HUKUM PERDATA
Dosen Pengampu;
1. Bapak Prof. Dr. Maftukin, M.Ag, selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
2. Bapak Dr. Nur Efendi, M.Ag selaku Dekan Fasih UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Tata Negara UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Ibu Binti Ni’matul Qoiriyah, M.H. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Hukum Perdata.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allah SWT. Dan
tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan kepada segenap
pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan.
Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapatkan ridha Allah SWT.
penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkawinan mempunyai nilai yang amat penting bagi kelangsungan hidup
manusia karena dengan perkawinan, maka kedudukan manusia akan lebih terhormat
dan di samping itu dengan melaksanakan perkawinan kehidupan menjadi tenang dan
bahagia serta menumbuhkan rasa cinta kasih di antara keduanya. Ditinjau dari aspek
peraturan tentang perkawinan, maka perkawinan adalah suatu hidup bersama dari
seorang pria dengan seorang wanita yang menenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam
peraturan, yaitu peraturan hidup bersama.
Indonesia telah memiliki undang-undang nasional yang berlaku bagi seluruh
warga Negara Republik Indonesia, yaitu UU Perkawinan. Sebelum diberlakukannya
UU Perkawinan ini, Indonesia telah memberlakukan peraturan-peraturan perkawinan
yang diatur dalam KUHPerdata (BW) , Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen
(Huwelijks Ordonansi voor de Christens Indonesiers) Staatsblaad 1933 No.74,
Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de gemengde Huwelijken). Lahirnya
UU Perkawinan pada tanggal 02 Januari 1974 yang berlaku bagi semua warga negara
Republik Indonesia sebagian besar telah memenuhi tuntutan masyarakat. Undang-
Undang yang berlaku diluar KUHPerdata yang mengatur tentang perkawinan, yaitu
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 sebagai Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
yang belum atau tidak diatur dalam undang-undang tersebut, maka peraturan lama
dapat dipergunakan.1
Perjanjian perkawinan tidak hanya sebatas memperjanjikan masalah keuangan atau
harta, ada hal lain yang juga penting diperjanjikan, misalnya kejahatan rumah tangga
memperjanjikan salah satu pihak untuk tetap berkarir meski sudah menikah dan lain
sebagainya.2 Perjanjian kawin menurut KUH Perdata Pasal 139 sebenarnya merupakan
persetujuan antara calon suami dan istri, untuk mengatur akibat perkawinan terhadap
harta kekayaan mereka. Oleh karena itu, perjanjian perkawinan dapat diadakan baik
dalam hal suami-istri akan kawin campur harta secara bulat, maupun dalam hal mereka
memperjanjikan adanya harta yang terpisah, atau harta diluar persatuan.
Manfaat perjanjian dalam perkawinan bagi negara sangatlah besar. Adanya perjanjian
perkawinan memberikan batasan bagi pasangan suami isteri guna mencegah dan
mengurangi konflik terutama yang terjadi di dalam Lembaga perkawinan.Perjanjian
perkawinan dapat menjadi acuan jika suatu saat nanti timbul konflik, meskipun konflik
tersebut tidak dikehendaki. Namun manakala terjadi juga konflik yang harus berakhir
dengan perceraian, maka perjanjian tersebut dapat dijadikan rujukan sehingga masing-
masing mengetahui hak dan kewajibannya.
2.2.2 Inpres Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Kompilasi Hukum Islam pasal 47
“Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua calon mempelai dapat
membuat perjanjian tertulisyang disahkan Pegawai Pencatat Nikah mengenai
kedudukan harta dalam perkawinan”
a. Perjanjian tersebut dalam ayat (1) dapat meliputi percampuran harta pribadi dan
pemisahan harta pencaharian masing-masing sepanjang hal itu tidak bertentangan
dengan hukum Islam.
b. Di samping ketentuan dalam ayat (1) dan (2) di atas, boleh juga isi perjanjian itu
menetapkan kewenangan masing-masing untuk mengadakan ikatan hipotik atas harta
pribadi dan harta bersama atau harta syarikat.4
1
K. Wantjik Saleh,Hukum Perkawinan Indonesia,Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hlm. 3.
2
Muchsin,Perjanjian Perkawinan Dalam Persfektif Hukum Nasional,Varia Peradilan, Jakarta, 2008, hlm. 7.
3
Departement agama RI, Himpunan Peraturan perundang-Undangan Dalam Lingkup Peradilan Agama, Undang-
undang No. 1 Tahun 1974 Tentang, Jakarta, 2001, hlm. 138.
6
2.2.3 Persyaratan Perjanjian Perkawinan5
1. Dibuat pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan.
2. Dalam bentuk tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat nikah.
3. Isi perjanjian tidak melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan.
4. Mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.
5. Selama perkawinan berlangsung, perjanjian tidak dapat diubah.
6. Perjanjian perkawinan dimuat dalam akta perkawinan.
4
Departement agama RI,Himpunan Peraturan perundang-Undangan Dalam Lingkup Peradilan Agama, Instruksi
Presiden No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam,Jakarta, 2001, hlm. 328.
5
HR, Damanhuri, Op. cit, hlm. 19.
6
Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif,Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia,Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 80-81.
7
H.A Damanhuri H.R, Op. cit, hlm. 7.
7
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun l974, dan Inpres Kompilasi Hukum Islam
Nomor 1 Tahun 1974.
8
Hukumonline.com, “hukum harta perkawinan yang berlaku sesudah diundangkannya UU perkawinan jilid iv”,
https://www.hukumonline.com/berita/a/hukum-harta-perkawinan-yang-berlaku-sesudah-diundangkannya-uu-
perkawinan-jilid-iv-lt5b1760887dcc3/ , diakses pada tanggal 01 April 2023
8
Setelah terjadinya perkawinan, maka kedudukan harta benda 2 orang yang saling
mengikatkan diri dalam ikatan hukum perkawinan akan berubah.
9
detik.com, “amalgamasi pengertian dampak dan contoh perkawinan campuran”,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5543618/amalgamasi-pengertian-dampak-dan-contoh-perkawinan-
campuran&ved=2ahUKEwiAu7WIjJH-AhW16zgGHeXeB9QQFnoECAQQBQ&usg=AOvVaw2Qz-
mXjUQI-PTRM25nrHkN, diakses tanggal 02 April 2023
10
Misaelandpartners, “Perkawinan Campuran di Indonesia”, http://misaelandpartners.com/perkawinan-
campuran-di-indonesia/ , diakses tanggal 02 April 2023
9
itu kembali di wilayah Indonesia, surat bukti perkawinan mereka harus didaftarkan di
Kantor Pencatatan Perkawinan tempat tinggal mereka.
1. Surat pernyataan belum pernah bermaterai 10 ribu menikah yang diketahui RT/
RW/ Kelurahan.
2. Surat Pengantar dari RT dan RW
3. Syarat perkawinan campuran selanjutnya adalah Surat Keterangan Nikah (N1, N2,
N4) dari tempat domisili.
4. Surat persetujuan dari kedua mempelai (N3)
5. Surat Pindah Nikah atau surat rekomendasi bagi yang hanya ikut berdomisili pada
sebuah wilayah.
6. Fotokopi dokumen
7. Syarat Perkawinan Campuran lainnya adalah Fotokopi KTP, Kartu Keluarga
(KK), Surat Keterangan Domisili, Ijazah dan Akta Kelahiran @ 2 lembar.
8. Fotokopi surat keterangan imunisasi Tetanus Toxoid bagi calon pengantin wanita.
9. Surat atau Akta Cerai Asli bagi duda atau janda yang pernah bercerai sebelumnya.
10. Akta Kematian Suami atau Istri bagi yang cerai mati
11. Pas foto 3 x 4 dan 2 x 3 dengan latar biru masing-masing 4 lembar.
12. Bagi anggota TNI atau Polri, pas foto harus mengenakan seragam kesatuan
11
Justika,com, “Syarat Perkawinan Campuran”, https://blog.justika.com/keluarga/syarat-perkawinan-campuran/
, diakses tanggal 02 April 2023
10
13. Bagi TNI atau Polri harus ada surat izin dari komandan
14. Surat Izin dari orang tua bagi mereka yang belum berusia 21 tahun.
15. Surat Taukil wali dari KUA setempat bagi wali nikah pihak perempuan jika tidak
bisa hadir pada saat akad nikah.
16. Surat Keterangan Memeluk Islam bagi para mualaf.
1. Syarat Perkawinan Campuran yang pertama adalah Surat izin dari konsulat
perwakilan negara masing-masing di Indonesia.
2. Melampirkan Fotokopi passport yang masih aktif
3. Melampirkan Fotokopi KITAS atau VISA yang masih aktif
4. STMD atau Surat tanda melapor diri dari pihak Kepolisian
5. Syarat Perkawinan Campuran selanjutnya adalah Surat Keterangan Menetap di
Indonesia dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
6. Fotokopi Akta Kelahiran.
7. Melampirkan Akta Cerai bagi janda/duda cerai.
8. Pas Foto ukuran 3 x 4 dan 2 x 3 dan 3 x 4 @ 4 lembar background biru
9. Surat keterangan memeluk Islam bagi mualaf.
10. Taukil wali secara tertulis bagi wali nikah perempuan jika tidak bisa menghadiri
akad nikah.
11. Semua dokumen tersebut harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh
penerjemah tersumpah..
11
➢ Perkawinan yang dianggap sebagai perkawinan yang dilangsungkan di luar
Indonesia tersebut, harus didaftarkan di kantor Catatan Sipil paling lambat 1
(satu) tahun setelah yang bersangkutan kembali ke Indonesia. Bila tidak,
maka perkawinan campuran tersebut belum diakui oleh hukum Indonesia.
Surat bukti perkawinan itu didaftarkan di Kantor Pencatatan Perkawinan
tempat tinggal pihak mempelai yang berkewarganegaraan Indonesia di
Indonesia (sesuai dengan ketentuan dalam pasal 56 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).
Proses pencatatan perkawinan yang diatur oleh undang-undang itu sendiri antara 2
(dua) orang yang berbeda kewarganegaraan, pada prinsipnya tidak menjadikan
perkawinan itu tidak sah, karena proses pencatatan adalah proses administratif. Namun
dalam hukum nasional Indonesia, proses pencatatan ini telah menjadi bagian dari
hukum positif, karena hanya dengan proses ini, maka masing-masing pihak diakui
segala hak dan kewajibannya di muka hukum.12
12
Dukcapil.kulonprogo.kab.go.id, “Legalitas Pernikahan Campuran Dimata Hukum Indonesia”,
https://dukcapil.kulonprogokab.go.id/detil/272/legalitas-pernikahan-campuran-dimata-hukum-indonesia ,diakes
pada tanggal 02 April 2023
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perjanjian perkawinan merupakan perjanjian yang mengatur akibat suatu dari adanya
ikatan perkawinan. Di Indonesia, perjanjian perkawinan diperbolehkan untuk dibuat sejak
diberlakukannya KUH Perdata. Perihal perjanjian perkawinan ini kemudian dipertegas
Kembali dalam UU Perkawinan No 1 tahun 1974.Perjanjian perkawinan merupakan
bagian dari lapangan hukum keluarga diatur dalam Buku I KUHPerdata (BW).
Pengaturan perjanjian perkawinan dijelaskan pada Bab VII pasal 139 s/d 154.
Secara garis besar perjanjian perkawinan berlaku dan mengikat para pihak/mempelai
dalam perkawinan. Dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Perjanjian Perkawinan
didapati dalam Bab V, berisi satu pasal, yaitu pasal 29. Salah satu azas yang terkandung
dalam UU ini terkait dengan perjanjian perkawinan adalah hak dan kedudukan suami istri
yang seimbang. Masing-masing pihak dapat melakukan perbuatan hukum secara mandiri.
Perjanjian perkawinan dalam pasal 29 tidak mengatur secara tegas, sehingga secara
implisit dapat ditafsirkan perjanjian perkawinan tersebut tidak terbatas hanya mengatur
mengenai harta perkawinan saja, namun juga hal lain sepanjang tidak bertentangan
dengan norma agama, ketertiban umum dan kesusilaan. Esensi Perjanjian Perkawinan
yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 lebih luas dari pada
makna perjanjian perkawinan yang terdapat dalam KUH Perdata (BW).
13
DAFTAR PUSTAKA
Departement agama RI, Himpunan Peraturan perundang-Undangan Dalam Lingkup Peradilan Agama, Undang-
undang No. 1 Tahun 1974 Tentang, Jakarta, 2001.
Departement agama RI,Himpunan Peraturan perundang-Undangan Dalam Lingkup Peradilan Agama, Instruksi
Presiden No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam,Jakarta, 2001.
detik.com, “amalgamasi pengertian dampak dan contoh perkawinan campuran”,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.detik.com/edu/detikp
edia/d-5543618/amalgamasi-pengertian-dampak-dan-contoh-perkawinan-
campuran&ved=2ahUKEwiAu7WIjJH-
AhW16zgGHeXeB9QQFnoECAQQBQ&usg=AOvVaw2Qz-mXjUQI-PTRM25nrHkN
Dukcapil.kulonprogo.kab.go.id, “Legalitas Pernikahan Campuran Dimata Hukum Indonesia”,
https://dukcapil.kulonprogokab.go.id/detil/272/legalitas-pernikahan-campuran-dimata-hukum-
indonesia
14