas;
2. Ketua progam studi Hukum Keluarga, Dr. H. Burhanuddin, S.Ag., M.H., serta
Bapak Sekretaris Jurusan Hukum Keluarga Dra. Siti Nur Fatoni, M.Ag., dan
segenap jajaranya;
3. Ibu Dr. Hj. Neni Nuraeni M.Ag., selaku pembimbing Magang Kerja Peradilan
Agama (MKPA) yang telah membimbing penulis dari awal pembekalan sampai
penyusunan laporan;
4. Segenap panitia Magang Kerja Pengadilan Agama (MKPA) progam studi
Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati
Bandung yang telah melakukan kerjasama dengan lembaga peradilan agama;

iii
5. Drs. Suhardi S.H, selaku Ketua Pengadilan Agama Subang yang telah
memberikan izin dan ilmunya kepada penulis dalam melakukan praktikum
peradilan agama di lembaganya;
6. Seluruh staf Peradilan Agama Subang yang telah membantu penulis, sehingga
banyak memberikan pengetahuan dan informasi tentang peradilan agama dalam
praktiknya secara nyata;
7. Kawan seperjuangan peserta praktikum peradilan agama di Pengadilan Agama
Subang.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
penyusunan laporan praktikum peradilan agama ini. Oleh karena itu, penulis
mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun
penulis menjadi lebih baik. Kritik yang membangun ini sangat diharapkan sekali
oleh penulis untuk menyempurnakan pembuatan laporan di masa yang akan datang.
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umunya.

Bandung, Maret
2022

Penulis,

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i


LEMBAR PENILAIAN...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Praktikum Peradilan Agama ....................................... 1
B. Dasar Penyelenggaraan Praktikum Pengadilan Agama ....................... 1
C. Tujuan Praktikum Pengadilan Agama .................................................. 2
D. Bentuk dan Jenis Praktikum Peradilan ................................................. 3
E. Tempat dan Waktu Kegiatan Praktikum Peradilan .............................. 3
BAB II Deskripsi Umum Peradilan Agama ..................................................... 5
A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Subang .................................... 5
B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Subang ............................................ 6
C. Tujuan Pengadilan Agama Subang ...................................................... 6
D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Subang................................... 6
E. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Subang .......................... 8
BAB III Kedudukan, Tugas, dan Wewenang Penyelesaian Perkara
Pengadilan Agama ............................................................................... 10
A. Kedudukan Pengadilan Agama ............................................................ 10
B. Tugas Pengadilan Agama ..................................................................... 10
C. Kewenangan Pengadilan Agama .......................................................... 11
BAB IV Hasil Pengamatan dan Analisis Temuan Lapangan di Pengadilan
Agama ................................................................................................... 15
A. Prosedur Pengajuan Perkara di Pengadilan Agama.............................. 15
B. Mekanisme Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama ..................... 17
C. Jumlah Penyelesaian Perkara/Kasus di Pengadilan Agama ................. 18
D. Hasil Temuan Produk-produk Putusan Hakim di Pengadilan Agama . 19
E. Aplikasi Hasil Temuan Lapangan dalam Simulasi Persidangan .......... 26
BAB V Penutup ................................................................................................... 33
A. Kesimpulan ........................................................................................... 33
B. Saran/Rekomendasi .............................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. ....

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Magang Kerja Peradilan Agama

Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikan program sarjana diarahkan untuk


menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu,
sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara
penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya. Di samping itu,
mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan
kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan
bersama.

Sejalan dengan arah pendidikan tersebut, pendidikan yang diselenggarakan


oleh Fakultas Syariah dan Hukum adalah untuk menyiapkan para mahasiswa
agar memiliki kemampuan akademik dalam bidang hukum yang sesuai dengan
keahliannya. Karena itu, diperlukan pembekalan dan pengenalan pengetahuan
tentang berbagai masalah hukum dalam masyarakat, termasuk masalah-masalah
penyelesaian perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama.

Untuk tujuan tersebut diperlukan adanya kegiatan kurikuler yang terencana


dan terarah di luar kegiatan perkuliahan berupa magang kerja yang
bersinggungan dan menunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, magang
kerja peradilan agama menjadi salah satu jenis magang yang harus diikuti oleh
mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga, Hukum Ekonomi Syariah, Hukum Tata
Negara, Hukum Pidana Islam, Ilmu Hukum, dan Perbandingan Mazhab di
lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

B. Dasar Penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan Agama

Dasar penyelenggaraan Praktikum Peradilan Agama mahasiswa Fakultas


Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah:

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;


2. Undang-undang Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan;

1
3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pengurusan Perguruan
Tinggi;
4. Peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas
peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan pendidikan;
5. Peraturan Presiden Nomor 57 tahun 2005 tentang perubahan IAIN Sunan
Gunung Djati Bandung menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung;
6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2012 tentang kerangka kualifikasi
Nasional Indonesia;
7. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 07 tahun 2013 tentang Organisasi dan
Tata Kerja UIN Sunan Gunung Djati Bandung;
8. Peraturan menteri Agama RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang status UIN
Sunan Gunung Djati Bandung;
9. Keputusan Menteri Agama RI Nomor B.II/3/06361 Tanggal 06 Juli 2015
tentang pengangkatan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung;
10. Keputusan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Nomor
Un.05/ll.2/KP.07.6/151/2015 Tanggal 08 September 2015 tentang
Pengangkatan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati
Bandung; dan
11. Perjanjian kerja sama antara Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Gunung Djati Bandung dengan Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung Republik Indonesia Tentang Pendidikan, Penelitian,
Penyuluhan, dan Pengawasan kinerja Hakim Pengadilan Agama Nomor:
Un.05/lll.3/PP.oo.9/617 Nomor 0995/DJA/PP.oo/V/2012.

C. Tujuan Magang Kerja Peradilan Agama

Tujuan Magang Kerja Peradilan Agama adalah untuk:


1. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman dalam
penyelenggaraan administrasi peradilan;
2. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam penyelenggaraan
administrasi peradilan;

2
3. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman dalam
proses peradilan E-Court;
4. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam proses peradilan E-
Court;
5. Membekali mahasiswa agar memiliki pemahaman dan pengalaman praktis
dalam menyelesaikan perkara; dan
6. Membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dalam menyelesaikan
perkara.

