Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGATURAN PERKAWINAN CAMPURAN BEDA


KEWARGANEGARAAN MENURUT HUKUM PERDATA DI
INDONESIA

Dosen Pengampu: Wardatul Fitri, S.H., M.H.

Mata Kuliah: Hukum Perdata

Disusun oleh:

FAHRI TRI SETIO

(17103080042)

PROGRAM STUDY HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah untuk mata kuliah Hukum Perdata dengan pokok pembahasan
Pengaturan Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan Menurut Hukum Perdata di Indonesia.

Terima kasih kepada ibu Wardatur Fitri S.H, M.H., yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan
kepada penulis untuk menyampaikan materi ini.

Penulis telah berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun demikian
tentu masih ada kekurangan. Untuk itu penulis menerima dengan tangan terbuka kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah ini.

Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan teman-teman.

Yogyakarta, November 2018

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

1. Latar Belakang ............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

2. Perkawinan Campuran ................................................................................................................... 2

2.1. Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan Menurut Staatblad 1898 Nomor 158 ......... 2

2.2. Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan ................................................................................................................ 2

2.3. Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan Menurut Hukum Perdata Internasional


Indonesia ........................................................................................................................................... 3

3. Status Anak Di Luar Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan Yang Sah ......................... 4

3.1. Menurut Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan .................. 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................ 6

1. Kesimpulan .................................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkawinan merupakan hal yang diharapkan bagi setiap manusia untuk memulai kehidupan
yang baru bersama dengan orang/pasangan. Sebelum menjadi keluarga yang sah maka ada
syarat perkawinan yang harus dipenuhi bagi pria maupun pria demi sahnya suatu
perkawinan, baik sah secara agama dan sah menurut peraturan negara.

Dalam praktikknya, perkawinan tidak hanya melibatkan manusia seagama dan satu
kewarganegaraan. Terdapat kasus-kasus di mana suami-isteri berasal dari latar belakang
agama atau kewarganegaraan yang berbeda. Perkawinan campuran beda kewarganegaraan
di Indonesia di atur dalam Pasal 57 sampai 62 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Dalam perkawinan campuran yang akan terjadi yaitu dapat memperoleh
kewarganegaraan dari pasangan dan juga dapat kehilangan kewarganegaraannya. Status
anak menjadi hal penting yang harus diperhatikan, karena tidak dapat sembarangan untuk
memilih sendiri namun ada aturan/ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dan
dijalankan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2. Perkawinan Campuran

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa sekaligus perbuatan hukum yang dilakukan
oleh dua pihak dengan melakukan suatu perikatan, terlebih apabila perkawinan tersebut
merupakan perkawinan yang terdapat unsur perbedaan kewarganeraan, maka sudah
seharusnya dalam melakukan perikatan tersebut harus memperhatikan beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi dan juga tidak menafikan terhadap asas kebebasan
berkontrak.1

2.1. Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan Menurut Staatblad 1898 Nomor 158

Sebelum diundangkannya Undang – Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang


Perkawinan, perkawinan campuran itu diatur dengan Koninklijk Besluit tanggal 29
Desember 1896. Peraturan ini disebut dengan Regeling op de Gemengde Huwelijken
S. yang selesai dibuat pada tahun 1896 dan diundangkan pada tahun 1898.2
Menurut Regeling op de Gemengde Huwelijken S. 1898 Nomor 158):
“Yang dinamakan Perkawinan Campuran, ialah perkawinan antara orang – orang yang
di Indonesia tunduk kepada hukum – hukum yang berlainan.”
Menurut GHR “antara orang – orang yang di Indonesia tunduk kepada hukum –
hukum yang berlainan” dengan tidak ada pembatasan. Hukum yang berlainan adalah
disebabkan karena salah satunya adalah perbedaan kewarganegaraan.3

2.2. Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan menurut Undang – Undang Nomor 1


Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Pengertian perkawinan campuran sudah dijelaskan pada Pasal 57 yaitu Perkawinan


campuran adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum
yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak
berkewarganegaraan Asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.

1
M. Nur Kholis Al Amin, Perkawinan Campuran Dalam Kajian Perkembangan Hukum: Antara Perkawinan
Beda Agama dan Perkawinan Beda Kewarganegaraan di Indonesia, Yogyakarta, Jurnal Al-Ahwal, Vol. 9, No.
2. Hlm. 217
2
K. Watjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia 1992, Hlm. 45 – 46.
3
Ibid.

2
Untuk dapat melangsungkan perkawinan campuran itu supaya perkawinannya sah,
maka ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang – Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan harus dipenuhi, artinya perkawinan bagi mereka harus
sesuai dengan ketentuan hukum agamanya dan kepercayaanya itu.4
Agar perkawinan ini dapat dilangsungkan, pasal 60 UU Perkawinan menyebutkan:
1) Perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat-
syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang berlaku bagi pihak masing-
masing telah dipenuhi.
(2) Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1) telah dipenuhi
dan karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan perkawinan campuran,
maka oleh mereka yang menurut hukum yang berlaku bagi pihak masing-masing
berwenang mencatat perkawinan, diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat
telah dipenuhi.

Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi bagi warganegara yang akan


melangsungkan perkawinan karena perbedaan kewarganegaraan di antaranya
memerlukan surat keterangan perkawinan dari kedutaan atau Negara yang
bersangkutan, pasport, dan juga pernyataan sumpah sehingga dapat diterbitkan
kutipan akta nikah (excerpt of marriage of religious affair). Dengan demikian, kajian
perkembangan hukum perdata di Indonesia pun dalam soal perkawinan telah
dirumuskan dalam UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang bertujuan untuk
melindungi dan memberikan kepastian bagi warganegaranya.

2.3. Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan Menurut Hukum Perdata


Internasional Indonesia

Dalam Hukum Perdata Internasional, persoalan mengenai perkawinan


transnasional adalah salah satu bidang yang paling vulnerable terhadap persoalan–
persoalan Hukum Perdata Internasional.5 Perkawinan transnasional adalah perkawinan
yang dilakukan oleh dua orang yang berasal dari negara yang berbeda dan tunduk pada

4
R. Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme Dalam Perundang – Undangan Perkawinan di Indonesia, Ctk.
Pertama, Airlangga University Press, Surabaya, 1988, Hlm. 89.
5
Bayu Seto Hardjowahono, Dasar – Dasar Hukum Perdata Internasional, Ctk. Keempat, Bandung, Citra Aditya
Sakti, 2006, Hlm. 274. (Hardjowahono, 2006)

3
hukum nasional dua negara yang berbeda. Pada Pasal 1 Undang – Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan: 6
“ Ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagua dan kekal berdasarkan ketuhanan
yang maha esa.”
Ikatan perkawinan yang berlangsung antara seorang pria dan wanita yang masing
– masing tunduk kepada sistem hukum nasional yang berbeda akan memunculkan
persoalan – persoalan hukum perdata internasional dalam bidang hukum keluarga.

3. Status Anak Di Luar Perkawinan Campuran Beda Kewarganegaraan Yang Sah

3.1. Menurut Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Persoalan yang rentan dan sering timbul dalam perkawinan campuran beda
kewarganegaraan adalah masalah kewarganegaraan anak. Dalam Undang – Undang
Kewarganegaraan yang lama menganut prinsip kewarganegaraan tunggal, sehingga
anak yang lahir hanya bisa memiliki satu kewarganegaraan yaitu kewarganegaraan
ayahnya. Tetapi dalam Undang – Undang Kewarganegaraan yang baru yang terdapat
dalam Pasal 5 ayat (1) Undang – Undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan mengatur:
“Anak warga negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya
yang berkebangsaan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.”7
Tetapi diakuinya anak – anak tersebut sebagai Warga Negara Indonesia
berdasarkan Pasal 5 ayat (1) tersebut menyebabkan anak – anak tersebut mempunyai
kewarganegaraan ganda sampai usia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin,
dimana anak tersebut dibolehkan untuk memilih kewarganegaraannya yang
disampaikan secara tertulis kepada pejabat yang ditugaskan oleh menteri untuk
mengurusi bidang kewarganegaraan, dengan dilampiri dokumen yang dibutuhkan.8

6
Ibid.
7
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Pasal 5 ayat (1).
8
Penjelasan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006 Pasal 5 ayat (1)

4
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan memuat asas
– asas kewarganegaraan umum atau universal. Adapun asas – asas yang dianut dalam
Undang – Undang tersebut sebagai berikut:

1) Asas Ius Sanguinis (Law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran.

2) Asas Ius Soli (Law of the soil) secara terbatas adalah asas ang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak – anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang – Undang ini.

3) Asas Kewarganegaraan Tunggal adalah asas yang menentukan satu


kewarganegaraan bagi setiap orang.

4) Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas adalah asas yang menentukan


kewarganegaraan ganda bagi anak – anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang – Undang ini.

Undang – Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda


(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang
diberikan kepada anak dalam Undang – Undang ini merupakan suatu pengecualian.
Mengenai hilangnya kewarganegaraan anak, maka hilangnya kewarganegaraan ayah
atau ibu apabila anak tersebut tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya,
tidak secara otomatis menyebabkan kewarganegaraan anak menjadi hilang.9

9
Penjelasan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006

5
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Perkawinan campuran tidak hanya sebatas perkawinan beda agama, namun ada perkawinan
campuran beda kewarganegaraan. Perkawinan campuran di Indonesia di atur dalam UU
No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan & Hukum Perdata Internasional Indonesia.
Menurut UU No. 1 Tahun 1974 perkawinan campuran adalah perkawinan antara dua orang
yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan
dan salah satu pihak berkewarganegaraan Asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan
Indonesia, sedangkan menurut Hukum Perdata Internasional Indonesia, pengertian
perkawinan campuran adalah perkawinan yang dilakukan oleh dua orang yang berasal dari
negara yang berbeda dan tunduk pada hukum nasional dua negara yang berbeda.

6
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. N. (2016). Perkawinan Campuran Dalam Kajian Perkembangan Hukum: Antara


Perkawinan Beda Agama dan Perkawinan Beda Kewarganegaraan di Indonesia. Al-
Ahwal, 217.

Hardjowahono, B. S. (2006). Dasar - Dasar Hukum Perdata Internasional. Bandung: Citra


Aditya Sakti.

Prawirohamidjojo, R. S. (1988). Pluralisme Dalam Perundang - Undangan Perkawinan di


Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press.

Saleh, K. W. (1992). Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Ghalia.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1. Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12. Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai