MAKALAH
PERADILAN AGAMA
Oleh
Kelompok I :
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Shubannahu Wa Ta`ala karena
atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sendiri, kami dapat selesai Makalah dengan
judulperadilan agama indonesia. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad Shallahu `Alaihi Wa Sallam, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-
pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dari Dosen peradilan agama indonesia dan teman-teman maka disusunlah
Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi tugas dari mata kuliah peradilan agama indonesiadan semoga segala yang tertuang
dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis juga bagi para pembaca dalam rangka
membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi
arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih Deret.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selan-owjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah Shubhannahu Wa Ta`ala kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah Shubhannahu Wa Ta`ala.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peradilan agama?
2. Apa pengertian pengadilan agama?
3. Bagaimana peradilan agama sebagai pranata sosial dan cakupan studi peradilan
agama?
4. Bagaimana metode pengkajian peradilan agama?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian peradilan agama.
2. Mengetahui pengertian pengadilan agama.
3. Mengetahui peradilan agama sebagai pranata sosial dan cakupan studi peradilan
agama.
4. Mengetahui metode pengkajian peradilan agama.
2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar belakang..............................................................................................................
B. Rumusan masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Pengertian peradilan agama..........................................................................................
B. Pengertian pengadilan agama.......................................................................................
C. peradilan agama sebagai pranata sosial cakupan studi peradilan agama.....................
D. metode pengkajian peradilan agama............................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
A. kesimpulan....................................................................................................................
B. saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar hukum:
4
3. Peraturan Mahkamah Agung No. 02 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum
Ekonomi Syari'ah
B. Pengertian Pengadilan Agama
Pengadilan Agama, yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan
hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta wakaf dan shadaqah, sebagaimana
diatur dalam Pasal 49 Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama mempunyai fungsi
sebagai berikut :
5
hisab rukyat, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya.
h. Peradilan sebagai pranata sosial dan cakupan studi peradilan agama.
C. Peradilan Agama Sebagai Pranata Sosial dan Cakupan Studi Peradilan Agama
Pranata adalah sebagai cita-cita, perbuatan, sikap, dan perlengkapan kebudayan, bersifat kekal
serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Peradilan Sebagai Suatu Pranata
SosialSuatu sistem tata tingkah laku dalam hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas
dalam bentuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dalam masyarakat.
Pranata sosial sering disebut sebagai lembaga sosial. Contoh pranata sosial antara lain pranata
keluarga, pendidikan, ekonomi, agama, dan politik. Dalam kehidupan bermasyarakat,
sejatinya manusia memiliki kesempatan untuk berpindah dari satu pranata ke pranata lain.
(Soerjono Soekanto, 1990). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pranata sosial adalah
sesuatu yang abstrak, yang fungsinya adalah memberikan acuan pada nilai-nilai dan aturan-
aturan tersebut. Keberdayaan pranata sosial ditentukan oleh peran dan fungsinya dalam
penanganan masalah kesejahteraan sosial di masyarakat. 1
Pranata sosial merupakan aktualisasi hukum Islam yang bertumpu pada interaksi sosial yang
berpola setelah mengalami pergumulan dengan kaidah-kaidah lokal yang dianut oleh masyarakat
Indonesia yang majemuk. Dalam pergumulan terjadi adaptasi dan kodifikasi antara hukum Islam
dengan kaidah lokal atau dengan perkataan lain. Proses sosialisasi dan institusionalisasi hukum Islam
terjadi dalam hubungan timbal balik dengan kaidah-kaidah lokal yang dianut.
Pranata itu muncul dan berkembang sebagai refleksi dari sebuah kebudayaan manusia yang menurut
Kluckhom adalah keseluruhan cara hidup manusia. Hal yang senada dikemukakan oleh Yusran bahwa
pranata sosial erat hubungannya dengan kebudayaan manusia sebab pranata itu sebdiriberarti sistem
tingkah laku sosial yang bersifat resmi berupa adat istiadat dan norma yang mangetur tingkah laku serta
seluruh perlengkapannya guna berbagai kompleks manusia di dalam masyarakat. Dengan demikian,
secara umum penulis dapat merumuskan bahwa pranata sosial adalah tradisi-tradisi dalam kehidupan
manusia yang terbentuk sebagai kombinasi antara reaksi kemanusiaan atas tantangan dan dinamika
lingkungannya, dengan etos yang menjadi nilai dasar kehidupan bagi umat Islam, dan nilai etos tersebut
terbentuk dari ajaran-ajaran dasar yang dikembangkan oleh Al-Ouran dan Sunnah
1
Jurnal,Al-Syir’ah Vol.No. 2 Juli-Desember 2003
6
D. Metode Pengkajian Peradilan Agama
Peradilan Islam merupakan salah satu studi yang terdapat pada bidang ilmu
Hukum islam dan Pranata social. Peradilan islam di Indonesia secara resmi dikenal
sebagai Peradilan Agama, dan mendapat perhatian dari kalangan pakar hokum islam yang
kemudian ditulis dalam bentuk laporan penelitian, monografi, Skripsi, Tesis, Disertasi
dan buku daras. Pengkajian Peradilan Islam Berlangsung sejak pranata hokum itu
memiliki kedudukan yang semakin kokoh dalam pembagian kekuasaan Negara dan
peranannya semakin menonjol. Bisa dilihat dengan adanya Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang perubahan
atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, dan Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam. Ia akan menarik,
karena sebagai satu-satunya pranata keislaman yang menjadi bagian dari penyelenggaran
kekuasaan Negara.
Orientasi pengkajian
7
1. Kekuasaan negara, yaitu kekuasaan kehakiman, yang bebas dari campur tangan
kekuasaan negara lainnya dan dari pihak luar.
5. Orang yang beragama islam sebagai pihak yang berperkara, atau para pencari keadilan.
8
4. Model Pemgkajian Aspektual, yaitu model pengkajian yang dititkberatkan pada salah
satu atau bagian dari unsure dalam sisitem peradilan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peradilan Agama melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat yang beragama Islam
mengenai perkara tertentu. Menurut pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan
atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (“UU 3/2006”),
Pengadilan Agama, yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan
hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta wakaf dan shadaqah, sebagaimana
diatur dalam Pasal 49 Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini semoga bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Dalam
penulisan materi yang kami sampaikan memang begitu jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kami memohon kepada pembaca agar dapat memberikan kritik atau saran terhadap makalah
kami dan dalam penulisan selanjutnya.
10