Anda di halaman 1dari 18

“PUTUSAN PENGADILAN”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peradilan Agama di Indonesia

Dosen pengampu
Ibu Dra. Nahdiyah, M. H.

Oleh Kelompok : 4

Ahmad Fathurraji 21.11.1286

Muhammad Abdul Ghafur 21.11.1295

Muhammad Hadianoor 21.11.1199

Muhammad Mukhlis 21.11.1202

Ramadina Izati 21.11.1219

Zahra 21.11.1225

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat
dan inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Tentang putusan pengadilan.

Sholawat dan salam selalu kita panjatkan untuk nabi besar Nabi Muhammad

‫ﷺ‬. Yang mana telah membawa perubahan dari masa jahilliyah hingga masa terang
benderang.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dra. Hj. Nahdiyah, M.H. selaku
dosen pengampu kami yang telah membantu kami baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman- teman yang telah
mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari, bahwa makalah kami ini jauh daripada kata sempurna baik
dari segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.

Semoga Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan penginkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Martapura, 31 Mei 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................2

C. Tujuan Kepenulisan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................3

A. Metode Penyelesaian Sengketa dalam Putusan Pengadilan Agama ................3

B. Asas-asas dalam Putusan Pengadilan Agama...................................................6

C. Interpretasi Hukum dalam Putusan Pengadilan Agama ...................................9

BAB III PENUTUP .............................................................................................12

A. Kesimpulan ......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem peradilan agama di Indonesia adalah bagian integral dari sistem


peradilan nasional dan memiliki peran penting dalam menyelesaikan sengketa-
sengketa yang berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan, keluarga, dan
pernikahan. Putusan pengadilan dalam ranah peradilan agama memiliki dampak yang
signifikan terhadap kehidupan masyarakat, terutama dalam konteks hukum keluarga
dan keagamaan1. Pentingnya mempelajari putusan pengadilan dalam mata kuliah
peradilan agama mencakup beberapa alasan.

Pertama, putusan pengadilan merupakan produk akhir dari proses peradilan


dan menunjukkan bagaimana hukum Islam diaplikasikan dalam konteks kehidupan
masyarakat Indonesia. Studi mengenai putusan pengadilan memberikan pemahaman
yang mendalam tentang interpretasi dan implementasi hukum Islam oleh para hakim
agama.

Kedua, putusan pengadilan juga merupakan sumber hukum yang penting.


Putusan pengadilan memiliki kekuatan mengikat dan memberikan pedoman hukum
yang berlaku bagi pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa. Oleh karena itu,
memahami putusan pengadilan akan membantu para praktisi hukum, akademisi, dan
masyarakat secara umum dalam memahami standar hukum yang berlaku dalam
peradilan agama.

Ketiga, melalui studi putusan pengadilan, kita dapat melihat perkembangan


dan tren dalam penegakan hukum di ranah peradilan agama. Putusan pengadilan
mencerminkan dinamika sosial, perubahan nilai-nilai masyarakat, dan penyesuaian
hukum Islam dengan konteks sosial yang beragam.

Dengan mempelajari putusan pengadilan, kita dapat mengidentifikasi


perubahan hukum yang terjadi seiring waktu dan menganalisis dampaknya terhadap

1
Syahrani, Abdul Ghoffar. Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2018), hlm. 45.

1
masyarakat. Dalam konteks makalah dengan judul tentang putusan pengadilan, dapat
dilakukan analisis terhadap beberapa aspek, seperti metode penyelesaian sengketa
yang digunakan oleh pengadilan agama, asas-asas yang menjadi dasar putusan
pengadilan agama, interpretasi hukum dalam putusan pengadilan, serta dampak
putusan pengadilan terhadap masyarakat dan sistem hukum secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah di sebutkan, dapat di simpulkan


dalam rumusan masalah, di antaranya:

1. Bagaimana metode penyelesaian sengketa yang digunakan oleh pengadilan


agama dalam mengeluarkan putusan?
2. Apa saja asas-asas yang menjadi dasar putusan pengadilan agama di Indonesia?
3. Bagaimana interpretasi hukum dilakukan dalam putusan pengadilan agama?

C. Tujuan Kepenulisan
1. Untuk memahami metode penyelesaian sengketa yang digunakan oleh
pengadilan agama dalam mengeluarkan putusan. Hal ini akan memberikan
wawasan tentang proses hukum yang diterapkan dalam peradilan agama di
Indonesia.
2. Untuk menganalisis asas-asas yang menjadi dasar putusan pengadilan agama di
Indonesia. Tujuan ini bertujuan untuk memahami prinsip-prinsip hukum yang
digunakan oleh hakim agama dalam mengambil keputusan.
3. Untuk mengkaji interpretasi hukum dalam putusan pengadilan agama. Hal ini
akan membantu dalam memahami bagaimana hukum Islam diaplikasikan dalam
konteks kehidupan masyarakat Indonesia dan bagaimana penafsiran hukum ini
mempengaruhi putusan pengadilan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Penyelesaian Sengketa dalam Putusan Pengadilan Agama

Metode penyelesaian sengketa dalam putusan pengadilan agama meliputi


beberapa cara, seperti:

1. Penyelesaian sengketa melalui gugatan sederhana (small claim court)2.

Penyelesaian sengketa melalui gugatan sederhana (small claim court) adalah


salah satu metode penyelesaian sengketa dalam putusan pengadilan agama.
Gugatan sederhana merupakan gugatan perdata dengan nilai gugatan materiil
paling banyak Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) atau Rp. 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktian yang
sederhana. Tahapan penyelesaian gugatan sederhana meliputi pendaftaran,
pemeriksaan kelengkapan gugatan sederhana, penetapan hakim dan penunjukan
panitera pengganti, pemeriksaan pendahuluan, penetapan hari sidang dan
pemanggilan para pihak, pemeriksaan sidang dan perdamaian, pembuktian, dan
putusan. Penyelesaian gugatan sederhana diperiksa dan diputus oleh hakim
tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan.

2. Penyelesaian sengketa ekonomi syariah3.

Penyelesaian sengketa ekonomi syariah dapat dilakukan melalui jalur


pengadilan agama. Pengadilan agama memiliki kewenangan absolut dalam
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, sesuai dengan putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012. Prosedur penyelesaian sengketa ekonomi
syariah di pengadilan agama berjalan sesuai dengan peraturan perundang-

2
Ridwan Anwar, Penyelesaian Sengketa Gugatan Sederhana di Pengadilan Agama
Gresik, 2019, https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-
daerah/penyelesaian-sengketa-gugatan-sederhana-di-pengadilan-agama-gresik-11-11, diakses
pada tanggal 31 Mei 2023
3
Drs. Asrofi, SH., MH. (Ketua PA Mojokerto), Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah,
https://www.new.pa-mojokerto.go.id/114-informasi-pengadilan/262-penyelesaian-sengketa-
ekonomi-syariah, diakses pada tanggal 31 Mei 2023

3
undangan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Pengadilan agama juga
dapat menyelesaikan sengketa ekonomi syariah melalui mediasi atau
musyawarah. Beberapa pengadilan agama di Indonesia telah menyelesaikan
sengketa ekonomi syariah, baik melalui proses litigasi maupun damai.

3. Penyelesaian sengketa secara non-litigasi (diluar pengadilan)4.

Penyelesaian sengketa secara non-litigasi adalah penyelesaian sengketa yang


dilakukan di luar pengadilan atau yang biasa disebut dengan lembaga alternatif
penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa di jalur non-litigasi ada berbagai
bentuk, seperti konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
Beberapa pengertian dari bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa yaitu:
konsultasi adalah cara penyelesaian sengketa dengan cara berkonsultasi dengan
pihak yang ahli di bidangnya, negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa dengan
cara bernegosiasi dengan pihak yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan,
mediasi adalah cara penyelesaian sengketa dengan cara memediasi pihak yang
bersengketa untuk mencapai kesepakatan, konsiliasi adalah cara penyelesaian
sengketa dengan cara mengajak pihak yang bersengketa untuk berdiskusi dan
mencari solusi bersama, dan penilaian ahli adalah cara penyelesaian sengketa
dengan cara meminta pendapat ahli untuk menyelesaikan sengketa. Mediasi
adalah salah satu upaya penyelesaian sengketa non-litigasi yang wajib ditempuh
sebelum dilakukan pemeriksaan di pengadilan. Kelebihan proses non-litigasi
adalah sifat kerahasiaannya karena proses persidangan dan hasil keputusannya
yang tidak dipublikasikan. Selain itu, lambannya proses penyelesaian sengketa
akibat hal prosedural dan administratif juga dapat dihindari.

4. Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi (melalui pengadilan)5.

Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi adalah proses penyelesaian


sengketa oleh para pihak melalui lembaga peradilan negara, seperti pengadilan
negeri, pengadilan agama, pengadilan tata usaha negara, dan lain-lain. Sengketa

4
Rifqani Nur Fauziah Hanif, Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, 2020,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-Dan-Alternatif-
Penyelesaian-Sengketa.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2023
5

4
tersebut akan diserahkan dan diperiksa oleh hakim pengadilan dalam suatu
rangkaian persidangan. Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi dapat
dilakukan pada berbagai jenis sengketa, termasuk sengketa ekonomi syariah dan
gugatan sederhana. Proses litigasi dapat dihindari dengan menggunakan alternatif
penyelesaian sengketa non-litigasi seperti mediasi, negosiasi, atau konsiliasi.
Namun, jika alternatif penyelesaian sengketa non-litigasi tidak berhasil, maka
penyelesaian sengketa melalui proses litigasi dapat menjadi pilihan terakhir.

5. Penggunaan al-shulhu dalam mengakhiri persengketaan di Pengadilan Agama.

Al-shulhu adalah konsep penyelesaian sengketa dalam hukum Islam yang


berarti "pemaafan". Konsep ini dapat digunakan dalam mengakhiri persengketaan
di Pengadilan Agama. Dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah di
Pengadilan Agama, terdapat beberapa alternatif penyelesaian sengketa, seperti
mediasi, negosiasi, konsiliasi, dan al-shulhu. Penyelesaian sengketa melalui jalur
al-shulhu dianggap lebih baik dibandingkan penyelesaian sengketa melalui
pengadilan, karena putusan pengadilan bersifat final dan mengikat, sedangkan al-
shulhu dapat menciptakan perdamaian yang lebih baik dan berkelanjutan.
Meskipun demikian, penggunaan al-shulhu dalam penyelesaian sengketa di
Pengadilan Agama harus tetap memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku,
seperti Peraturan Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelesaian Perkara di Pengadilan.

6. Penyelesaian sengketa melalui mediasi6.

Mediasi dan musyawarah merupakan metode penyelesaian sengketa yang


digunakan dalam pengadilan agama. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan antara para pihak
yang bersengketa dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kekuasaan
untuk mengambil keputusan. Sedangkan musyawarah adalah cara penyelesaian
sengketa melalui proses diskusi dan perundingan antara para pihak yang

6
Shania Anwar, Ramdani Wahyu Sururie, Burhanuddin, Model Penyelesaian Sengketa
Mediasi Di Pengadilan Agama Bandung Dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota
Bandung, Vol. 2, no. 2 (September 2021), Hal. 186

5
bersengketa dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama. Kedua metode ini
bertujuan untuk mencapai kesepakatan antara para pihak yang bersengketa secara
damai dan menghindari proses litigasi yang lebih panjang dan mahal.

Metode penyelesaian sengketa yang digunakan oleh pengadilan agama


memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode penyelesaian
sengketa melalui pengadilan agama adalah putusan pengadilan bersifat final dan
mengikat, sehingga dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang
bersengketa. Selain itu, proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan agama
juga dilakukan secara terbuka dan transparan, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya kecurangan atau penyelesaian sengketa yang tidak adil.

Namun, kekurangan dari metode penyelesaian sengketa melalui pengadilan


agama adalah prosesnya yang cenderung lama dan biayanya yang relatif mahal.
Selain itu, putusan pengadilan agama juga dapat menjadi tidak sesuai dengan
keinginan para pihak yang bersengketa, sehingga dapat menimbulkan
ketidakpuasan. Selain metode penyelesaian sengketa melalui pengadilan agama,
terdapat juga metode penyelesaian sengketa non-litigasi, seperti mediasi,
negosiasi, konsiliasi, dan al-shulhu.

Metode penyelesaian sengketa non-litigasi memiliki kelebihan dalam hal


kecepatan penyelesaian sengketa, biaya yang lebih murah, dan dapat menciptakan
perdamaian yang lebih baik dan berkelanjutan. Namun, kekurangan dari metode
penyelesaian sengketa non-litigasi adalah putusan yang dihasilkan bersifat tidak
mengikat dan dapat menimbulkan ketidakpastian hukum.

B. Asas-asas dalam Putusan Pengadilan Agama

Asas-asas dalam putusan pengadilan agama adalah seperangkat alat yang


wajib digunakan oleh hakim dalam membuat putusan yang berkualitas dan sesuai
dengan hukum yang berlaku. Beberapa asas yang harus dipenuhi dalam putusan
pengadilan agama antara lain: (1) putusan harus didasarkan pada hukum yang
berlaku, (2) putusan harus mempertimbangkan kepentingan umum, (3) putusan harus
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, (4) putusan harus memperhatikan asas

6
keadilan, (5) putusan harus memperhatikan asas kepastian hukum, (6) putusan harus
memperhatikan asas kemanfaatan, dan (7) putusan harus memperhatikan asas
keterbukaan. Asas-asas ini bertujuan untuk memastikan bahwa putusan pengadilan
agama tidak hanya memenuhi persyaratan formal, tetapi juga memenuhi persyaratan
substansial dan dapat memberikan keadilan bagi para pihak yang bersengketa7.

Asas keadilan merupakan salah satu landasan dalam mengambil keputusan


oleh pengadilan agama. Asas keadilan dalam pengadilan agama mengacu pada
prinsip bahwa setiap putusan harus memperhatikan kepentingan semua pihak yang
terlibat dalam sengketa dan harus adil bagi semua pihak. Dalam penyelesaian
sengketa ekonomi syariah di pengadilan agama, asas keadilan dapat diwujudkan
dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah yang adil dan seimbang, seperti
prinsip keseimbangan hak dan kewajiban, prinsip keadilan dalam pembagian harta
bersama, dan prinsip keadilan dalam penyelesaian sengketa antara pihak yang
berbeda agama.

Selain itu, pengadilan agama juga harus memperhatikan asas keadilan dalam
hal proses persidangan, seperti memberikan kesempatan yang sama bagi semua pihak
untuk menyampaikan pendapat dan bukti, serta memastikan bahwa putusan diambil
berdasarkan fakta dan bukti yang jelas dan objektif8. Dengan memperhatikan asas
keadilan, pengadilan agama dapat mengambil keputusan yang adil dan seimbang
bagi semua pihak yang terlibat dalam sengketa.

Asas keterbukaan dan transparansi merupakan prinsip penting dalam proses


peradilan agama. Asas keterbukaan dan transparansi mengacu pada prinsip bahwa
proses peradilan harus dilakukan secara terbuka dan transparan, sehingga dapat
memastikan bahwa putusan yang diambil didasarkan pada fakta dan bukti yang jelas
dan objektif.

7
Amalia Rahmaniah, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama,
2023, https://fs.uin-antasari.ac.id/penyelesaian-sengketa-ekonomi-syariah-di-pengadilan-
agama/, diakses pada tanggal 31 Mei 2023
8
Esla Yuli Astuti, Strategi Dakwah Pondok Pesantren Nurul Hidayah Desa Bandung,
Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, 2020, SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Hal. 19 – 37

7
Dalam pengadilan agama, asas keterbukaan dan transparansi dapat
diwujudkan dengan memastikan bahwa sidang dilakukan secara terbuka untuk
umum, sehingga semua pihak yang terlibat dalam sengketa dapat mengikuti proses
persidangan dan memastikan bahwa putusan yang diambil didasarkan pada fakta dan
bukti yang jelas dan objektif. Selain itu, pengadilan agama juga harus memastikan
bahwa semua informasi yang berkaitan dengan proses peradilan tersedia secara
terbuka dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan, seperti informasi
mengenai jadwal sidang, putusan pengadilan, dan prosedur penyelesaian sengketa.
Dengan memperhatikan asas keterbukaan dan transparansi, pengadilan agama dapat
memastikan bahwa proses peradilan dilakukan secara adil dan objektif, serta dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan atau penyelesaian sengketa yang tidak adil.

Asas kepastian hukum dan keberlanjutan putusan merupakan prinsip penting


dalam konteks peradilan agama. Asas kepastian hukum mengacu pada prinsip bahwa
setiap putusan pengadilan harus memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang
bersengketa, sehingga para pihak dapat mengetahui hak dan kewajiban mereka
secara jelas dan tidak terjadi ketidakpastian hukum. Dalam pengadilan agama, asas
kepastian hukum dapat diwujudkan dengan memastikan bahwa putusan pengadilan
didasarkan pada hukum yang berlaku dan memperhatikan prinsip-prinsip syariah
yang adil dan seimbang, sehingga para pihak dapat memahami hak dan kewajiban
mereka secara jelas dan tidak terjadi ketidakpastian hukum.

Asas keberlanjutan putusan mengacu pada prinsip bahwa putusan pengadilan


harus dapat dijalankan secara berkelanjutan dan tidak bertentangan dengan putusan
pengadilan sebelumnya. Dalam pengadilan agama, asas keberlanjutan putusan dapat
diwujudkan dengan memastikan bahwa putusan pengadilan didasarkan pada hukum
yang berlaku dan memperhatikan prinsip-prinsip syariah yang adil dan seimbang,
sehingga putusan pengadilan dapat dijalankan secara berkelanjutan dan tidak
bertentangan dengan putusan pengadilan sebelumnya. Dengan memperhatikan asas
kepastian hukum dan keberlanjutan putusan, pengadilan agama dapat memastikan
bahwa putusan yang diambil memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang
bersengketa dan dapat dijalankan secara berkelanjutan tanpa bertentangan dengan
putusan pengadilan sebelumnya.

8
Maka dapat di simpulkan dalam pengertian asas asas di atas, dalam hal ini
asas-asas dalam putusan pengadilan agama antara lain :

1. Putusan harus didasarkan pada hukum yang berlaku.


2. Putusan harus mempertimbangkan kepentingan umum.
3. Putusan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
4. Putusan harus memperhatikan asas keadilan.
5. Putusan harus memperhatikan asas kepastian hukum.
6. Putusan harus memperhatikan asas kemanfaatan.
7. Putusan harus memperhatikan asas keterbukaan.

Asas-asas ini bertujuan untuk memastikan bahwa putusan pengadilan agama


tidak hanya memenuhi persyaratan formal, tetapi juga memenuhi persyaratan
substansial dan dapat memberikan keadilan bagi para pihak yang bersengketa.

C. Interpretasi Hukum dalam Putusan Pengadilan Agama

Interpretasi hukum merupakan salah satu tugas penting dari hakim dalam
mengambil keputusan di pengadilan agama. Interpretasi hukum mengacu pada proses
penafsiran hukum yang dilakukan oleh hakim untuk memahami dan menerapkan
hukum yang berlaku dalam suatu kasus. Dalam pengadilan agama, interpretasi
hukum dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip syariah yang adil dan
seimbang, serta memperhatikan asas-asas dalam peradilan agama, seperti asas
keadilan, kepastian hukum, dan keterbukaan9. Metode interpretasi hukum yang dapat
digunakan oleh hakim antara lain metode gramatikal, metode sistematis, metode
teleologis, dan metode historis. Metode interpretasi hukum yang digunakan oleh
hakim harus memperhatikan konteks kasus yang sedang diputus dan memastikan
bahwa putusan yang diambil didasarkan pada hukum yang berlaku dan prinsip-
prinsip syariah yang adil dan seimbang10.

9
Ridho Maksum, Membaca Opsi Interpretasi oleh Hakim Konstitusi, (Surabaya: Pustaka
Ilmu, 2014), 22-23
10
Anang Sulistyono, Abdul Wahid, dan Mirin Primudyastutie, Interpretasi Hukum oleh
Hakim Konstitusi dalam Mendekonstruksi Anatomi Korupsi Migas, Jurnal Konstitusi, Volume 14,
Nomor 2, Juni 2017, Hal. 430.

9
Hakim agama menggunakan berbagai pendekatan dan metodologi
interpretasi hukum dalam mengambil keputusan di pengadilan agama. Beberapa
metode interpretasi hukum yang dapat digunakan oleh hakim agama antara lain :

1. Metode penafsiran gramatikal atau bahasa, yaitu metode penafsiran yang


didasarkan pada makna kata-kata dalam teks undang-undang.
2. Metode penafsiran teleologis atau sosiologis, yaitu metode penafsiran yang
didasarkan pada tujuan atau maksud dari undang-undang.
3. Metode penafsiran sistematis atau logis, yaitu metode penafsiran yang didasarkan
pada struktur dan hubungan antara pasal-pasal dalam undang-undang.
4. Metode penafsiran historis, yaitu metode penafsiran yang didasarkan pada sejarah
pembentukan undang-undang.
5. Metode penafsiran komparatif atau perbandingan, yaitu metode penafsiran yang
didasarkan pada perbandingan dengan undang-undang atau keputusan pengadilan
di negara lain.
6. Metode penafsiran futuristis, yaitu metode penafsiran yang didasarkan pada
perkiraan atau prediksi mengenai perkembangan hukum di masa depan.

Dalam pengadilan agama, hakim agama harus memilih metode interpretasi


hukum yang tepat untuk memastikan bahwa putusan yang diambil didasarkan pada
hukum yang berlaku dan memperhatikan prinsip-prinsip syariah yang adil dan
seimbang.

Sumber-sumber hukum memainkan peran penting dalam proses interpretasi


hukum dalam peradilan agama. Beberapa sumber hukum yang dapat digunakan oleh
hakim agama dalam proses interpretasi hukum antara lain:

1. Al-Quran dan Hadis, sebagai sumber utama hukum Islam.


2. Ijma' (kesepakatan para ulama) dan Qiyas (analogi), sebagai sumber hukum Islam
yang berkembang melalui interpretasi para ulama.
3. Undang-undang dan peraturan perundang-undangan, sebagai sumber hukum
positif yang berlaku di Indonesia.
4. Putusan pengadilan, sebagai sumber hukum yang dapat dijadikan acuan dalam
mengambil keputusan di pengadilan agama.

10
5. Doktrin hukum, sebagai sumber hukum yang berkembang melalui interpretasi
para ahli hukum11.

Dalam proses interpretasi hukum, hakim agama harus memperhatikan


sumber-sumber hukum yang relevan dan memastikan bahwa putusan yang diambil
didasarkan pada hukum yang berlaku dan memperhatikan prinsip-prinsip syariah
yang adil dan seimbang.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi interpretasi hukum dalam


putusan pengadilan agama, di antaranya:

1. Faktor sosial dan budaya, seperti norma-norma sosial dan budaya yang berlaku di
masyarakat.
2. Faktor agama, seperti interpretasi dan pemahaman terhadap ajaran agama yang
berbeda-beda.
3. Faktor politik, seperti pengaruh kebijakan pemerintah dan kepentingan politik
tertentu.
4. Faktor ekonomi, seperti pengaruh kepentingan ekonomi dan bisnis tertentu.
5. Faktor psikologis, seperti pengaruh persepsi dan sikap pribadi hakim terhadap
kasus yang sedang diputus.

Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi interpretasi hukum yang dilakukan


oleh hakim agama dalam mengambil keputusan di pengadilan agama. Oleh karena
itu, hakim agama harus memastikan bahwa putusan yang diambil didasarkan pada
hukum yang berlaku dan memperhatikan prinsip-prinsip syariah yang adil dan
seimbang, serta memperhatikan faktor-faktor yang relevan dalam kasus yang sedang
diputus.

11
Abdul Manan, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Praktek Hukum Acara Di
Peradilan Agama, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 2 Nomor 2 Juli 2013, Hal. 191 – 192

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa:

Metode penyelesaian sengketa dalam putusan pengadilan agama mencakup


beberapa cara, antara lain:

1. Penyelesaian sengketa melalui gugatan sederhana (small claim court).


2. Penyelesaian sengketa ekonomi syariah.
3. Penyelesaian sengketa secara non-litigasi (diluar pengadilan).
4. Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi (melalui pengadilan).
5. Penggunaan al-shulhu dalam mengakhiri persengketaan di Pengadilan Agama.
6. Penyelesaian sengketa melalui mediasi.

Metode penyelesaian sengketa tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan


masing-masing. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan agama memberikan
kepastian hukum dan dilakukan secara terbuka dan transparan, namun prosesnya
cenderung lama dan mahal. Metode penyelesaian sengketa non-litigasi memiliki
kecepatan penyelesaian yang lebih baik, biaya yang lebih murah, namun putusannya
bersifat tidak mengikat.

Asas-asas dalam putusan pengadilan agama meliputi asas keadilan,


kepentingan umum, sidang terbuka untuk umum, kepastian hukum, kemanfaatan,
dan keterbukaan. Asas keadilan memastikan putusan yang adil bagi semua pihak
yang bersengketa, sementara asas keterbukaan dan transparansi memastikan proses
peradilan dilakukan secara terbuka dan objektif.

Dalam konteks peradilan agama, asas kepastian hukum menjamin kepastian


hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa, sementara keberlanjutan putusan
memastikan kontinuitas dan keberlanjutan hukum.

12
Secara keseluruhan, penyelesaian sengketa dalam putusan pengadilan agama
dilakukan melalui berbagai metode dan didasarkan pada asas-asas yang mencakup
keadilan, kepastian hukum, keterbukaan, dan keberlanjutan putusan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2019). Penyelesaian Sengketa Gugatan Sederhana di Pengadilan


Agama Gresik. Diakses dari https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-
peradilan-agama/berita-daerah/penyelesaian-sengketa-gugatan-sederhana-
di-pengadilan-agama-gresik-11-11 pada tanggal 31 Mei 2023.

Anwar, S., Sururie, R. W., & Burhanuddin. (2021). Model Penyelesaian Sengketa
Mediasi Di Pengadilan Agama Bandung Dan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Kota Bandung, 2(2).

Asrofi, D. A., SH., MH. (Ketua PA Mojokerto). Penyelesaian Sengketa Ekonomi


Syariah. Diakses dari https://www.new.pa-mojokerto.go.id/114-informasi-
pengadilan/262-penyelesaian-sengketa-ekonomi-syariah pada tanggal 31
Mei 2023.

Astuti, E. Y. (2020). Strategi Dakwah Pondok Pesantren Nurul Hidayah Desa


Bandung, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen (Skripsi). Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

Hanif, R. N. F. (2020). Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Diakses


dari https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-
artikel/13628/Arbitrase-Dan-Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.html pada
tanggal 31 Mei 2023.

Maksum, R. (2014). Membaca Opsi Interpretasi oleh Hakim Konstitusi. Surabaya:


Pustaka Ilmu.

Manan, A. (2013). Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Praktek Hukum Acara
Di Peradilan Agama. Jurnal Hukum dan Peradilan, 2(2).

Rahmaniah, A. (2023). Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan


Agama. Diakses dari https://fs.uin-antasari.ac.id/penyelesaian-sengketa-
ekonomi-syariah-di-pengadilan-agama/ pada tanggal 31 Mei 2023.

Sulistyono, A., Wahid, A., & Primudyastutie, M. (2017). Interpretasi Hukum oleh
Hakim Konstitusi dalam Mendekonstruksi Anatomi Korupsi Migas. Jurnal
Konstitusi, 14(2).

14
Syahrani, A. G. (2018). Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta:
Kencana.

15

Anda mungkin juga menyukai