D. Status Magang Kerja Peradilan Agama


Magang Kerja Peradilan Agama merupakan kegiatan kurikuler yang
mengikat secara akademik dan merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa
untuk mengikuti Ujian/Sidang Komprehensif dan Ujian/Sidang Munaqasah.
E. Waktu dan Tempat
Adapun tahapan dan waktu penyelenggaraan Magang Kerja Peradilan
Agama sebagai berikut:
1. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara daring pada tanggal 31 Februari
2022;
2. Kegiatan Penyerahan peserta pada tanggal 02 Februari 2022;
3. Kegiatan Magang Kerja dilaksanakan pada tanggal 03-24 Februari 2022;
4. Kegiatan Penutupan Magang Kerja dilaksanakan pada tanggal 25 Februari
2021;
5. Kegiatan magang kerja dilaksanakan di 26 Pengadilan Agama di lingkungan
Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat, yaitu:
Pengadilan Agama Bogor, Pengadilan Agama Cibinong, Pengadilan Agama
Depok, Pengadilan Agama Cibadak, Pengadilan Agama Sukabumi, Pengadilan
Agama Karawang, Pengadilan Agama Subang, Pengadilan Agama Bekasi,
Pengadilan Agama Cikarang, Pengadilan Agama Purwakarta, Pengadilan
Agama Cirebon, Pengadilan Agama Indramayu, Pengadilan Agama Sumber,
Pengadilan Agama Majalengka, Pengadilan Agama Kuningan, Pengadilan
Agama Bandung, Pengadilan Agama Cimahi, Pengadilan Agama Sumedang,
Pengadilan Agama Cianjur, Pengadilan Agama Soreang, Pengadilan Agama

3
Ngamprah, Pengadilan Agama Ciamis, Pengadilan Agama Tasikmalaya,
Pengadilan Agama Subang, Pengadilan Agama Kota Tasikmalaya, dan
Pengadilan Agama Banjar. Ditambah beberapa Pengadilan Agama dan atau
Mahkamah Syariah sesuai domisili mahasiswa peserta magang kerja.

4
BAB II

DESKRIPSI UMUM PERADILAN AGAMA

A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Subang


Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa "Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan
Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi".
Dengan dicantumkannya Peradilan Agama dalam konstitusi tersebut sudah
tidak dapat diragukan lagi keberadaan Pengadilan Agama di Republik Indonesia
sebagai salah satu Badan Kekuasaan Kehakiman.
Sebagai pelaksanaan dari pasal 24 ayat (2) undang-undang dasar tersebut,
lahirlah Undang-Undang yang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman, dalam pasal 13 ayat (1) undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
orgasinasi, administrasi dan finansial Mahkamah Agung dan peradilan di
bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung, dan sejak saat itu
Peradilan Agama berada dalam satu atap dalam lingkungan kekuasaan
Mahkamah Agung. Seiring dengan perkembangan kebutuhan, maka Undang-
undang Nomor 4 Tahun 2004 tersebut diganti dengan Undang-undang Nomor
48 Tahun 2009, adapun untuk materi yang sama terdapat dalam pasal 21.
Perubahan besar telah terjadi pula pada lingkungan Peradilan Agama yaitu
dengan lahirnya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, didalamnya
ditegaskan kembali tentang pembinaan teknis peradilan, organisasi, administrasi
dan finansial Pengadilan Agama dilakukan oleh Mahkamah Agung, tetapi yang
tidak kalah pentingnya yaitu ditambahnya tugas dan wewenang Pengadilan
Agama yaitu dapat mengadili perkara Zakat, lnfaq, dan Ekonomi Syari'ah.

5
Untuk pengaturan yang lebih komprehensif terhadap pengaturan pengawasan
hakim dan sebagainya maka telah diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun
2004 telah diganti dengan Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009.
Sedangkan untuk Pengadilan Agama, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
telah diubah untuk kedua kalinya yaitu dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun
2009 yang dimaksudkan untuk memperkuat prinsip dasar dalam
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yaitu agar prinsip kemandirian
peradilan dan prinsip kebebasan hakim dapat berjalan paralel dengan prinsip
integritas dan akuntabilitas hakim.
Prinsip pengadilan yang terbuka (transparan) merupakan salah satu prinsip
pokok dalam sistem peradilan di dunia. Keterbukaan merupakan kunci lahirnya
akuntabilitas (pertanggungjawaban). Melalui keterbukaan (transparansi), hakim
dan pegawai pengadilan akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
Secara umum prinsip yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Subang dalam
melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan Peradilan
Tingkat Pertama, baik yang bersifat administratif, keuangan dan organisasi
mengacu kepada :
1. Peraturan Presidden Nomor : 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi pemerintah (SAKIP)
2. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RB Nomor: 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Peraturan kinerja dan
Tata cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
4. Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 7 tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan Peradilan.
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor : PER/09/PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan
Indikator Kinerja Utama.

6
Atas dasar peraturan perundang-undangan tersebut, Pengadilan Agama
Subang berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas,
fungsi dan peranannya dalam pengelolaan sumberdaya, dan sumber dana serta
kewenangan yang ada yang dipercayakan kepada publik.
Untuk itu sudah merupakan suatu keharusan adanya akuntabilitas kinerja
pada setiap instansi pemerintah, sebagaimana maksud Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.

B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Subang

Visi Pengadilan Agama Subang :


Sejalan dengan visi Mahkamah Agung RI , visi Pengadilan Agama Subang
adalah ”TERWUJUDNYA PENGADILAN AGAMA SUBANG YANG
AGUNG”
Misi Pengadilan Agama Subang :
1. Menjaga Kemandirian Pengadilan Agama Subang;
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan;
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan Satuan Kerja Pengadilan Agama
Subang;
4. Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Satuan Kerja Pengadilan
Agama Subang;

C. Tujuan Pengadilan Agama Subang

Terwujudnya Pengadilan Agama Subang yang agung.

D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Subang

Ketua : Drs. Suhardi, S.H.

Wakil Ketua : Dra. Hj. N. Siti Suwaebah, M.H.

Hakim-Hakim :

1. Dra. Hj. Suherni, M.H.


2. Dra. Hj. Sunaeah, M.H.

7
3. Drs. Arifin
4. Drs. Amrullah, M.H.
5. Dra. Hj. Dadah H., S.H., M.H.
6. Drs. Muslim Djamaluddin, M.H.
7. Dra. Niswati
8. Drs. Esib Jaelani, M.H.
9. Muhammad Harits, S.Ag.

10. Drs. H. Humaidi

11. Dede Rika Nurhasanah, S.Ag., M.H.

Sekretaris : Drs. Jajang Janglar

1. Kasubbag Kepegawaian Dan Ortala : Drs. Hasan Basri


2. Kasubbag Perencanaan, TI Dan Pelaporan : Maman Mansyur, S.H.I.
3. Kasubbag Umum Dan Keuangan : Nurtahyudin, S.Kom.

Panitera : A. Fuad Agustani, S.Ag., M.H.

1. Panitera Muda Hukum : Siti Aisyah S.H.


2. Panitera Muda Gugatan : Dra. N. Euis Siti Palahiah
3. Panitera Muda Permohonan : Misbah, S.Ag.
Jurusita / Jurusita Pengganti :

1. Afandi Ridwan (Jurusita)


2. Koswara Yudiana (Jurusita Pengganti)
Panitera Pengganti :

1. Dra. Hj. Popon Susilawaty


2. Hj. Embay Bayinah, S.Ag.
3. Priyono Wicaksono, S. Kom., S.Sy.
4. Drs. Budiana, S.H.I.
5. Duduy Mardani, S.H.
6. Rd. Ade Solehah N., S.H.

8
C. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Subang

Tugas Pokok
Pasal 25 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 yang kemudian diubah
dengan Undang-undnag Nomor 35 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang kekuasaan kehakiman menjelaskan bahwa Peradilan Agama adalah
salah satu badan pelaksana kekuasaan kehakiman merupakan badan peradilan
tersendiri disamping tiga badan peradilan yang lain. Hal ini mengandung
konsekuensi yang luas bagi semua aparatur Peradilan Agama di seluruh Indonesia,
yaitu para hakim, pejabat kepaniteraan. Panitera Pengganti, Jurusita/Jurusita
Pengganti dan semua karyawan Pengadilan Agama, dituntut untuk memiliki
profesionalisme dan etos kerja yang tinggi dalam memberikan pelayanan yang
maksimal bagiu masyarakat pencari keadilan.

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan


menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,
shadaqah dan ekonomi syari'ah, sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-undang
Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama.

Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok dan wewenang tersebut, Pengadilan Agama


mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan teknis yustisial dan administrasi kepaniteraan bagi


perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi;

b. Memberikan pelayanan dibidang administrasi perkara banding, kasasi dan


paninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya;

c. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur di lingkungan


Pengadilan Agama (umum, kepegawaian dan keuangan kecuali biaya perkara);

d. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum Islam pada


Instansi Pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur

9
dalam pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama;

e. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian harta


peninggalan diluar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam sebagaimana diatur dalam pasal 107 ayat (2)
Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama;

f. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti memberikan pertimbangan


hukum agama, pelayanan riset/penelitian, pengawasan terhadap
advokat/penasehat hukum dan sebagainya, dan;

g. Memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun
hijriyah.

Disamping itu dalam rangka terwujudnya pelayanan yang prima kepada para
pencari keadilan, di Pengadilan Agama Subang, maka dalam melaksanakan
tugasnya berpedoman pada Standart Operasional Prosedur (SOP), yang telah
disempurnakan sesuai dengan Akreditasi penjaminan Mutu Pengadilan Agama
Subang Tahun 2019.

SOP tersebut telah disesuaikan dengan analisa beban kerja sebagai


implementasi dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
dan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI No. 1-144/KMA/SK/I/2011
tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan, yang muatannya antara lain
sebagai berikut:

1. Kejelasan proses kerja untuk setiap pekerjaan ;

2. Kejelasan tugas, tanggung jawab, target dan pengukuran terhadap hasil kerja dari
setiap posisi;

3. Kejelasan wewenang yang diberikan atau yang dimiliki oleh setiap posisi untuk
mengambil keputusan;

4. Kejelasan resiko dan dampak yang akan muncul bila tugas dan tanggung jawab
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya;

10
5. Tersedianya sistem pengelolaan organisasi;

6. Profesionalisme personel peradilan dalam melaksanakan tugas dan tangung


jawab utama harus memiliki keterampilan menggunakan sistem-sistem yang
dibangun.

Kondisi-kondisi tersebut diatas secara bertahap akan membawa organisasi


menjadi organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) yang menjadi
salah satu tujuan Reformasi Birokrasi, sebagaimana yang telah terimplementasikan
dari Perencanaan Strategis 25 tahunan Mahkamah Agung RI yang mengelompokkan
dalam 3 kendali manajemen kinerja (cetak biru Pembaruan Peradilan 2010-2035)
yang terdiri dari Driver (pengarah/pengendali), System and Enabler (sistem dan
penggerak) dan Result (hasil). Oleh karena itu dalam pelaksanaannya sistem kinerja
di Pengadilan Agama Subang telah terfokus dalam Standar Operasional Prosedur
(SOP).

11
BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG PENYELESAIAN PERKARA


PENGADILAN AGAMA

A. Kedudukan Pengadilan Agama

UUD 1945 Pasal 24 ayat (2) menyatakan: Kekuasaan kehakiman dilakukan


oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya
dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan
Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama


sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun
2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Pasal 2 menyatakan: Peradilan
Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara-perkara tertentu yang
diatur dalam undang-undang ini. Pasal 3 Undang-undang Peradilan Agama
tersebut menyatakan:

1. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh:


a. Pengadilan Agama; dan
b. Pengadilan Tinggi Agama.
2. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama berpuncak pada
Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.

B. Tugas Pengadilan Agama

Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat pertama yang bertugas


dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan,
kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta
wakaf dan shadaqah, sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Undang-undang Nomor
50 Tahun 2009 tentang Pengadilan Agama.

12
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, pengadilan agama mempunyai
fungsi sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan teknis yustisial dan administrasi kepaniteraan bagi


perkara tingkat pertama penyitaan dan eksekusi;
2. Memberikan pelayanan di bidang administrasi perkara banding, kasasi dan
peninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya;
3. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur di
lingkungan pengadilan agama (umum, kepegawaian dan keuangan kecuali
biaya perkara);
4. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam
pada instansi pemerintahan di daerah hukumnya, apabila diminta
sebagaimana diatur dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama;
5. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian
harta peninggalan di luar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam
yang dilakukan berdasarkan hukum Islam sebagaimana diatur dalam Pasal
107 ayat (2) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;
6. WaarmerkingAkta Keahliwarisan di bawah tangan untuk pengambilan
deposito/tabungan, pensiunan dan sebagainya; dan
7. Pelaksanaan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum,
pelaksanaan hisab rukyat, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya.

C. Kewenangan Pengadilan Agama

Secara umum, kewenangan (competency) pengadilan dapatdibedakan


menjadi dua yaitu. Kewenangan relatif (relativecompetency) dankewenangan
absolut (absolutecompetency). Kewenangan relatif berkaitan dengan wilayah,
sementara kewenangan absolut berkaitan dengan orang (kewarganegaraan dan
keagamaan seseorang) dan perkara.

