Dosen Pengampu :
Adiyono, S.HI., M.HI
Disusun Oleh :
Dengan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas berkat, rahmad serta
ini dengan judul “ILMU I’JAZUL QUR’AN‘’. Makalah ini berisi tentang
Kekuasaan Absolut dan Relatif, Sumber Hukum Materil dan Formil, dan
Umum.
kami yang telah mendukung dan bekerja sama dalam menyusun makalah ini
Saya menyadari jika dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat
kami koreksi agar dalam pembuatan makalah untuk kedepannya kami lebih
baik lagi dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
penyusunan kata, atau kata yang tidak berkenan di hati pembaca kami
memohon maaf yang sebesar – besarnya, karena manusia tidak luput dari
kesalahan.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBASAN
2.1 Kekuasaan Absolut............................................................................. 3
2.2 Kekuasaan Relatif............................................................................... 6
2.3 Sumber Hukum Materil...................................................................... 7
2.4 Sumber Hukum Formil....................................................................... 8
2.5 Perbandingan Kekuasaan Dan Kewenangan Peradilan Agama Dan
Peradilan Umum
............................................................................................................
17
2.1 Kesimpulan......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hal ini, jenis-jenis perkara yang dikuasai oleh sebuah badan
peradilan juga ditentukan. Maka setiap pengadilan yang ada di indonesia,
telah ditentukan dalam hal apa saja dan di mana proses peradilan itu patut
untuk dilaksanakan. Sudah tentunya, Peradilan Agama yang berada di
Indonesia memiliki ciri-ciri yang sama. Ini dikarenakan kesemua peradilan
yang ada di Indonesia ini berada di bawah naungan/kekuasaan Mahkamah
Agung.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Penyelesaian sengketa pada pengadilan agama pada dasarnya tidak
hanya dibatasi dibidang perbankan syariah, tetapi juga bidang ekonomi
syariah lainnya. Pasal 49 UU Peradilan Agama mengandung asas
personalitas Islam.
3
M.Yahya Harahap. 2009. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama UU No 7
tahun 1989. (Jakarta : Sinar Grafika). Hlm 57 dalam Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta. Op
Cit. Hlm 92
4
Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta. Op Cit. Hlm 95-98
4
n) Pencabutan kekuasaan wali o) Penunjukkan orang lain sebagai wali
oleh pengadilan dalam hal kekuasaan wali dicabut
2) Yang dimaksud dengan “waris” adalah penentuan siapa yang menjadi
ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris dan
melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan
pengadilan atas permohonan seorang tentang penentuan siapa yang
menjadi ahli waris, dan bagian masing-masing ahli waris.
6) Yang dimaksud dengan “zakat” adalah harta yang wajib disisihkan oleh
seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh seorang muslim
sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
5
secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah. 9) Yang
dimaksud dengan “ekonomi syariah” adalah perbuatan atau kegiatan
yang dilaksanakan menurutprinsip syariah antara lain. :
a) Bank syariah
b) Lembaga keuangan mikro syariah
c) Asuransi syariah
d) Reasuransi syariah
e) Reksadana syariah
f) Obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah.
g) Sekuritas syariah
h) Pembiayaan syariah
i) Pegadaian syariah
j) Dana pensiun lembaga keuangan syariah
6
1) Apabila tergugat lebih dari satu, maka gugatan diajukan kepada
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman salah
seorang dari tergugat.
2) Apabila tempat tinggal tergugat tidak diketahui, maka gugatan diajukan
kepada pengadilan di tempat tinggal penggugat.
3) Apabila gugatan mengenai benda tidak bergerak, maka gugatan diajukan
kepada peradilan di wilayah hukum dimana barang tersebut terletak, dan
4) Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan satu akta, maka gugatan
dapat diajukan kepada pengadilan tempat tinggal yang dipilih dalam akta
tersebut.
5
Utrecht, dalam R.Soeroso,pengantar ilmu hukum.h.180
7
masyarkat. Faktor-faktor kemasyarakatan yang mempengaruhi
pembentukan hukum adalah
6
jb daliyo,dalam zaeni asyadie dan arief rahman,pengantar ilmu hukum,.h.88
8
hukum yang telah mempunyai bentuk formalitas, dengan kata lain sumber
hukum penting bagi para ahli hukum adalah sumber hukum formil, baru jika
memerlukan penentuan asal usul hukum itu, memperhatikan sumber hukum
materil.
7
Titik Triwulan Tutik., h.116
8
K.Wantjik Saleh, dalam Titik Triwulan Tutik ,Pengantar Ilmu Hukum,h.118
9
Dasril Radjab, dalam Titik Triwulan Tutik,Pengantar Ilmu Hukum,.h. 118
9
mengenai ketatanegaraan daripada suatu negara yang lazim kepadanya
diberikan sifat luhur dan kekal dan apabila akan mengadakan perubahannya
hanya boleh dilakukan dengan prosedur yang berat kalau dibandingkan
dengan cara pembuatan atau perubahan bentuk- bentuk peraturan dan
ketetapan yang lainnya.
10
• Dalam hal-hal tertentu secara kausal tergantung padanya dan
• Pada umunya penyelenggaraan lebih lanjut diletakan pada
asas-asas dalam undang-undang 1945
c. Dari segi pancasila Undang-undang 1945 merupakan
Grundnormen ( norma dasar) dan sumber dari segala sumber
hukum karena pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang
perumusannya terdapat dalam pembukaan UUD 1945 dan tidak
dapat digolongkan dalam jenis peraturan.
d. Dari segi Undang-undang 1945 sebagai hukum dasar yang tertulis
(TAP MPRS NO. XX/1966) Serta sebagai pancaran dari pancasila
maka UUD 1945 merupakanGrundgesetz ( peraturan dasar) yang
merupakan sumber dari arti formil tertinggi.
11
Titik Triwulan Tutik, h.127
12
J.H.P. Bellefroid dalam Titik Triwulan Tutik,h 128
11
Adanya keyakinan hukum dari masyarakat( opinio juris seu
necessitates) yang bersangkutan bahwa perbuatan itu merupakan sesuatu
yang seharusnya dilakukan(bersifat psikologis)
Perbedaannya:
a. Undang-undang merupakan keputusan pemerintah yang dibebani
kepada orang, subjek hukum. Kebiasaan merupakan peraturan yang
timbul dari pergaulan.
b. Undang-undang lebih menjamin kepastian hukum daripada hukum
kebiasaan. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustiabel
terhadap tindakan sewenang-wenang yang berarti bahwa juga dapat
diharapkan ditetapkannya hukum dalam hukum yang konkret dan oleh
karenanya menyebabkan timbulnya hasrat untuk mencatat hukum
kebiasaan. Sebagian ketentuan dalam UU berasal dari kebiasaan.
Hubungan kebiasaan dengan hukum adat
Hukum adat adalah terjemahan dari adatrecht yang untuk pertama kali
diperkenalkan oleh Snouck hungronye, sehingga beliau disebut bapak
hukum adat. Hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis yang
hidup, lahir dan melekat dalam kehidupan bermasyarakat dan mempunyai
sangsi hukum tersendiri yang sudah menjadi kepribadian masyarakat.
3. Traktat
Tractaat (traktat) atau Treaty adalah perjanjian yang dibuat
antarnegara yang dituangkan dalam bentuk tertentu. Dengan adanya
13
R.Soeroso, pengantar ilmu hukum.,h.156
12
perjanjian tersebut ,berakibat bahwa para pihak yang bersangkutan
terikat pada isi perjanjian yang mereka adakan. Hal yang demikian itu
disebut “pacta sunt servanda” maksudnya bahwa perjanjian mengikat
pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati.
13
Karena pengundangan perjanjian internasional( traktat) hanya
bersifat formalitas,maka menurut mochtar kusumatmaadja
perjanjian internasional dapat diadakan melalui 3 tahap
pembentukan, yakni perundingan, penandatanganan, dan ratifikasi.
4) Mashab prancis
Mashab ini mendasarkan kekuatan berlakunya hukum
internasional adalah faktor-faktor biologis, soiologis dan
16
10zaeni asyhadie dan Arief Rahman,Pengantar ilmu hukum,.h.111-112,lihat juga
R.Soeroso,pengantar ilmu hukum,.h.177-178
14
sejarah kehidupan manusia yang mereka namakan fait social,
atau fakta-fakta kemasyarakatan.
4. Yurisprudensi
Yurisprudensi bersal dari kata jurisprudentia (latin) yang berarti
pengetahuan hukum (rechtgeleerheid). Sebagai istilah teknis
indonesia, sama artinya dengan jurisprudentie (belanda) dan
jurisprudence (perancis) yaitu peradialan tetap atau hukum peradilan.
Hal ini berbeda dengan kata jurisprudence (Inggris) yang berarti teori
ilmu hukum (algemene rechtsleer, atau generale theory of law).
Sedangkan untuk Yurisprudensi di pergunakan istilah case law atau
judge made law.17 Secara umum yurisprudensi yaitu putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang telah tetap,
yang secara umu memurtuskan sesuatu persoalan yang telah ada
pengaturannya pada sumber hukum yang lain.
17
Utrecht dalam Titik Triwulan Tutik,Pengantar ilmuhukum,.h.134.
15
Pasal 16 menyatakan: pengadilan tidak boleh menolak untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang
jelas, melain kan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.
5. Doktrin
Doktrin adalah pernyataan/pendapat para ahli hukum dalam
kenyataan nya pendapat para ahli banyak diikuti orang, dan menjadi
18
umar Said Sugiarto, pengantar hukum indonesia,.h.69.
16
dasar atau bahkan pertimbangan dalam penetapan hukum baik oleh
para hakim ketika akan memutuskan suatu perkara maupun oleh
pembentuk undang-undang.19
Menurut prof. Dr.sudikno.M.SH.(1986:94)20 doktrin adalah
pendapat para sarjana hukum yang merupakan sumber hukum tempat
hakim dapat menemukan hukum nya.
Sebagai sumber hukum formil doktrin nampak dengan jelas pada
hukum internasional, karena secara tegas dinyatakan bahwa doktrin
/pendapat sarjana hukum terkemuka adalah sebagai salah satu sumber
hukum formil (statute of the internasional court of justice pasal 38
ayat 1) yang termasuk sumber hukum formil hukum internasional
adalah ( kansil 1982:49) :21
a. Perjanjian internasional
b. Kebiasaan internasional
c. Asas-asas hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab
d. Keputusan hakim
e. Pendapat para sarjana hukum terbuka
19
Titik Triwulan Tutik,pengantar ilmu hukum,.h.136
20
sudikno,dalam R.soeroso,pengantar ilmu hukum,.h.179
21
kansil dalam R.Soeroso,pengantar ilmu hukum.h.180
17
Yang di maksud dengan peradilan agama adalah peradilan bagi orang –
orang yang beragama islam (lihat pasal 1 angka1 nomor. 50 Tahun 2009
tentang perubahan kedua atas UU nomor. 7 Tahun 1989 tentang peradilan
agama). Peradilan agama melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
yang beragama islam mengenai perkara tertentu. Menurut pasal 49 UU
nomor. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU no 7 Tahun 1989 tentang
peradilan agama yang menjadi kewenangan dari pengadilan agama adalah
perkara di tingkat pertama antara orang orang yang beragama islam di
bidang:22
a. Perkawinan
b. Waris
c. Wasiat
d. Hibah
e. Wakaf
f. Zakat
g. Infak
h. Shadaqah
i. Ekonomi syariah
Dalam pasal 49 sampai 53 nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan
agama yang telah di tentukan bahwa peradilan agama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara – perkara di
tingkat pertama antara orang – orang yang beragama islam di bidang
perkawinan, pewarisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, sedekah, dan
ekonomi syariah. Adapun pengadilan agama tinggi agama berwenang
bertugas untuk megadili perkara – perkara yang menjadi wewenang dan
tugas pengadilan agama dalam tingkat banding juga menyelesaikan sengketa
yuridiksi antara pengadilan agama. dan dalam pasal undang – undang nomor
3 Tahun 2006 ditentukan bahwa, pengadilan agama berwenang sekaligus
memutus sengketa milik atau keperdataan lain yang terkait dengan objek
sengketa.23
22
Muhyidin, Perkembangan Peradilan Agama Di Indonesia. Jurnal Gema Keadilan. Vol. 7 Tahun.
2020.Hal. 2
23
Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia. (Jakarta: Kencana , 2017) hlm. 121
18
Untuk lebih mendalami perkara – perkara yang menjadi kewenangan dari
pengadilan agama, maka tiap – tiap perkaranya akan di bahas lanjut dalam
pembahasan berikut :
1) Kewenangan peradilan agama dalam mengadili perkara dalam bidang
perkawinan sudah diatur dalam undang – undang nomor 1 Tahun 1974
dan peraturan pemerintah nomor 9 Tahun 1975.
2) Kewenangan peradilan agama mengadili perkara dalam bidang
kewarisan, wasiat, dan hibah sudah di atur dalam pasal 49 Ayat (1)
huruf b.
3) Kewenangan peradilan agama mengadili perkara dalam bidang wakaf,
zakat, infaq, dan sedekah sudah diatur pada pasal 1 Ayat (1) peraturan
pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakafan, dalam undang –
undang nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang berlaku
pada tahun 2001.
4) Kewenangan peradilan agama mengadili perkara dalam bidang
ekonomi syariah sudah di atur dalam pasal 52 Ayat (1) undang –
undang nomor 7 Tahun 1989.
Peradilan umum yaitu lingkungan peradilan di bawah mahkamah agung
yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat dan pencari keadilan
pada umumnya, peradilan umum meliputi:
1. Pengadilan tinggi, berkedudukam di ibukota provinsi, dengan daerah
hukum meliputi wilayah provinsi
2. Pengadilan negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten / kota.
Pengadilan negeri bertugas memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara pidana dan perdata di tingkat pertama. serta dapat memberikan
keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum kepada instasi
pemerintah di daerahnya apabila di minta.
Peradilan tinggi kedudukan berada di wilayah daerah provinsi ,
pengadilan tinggi memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
1. Mengadili perkara pidana dan perdata di tingkat banding
2. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar pengadilan negeri di daerah hukumnya
3. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum
kepada instasi pemerintah di daerahnya apabila di minta.
Undang – undang republik Indonesia nomor 2 Tahun 1986 tentang
peradilan umum, menyatakan bahwa salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya, dalam mencapai
19
keadilanesensi dan eksistensi peradilan umum itu sendiri harus mampu
mewujudkan kepastian hukum sebagai sesuatu nilai yang sebenarnya telah
terkandung dalam peraturan hukum yang pada dasarnya juga telah
terkandung dalam peraturan hukumyang bersangkutan itu sendiri. Tetapi di
samping kepastian hukum, untuk tercapainya keadilan tetap juga di perlukan
adanya kesebandingan atau kesetaraan hukum. macam macam peradilan
umum
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kekuasaan absolut artinya kekuasaan pengadilan agama yang
berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan
pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan
atau tingkatan pengadilan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22