Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“SUMBER DAN ASAS PERADILAN AGAMA”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Peradilan Agama di Indonesia
Dosen Pengampu :
Septi Wulan Sari, S.Sy., M.H.

Disusun oleh kelompk 2 HKI 2E :

Monica Brilianty 1860102222127


Fajar Nur Hidayat 1860102222149
Muhammad Nasrulloh 1860102222185
Intan Nurwanda Bekti 1860102222223
Cindy Kusuma Dewi 1860102222262

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat yang
telah diberikan, sehingga dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Sumber dan Asas Peradilan Agama” ini terselesaikan tepat
pada waktunya. Penulisan dan pembahasan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Peradilan Agama di Indonesia.

Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini, maka kami


mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. Efendi, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Ibu Dr. Rahmawati, M.A., selaku Koordinator Program Studi Hukum
Keluarga Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Ibu Septi Wulan Sari, S.Sy., M.H., selaku dosen pengampu mata kuliah
Peradilan Agama di Indonesia yang telah memberikan bimbingan serta
arahannya selama proses pembuatan makalah ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam proses
pembuatan makalah ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allah
SWT, dan tercatat sebagai amal shalih. Makalah ini kami suguhkan kepada segenap
pembaca, dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersiat konstruktif demi
perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, aamiin.

Tulungagung, 09 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Peradilan Agama ........................................................... 4


B. Sumber Peradilan Agama ............................................................... 5
C. Asas-Asas Peradilan Agama ........................................................... 6

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 10
B. Penutup ........................................................................................ 10

Daftar Pustaka ............................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan


kehakiman di Indonesia. Perkara-perkara yang diputus oleh peradilan agama
antara lain perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, dan shodaqoh.
Peradilan agama dikhususkan untuk mengadili perkara-perkara perdata dimana
pihaknya beragama Islam.

Sumber hukum Peradilan Agama sebagaimana bunyi Pasal 54 Undang-


Undang No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan kedua amandemen
yang menyatakan bahwa Hukum Acara yang berlaku pada pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum. Untuk penjelasannya akan
dibahas pada bagian pembahasan nanti.

Dalam Peradilan Agama terdapat beberapa asas umum. Asas-asas


umum ini merupakan fundamen dan pedoman umum dalam melaksanakan
penerapan seluruh jiwa dan semangat undang-undang itu. Asas-asas umum
antara lain asas personalitas keislaman, asas kebebasan, asas wajib
mendamaikan, asas sederhana, cepat, dan biaya ringan, asas persidangan
terbuka untuk umum, asas legalitas, dan asas aktif memberi bantuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Peradilan Agama?
2. Apa sumber hukum dari Peradilan Agama?
3. Apa saja asas-asas yang termuat dalam Peradilan Agama?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari Peradilan Agama.
2. Mengetahui sumber hukum dari Peradilan Agama.
3. Mengetahui asas-asas yang termuat dalam Peradilan Agama.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peradilan Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) peradilan adalah segala


sesuatu mengenai perkara pengadilan. Dalam bahasa Arab peradilan biasa
disebut Qadha’ yang artinya menyelesaikan, menunaikan, dan bermakna
memustuskan hukum atau membuat sesuatu ketetapan. Selain dari kedua
bahasa tersebut, dalam literatur-literatur fikih, peradilan disebut dengan al-
qadla yang berarti menyelesaikan atau menunaikan. 1

Peradilan agama adalah merupakan salah satu peradilan khusus di


Indonesia. Dikatakan peradilan khusus karena peradilan agama menangani
perkara-perkara tertentu atau mengenai golongan rakyat tertentu. Maksud dari
perkara tertentu tersebut adalah tidak seluruh perkara bisa diselesaikan di
Peradilan Agama hanya perkara perdata tertentu saja, tidak termasuk perkara
pidana (kecuali untuk Aceh karena diberi kewenangan khusus untuk mengenai
sebagian perkara piana). Sedangkan yang dimaksud dengan golongan rakyat
terentu adalah peradilan ini hanya diperuntukkan bagi warga Negara Indonesia
yang beragama Islam.

Peardilan Agama dikatakan juga sebagai peradilan Islam di Indonesia,


sebab dari jenis-jenis perkara yang diadilinya, seluruhnya adalah perkara
menurut agama Islam. Dirangakainya kata-kata “peradilan Islam” dengan “di
Indonesia” adalah karena jenis perkara yang boleh diadili, tidaklah mencakup
segala macam perkara menurut Peradilan Islam secara universal. Tegasnya
Peradilan Agama adalah peradilan Islam limtative, yang telah disesuaikan
dengan keadaan di Indonesia.2

1
Yusna Zaidah, “Peradilan Agama di Indonesia”, (Banjarmasin: IAIN ANTASARI
PRESS, 2015), hlm. 4.
2
Ibid, hlm. 5.

4
B. Sumber Hukum Peradilan Agama

Sumber hukum adalah segala aturan perundang-undangan yang bersifat


mengatur dan mempunyai kekuatan hukum yang dapat dijadikan
rujukan/patokan dalam lingkungan peradilan dalam memutuskan suatu
perkara. Dalam lingkungan Peradilan Agama di Indonesia, sumber hukum
yang dipakai atau dijadikan rujukan dalam memeriksa, memutuskan dan
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan secara garis besar terbagi menjadi
dua, yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil (hukum acara). 3

Disini seorang hakim harus menguasai hukum acara (hukum formil)


disamping hukum materiil. Menerapkan hukum materiil secara benar- benar
tentu menghasilkan putusan yang adil dan benar. Untuk melaksanakan hukum
materiil perdata terutama dalam hal ada pelanggaran atau untuk
mempertahankan berlangsungnya hukum materiil perdata dalam hal ada
tuntutan hak diperlukan rangkaian peraturan-peraturan hukum lain disamping
hukum materiil perdata itu sendiri. Peraturan hukum inilah yang disebut hukum
formil atau hukum acara perdata.4

Sebagaimana bunyi Pasal 54 Undang-Undang No.7 Tahun 1989


tentang Peradilan Agama dan kedua amandemen yang menyatakan bahwa
Hukum Acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Umum kecuali yang telah diatur secara khusus dalam
undang-undang ini, maka hal tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi
sumber hukum acara Peradilan Agama, di samping Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989, juga sumber hukum acara perdata yang berlaku untuk lingkungan
Peradilan Umum.

3
Yusna Zaidah, “Peradilan Agama di Indonesia”, (Banjarmasin: IAIN ANTASARI
PRESS, 2015), hlm. 40.
4
Fasya, “Modul Praktikum Peradilan Agama”, http://fasya.iain-manado.ac.id/wp-
content/uploads/2017/01/Modul-PPL-Peradilan.pdf diakses pada tanggal 09 Maret 2023

5
Peraturan-peraturan yang menjadi sumber hukum Acara Peradilan
Agama (hukum formil), diantaranya adalah :5

1. HIR (herzeine inlandsch reglement) untuk Jawa dan Madura / RBG


(Rechtsreglement voor de buitengewesten untuk luar Jawa dan Madura).
2. Rv (Reglement op de burgelijke rechtvordering) untuk golongan eropa.
Walaupun sudah tidak berlaku lagi tetap masih banyak yang relevan.
3. BW (bugelijke wetboek voor Indonesia) atau KUH Perdata
4. WvK (Wetboek van koophandel) KUH Dagang
5. UU No 4 Tahun 2004 sebagai pengganti UU No 14 Tahun 1970 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
6. UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan PP No 9 Tahun 1975
Tentang Pelaksanaan UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
7. UU No 5 Tahun 2004 sebagai pengganti UU No 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung
8. UU No 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Pertama atas UU No 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama, dan UU No 50 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua atas UU No 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
9. UU No 8 Tahun 2004 Tentang Peradilan
10. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
11. Peraturan Mahkamah Agung RI
12. Surat Edaran Menteri Agama
13. Peraturan Menteri Agama
14. Keputusan Menteri Agama
15. Kitab-Kitab Fiqh Islam dan sumber-sumber hukum yang tidak tertulis.

C. Asas – Asas Peradilan Agama

Pada dasarnya setiap badan setiap badan peradilan mempunyai asas-


asas yang telah dirumuskan untuk mengemban tugasnya karena dengan tugas
tersebut dapat dikatakan sebagai sifat dan karakter yang melekat pada

5
Pengadilan Agama Magetan, “Sumber Hukum dan Kompetensi Absolut dan Kompetensi
Relatif di Pengadilan”, http://www.pa-magetan.go.id/artikel/215-sumber-hukum-dan-kompetensi-
absolut-dan- diakses pada tanggal 03 Maret 2023.

6
keseluruhan rumusan dalam pasal-pasal dan Undang-Undang. Dengan begitu,
setiap pasal dalam undang-undang tidak boleh bertentangan dengan asas-asas
yang menjadi karakternya. Dalam Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009
tentang Peradilan Agama terdapat 7 asas sebagai berikut :6

1. Asas Personalita Keislaman

Peradilan Agama merupakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat


pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara-perkara tertentu,
diantaranya perkawinan, kewarisan, wakaf, hibah, shadaqah, dan dalam
perkembangannya ditambah dengan ekonomi syariah.

2. Asas Kebebasan

Asas kebebasan merupakan asas yang paling sentral dalam


kehidupan peradilan karena kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna penegakan
hukum. Kebebasan yang dimaksud adalah :

a. Bebas dari campur tangan kekuasaan negara lain


b. Bebas dari paksaan
c. Kebebasan melaksanakan wewenang judical (peradilan)

3. Asas Wajib Mendamaikan

Asas mendamikan dalam Peradilan Agama sejalan dengan konsep


Islam yang dinamakan Ishlah (win-win solution). Untuk itu layak sekali para
hakim Peradilan Agama menyadari dan mengemban fungsi
“mendamaikan”, karena bagaimanapun seadil-adilnya putusan jauh lebih
baik dan lebih adil jika perkara diselesaikan dengan perdamaian, karena
karakter didalam persidangan dalam Peradilan pasti ada menang dan kalah
seadil-adilnya putusnya hakim akan di raa tidak adil oleh pihak yang kalah,
dan sebaliknya seadil-adilnya putusan akan dirasa adil oleh yang menang.
Untuk itu hasil dari perdamaian yang dihasilkan dari kesadaran kedua belah

6
Samsul Arifin, “Pemgadilan Agama, Asas Sederhana Cepat dan Biaya Ringan”,
http://etheses.iainkediri.ac.id/531/3/931101009-samsul-2013%204bab2.pdf diakses pada tanggal
08 Maret 2023

7
pihak merka akan sama-sama merasa menang dan mermasa kalah. Akan
tetapi dalam masalah perceraian perdamaian wajib bagi hakim dimana yang
sifatnya “imperative”. Peradilan agama sebagai peradilan keluarga,
maksudnya tidak hanya melaksanakan kekuasaan kehakiman yang
menerapakan hukum keluarga secara kaku, tetapi lebih diarahkan pada
penyelesaian sengketa keluarga dengan memperkecil kerusakan rohani dan
keretakan sosial. 7

4. Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan

Sebuah Peradilan Agama yang menjadi harapan masyarakat muslim


untuk mencari keadilan, dengan adanya asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan akan selalu dikehendaki oleh masyarakat. Penyeleseaian perkara
dalam peradilan yang cepat, tepat, adil, dan biaya ringan tidak berbelit-belit
yang menyebabkan proses sampai bertahun-tahun. Sederhana dalam artian
prosedur penerimaan sampai dengan penyelesaian suatu perkara. Cepat
dalam arti alokasi waktu yang tersedia dalam proses peradilan. 8 Biaya
ringan artinya biaya yang sesederhana mungkin sehingga dapat dipikul oleh
rakyat.

5. Asas Terbuka untuk Umum

Pelaksanaan sidang terbuka untuk umum berarti setiap pemeriksaan


berlangsung disidang pengadilan, siapa saja yang ingin berkunjung,
menghadiri, menyaksikan, dan mendengarkan jalanya persidangana tidak
boleh dihalangi dan dilarang, maka untuk memenuhi syarat formal atas asas
ini, sebelum hakim melakukan pemeriksaan lebih dahulu menyatakan dan
mengumumkan ”persidangan terbuka untuk umum”. Tujuan yang
terkandunga dalam asas ini adalah agar tidak sampai terjadi pemeriksaan
gelap/bisik-bisik karena persidangan tertutup cenderung melakukan
pemeriksaan ssecara sewenang-wenang, selain itu adanya edukasi yakni

7
N. Satyayudha Dananjaya, “Diktat Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan Agama”,
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/ab71daa2fa4f0861ce1b9ca4525aaf1a.pdf
diakses pada tanggal 08 Maret 2023
8
Ibid

8
dapat menjadi informasi kepada masyarakat agar tidsak terperosok kearah
yang tidak tepat.

6. Asas Legalitas dan Persamaan

Pengertian makna legalistis pada prinsipnya sama dengan rule of law


yakni pengdilan mengadili menurut ketentuan-ketentuan hukum karena
hakim berfungsi dan berwenang mengerkan roda jalanya peradilan melalui
badan pengadilan, semua tindakan yang dilakukan dalam rangka
menjalankan fungsi dan kewenangan peradilan, mesti menurut hukum,
hakim dilarang menjatuhkan putusan dengan sesuka atau dengan selera
hakim itu sendiri yang bertentangan dengan hukum. Sedangkan makna
Persamaan hak adalah seseorang yang datang yang berhadapan dalam
persidangan sama hak dan kedudukanya tidak memandang jabatan, saudara,
maupun kawan semuanya sama dihadapan pengadilan.

7. Asas Aktif Memberikan Bantuan

Dalam asas ini hakim hendaknya dapat memberi bantuan secara


aktif dilihat dari tujuan dari memberi bantuan diarahkan untuk mewujudkan
praktek peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Ada berberapa
masalah formal yang tercakup kedalam objek fingsi memberi bantuan dan
nasihat yaitu membuat gugatan bagi yang buta huruf, menyarankan
penyempurnaan surat kuasa, menganjurkan perbaikan surat gugatan,
memberi penjelasan alat bukti yang sah, memberi penjelasan cara
mengajukan bantahan dan jawaban, bantuan memanggil saksi secara resmi,
memberi bantuan upaya hukum, memberi penjelasan tata cara verzet dan
rekonvensi, serta mengarahkan dan membantu memformulasi perdamaian.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peradilan agama adalah merupakan salah satu peradilan khusus di


Indonesia. Dikatakan peradilan khusus karena peradilan agama menangani
perkara-perkara tertentu atau mengenai golongan rakyat tertentu. Peardilan
Agama dikatakan juga sebagai peradilan Islam di Indonesia, sebab dari jenis-
jenis perkara yang diadilinya, seluruhnya adalah perkara menurut agama Islam.

Sumber hukum adalah segala aturan perundang-undangan yang bersifat


mengatur dan mempunyai kekuatan hukum yang dapat dijadikan
rujukan/patokan dalam lingkungan peradilan dalam memutuskan suatu perkara.
Dalam lingkungan Peradilan Agama di Indonesia, sumber hukum yang dipakai
atau dijadikan rujukan dalam memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu
sumber hukum materiil dan sumber hukum formil (hukum acara).

Dalam Peradilan Agama terdapat beberapa asas umum. Asas-asas


umum ini merupakan fundamen dan pedoman umum dalam melaksanakan
penerapan seluruh jiwa dan semangat undang-undang itu. Asas-asas umum
antara lain asas personalitas keislaman, asas kebebasan, asas wajib
mendamaikan, asas sederhana, cepat, dan biaya ringan, asas persidangan
terbuka untuk umum, asas legalitas, dan asas aktif memberi bantuan.

B. Saran

Penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan. Jika terdapat hal yang kurang dimengerti, maka dapat mengacu pada
rujukan yang telah penulis gunakan atau referensi lain yang berkaitan dengan
topik sumber dan asas dari Peradilan Agama.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Samsul. Asas Sederhana Cepat dan Biaya Ringan.


http://etheses.iainkediri.ac.id/531/3/931101009-samsul2013%204bab2.pdf
diakses pada tanggal 08 Maret 2023
Dananjaya, N. Satyayudha. Diktat Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan Agama.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/ab71daa2fa4f0861ce1
b9ca4525aaf1a.pdf diakses pada tanggal 08 Maret 2023

Fasya. Modul Praktikum Peradilan Agama. http://fasya.iain-manado.ac.id/wp-


content/uploads/2017/01/Modul-PPL-Peradilan.pdf diakses pada tanggal 09
Maret 2023
Pengadilan Agama Magetan. Sumber Hukum dan Kompetensi Absolut dan
Kompetensi Relatif di Pengadilan. http://www.pa-
magetan.go.id/artikel/215-sumber-hukum-dan-kompetensi-absolut-dan-
diakses pada tanggal 03 Maret 2023.

Zaidah, Yusna. 2015. Peradilan Agama di Indonesia. Banjarmasin, IAIN


ANTASARI PRESS.

11

Anda mungkin juga menyukai