Adapun yang menjadi kewenangan absolut pengadilan agama di antaranya:

13
1. Perkawinan

Bidang hukum Perkawinan atau hukum keluarga meliputi perkara-perkara:

a. Ijin poligami beserta penetapan harta dalam perkawinan poligami;


b. Ijin kawin apabila orang tua calon suami/ istri tidak mengizinkan
sementara calon suami/ istri di bawah usia 21 tahun;
c. Dispensasi kawin bagi calon suami/ istri yang beragama Islam dan belum
mencapai usia 19 dan 16 tahun;
d. Penetapan wali adlol jika wali calon istri menolak menikahkannya;
e. Permohonan pencabutan penolakan perkawinan oleh KUA;
f. Permohonan pencegahan perkawinan;
g. Pembatalan perkawinan;
h. Permohonan pengesahan nikah/ isbat nikah;
i. Pembatalan penolakan perkawinan campuran (perkawinan antar warga
negara yang berbeda);
j. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami istri;
k. Cerai talak (perceraian yang diajukan suami);
l. Cerai gugat (perceraian yang diajukan istri);
m. Talak khuluk (perceraian yang diajukan oleh istri dengan membayar
tebusan kepada suami);
n. Lian yaitu cerai talak atas dasar alasan istri berzina dengan pembuktian
beradu sumpah antara suami istri;
o. Syiqaq yaitu cerai gugat atas dasar alasan perselisihan suami istri dengan
penunjukan hakam (juru damai) dari keluarga kedua belah pihak;
p. Kewajiban nafkah dan mutah bagi bekas istri;
q. Gugatan harta bersama termasuk hutang untuk kepentingan keluarga.
r. Gugatan penyangkalan anak;
s. Permohonan/ gugatan pengakuan anak;
t. Gugatan hak pemeliharaan anak;
u. Gugatan nafkah anak;
v. Permohonan pencabutan kekuasaan orang tua terhadap pemeliharaan
anak;

14
w. Permohonan perwalian;
x. Gugatan pencabutan kekuasaan wali;
y. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di
bawah kekuasaannya; dan
z. Pengangkatan anak oleh WNI yang beragama Islam terhadap anak WNI
yang beragama Islam.

2. Kewarisan

a. Permohonan penetapan ahli waris dan bagiannya masing-masing;


b. Gugatan waris. Akta di bawah tangan mengenai keahliwarisan; dan
c. Akta komparasi tentang pembagian harta waris di luar sengketa.

3. Wasiat

a. Gugatan pengesahan wasiat;


b. Gugatan pelaksanaan wasiat; dan
c. Gugatan pembatalan wasiat.

4. Hibah

a. Gugatan pengesahan hibah; dan


b. Gugatan pembatalan hibah.

5. Wakaf

a. Sengketa sah tidaknya wakaf;


b. Sengketa pengelolaan harta wakaf;
c. Sengketa keabsahan dan kewenangan nadlir wakaf; dan
d. Gugatan sengketa wakaf oleh kelompok (classaction).

6. Zakat, Infaq, dan Shadaqah

a. Sengketa antara Muzakki dengan BAZIZ;


b. Sengketa antara Pejabat pengawas dengan BAZIZ;
c. Sengketa antara Mustahik dengan BAZIZ; dan
d. Sengketa antara pihak-pihak yang berkepentingan baik sendiri maupun
classaction dengan BAZIZ.

15
7. Ekonomi Syariah

Ekonomi Syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang


dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain meliputi :

a. Bank Syariah;
b. Lembaga Keuangan Makro Syariah;
c. Asuransi Syariah;
d. Reasuransi Syariah;
e. Reksadana Syariah;
f. Obligasi Syariah;
g. Sekuritas Syariah;
h. Pembiayaan Syariah;
i. Pegadaian Syariah;
j. Dana pensiun Syariah; dan
k. Bisnis Syariah.

Perkara-perkara dibidang Ekonomi Syariah tersebut di atas meliputi


sengketa-sengketa sebagai berikut :

a. Sengketa akibat beda menafsiri akad perjanjian;


b. Sengketa sah tidaknya akan perjanjian;
c. Sengketa berakhirnya suatu akad perjanjian;
d. Gugatan ganti rugi atas wanprestasi atau perbuatan melawan hukum; dan
e. Gugatan atas pelanggaran akad perjanjian.

16
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS TEMUAN LAPANGAN DI


PENGADILAN AGAMA

A. Prosedur Pengajuan Perkara di Pengadilan Agama

1. Pihak berperkara datang ke meja Posbakum untuk membuat surat


gugatan/permohonan dan mengecek berkas persyaratan pengajuan perkara.
2. Pihak berperkara mendatangi meja pendaftaran membawa surat
gugatan/permohonan dan persyaratan yang telah diperiksa.
3. Pihak berperkara datang ke loket layanan Bank yang ditunjuk (BSI) dan
mengisi slip penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank
tersebut sesuai dengan SKUM (surat kuasa untuk membayar), seperti nomor
urut, dan besarnya biaya penyetoran. Kemudian pihak berperkara
menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang sebesar yang
tertera dalam slip bank tersebut.
4. Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang telah divalidasi dari
petugas layanan bank, pihak berperkara menyerahkan slip bank tersebut dan
menyerahkan (SKUM) Surat Kuasa Untuk Membayar kepada pemegang Kas
(KASIR).
5. Pemegang kas (Kasir) mencatat Panjar Biaya tersebut ke dalam Jurnal
Keuangan Perkara serta menandatangani SKUM (Surat Kuasa Untuk
Membayar), membubuhkan nomor perkara dan tanggal penerimaan perkara
dalam SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) dan dalam surat
gugatan/permohonan sesuai dengan Nomor dan saat pencatatan dalam Jurnal
Keuangan Perkara.
6. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam SKUM (Surat Kuasa
Untuk Membayar), dan menyerahkan kembali kepada pihak berperkara asli
SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) serta satu salinan surat gugatan atau
permohonan yang telah diberi nomor perkara dan tanggal pendaftaran.

PENDAFTARAN SELESAI

17
Pihak/Pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh Jurusita Pengganti
untuk menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim
(PMH) dan Hari Sidang Pemeriksaan Perkara (PHS). Hari sidang pertama,
paling lambat 30 hari sejak pendaftaran. Pemanggilan para pihak dilakukan
paling lambat tiga hari sebelum persidangan (hari waktu memanggil tidak
dihitung).
7. Pihak-pihak hadir di persidangan sesuai dengan panggilan sidang.
8. Setelah Majelis Hakim membacakan putusan dalam sidang yang terbuka
untuk umum, Ketua Majelis memberitahukan pada Penggugat/Pemohon
untuk menghadap Kasir guna mengecek panjar biaya perkara yang
bersangkutan (Dengan menggunakan Instrumen). Perkara harus sudah
diputus, paling lambat lima bulan sejak pendaftaran (termasuk minutasi
berkas perkara).
9. Pemohon Penggugat selanjutnya menghadap kepada pemegang Kas untuk
menanyakan perincian penggunaan panjar biaya perkara yang telah ia
bayarkan, dengan memberikan informasi nomor perkara.
10. Pemegang Kas berdasarkan buku Jurnal Keuangan Perkara memberi
penjelasan mengenal rincian penggunaan biaya perkara kepada Pemohon /
Penggugat
11. Pemohon / Penggugat setelah menerima Kuitansi pengembalian sisa panjar
biaya perkara dan menanda tanganinya, kemudian menyerahkan kembali
kuitansi tersebut kepada pemegang kas.
12. Pemegang Kas menyerahkan uang sejumlah yang tertera dalam kuitansi
tersebut beserta tindasan pertama kuitansi kepada pihak Pemohon/Penggugat
13. Para pihak dapat mengajukan upaya hukum dalam tempo 14 hari setelah
putusan dijatuhkan atau 14 hari setelah pemberitahuan amar putusan apabila
pihak tidak hadir saat putusan diucapkan.
14. Khusus :
a. Cerai Gugat : Setelah putusan berkekuatan hukum tetap, panitera
memberitahukan kepada para pihak bahwa putusan tersebut telah
berkekuatan hukum tetap, selanjutnya panitera berkewajiban

18
memberikan Akta Cerai pada para pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari terhitung setelah putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.

b. Cerai Talak : Setelah putusan izin berkekuatan hukum tetap, maka


Majelis Hakim menetapkan sidang ikrar talak dan setelah ikrar talak
dijatuhkan di buat penetapan, selanjutnya panitera berkewajiban
memberikan Akta Cerai kepada para pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari setelah ikrar talak diucapkan (Pasal 84 ayat 4 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama).

B. Mekanisme Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama

1. Cerai Gugat (Istri Yang Mengaju) / Cerai Talak (Suami Yang Mengaju)

a. Surat Gugatan Cerai (rangkap 7);


b. Soft Copy Gugatan Cerai dalam bentuk CD (1. Buah);
c. Photo Copy KTP Penggugat (1.l);
d. Buku Nikah Asli/Duplikat Kutipan Akta Nikah;
e. PhotoCopy Kutipan Akta Nikah bermeterai 6000 dan dileges oleh Kantor
Pos Subang Kota (1.l);
f. Surat Izin Cerai dari BKD/Kesatuan (untuk PNS/TNI/Polisi); dan
g. Panjar Biaya Perkara di bayar di Bank BSI (Unit/Cabang Subang).

2. Gugat Gono Gini

a. Surat Gugatan GonoGini (rangkap 7);


b. Soft Copy Gugatan GononGini dalam bentuk CD;
c. Photo Copy KTP Penggugat;
d. Photo Copy AC;
e. Surat-surat Resmi Kepemilikan Harta; dan
f. Panjar Biaya Perkara di bayar di Bank BSI (Unit/Cabang Subang).

3. Penetapan/Isbat Nikah

a. Surat Permohonan (Rangkap 7);


b. Soft Copy Permohonan Penetapan/Isbat Nikah dalam bentuk CD;
c. PC. KTP Pemohon/Para Pemohon;

19
d. PC. KK;
e. Surat Kematian (dari Desa/Kelurahan);
f. Karip / Karis (PNS/Pensiunan);
g. SK PNS/Pensiun (PNS/Pensiunan);
h. Surat Rekomendasi dari KUA setempat;
i. Surat Keterangan sebagai Suami-Istri dari Desa/Kelurahan; dan
j. Panjar Biaya Perkara di bayar di Bank BSI (Unit/Cabang Subang).

4. Wali Adol / Hakim

a. Surat Permohonan Wali Adol/Hakim (rangkap 7);


b. Soft Copy Permohonan Wali Hakim dalam bentuk CD (1. Bh.);
c. PC KTP;
d. PC KK;
e. Surat Pernyataan Penolakan Untuk Menikahkan dari KUA Setempat; dan
f. Panjar Biaya Perkara di bayar di Bank BSI (Unit/Cabang Subang).

C. Jumlah Penyelesaian Perkara/Kasus di Pengadilan Agama Subang

Perkara yang diterima dari bulan Januari 2021 sampai dengan bulan
Desember 2021 sebagai berikut:
A. Perkara gugatan sebanyak 4356 (empat ribu tiga ratus lima puluh enam)
perkara
B. Perkara gugatan sederhana sebanyak 13 (tiga belas) perkara
C. Perkara voluntair sebanyak 369 (tiga ratus enam puluh sembilan) perkara.

Gambar Statisti Jenis Perkara Gugatan dan Permohonan 2021


Jadi perkara yang ditangani pada tahun 2021 terdiri dari :

20
A. Perkara gugatan sebanyak 4643 perkara
B. Perkara gugatan sederhana sebanyak 13 perkara
C. Perkara voluntair sebanyak 381 perkara
Jadi Pengadilan Agama Subang menerima perkara secara keseluruhan
sebanyak 5037 perkara. Perkara tersebut telah diputus sebanyak 4843 (empat
ribu delapan ratus empat puluh tiga)terdiri dari perkara gugatan sebanyak 4457
(empat ribu empat ratus lima puluh tujuh), perkara gugatan sederhana sebanyak
12 (dua belas) perkara dan perkara permohonan sebanyak 374 (tiga ratus tujuh
puluh puluh empat) perkara dengan demikian sisa perkara tahun 2021 sebanyak
194 (seratus sembilan puluh empat) perkara.

D. Hasil Temuan Produk-produk Putusan Hakim di Pengadilan Agama


Subang

Produk hakim dari hasil pemeriksaan perkara di persidangan ada 3 macam


yaitu putusan, penetapan, dan akta perdamaian. Putusan adalah pernyataan
hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam
sidang terbuka untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan perkara gugatan
(kontentius). Penetapan adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk
tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai
hasil dari pemeriksaan perkara permohonan (voluntair). Sedangkan akta
perdamaian adalah akta yang dibuat oleh hakim yang berisi hasil musyawarah
antara para pihak dalam sengketa untuk mengakhiri sengketa dan berlaku
sebagai putusan.

Ada berbagai jenis Putusan Hakim dalam pengadilan sesuai dengan sudut
pandang yang kita lihat. Dari segi fungsinya dalam mengakhiri perkara putusan
hakim adalah sebagai berikut:

1. Putusan Akhir adalah putusan yang mengakhiri pemeriksaan di persidangan,


baik telah melalui semua tahapan pemeriksaan maupun yang tidak/belum
menempuh semua tahapan pemeriksaan.
2. Putusan yang dijatuhkan sebelum tahap akhir dari tahap-tahap pemeriksaan,
tetapi telah mengakhiri pemeriksaan yaitu:

21
a. putusan gugur
b. putusan verstek yang tidak diajukan verset
c. putusan tidak menerima
d. putusan yang menyatakan pengadilan agama tidak berwenang
memeriksa
e. Semua putusan akhir dapat dimintakan akhir, kecuali bila undang-
undang menentukan lain.

3. Putusan Sela

a. adalah putusan yang dijatuhkan masih dalam proses pemeriksaan perkara


dengan tujuan untuk memperlancar jalannya pemeriksaan.
b. putusan sela tidak mengakhiri pemeriksaan, tetapi akan berpengaruh
terhadap arah dan jalannya pemeriksaan.
c. putusan sela dibuat seperti putusan biasa, tetapi tidak dibuat secara
terpisah, melainkan ditulis dalam berita acara persidangan saja.
d. Putusan sela harus diucapkan di depan sidang terbuka untuk umum serta
ditanda tangani oleh majelis hakim dan panitera yang turut bersidang.
e. Putusan sela selalu tunduk pada putusan akhir karena tidak berdiri sendiri
dan akhirnya dipertimbangkan pula pada putusan akhir.
f. Hakim tidak terikat pada putusan sela, bahkan hakim dapat
mengubahnya sesuai dengan keyakinannya.
g. Putusan sela tidak dapat dimintakan banding kecuali bersama-sama
dengan putusan akhir.
h. Para pihak dapat meminta supaya kepadanya diberi salinan yang sah dari
putusan itu dengan biaya sendiri.

Kemudian jika dilihat dari segi hadir tidaknya para pihak pada saat putusan
dijatuhkan, putusan dibagi sebagai berikut:

1. Putusan gugur
a. adalah putusan yang menyatakan bahwa gugatan/permohonan gugur
karena penggugat/pemohon tidak pernah hadir, meskipun telah dipanggil
sedangkan tergugat hadir dan mohon putusan

22
b. putusan gugur dijatuhkan pada sidang pertama atau sesudahnya sebelum
tahapan pembacaan gugatan/permohonan
c. putusan gugur dapat dijatuhkan apabila telah dipenuhi syarat:
1) penggugat/pemohon telah dipanggil resmi dan patut untuk hadir
dalam sidang hari itu
2) penggugat/pemohon ternyata tidak hadir dalam sidang tersebut, dan
tidak pula mewakilkan orang lain untuk hadir, serta ketidakhadiran-
nya itu karena suatu halangan yang sah
3) Tergugat/termohon hadir dalam sidang
4) Tergugat/termohon mohon keputusan
d. dalam hal penggugat/pemohon lebih dari seorang dan tidak hadir semua,
maka dapat pula diputus gugur
e. dalam putusan gugur, penggugat/pemohon dihukum membayar biaya
perkara
f. tahapan putusan ini dapat dimintakan banding atau diajukan perkara baru
lagi
2. Putusan Verstek
a. adalah putusan yang dijatuhkan karena tergugat/termohon tidak pernah
hadir meskipun telah dipanggil secara resmi, sedang penggugat hadir dan
mohon putusan
b. Verstek artinya tergugat tidak hadir
c. Putusan verstek dapat dijatuhkan dalam sidang pertama atau sesudahnya,
sesudah tahapan pembacaan gugatan sebelum tahapan jawaban tergugat,
sepanjang tergugat/para tergugat semuanya belum hadir dalam sidang
padahal telah dipanggil dengan resmi dan patut
d. Putusan verstek dapat dijatuhkan apabila memenuhi syarat:
1) Tergugat telah dipanggil resmi dan patut untuk hadir dalam sidang
hari itu
2) Tergugat ternyata tidak hadir dalam sidang tersebut, dan tidak pula
mewakilkan orang lain untuk hadir, serta ketidakhadirannya itu
karena suatu halangan yang sah

23
3) Tergugat tidak mengajukan tangkisan/eksepsi mengenai kewenangan
4) Penggugat hadir dalam sidang
5) Penggugat mohon keputusan
6) dalam hal tergugat lebih dari seorang dan tidak hadir semua, maka
dapat pula diputus verstek.
7) Putusan verstek hanya bernilai secara formil surat gugatan dan belum
menilai secara materiil kebenaran dalil-dalil tergugat
8) Apabila gugatan itu beralasan dan tidak melawan hak maka putusan
verstek berupa mengabulkan gugatan penggugat, sedang mengenai
dalil-dalil gugat, oleh karena dibantah maka harus dianggap benar
dan tidak perlu dibuktikan kecuali dalam perkara perceraian
9) Apabila gugatan itu tidak beralasan dan atau melawan hak maka
putusan verstek dapat berupa tidak menerima gugatan penggugat
dengan verstek
10) Terhadap putusan verstek ini maka tergugat dapat melakukan
perlawanan (verset)
11) Tergugat tidak boleh mengajukan banding sebelum ia menggunakan
hak versetnya lebih dahulu, kecuali jika penggugat yang banding
12) Terhadap putusan verstek maka penggugat dapat mengajukan
banding. Apabila penggugat mengajukan banding, maka tergugat
tidak boleh mengajukan verset, melainkan ia berhak pula
mengajukan banding
13) Khusus dalam perkara perceraian, maka hakim wajib membuktikan
dulu kebenaran dalil-dalil tergugat dengan alat bukti yang cukup
sebelum menjatuhkan putusan verstek
14) Apabila tergugat mengajukan verset, maka putusan verstek menjadi
mentah dan pemeriksaan dilanjutkan pada tahap selanjutnya
15) Perlawanan (verset berkedudukan sebagai jawaban tergugat)
16) Apabila perlawanan ini diterima dan dibenarkan oleh hakim
berdasarkan hasil pemeriksaan/pembuktian dalam sidang, maka

24
hakim akan membatalkan putusan verstek dan menolak gugatan
penggugat
17) Tetapi bila perlawanan itu tidak diterima oleh hakim, maka dalam
putusan akhir akan menguatkan verstek
18) Terhadap putusan akhir ini dapat dimintakan banding
19) Putusan verstek yang tidak diajukan verset dan tidak pula dimintakan
banding, dengan sendirinya menjadi putusan akhir yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
3. Putusan kontradiktoir

a. adalah putusan akhir yang pada saat dijatuhkan/diucapkan dalam sidang


tidak dihadiri salah satu atau para pihak
b. dalam pemeriksaan/putusan kontradiktoir disyaratkan bahwa baik
penggugat maupun tergugat pernah hadir dalam sidang
c. terhadap putusan kontradiktoir dapat dimintakan banding

Jika dilihat dari isinya terhadap gugatan/perkara, putusan hakim dibagi


sebagai berikut:

1. Putusan tidak menerima

a. yaitu putusan yang menyatakan bahwa hakim tidak menerima gugatan


penggugat/permohonan pemohon atau dengan kata lain gugatan
penggugat/pemohon tidak diterima karena gugatan/permohonan tidak
memenuhi syarat hukum baik secara formil maupun materiil
b. Dalam hal terjadi eksepsi yang dibenarkan oleh hakim, maka hakim
selalu menjatuhkan putusan bahwa gugatan penggugat tidak dapat
diterima atau tidak menerima gugatan penggugat
c. Meskipun tidak ada eksepsi, maka hakim karena jabatannya dapat
memutuskan gugatan penggugat tidak diterima jika ternyata tidak
memenuhi syarat hukum tersebut, atau terdapat hal-hal yang dijadikan
alasan eksepsi

25
d. Putusan tidak menerima dapat dijatuhkan setelah tahap jawaban, kecuali
dalam hal verstek yang gugatannya ternyata tidak beralasan dan atau
melawan hak sehingga dapat dijatuhkan sebelum tahap jawaban
e. Putusan tidak menerima belum menilai pokok perkara (dalil gugat)
melainkan baru menilai syarat-syarat gugatan saja. Apabila syarat gugat
tidak terpenuhi maka gugatan pokok (dalil gugat) tidak dapat diperiksa.
f. Putusan ini berlaku sebagai putusan akhir
g. Terhadap putusan ini, tergugat dapat mengajukan banding atau
mengajukan perkara baru. Demikian pula pihak tergugat
h. Putusan yang menyatakan pengadilan agama tidak berwenang mengadili
suatu perkara merupakan suatu putusan akhir.

2. Putusan menolak gugatan penggugat

a. yaitu putusan akhir yang dijatuhkan setelah menempuh semua tahap


pemeriksaan di mana ternyata dalil-dalil gugat tidak terbukti
b. Dalam memeriksa pokok gugatan (dalil gugat) maka hakim harus
terlebih dahulu memeriksa apakah syarat-syarat gugat telah terpenuhi,
agar pokok gugatan dapat diperiksa dan diadili.

3. Putusan mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian dan menolak/tidak


menerima selebihnya.

a. Putusan ini merupakan putusan akhir


b. Dalam kasus ini, dalil gugat ada yang terbukti dan ada pula yang tidak
terbukti atau tidak memenuhi syarat sehingga:
c. Dalil gugat yang terbukti maka tuntutannya dikabulkan
d. Dalil gugat yang tidak terbukti makan tuntutannya ditolak
e. Dalil gugat yang tidak memenuhi syarat maka diputus dengan tidak
diterima
f. Putusan mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya
g. putusan ini dijatuhkan apabila syarat-syarat gugat telah terpenuhi dan
seluruh dalil-dalil tergugat yang mendukung petitum ternyata terbukti

26
h. Untuk mengabulkan suatu petitum harus didukung dalil gugat. Satu
petitum mungkin didukung oleh beberapa dalil gugat. Apabila di antara
dalil-dalil gugat itu ada sudah ada satu dalil gugat yang dapat dibuktikan
maka telah cukup untuk dibuktikan, meskipun mungkin dalil-dalil gugat
yang lain tidak terbukti
i. Prinsipnya, setiap petitum harus didukung oleh dalil gugat

Sedangkan jika dilihat dari segi sifatnya terhadap akibat hukum yang
ditimbulkan, maka putusan dibagi sebagai berikut:

1. Putusan Diklatoir
a. yaitu putusan yang hanya menyatakan suatu keadaan tertentu sebagai
keadaan yang resmi menurut hukum
b. semua perkara voluntair diselesaikan dengan putusan diklatoir dalam
bentuk penetapan atau beschiking
c. putusan diklatoir biasanya berbunyi menyatakan
d. putusan diklatoir tidak memerlukan eksekusi
e. putusan diklatoir tidak mengubah atau menciptakan suatu hukum baru,
melainkan hanya memberikan kepastian hukum semata terhadap
keadaan yang telah ada.

2. Putusan Konstitutif

a. Yaitu suatu putusan yang menciptakan/menimbulkan keadaan hukum


baru, berbeda dengan keadaan hukum sebelumnya.
b. Putusan konstitutif selalu berkenaan dengan status hukum seseorang atau
hubungan keperdataan satu sama lain
c. Putusan konstitutif tidak memerlukan eksekusi
d. Putusan konstitutif diterangkan dalam bentuk putusan
e. Putusan konstitutif biasanya berbunyi menetapkan atau memakai kalimat
lain bersifat aktif dan bertalian langsug dengan pokok perkara, misalnya
memutuskan perkawinan, dan sebagainya
f. Keadaan hukum baru tersebut dimulai sejak putusan memperoleh
kekuatan hukum tetap.

27
3. Putusan Kondemnatoir
a. Yaitu putusan yang bersifat menghukum kepada salah satu pihak untuk
melakukan sesuatu, atau menyerahkan sesuatu kepada pihak lawan,
untuk memenuhi prestasi
b. Putusan kondemnatoir terdapat pada perkara kontentius
c. Putusan kondemnatoir selaku berbunyi “menghukum” dan memerlukan
eksekusi
d. Apabila pihak terhukum tidak mau melaksanakan isi putusan dengan
suka rela, maka atas permohonan tergugat, putusan dapat dilakukan
dengan paksa oleh pengadilan yang memutusnya
e. Putusan dapat dieksekusi setelah memperoleh kekuatan hukum tetap,
kecuali dalam hal vitvoerbaarbijvoorraad, yaitu putusan yang
dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada upaya hukum (putusan serta
merta)
f. Putusan kondemnatoir dapat berupa penghukuman untuk

1) menyerahkan suatu barang


2) membayar sejumlah uang
3) melakukan suatu perbuatan tertentu
4) menghentikan suatu perbuatan/keadaan
5) mengosongkan tanah/rumah

4. Putusan Pelaksanaan

Di dalam dunia peradilan, ada beberapa jenis pelaksanaan putusan yaitu:

a. putusan yang menghukum salah satu pihak untuk membayar sejumlah


uang
b. putusan yang menghukum salah satu pihak untuk melakukan suatu
perbuatan
c. putusan yang menghukum salah satu pihak untuk mengosongkan suatu
benda tetap
d. eksekusi riil dalam bentuk penjualan lelang.

28
E. Aplikasi Hasil Temuan Lapangan dalam Simulasi Persidangan

Hasil pengamatan selama tiga minggu di Pengadilan Agama Subang.


Pemandu simulasi dan juga sebagai pembimbing proses simulasi tersebut adalah
Dra. Hj. Dadah H., S.H., M.H. Selanjutnya Simulasi persidangan dilakukan
pada:
Kasus : Cerai Gugat
Hari / Tanggal : Jum’at 22 Februari 2022
Waktu : 13.30
Tempat : Ruang Sidang 1 PA SUbang

Anggota yang mengikuti persidangan terdiri dari:


Hakim Ketua : M. Iqbal Musabiq
Hakim Anggota 1 : Devia
Hakim Anggota 2 : Arif Hakiem
Panitera Pengganti : Muhammad Irfan
Penggugat : Kinari Aura Y
Tergugat : Maula Tamimi
Saksi 1 P : M Fadhlan Aziz
Saksi 2 P : Uti Herawati

JALANNYA PERSIDANGAN
Sidang Pertama:
1. Majelis Hakim dan panitera sidang berada di meja sidang.
2. Ketua Majelis memimpin berdoa sebelum sidang dimulai.
3. Ketua Majelis membuka persidangan dengan kata - kata sidang dinyatakan
dibuka dan terbuka untuk umum. (Ketuk Palu 3x)
4. Ketua Majelis memerintahkan panitera sidang memanggil para pihak.
5. Ketua Majelis memeriksa identitas para pihak, termasuk Kuasa Hukum
Pemohon.
6. Ketua Majelis dan Hakim Anggota mendamaikan para pihak.

29
7. Ketua Majelis menjelaskan tentang mediasi sesuai dengan instrument
penjelasan mediasi.
8. Ketua Majelis memerintahkan para pihak untuk mediasi, menunjuk mediator
yang telah disediakan oleh Peradilan Agama atau para pihak untuk memilih
mediator.
9. Ketua Majelis menunda persidangan seminggu atau lebih dan
memerintahkan para pihak untuk datang lagi tanpa surat panggilan,
kemudian sidang ditutup. (Ketuk Palu 3x).

Sidang Kedua:

1. Majelis Hakim dan panitera sidang berada di meja sidang.


2. Ketua Majelis memimpin berdoa sebelum sidang dimulai.
3. Ketua Majelis membuka persidangan dengan kata - kata sidang dinyatakan
dibuka dan terbuka untuk umum. (Ketuk Palu 3x)
4. Ketua Majelis memerintahkan panitera sidang memanggil para pihak.
5. Ketua Majelis memeriksa identitas/surat Kuasa Hukum Termohon.
6. Ketua Majelis mendamaikan para pihak kemudian menanyakan hasil
mediasi dan selanjutnya Ketua Majelis membacakan hasil mediasi tersebut.
7. Ketua Majelis menyatakan persidangan tertutup untuk umum. (Palu di ketuk
1x)
8. Ketua Majelis menanyakan kepada Pemohon tentang surat gugatannya
apakah ada perubahan atau tidak.
9. Ketua Majelis menanyakan kepada termohon apakah sudah menerima dan
memahami surat permohonan pemohon.
10. Ketua Majelis menanyakan kepada Termohon apakah akan menjawab surat
permohonan secara lisan atau tertulis, kemudian Termohon menyatakan siap
jawaban surat gugatan secara lisan.
11. Majelis Hakim menanyakan setiap posita kepada Termohon.
12. Ketua Majelis menjelaskan kepada Pemohon atas jawab Termohon tersebut
apakah akan menyikapi atau menyampaikan replik secara lisan atau tertulis,
kemudian pemohon menyatakan siap menyampaikan replik secara lisan.

30
13. Ketua Majelis menjelaskan kepada Termohon atas replik pemohon tersebut
apakah akan menyikapi atau menyampaikan duplik secara lisan atau tertulis,
kemudian termohon menyatakan siap menyampaikan duplik secara lisan.
14. Ketua majelis menyatakan sidang dilanjutkan dengan pembuktian dari
pemohon terlebih dahulu.
15. Pemohon menyatakan telah siap untuk mengajukan pembuktian hari ini, mau
bukti surat ataupun saksi.
16. Atas perintah ketua majelis pemohon menyerahkan bukti surat berupa
fotocopy buku nikah dan buku nikah asli.
17. Ketua majelis memerintahkan panitera pengganti untuk memanggil saksi.
18. Ketua majelis memeriksa identitas 2 orang saksi yang diajukan oleh
pemohon.
19. Ketua majelis menyumpah saksi
20. Majelis hakim memeriksa saksi satu persatu
21. Setelah selesai memeriksa saksi yang diajukan oleh pemohon, sidang
dilanjutkan pembuktian dari pihak termohon
22. Selanjutnya atas pertanyaan ketua majelis termohon menyatakan tidak akan
mengajukan bukti, mau surat ataupun saksi dan mencukupkan dengan bukti
yang diajukan oleh pemohon.
23. Sidang dilanjutkan dengan kesimpulan
24. Atas pertanyaan ketua majelis pemohon menyampaikan kesimpulan secara
lisan yang pada pokoknya menyatakan tetap pada permohonannya untuk
bercerai dengan termohon dan mohon putusan
25. Atas pertanyaan ketua majelis termohon mengajukan kesimpulan secara
lisan dengan menyatakan tidak keberatan untuk bercerai dengan pemohon
dan memohon agar pemohon melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
kesepakatan.
26. Ketua majelis menyatakan sidang diskors untuk musyawarah majelis (ketuk
palu 1x), para pihak diperintahkan untuk meninggalkan ruang sidang.
27. Setelah musyawarah majelis selesai ketua majelis menyatakan skors sidang
dicabut (ketuk palu 1x) dan para pihak dipanggil Kembali ke ruang sidang.

31
28. Ketua majelis menyatakan sidang terbuka untuk umum (ketuk palu 1x)
29. Ketua majelis membacakan putusan (selesai baca putusan ketuk palu 1x)
30. Ketua majelis menyatakan sidang selesai dan ditutup dengan ucapan
Alhamdulillahirobbilalamin (ketuk palu 3x)
Sidang Ketiga:

1. Majelis Hakim dan panitera sidang berada di meja sidang.


2. Ketua Majelis memimpin berdoa sebelum sidang dimulai.
3. Ketua Majelis membuka persidangan dengan kata - kata sidang dinyatakan
dibuka dan terbuka untuk umum (Ketuk Palu 3x).
4. Ketua Majelis memerintahkan panitera sidang memanggil para pihak.
5. Ketua Majelis dan Hakim Anggota mendamaikan para pihak.
6. Selanjutnya atas dasar pertanyaan ketua majelis pemohon menyatakan telah
siap dengan kewajibannya.
7. Atas perintah ketua majelis pemohon memberikan kewajibannya kepada
termohon dan diterima oleh termohon.
8. Atas pertanyaan ketua majelis termohon menyatakan saat ini dalam keadaan
suci.
9. Pemohon mengucapkan ikrar talak dengan dibimbing oleh ketua majelis.
10. Ketua majelis menyatakan sidang selesai dan ditutup dengan ucapan
Alhamdulillahirobbilalamin (ketuk palu 3x)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikan program sarjana diarahkan untuk


menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu,
sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara
penyelesaian masalah yang ada didalam kawasan keahliannya. Disamping itu,
mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan

32
produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang
sesuai dengan tata cara kehidupan bersama.

Sejalan dengan arah pendidikan tersebut, pendidikan yang diselenggarakan


oleh fakultas syariah dan Hukum adalah untuk menyiapkan para mahasiswa agar
memiliki kemampuan akademik dalam bidang yang sesuai dengan hukum
keahliannya. Karena itu, diperlukan pembekalan dan pengenalan pengetahuan
tentang berbagai masalah Hukum dalam masyarakat, termasuk masalah-masalah
penyelesaian perkara yang menjadi kewenangan pengadilan Agama.

Untuk tujuan terebut diperlukan adanya kegiatan kurikuler yang terencana


dan terarah diluar kegiatan perkuliahan berupa praktik lapangan, yang
bersinggungan dan menunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini,
Magang Kerja Peradilan Agama menjadi salah satu jenis praktik yang harus
diikuti oleh mahasiswa Jurusan, Hukum keluarga, Hukum Ekonomi Syariah,
Hukum Tata Negara, Hukum Pidana Islam, Ilmu Hukum, dan Perbandingan
Mazhab dan Hukum dan Hukum dilingkungan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

B. Saran/Rekomendasi

33
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pa-subang.go.id/
Yahya Harahap. 2005. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.

Sulaikin Lubis. 2008. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia.


Jakarta: Kencana.

Jaih Mubarok. 2004. Peradilan Agama di Indonesia. Bandung: Pustaka Bani


Quraisy.

Instruksi Presiden R.I. No. 1 Tahun 1991. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.

34
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai