SKRIPSI
Oleh
SPINTE BUGE KINPRALLA
18150023
Diajukan oleh
18150023
ii
ABSTRAK
Dalam penulisan skripsi ini, Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris,
yaitu dengan cara pengumpulan data-data lapangan sebagai sumber data utama,
seperti hasil wawancara. penyusunan hasil penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kualitatif, adapun langkah untuk mendapat data menggunakan bahan
hukum primer yaitu bahan yang digunakan ialah Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP), Undang-Undang Hukum Pidana di luar KUHP, Qanun Aceh No.6
Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
dan penguasa sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat, kasih dan sayangnya
kepada penulis, sehingga dengan petunjuk dan hidayahnya penulis telah dapat
(Studi Penelitian di Mahkamah Syariah Kota Banda Aceh)”. Shalawat dan salam
penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya, yang mana berkat jasa beliaulah pada saat ini kita dapat merasakan
indahnya hidup di alam yang disinari dengan kilauan cahaya ilmu pengetahuan di
bantuan dari berbagai pihak. Teristimewa kepada kedua orangtua yaitu Ayahanda
tercinta Irfan Syamri dan Ibunda tercinta Aini Nuzlita yang telah mendidik,
Fakultas Hukum Universitas Abulyatama Aceh. Pada kesempatan ini penulis ingin
1. Bapak Jummaidi Saputra S.H., M.H selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Anhar Nasution S.H., M.H selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak
iv
2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Abulyatama Bapak Wiratmadinata S.H.,
M.H dan Wakil Dekan Fakultas Hukum Abulyatama Bapak Anhar Nasution
S.H., M.H yang telah membantu penulisan untuk mengadakan penelitian yang
3. Bapak Jummaidi Saputra S.H., M.H selaku ketua Prodi Fakultas Hukum
Dan teruntuk Cut Meutia Huara, Rahmat Aminuddin, dan Muhammad Alwafi,
terima kasih banyak karena telah banyak memberikan bantuan dan dorongan
keterbatasan ilmu yang di miliki. Akhirnya kepada Allah SWT dimohonkan Taufik
dan Hidayah nya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Yohanis Anton Raharusun, Daerah Khusus dalam Perspektif NKRI, Jakarta, Konstitusi
Press, 2009, hlm 186.
1
2
daerah.
yang bersifat khusus dan istimewa di era pasca reformasi mendapat porsi
menyatakan:
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-
Undang.
yang lebih luas (dibanding provinsi lain) tampaknya kian mendekati realitas.
2
Ibid, hlm, 121
3
menunjukkan respons yang beragam oleh berbagai kalangan. Tulisan ini akan
Provinsi Aceh. Fokus kajian adalah Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014
mengakibatkan segala tindakan yang dilakukan oleh negara harus dan wajib
harus didukung oleh lembaga peradilan khusus syariat Islam. Hal ini, diatur
3
Al Yassa Abu bakar, Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Paradigma,
Kebijakan dan Kegiatan, Banda Aceh, Dinas Syariat Islam Proninsi Nanggroe Aceh Darussalam
2006, hlm 14.
4
menjadi dasar dan nilai-nilai dalam Qanun merupakan peraturan umum yang
akan berlaku di Aceh bagi seluruh penduduknya. Dengan begitu mereka yang
hal ibadah.4
4
Ibid, hlm 16.
5
Alfath Asmunda, 2021, Tiga Non-muslim di Aceh Dihukum Cambuk,
https://m.kbr.id/nasional/022021/tiga_nonmuslim_di_aceh_dihukum_cambuk/104754.html, (diakses
18/12/2021)
6
Putusan_mahkamah_agung,2021,
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/zaeb6a01dd23b776b621313833363230.html
(diakses 18/12/2021)
5
selanjutnya menjadi sorotan para pegiat HAM baik di dalam negeri maupun
internasional.
B. Rumusan Masalah
7
Karmiadi, 2021, Non-muslim di Aceh Tengah Terima 40 kali cambukan,
https://www.instagram.com/p/CXlEktpQeAOFJjwLlOK3GwxxtqeKyUdcMB300/?utm_medium=cop
y_link, (diakses 18/12/2021).
6
Berdasarkan ruang lingkup, maka yang menjadi tujuan penelitian ini ialah:
D. Manfaat Penelitian
beragama islam.
7
E. Keaslian Penelitian
Pidana Dan Hak Asasi Manusia” masalah yang diteliti disini ialah
Nomor 7 Tahun 2013 diatur dalam Pasal 247, 252 dan 252 yaitu jaksa
9
Rahmatillah, Syarifah, Formulasi Hukuman Cambuk Dalam Qanun Provinsi Aceh Menurut
Tinjauan Kebijakan Hukum Pidana Dan Hak Asasi Manusia. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 2012
10
Taryadi, Efektifitas Pelaksanaan Eksekusi Hukuman Cambuk Terhadap Pelaku Jinayat Di
Kabupaten Aceh Tamiang Dalam Perspektif Qanun Hukum Acara Jinayah, Jurnal Hukum Samudra
Keadilan Volume 15, Nomor 2, Juli-Desember 2020
9
F. Metode Penelitian
yang digunakan ialah data primer dan lapangan yaitu dari responden atau
Tahapan penelitian adalah level atau tingkatan yang bisa juga disebut
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia Press,
2004, hlm 51.
12
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metode Penelitian Dan Aplikasinya, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2002, hlm 11.
10
a. Lokasi
Syari’ah Aceh.
b. Populasi
13
Ibid, hlm 60.
11
atau objek yang menjadi sebuah bahan pembicaraan atau bahan penelitian.
Populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
menguraikan hukum.14
G. Sistematika Pembahasan
arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang digunakan dalam penulisan dan
14
Ibid, hlm 74.
12
Menurut bahasa kata Jarimah berasal dari kata jarama kemudian bentuk
masdarnya adalah jaramatan yang artinya perbuatan dosa, perbuatan salah, atau
Syara’ yang diancam dengan hukuman had atau ta‘zir, Pengertian jarimah
dan yang dikenai perbuatan itu adalah mujaram alaih Sedangkan yang
larangan syara' yang diancamkan oleh Allah dengan hukuman hadd atau
ta’zir.15
jarimah adalah Suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik
15
Mohammad Daun Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Ed. 6,
Rajawali Pers, Jakarta, 2005, hlm 59.
13
14
Yang dimaksud dengan kata jinayah adalah perbuatan yang dilarang oleh syara'
baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta benda atau pun lain-
lainnya. Akan tetapi, para fuqaha memakai kata-kata jinayah hanya untuk
perbuatan yang mengenai jiwa orang atau anggota badan Ada pula golongan
Para ulama menggunakan istilah jarimah bisa dalam dua arti, yakni arti
luas dan arti sempit. Dalam arti luas, jarimah merupakan perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh Syara’ dan dapat mengakibatkan hukuman had (hukuman
yang ada ketentuan nashnya seperti hukuman bagi pencuri, pembunuh, dan
lainya), atau ta’zir (hukuman yang tidak ada ketentuan nashnya seperti
Tujuan Hukum Islam sejalan dengan tujuan hidup manusia serta potensi
yang ada dalam dirinya dan potensi yang datang dari luar dirinya, yakni
16
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Pustaka Setia, Bandung, 2000.
15
yang singkat, untuk kemaslahatan manusia. Tujuan ini dapat dicapai dengan
cara mengambil segala hal yang memiliki kemaslahatan dan menolak segala
hal yang merusak dalam rangka menuju keridhaan Allah sesuai dengan prinsip
tauhid.
‘uqubat diyat (semacam ganti rugi yang dibayarkan pelaku kepada korban
Suatu bakaran dibuat agar tidak terjadi Jarimah atau pelanggaran dalam
dirasakan kejam bagi pelaku, namun hukuman itu sangat diperlukan karena
17
Ibid, hlm 26.
16
B. Unsur-Unsur Jarimah
larangan syara' yang diancamkan dengan hukuman hadd atau ta'zir. Dengan
muslim yang telah akil baligh (dewasa). Dalam Ushul Fiqih mukallaf disebut
juga al-mahkum alaihi (subyek hukum) yaitu orang yang telah dianggap
mampu bertindak hukum, baik yang berhubungan dengan perintah Allah SWT
orang yang tidak dapat memahami seperti hewan dan benda-benda mati tidak
bahwa apabila anak yang telah mencapai umur 12 tahun tetapi belum mencapai
umur 18 tahun atau belum menikah melakukan jarimah, maka terhadap anak
tersebut dapat dikenakan uqubah paling banyak 1/3 (satu per tiga) dari uqubah
18
Ibid, hlm 35.
17
yang telah ditentukan bagi orang dewasa dan atau dikembalikan kepada
pemerintah Aceh atau pemerintah kabupaten atau kota. Hukum pidana dalam
1. Jarimah hudud.
dalam jarimah yang menjadi hak Allah, pada prinsipnya adalah jarimah
karena hukuman untuk jarimah ini hanya satu untuk setiap jarimah.
Jarimah qishash atau diyat menjadi hak perseorangan atau hak adami
kepada orang yang menjadi korban, wali, atau ahli warisnya. Maka
3. Jarimah ta’zir,
19
Ibid, hlm 47.
18
Pada hakikatnya, di lihat dari karakter atau sifat dari pelanggaran dan
Sementara itu jarimah hudud dan jarimah qishash atau diyat lebih kepada
hak Allah yang tidak mungkin diubah atau dikurangi oleh manusia.
unsurnya telah terpenuhi. Unsur-unsur ini ada yang umum dan ada yang
sebagai berikut:
oleh Allah dalam salah satu firman-Nya Q.S. Al-Isra’ ayat 15:
19
tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab
melawan hukum dalam hukum pidana Islam dapat dinilai dari niat,
hasil akhir sesuai niat, tidak selesainya perbuatan, namun jika dalam
20
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Toha Putra,
Semarang, 2020, hlm 513.
20
melawan hukum.21
orang yang telah mukallaf. Secara garis besar, mukallaf adalah orang
wilayah muslim.
secara umum yang harus dipenuhi dalam menetapkan suatu perbuatan Jarimah
yaitu:
21
Ahmad Wardi Muslih, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika Offset,
Jakarta, 2004. Hlm 26.
21
yang di perbuatannya).22
1. Faktor Hukum
Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam
praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Kepastian Hukum
sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan bersifat abstrak
sehingga ketika seseorang hakim memutuskan suatu perkara secara
penerapan undang-undang saja maka ada kalanya nilai keadilan itu tidak
tercapai. Maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai hukum
setidaknya keadilan menjadi prioritas utama. Karena hukum tidaklah
semata-mata dilihat dari sudut hukum tertulis saja.
2. Faktor Penegakan
Hukum Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian
petugas penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan
sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Selama ini
ada kecenderungan yang kuat di kalangan masyarakat untuk
mengartikan hukum sebagai petugas atau penegak hukum, artinya
hukum diidentikkan dengan tingkah laku nyata petugas atau penegak
hukum. Sayangnya dalam melaksanakan wewenangnya sering timbul
persoalan karena sikap atau perlakuan yang dipandang melampaui
wewenang atau perbuatan lainnya yang dianggap melunturkan citra dan
22
Ibid, hlm 47.
23
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
2004, hlm 40.
22
wibawa penegak hukum. Hal ini disebabkan oleh kualitas yang rendah
dari aparat penegak hukum tersebut.
3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan
perangkat keras, Menurut Soerjono Soekanto bahwa para penegak
hukum tidak dapat bekerja dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan
kendaraan dan alat-alat komunikasi yang proporsional. Oleh karena itu,
sarana atau fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak
akan mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya
dengan peranan yang aktual.
4. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau
kelompok sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum. Persoalan
yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum
yang tinggi, sedang, atau kurang. Adanya derajat kepatuhan hukum
masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator
berfungsinya hukum yang bersangkutan.
5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum
yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsikonsepsi yang
abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa
yang dianggap buruk (sehinga dihindari). Maka, kebudayaan Indonesia
merupakan dasar atau mendasari hukum adat yang berlaku. Hukum
perundang-undangan tersebut harus dapat mencerminkan nilai-nilai
yang menjadi dasar dari hukum adat, agar hukum perundang-undangan
tersebut dapat berlaku secara aktif.
Dari lima faktor penegakan hukum tersebut faktor penegakan
hukumnya sendiri merupakan titik sentralnya. Hal ini disebabkan oleh baik
Istilah Qanun sudah lama digunakan dalam bahasa atau budaya melayu.
budaya melayu digunakan semakna dengan adat dan biasanya dipakai untuk
membedakan antara hukum yang tertera dalam adat dengan hukum yang yang
tertera dalam kitab Fiqih. Dalam literatur melayu Qanun diartikan sebagai
aturan yang berasal dari hukum Islam yang telah menjadi adat.24
Dalam bahasa Aceh istilah Qanun relatif populer dan tetap digunakan
qanun dapat juga disebut suatu istilah untuk menjelaskan aturan yang berlaku
propinsi Aceh). Hal ini dijelaskan dalam pasal 1 No. 8 "ketentuan umum"
24
Al Yasa’ Abubakar, Hukum Pidana Islam Di NAD, Dinas Syari’at Islam Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2006, hlm 3.
25
Amirul Hadi, Aceh Sejarah, Budaya, dan Tradisi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
Jakarta, 2010, hlm 47.
24
Menurut sumber dari seketariat DPRD Propinsi Aceh, sampai Agustus 2004
syariat Islam, terutama dalam Qanun yang diberlakukan oleh pemerintah Aceh
saat ini berkaitan atas penindakan hukum jinayat. Pertama qanun perjudian,
peraturan pemerintah.
“regel van canoniek recht”. Dari rumusan tersebut, Qanun merupakan regel
(peraturan) yang bersumber dari hukum kanonik. Tekanan kepada regel dari
hukum kanonik, memberi arti pula bahwa Qanun itu hanya dapat dikaitkan
26
Muhammad Ali, Revitalisasi Syari’at Islam di Aceh Problem Solusi dan Implementasi,
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2010, hlm 58-60.
25
kepada hukum kanonik. Yang dimaksud hukum kanonik di sini tidak lain dari
bahwa Qanun itu merupakan aturan hukum yang tidak terikat pada suatu
yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk kaum muslimin, baik yang ditetapkan
manusia dengan Allah SWT, manusia dengan manusia, manusia dengan alam
yang dilarang Syari’at Islam dan tentang hukuman yang dijatuhkan hakim
untuk pelaku. Hukuman yang dikenakan kepada setiap orang yang melanggar
Qanun Jinayat adalah hukuman cambuk atau denda berupa emas atau penjara.
27
T. junet, Qanun Arti dan Perkembangannya, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh, 1994, hlm 13.
26
kesalahan. Paling ringan sepuluh kali atau denda 100 gram emas atau penjara
10 bulan dan paling berat adalah 200 kali dera atau denda 2000 gram emas atau
terdiri atas dua yaitu uqubah ta’zir utama dan uqubah ta’zir tambahan, uqubah
ta’zir utama terdiri atas cambuk, denda, penjara dan restitusi. Uqubah ta’zir
tambahan terdiri atas pembinaan oleh negara, restitusi oleh orang tua/wali,
ketentuan yang diatur dalam dalam Qanun ini dan/atau ketentuan yang diatur
dengan hukum acara pidana pada umumnya yang dimana diantaranya adalah:
28
Al Yassa Abu bakar, Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Paradigma,
Kebijakan dan Kegiatan, Dinas Syariat Islam Proninsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh,
2006, hlm 30.
29
Danial, Pelaksanaan Syariat Islam dan Kekerasan di Aceh, Jurnal Kajian Aceh, Vol 3
2007, hlm 60.
27
“Wallahi”
Hisbah
digantikan dengan 1 bulan penjara atau denda 10 gram emas. Bermakna bahwa
jinayah. Kemudian dalam Qanun jinayah menyebutkan juga hal sama yang
disebutkan bahwa:
ayat (1) bersifat alternatif antara penjara, denda atau cambuk, yang
pada ayat (1) bersifat alternatif antara penjara atau denda, yang
menaati dan mengamalkan syariat Islam” (ayat 1) dan “Setiap orang yang
Dalam ayat (1) pasal ini menyatakan: “Dalam hal perbuatan jinayah yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama yang diantaranya
beragama bukan Islam, pelaku yang beragama bukan Islam dapat memilih atau
menundukkan diri secara sukarela pada hukum jinayah”. Dalam ayat (2)
jinayah yang tidak diatur dalam KUHP atau ketentuan pidana di luar KUHP
30
Ali Abubakar, Kedudukan Non-Muslim Dalam Qanun Jinayat, Rumoh Cetak, Banda
Aceh, 2020, hlm 78.
29
(KUHP) atau ketentuan pidana di luar KUHP, tetapi diatur dalam Qanun
ini.
seperti ini non-muslim itu memilih dan menyatakan tunduk sukarela pada
Qanun Jinayah. Untuk ketentuan ini dapat dipahami bahwa 10 (sepuluh) sanksi
atas Jarimah yang diatur dalam Qanun Jinayat dapat dikenakan kepada Non-
Jinayat.31
31
Ibid, hlm 79.
BAB III
dalam bidang ibadah dan syari’at Islam yang ditetapkan dalam Qanun.
hukum perdata, hukum pidana dan yang berhubungan dengan ketentuan hukum
30
31
dalam satu upacara pada tanggal 1 Muharram 1424 H/ 4 Maret 2003 M, sesuai
dengan Kepres No. 1 Tahun 2003 yang merupakan pengadilan bagi setiap
badan peradilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu yang mutlak dan tidak
dapat diperiksa oleh pengadilan lain. Oleh karena itu, sudah pasti kekuasaan
dan kewenagan yang dimiliki Mahkamah Syar’iyah lebih luas dari kekuasaan
Tinggi dan dibantu oleh beberapa orang unsur pembantu pimpinan dan unsur
tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Jaksa Agung. Fungsi dari kesajaksaan
di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain,
di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak
teknis serta pengawasan, baik di dalam maupun dengan instansi terkait atas
dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung. Saat ini Kepala
Kejaksaan Negeri ialah Erwin Desman, S.H., M.H. Kejaksaaan Tinggi Aceh
beralamat di Jl. Tgk. Mohd. Daud Beureueh No. 18 Banda Aceh, telp. 0651-
agar mematuhi dan menaati Qanun dan Peraturan Walikota dan pelaksanaan
Syariat Islam, menindak warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang
atau badan hukum yang diduga telah melakukan pelanggaran atas peraturan
sebagai tersangka atau saksi, mendatangkan saksi dan ahli yang diperlukan
setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
35
dan WH Banda Aceh beralamat di Jl. Tgk.Abu Lam U No.7, Banda Aceh,
23115
perkara Jinayat dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat pertama
Terdakwa.
Kewarganegaraan
Tempat Tinggal : Jalan Cinta Kasih 9 No. 34 Desa Panteriek
Kec. Lhueng Bata Kota Banda Aceh.
Agama : I s l a m.
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga.
Pendidikan : SD (Tidak Tamat).
Juni 2020 sekira pukul 16.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain
masih dalam tahun 2020, bertempat Lantai II Toko Banda Motor di Jalan
suatu tempat lain masih dalam wilayah hukum Mahkamah Syar’iyah Kota
Banda Aceh yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, yang
antara 2 (dua) pihak atau lebih, di sertai kesepakatan bahwa pihak yang
menang akan mendapat bayaran/ keuntungan tertentu dari pihak yang kalah
sebagaimana diatur dan diancam ‘Uqubat dalam Pasal 18 jo. Pasal 1 angka 22
dapat hadir karena tugas negara sebagai anggota Polisi, karena itu keterangan
saksi yang termuat dalam BAP penyidik dibacakan oleh penuntut umum di
1. 3 (tiga ) set kartu Joker yang sudah digunakan merk Full House.
2. Uang sejumlah Rp. 1.165.000,- (Satu juta seratus enam lima ribu
rupiah).
melakukan jarimah maisir yaitu untuk bermain kartu Joker tersebut yang disita
atau untung-untungan yang nilai taruhannya paling banyak 2 gram emas murni
sebagaimana Pasal Pasal 1 angka 22 jo. Pasal 18 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun
sebagai berikut;
Pasal 1 angka 38 jo. Pasal 5 Qanun Nomor 6 Tahun 2014 dari kedua pasal
dakwaan Jaksa Penuntut umum tersebut telah didukung paling kurang dua
alat bukti yang sah sesuai ketentuan Pasal 180, Pasal 181 Qanun Nomor 7
Tahun 2013 tentang Hukum Acara Jinayat, maka telah terbukti secara sah
40
dua orang beragama Budha dan dua orang beraga Kristen telah
demikian yang dimaksud dengan unsur "setiap orang" disini adalah para
Terdakwa (Terdakwa X) yang beragama Islam serta dua orang Budha dan
dua Kristen dan telah melakukan tindak pidana (jarimah maisir) di Aceh.
Umum telah didukung paling kurang dua alat bukti yang sah sesuai Pasal
180, Pasal 181 Qanun Nomor 7 Tahun 2013 tentang Hukum Acara Jinayat,
karena itu dakwaan tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan
paksaan telah melakukan jarimah Maisir (permainan judi Tek Tek), unsur
judi Tek tek mereka telah sepakat mengenai teknik permainan dan
Rp.5.000,- (lima ribu rupiah) kepada yang menang dan kalau yang
menutup Kartu joker mendapat kartu tutp warna yang sama yang
c. Bahwa, lebih kurang selama 1 (satu) jam atau 15 (lima belas) kali
kemudian Sekira pukul 17.30 Wib, saat para Terdakwa sedang asik
bermain Judi Tek tek dengan taruhan uang senilai seperti tersebut di
1.165.000,- (Satu juta seratus enam puluh lima ribu rupiah), tiga set
kartu joker, 1 (satu) meja bundar, dan 5 (lima) buah kursi pelastik
warna hijau.
dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut dan terdakwa I,
II, IV, V belum pernah dihukum sedangkan terdakwa III telah pernah
Terdakwa dihukum pula untuk membayar ongkos perkara, hal ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 222 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang KUHAP.
2020 bahwa para Terdakwa telah dituntut bersalah melakukan tindak pidana
4. 1 (satu) buah meja bundar, 3 (tiga) set kartu Joker yang sudah
digunakan merk Full House dan 5 (lima )buah kursi plastik warna
tersangka dan di dalam rincian BAP mereka dikasih pilihan untuk memilih
tunduk terhadap qanun atau kuhap, dan untuk mereka memilih itu dalam
bidang Syariat Islam, ada baiknya kita mengetahui apakah yang ingin dicapai
aman dan tentram karena apa yang berlaku disekitar mereka, kegiatan
seterusnya sesuai dan sejalan dengan kesadaran dan kata hati mereka
sendiri.
32
Erwin Desman selaku kepala kejaksaan Banda Aceh, wawancara, pada tanggal 30 februari
2022
45
2. Tujuan dengan alasan hukum, masyarakat akan hidup dalam tata aturan
yang lebih sesuai dengan kesadaran hukum, rasa keadilan dan nilai–
kegiatan sosial akan lebih mudah terbentuk dan lebih solid. Anggota
masyarakat di harapkan akan lebih rajin bekerja, akan lebih hemat dan
saat ini Qanun itu semua telah di rangkap dalam Qanun yang baru yaitu Qanun
bertujuan untuk membuat jera para pelaku pelanggar syari’at islam. Jera yang
karena si terhukum dan keluarga terhukum tersebut telah merasa sangat malu.
Rasa malu yang di dapat ini lah yang selanjutnya diharapkan si terhukum
terdapat di Aceh.
46
Rasa malu yang didapatkan oleh para pelaku sudah cukup besar
Pelaksanaan hukuman seperti ini menekan keinginan kotor dan moral yang
buruk masyarakat, serta secara alamiah mempunyai pengaruh pada jiwa dan
uqubat paling lama 5 (lima) hari sejak diputuskan oleh Mahkamah Syar`iyah
bagi pelaku jinayah tidak seperti yang telah diatur dalam pasal tersebut. Dari
pelaku jinayah tidak langsung dilakukan eksekusi oleh jaksa, karena jaksa juga
Pada saat ini pelaksanaan hukuman cambuk tidak dilakukan pada setiap
minggu, sehingga para pelaku jinayah yang telah memiliki kekuatan hukum
cambukan34.
33
Erwin Desman selaku kepala kejaksaan Banda Aceh, wawancara, pada tanggal 30 februari
2022
34
Erwin Desman selaku kepala kejaksaan Banda Aceh, wawancara, pada tanggal 30 februari
2022
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jinayat dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat pertama telah
dapat hadir karena tugas negara sebagai anggota Polisi, karena itu keterangan
saksi yang termuat dalam BAP penyidik dibacakan oleh penuntut umum di
untuk bermain kartu Joker tersebut yang disita petugas dari tempat kejadian
perkara. Oleh karena itu Majelis Hakim berkesimpulan bahwa unsur taruhan
murni sebagaimana Pasal Pasal 1 angka 22 jo. Pasal 18 Qanun Aceh Nomor
47
48
Maisir (perjudian), dan Qanun Nomor 14 tentang Khalwat (mesum) saat ini
Qanun itu semua telah di rangkap dalam Qanun yang baru yaitu Qanun
Jinayat Nomor 6 Tahun 2014. Pada saat ini pelaksanaan hukuman cambuk
tidak dilakukan pada setiap minggu, sehingga para pelaku jinayah yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap harus mendekam dulu di dalam penjara. Pada
lama 5 (lima) hari sejak diputuskan oleh Mahkamah Syar`iyah Kota Banda
pelaku jinayah tidak seperti yang telah diatur dalam pasal tersebut. Dari
pelaku jinayah tidak langsung dilakukan eksekusi oleh jaksa, karena jaksa
cambukan.
49
B. Saran.
lainya, sosialisasi dilakukan kepada warga local maupun warga asing baik
pelaksanaan uqubat sesuai dengan qanun Pasal 29 ayat 2 huruf e jelas disebutkan
bahwa pelaksanaan uqubat paling lama 5 (lima) hari sejak diputuskan oleh
A. Buku
Daun, Mohammad Ali. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, Ed. 6, Jakarta: Rajawali Pers. 2005.
Hadi, Amirul. Aceh Sejarah, Budaya, dan Tradisi, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia. 2010.
Hakim, Rahmat. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Bandung: Pustaka Setia.
2000.
Junet, T,. Qanun Arti dan Perkembangannya, Banda Aceh: Fakultas Hukum
Universitas Syiah Kuala. 1994.
Wardi Muslih, Ahmad. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar
Grafika Offset. 2004.
B. Peraturan Perundang-Undangan
50
51
C. Jurnal/Karya Ilmiah
Danial. Pelaksanaan Syariat Islam dan Kekerasan di Aceh, Jurnal Kajian Aceh,
Vol 3. 2007.
D. Website