Disusun oleh:
MUHAMMAD NAJIH AL-HASIBI
NIM. 1402110440
NUNUNG SAFARINAH FATIMAH ARIANI
NIM. 1402110458
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah rasa puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt,. yang
telah memberikan kemudahan kepada penyusun dalam menyusun makalah yang
berjudul “Sumber Hukum Acara Peradilan Agama”. Salawat serta salam semoga
tetap tercurahkan keharibaan Baginda Nabi Muhammad saw, Nabi akhiruz-
zaman, Nabi yang telah mengeluarkan manusia dari zaman kebodohan menuju
zaman yang berpengetahuan serta berperadaban.
Dapat terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, sepatutnya dan seharusnya penyusunan sampaikan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu. Diantaranya:
1. Dr. Ahmad Dakhoir, M. H. I, selaku pengampu mata kuliah Hukum Acara
Peradilan Agama, yang telah mendedikasikan baik waktunya,
pengetahuannya, dan lainnya. Kepada penyusun,
2. Rekan-rekan sekalian yang terus memberikan motivasi kepada penyusun
untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya, penyusun berharap makalah yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat. Amin. Kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan,
demi menyempurnakan makalah ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Metode Penulisan..........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebenarnya keberadaan lembaga Peradilan Agama telah diakui sejak
lama. Pemerintah Belanda membentuknya dengan Staatblad (LN) 1882 No.
152 jo Staatblad 1937 untuk peradilan Agama di Jawa dan Madura, Staatblad
1937 No. 638 dan 639 di Kalimantan Selatan.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah membentuk Peradilan Agama
untuk selain Jawa-Madura dan Kalimantan Selatan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957. Akan tetapi, dalam peraturan-peraturan
tersebut tidaklah diatur tentang Hukum Acara mengenai tata cara memeriksa,
mengadili, dan menyelesaikan perkara. Sehingga para hakim Peradilan Agama
mengambil intisari hukum acara kitab-kitab fikih yang dalam penerapannya
berbeda antara Pengadilan Agama yang satu dengan Pengadilan Agama yang
lain.
Peradilan Agama adalah salah satu dari tiga peradilan khusus di
Indonesia. Sebagai peradilan khusus, Peradilan Agama mengadili perkara-
perkara perdata tertentu dan hanya untuk orang-orang tertentu saja. Dengan
perkataan lain, Peradilan Agama hanya berwenang di bidang perdata Islam
tertentu saja dan hanya untuk orang-orang Islam di Indonesia. Oleh karena itu,
Peradilan Agama dapat disebut sebagai peradilan Islam di Indonesia, yang
pelaksanaannya secara limitatif telah disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Agar makalah ini lebih mengarah kepada apa yang menjadi latar
belakang penulis diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi sumber Hukum Acara Peradilan Agama?
2. Bagaimana cara dan tempat pengajuan perkara di Peradilan Agama?
C. Tujuan Penulisan
1
2
Penulisan makalah ini, selain bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama, lebih lanjut bertujuan untuk
menambah wawasan tentang:
1. Untuk mengetahui dan memahami Sumber Hukum Acara Peradilan
Agama.
2. Untuk mengetahui dan memahami Cara dan tempat pengajuan perkara
di Peradilan Agama
D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah ini adalah dengan metode telaah
perpustakaan dengan cara menggunakan buku perpustakaan sebagai bahan
referensi dan metode pencarian melalui internet dan kami simpulkan menjadi
sebuah makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Hukum Acara Peradilan Agama
Sebelum kita membahas tentang sumber hukum acara peradilan
agama, alangkah baiknya kita terlebih dahulu membahas tentang peradilan
agama. Peradilan agama adalah peradilan Negara yang sah, yang diberi
wewenang oleh peraturan perundang-undangan Negara dalam
mewujudkan hukum materil islam dalam batas kekuasaannya, untuk
melaksanakan tugas pokoknya dan fungsinya maka peradilan agama
dahulunya, menggunakan acara yang terserak-serak dalam berbagai
peraturan perundang-undangan, bahkan juga acara dalam hukum tidak
tertulis.
Namun, setelah terbitnya UU No.7 tahun 1989, yang mulai berlaku
tanggal diundangkan (29 desember 1989), maka hukum acara peradialan
agama menjadi kongrit. Pasal 54 dari UU tersebut berbunyi:
‘’Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku dalam
lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus
dalam undang-undang ini.’’1
Menururt pasal di atas, Hukum Acara Peradilan Agama sekarang
bersumber (garis besarnya) kepada dua aturan, yaitu: yang terdapat dalam
UU Nomor 7 tahun 1989 dan yang berlaku di lingkungan Peradilan
Umum.2
Adapun ruang lingkup peradilan agama yang terdapat dalam pasal
2 undang-undang No.7 tahun 1989 menyatakan:
“peradilan agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam
3
4
3R Abdul Djamali, Hukum Islam, Bandung: CV Mandar Maju Bandung, cet 1-3,
1992-2002, hal. 217-218.
4Ibid., hal.219.
5Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama Dalam Rangka Fiqh Al-Qadha,
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, cet ke 1 juli 2012, hal.2-3.
5
6HA. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet-1,
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996, hal. 201-2013
7Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama Dalam Rangka Fiqh Al-Qadha,
…, hal. 10.
6
11
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
A. Rasyid, Roihan Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, cet 1-7, 1991-2000.
Bintania, Aris Hukum Acara Peradilan Agama Dalam Rangka Fiqh Al-Qadha,
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, cet ke 1 juli 2012.
Djamali, R Abdul Hukum Islam, Bandung: CV Mandar Maju Bandung, cet 1-3,
1992-2002.
B. Internet
Anonim (Tanpa Nama) Tata Cara Mengajukan Perkara Di Pengadilan
Agama, pa-metro.go.id/pelayanan-informasi/671-html, di akses pada
tanggal 18 september 2016 pukul 20:30 WIB.
12