Anda di halaman 1dari 3

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA


(UNSURI)
Jl. Brigjend. Katamso II Waru Sidoarjo Tlp. (FAI) 031-8532206, (REKTORAT) 031-8532477 fax. 031-8542563
E-mail : faiunsurisurabaya@gmail.com Website : www.unsuri.ac.id

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)


SEMESTER GASAL T.A. 2022/2022
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM

Mata Kuliah :
Semester :
Prodi :
Hari :
Dosen Pengampu :
Sifat Soal :

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!

1. Jelaskan pengertian perkawinan menurut bahasa, UU Perkawinan, KHI & Doktrin!

2. Jelaskan tujuan perkawinan menurut bahasa, UU Perkawinan, KHI & Doktrin!

3. Jelaskan syarat sah perkawinan menurut UU Perkawinan & KHI!

4. Jelaskan asas hukum perkawinan menurut UU Perkawinan & KHI!

Nb : Mohon sertakan sumber literaturnya!

Selamat Mengerjakan

Nama : Ayu Wulandari


NIM : 202005030008

1. *Menurut UU Perkawinan : ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.1
*Menurut KHI : Pasal 2 HKI memberi pengertian perkawinan yaitu, akad yang sangat kuat atau
miitsaqan ghalizhan untuk menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan ibadah.
*Menurut Doktrin : Ali Afandi menyatakan perkawinan adalah suatu persetujuan kekeluargaan
dimaksud disini bukanlah persetujuan biasa, tetapi mempunyai ciri-ciri tertentu. 2

2. *Menurut UU Perkawinan : tujuan perkawinan menurut UU tersebut adalah untuk mencapai


bahagia dan kekal berdasrkan Ketuhan Yang Maha Esa. Arti bahagia sebenarnya bukan konsep fikih
(Hukum Islam). Hal ini sejalan dengan defenisi Sayuti Thalib yaitu perkawinan adalah perjanjian
kokoh dan suci antara seorang perempuan dan laki-laki sebagai suami istri untuk membentuk rumah
tangga yang bahagia, kasih mengasihi, tentram dan kekal. 
1
https://artikelsiana.com/jelaskan-pengertian-perkawinan-menurut-uu-no-1-tahun-1974-ini-jawabannya/
2
Makalah kelompok 1
*Menurut KHI : tujuan perkawinan dijelaskan pada pasal 3 KHI yaitu ” Perkawinan bertujuan
untuk mewujudkan rumah tangga sakinah, mawaddah dan wa rahmah. ” Artinya tujuan perkawinan
sesuai dengan konsep Hukum Islam. Perbedaan KHI dan UU Nomor 1 Tahun 1974 juga tampak
pada penerapan sahnya perkawinan.3
*Menurut Doktrin : Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk
agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam
menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir
batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan bathinnya sehingga timbullah kebahagiaan,
yakni kasih sayang antar anggota keluarga (Muhammad Idris, "Fiqih Munakahat", STAIN Kendari:
CV Sadra, 2008, hlm. 2-3).4

3. *Menurut UU Perkawinan :
a) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai
b) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus
mendapat ijin kedua orangtuanya/salah satu orang tuanya, apabila salah satunya telah
meninggal dunia/walinya apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia.
c) Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 tahun. Kalau ada penyimpangan harus ada ijin dari pengadilan atau
pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.
d) Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi kecuali
memenuhi Pasal 3 ayat 2 dan pasal 4.
e) Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi
untuk kedua kalinya.
f) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu. 5

*Menurut KHI : Sahnya perkawinan dalam KHI diatur dalam Pasal 4 – 6, yaitu
a) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam;
b) Perkawinan harus dicatatkan yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
c) Perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan di bawah pengawas Pegawai Pencatat Nikah,
dan jika tidak dilangsungkan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah perkawinan tidak mempunyai
kekuatan hukum;
d) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat
Nikah.6

4. *Menurut UU perkawinan :
a) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
b) Sahnya perkawinan sangat tergantung pada ketentuan hukum agama dan kepercayaan
masing-masing. => suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-

3
By Agen Makalah. (2016, June). Perbedaan tujuan perkawinan UU Nomor 1 Tahun 1974

dan KHI. Retrieved November 16, 2022, from Agen Makalah website:

https://agenmakalah.blogspot.com/2016/06/perbedaan-tujuan-perkawinan-uu-nomor-1.html
4
Erisamdy Prayatna. (2022, March 18). Tujuan Perkawinan. Retrieved November 16, 2022,

from Erisamdy Prayatna website: https://www.erisamdyprayatna.com/2022/03/tujuan-

perkawinan.html
5
PKBH UAD. (2013, January 8). Syarat-syarat Perkawinan | PKBH FAKULTAS HUKUM

UAD. Retrieved November 16, 2022, from Uad.ac.id website: http://pkbh.uad.ac.id/syarat-

syarat-perkawinan/
6
(“SAHNYA PERKAWINAN BERDASARKAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG- UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 -
Ekobudiono.lawyer,” 2021)
masing agamanya dan kepercayaannya itu; dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus
dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Asas monogami. => hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan karena hukum dari
agama ang bersangkutan mengizinkannya, seorang suami dapat beristri lebih dari seorang.
d) Calon suami dan istri harus telah dewasa jiwa raganya. => calon suami istri itu harus masak
jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan
tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir dengan perceraian, dan mendapat keturunan
yantg baik dan sehat.
e) Mempersulit terjadinya perceraian. => UU ini menganut prinsip untuk mempersukar
tejadinya perceraian. Untuk memungkin perceraian harus ada alasan-alasan tertentu (psl 19
PP No 9 / 1975) serta harus dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama bagi orang Islam dan
Pengadilan Negeri bagi golongan luar Islam.
f) Hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang. => sehingga dengan demikian segala
sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan bersama suami istri.

*Menurut KHI :
a) Asas persetujuan => Tidak boleh ada paksaan dalam melangsungkan perkawinan. Asas
persetujuan terdapat dipasal 16-17 KHI: Perkawinan atas persetujuan calon mempelai.
Dapat berupa: pernyataan tegas dan nyata. dgn tulisan, lisan atau isyarat yg mudah
dimengerti atau diam. Sebelum berlangsungnya perkawinan Pegawai Pencatat Nikah
menanyakan lebih dahulu persetujuan calon mempelai di hadapan dua saksi nikah. Bila
tidak disetujui oleh salah seorang calon mempelai maka perkawinan itu tidak dapat
dilangsungkan.
b) Asas kebebasan => kebebasan memilih pasangan dengan tetap memperhatikan larangan
perkawinan. Pasal 18 (tidak terdapat halangan perkawinan), 39-44 KHI (larangan
perkawinan).
c) Asas kemitraan suami-isteri => Merupakan asas kekeluargaan atau kebersamaan yang
sederajat, hak dan kewajiban Suami Isteri: (Pasal 77 KHI). Suami menjadi kepala keluarga,
istri menjadi kepala dan penanggung jawab pengaturan rumah tangga. (Pasal 79 KHI).
d) Asas untuk selama-lamanya. => Pasal 2 KHI akad yang sangat kuat untuk menaati perintah
Allah dan menjalankan ibadah.
e) Asas kemaslahatan hidup => Pasal 3 KHI: Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
f) Asas Kepastian Hukum => Pasal 5-10 KHI Perkawinan harus dicatat dan dilakukan oleh
Pegawai Pencatat Nikah. Isbath Nikah di Pengadilan Agama. Rujuk dibuktikan dgn kutipan
Buku Pendaftaran Rujuk dari Pegawai Pencatat Nikah. Putusnya perkawinan karena
perceraian dibuktikan dengan putusan Pengadilan.7

7
PPT di SIA

Anda mungkin juga menyukai