Dosen pengampu
Ibu Dra. Nahdiyah, M. H.
Oleh Kelompok : 4
Zahra 21.11.1225
Sholawat dan salam selalu kita panjatkan untuk nabi besar Nabi Muhammad
ﷺ. Yang mana telah membawa perubahan dari masa jahilliyah hingga masa terang
benderang.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dra. Hj. Nahdiyah, M.H. selaku
dosen pengampu kami yang telah membantu kami baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman- teman yang telah
mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari, bahwa makalah kami ini jauh daripada kata sempurna baik
dari segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan penginkatan ilmu pengetahuan.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Syahrani, Abdul Ghoffar. Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2018), hlm. 45.
1
masyarakat. Dalam konteks makalah dengan judul tentang putusan pengadilan, dapat
dilakukan analisis terhadap beberapa aspek, seperti metode penyelesaian sengketa
yang digunakan oleh pengadilan agama, asas-asas yang menjadi dasar putusan
pengadilan agama, interpretasi hukum dalam putusan pengadilan, serta dampak
putusan pengadilan terhadap masyarakat dan sistem hukum secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Kepenulisan
1. Untuk memahami metode penyelesaian sengketa yang digunakan oleh
pengadilan agama dalam mengeluarkan putusan. Hal ini akan memberikan
wawasan tentang proses hukum yang diterapkan dalam peradilan agama di
Indonesia.
2. Untuk menganalisis asas-asas yang menjadi dasar putusan pengadilan agama di
Indonesia. Tujuan ini bertujuan untuk memahami prinsip-prinsip hukum yang
digunakan oleh hakim agama dalam mengambil keputusan.
3. Untuk mengkaji interpretasi hukum dalam putusan pengadilan agama. Hal ini
akan membantu dalam memahami bagaimana hukum Islam diaplikasikan dalam
konteks kehidupan masyarakat Indonesia dan bagaimana penafsiran hukum ini
mempengaruhi putusan pengadilan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ridwan Anwar, Penyelesaian Sengketa Gugatan Sederhana di Pengadilan Agama
Gresik, 2019, https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-
daerah/penyelesaian-sengketa-gugatan-sederhana-di-pengadilan-agama-gresik-11-11, diakses
pada tanggal 31 Mei 2023
3
Drs. Asrofi, SH., MH. (Ketua PA Mojokerto), Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah,
https://www.new.pa-mojokerto.go.id/114-informasi-pengadilan/262-penyelesaian-sengketa-
ekonomi-syariah, diakses pada tanggal 31 Mei 2023
3
undangan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Pengadilan agama juga
dapat menyelesaikan sengketa ekonomi syariah melalui mediasi atau
musyawarah. Beberapa pengadilan agama di Indonesia telah menyelesaikan
sengketa ekonomi syariah, baik melalui proses litigasi maupun damai.
4
Rifqani Nur Fauziah Hanif, Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, 2020,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-Dan-Alternatif-
Penyelesaian-Sengketa.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2023
5
4
tersebut akan diserahkan dan diperiksa oleh hakim pengadilan dalam suatu
rangkaian persidangan. Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi dapat
dilakukan pada berbagai jenis sengketa, termasuk sengketa ekonomi syariah dan
gugatan sederhana. Proses litigasi dapat dihindari dengan menggunakan alternatif
penyelesaian sengketa non-litigasi seperti mediasi, negosiasi, atau konsiliasi.
Namun, jika alternatif penyelesaian sengketa non-litigasi tidak berhasil, maka
penyelesaian sengketa melalui proses litigasi dapat menjadi pilihan terakhir.
6
Shania Anwar, Ramdani Wahyu Sururie, Burhanuddin, Model Penyelesaian Sengketa
Mediasi Di Pengadilan Agama Bandung Dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota
Bandung, Vol. 2, no. 2 (September 2021), Hal. 186
5
bersengketa dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama. Kedua metode ini
bertujuan untuk mencapai kesepakatan antara para pihak yang bersengketa secara
damai dan menghindari proses litigasi yang lebih panjang dan mahal.
6
keadilan, (5) putusan harus memperhatikan asas kepastian hukum, (6) putusan harus
memperhatikan asas kemanfaatan, dan (7) putusan harus memperhatikan asas
keterbukaan. Asas-asas ini bertujuan untuk memastikan bahwa putusan pengadilan
agama tidak hanya memenuhi persyaratan formal, tetapi juga memenuhi persyaratan
substansial dan dapat memberikan keadilan bagi para pihak yang bersengketa7.
Selain itu, pengadilan agama juga harus memperhatikan asas keadilan dalam
hal proses persidangan, seperti memberikan kesempatan yang sama bagi semua pihak
untuk menyampaikan pendapat dan bukti, serta memastikan bahwa putusan diambil
berdasarkan fakta dan bukti yang jelas dan objektif8. Dengan memperhatikan asas
keadilan, pengadilan agama dapat mengambil keputusan yang adil dan seimbang
bagi semua pihak yang terlibat dalam sengketa.
7
Amalia Rahmaniah, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama,
2023, https://fs.uin-antasari.ac.id/penyelesaian-sengketa-ekonomi-syariah-di-pengadilan-
agama/, diakses pada tanggal 31 Mei 2023
8
Esla Yuli Astuti, Strategi Dakwah Pondok Pesantren Nurul Hidayah Desa Bandung,
Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, 2020, SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Hal. 19 – 37
7
Dalam pengadilan agama, asas keterbukaan dan transparansi dapat
diwujudkan dengan memastikan bahwa sidang dilakukan secara terbuka untuk
umum, sehingga semua pihak yang terlibat dalam sengketa dapat mengikuti proses
persidangan dan memastikan bahwa putusan yang diambil didasarkan pada fakta dan
bukti yang jelas dan objektif. Selain itu, pengadilan agama juga harus memastikan
bahwa semua informasi yang berkaitan dengan proses peradilan tersedia secara
terbuka dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan, seperti informasi
mengenai jadwal sidang, putusan pengadilan, dan prosedur penyelesaian sengketa.
Dengan memperhatikan asas keterbukaan dan transparansi, pengadilan agama dapat
memastikan bahwa proses peradilan dilakukan secara adil dan objektif, serta dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan atau penyelesaian sengketa yang tidak adil.
8
Maka dapat di simpulkan dalam pengertian asas asas di atas, dalam hal ini
asas-asas dalam putusan pengadilan agama antara lain :
Interpretasi hukum merupakan salah satu tugas penting dari hakim dalam
mengambil keputusan di pengadilan agama. Interpretasi hukum mengacu pada proses
penafsiran hukum yang dilakukan oleh hakim untuk memahami dan menerapkan
hukum yang berlaku dalam suatu kasus. Dalam pengadilan agama, interpretasi
hukum dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip syariah yang adil dan
seimbang, serta memperhatikan asas-asas dalam peradilan agama, seperti asas
keadilan, kepastian hukum, dan keterbukaan9. Metode interpretasi hukum yang dapat
digunakan oleh hakim antara lain metode gramatikal, metode sistematis, metode
teleologis, dan metode historis. Metode interpretasi hukum yang digunakan oleh
hakim harus memperhatikan konteks kasus yang sedang diputus dan memastikan
bahwa putusan yang diambil didasarkan pada hukum yang berlaku dan prinsip-
prinsip syariah yang adil dan seimbang10.
9
Ridho Maksum, Membaca Opsi Interpretasi oleh Hakim Konstitusi, (Surabaya: Pustaka
Ilmu, 2014), 22-23
10
Anang Sulistyono, Abdul Wahid, dan Mirin Primudyastutie, Interpretasi Hukum oleh
Hakim Konstitusi dalam Mendekonstruksi Anatomi Korupsi Migas, Jurnal Konstitusi, Volume 14,
Nomor 2, Juni 2017, Hal. 430.
9
Hakim agama menggunakan berbagai pendekatan dan metodologi
interpretasi hukum dalam mengambil keputusan di pengadilan agama. Beberapa
metode interpretasi hukum yang dapat digunakan oleh hakim agama antara lain :
10
5. Doktrin hukum, sebagai sumber hukum yang berkembang melalui interpretasi
para ahli hukum11.
1. Faktor sosial dan budaya, seperti norma-norma sosial dan budaya yang berlaku di
masyarakat.
2. Faktor agama, seperti interpretasi dan pemahaman terhadap ajaran agama yang
berbeda-beda.
3. Faktor politik, seperti pengaruh kebijakan pemerintah dan kepentingan politik
tertentu.
4. Faktor ekonomi, seperti pengaruh kepentingan ekonomi dan bisnis tertentu.
5. Faktor psikologis, seperti pengaruh persepsi dan sikap pribadi hakim terhadap
kasus yang sedang diputus.
11
Abdul Manan, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Praktek Hukum Acara Di
Peradilan Agama, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 2 Nomor 2 Juli 2013, Hal. 191 – 192
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
Secara keseluruhan, penyelesaian sengketa dalam putusan pengadilan agama
dilakukan melalui berbagai metode dan didasarkan pada asas-asas yang mencakup
keadilan, kepastian hukum, keterbukaan, dan keberlanjutan putusan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S., Sururie, R. W., & Burhanuddin. (2021). Model Penyelesaian Sengketa
Mediasi Di Pengadilan Agama Bandung Dan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Kota Bandung, 2(2).
Manan, A. (2013). Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Praktek Hukum Acara
Di Peradilan Agama. Jurnal Hukum dan Peradilan, 2(2).
Sulistyono, A., Wahid, A., & Primudyastutie, M. (2017). Interpretasi Hukum oleh
Hakim Konstitusi dalam Mendekonstruksi Anatomi Korupsi Migas. Jurnal
Konstitusi, 14(2).
14
Syahrani, A. G. (2018). Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta:
Kencana.
15