TINJAUAN PUSTAKA
mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya untuk dapat
suatu ikatan lahir batin dengan tujuan menciptakan suatu keluarga atau
14
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987, Azaz-azaz Hukum Perkawinan Indonesia,
Jakarta, PT.Bina Aksara, hlm.1
15
Soedharyo Soimin, 2002, Hukum Orang dan Keluarga, Jakarta, Sinar Grafika, hlm.3
16
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, op.cit, hlm.2
10
11
ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri
perkawinan tidak cukup dengan adanya ikatan lahir saja. Hal ini harus
ada kedua-duanya, sehingga akan terjalin ikatan lahir dan batin yang
17
Ibid, hlm.2
12
Pancasila.
Kedua istilah ini dilihat dari arti katanya dalam bahasa Indonesia ada
perbedaan, sebab kata ‘nikah’ berarti hubungan seks antara suami dan
18
R.Abdul Djamali, 2002, Hukum Islam, Bandung, Mandar Maju, hlm.77
13
rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah.
muttafaqun alaihi (sepakat para ahli hadits) atau jamaah ahli hadits.
orang yang tidak halal dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan
syahwat. Dan barang siapa yang tidak mampu kawin hendaklah dia
14
berkurang.
Dari hadits Rasul ini jelas dapat dilihat bahwa perkawinan itu
dianjurkan karena berfaedah bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga
membutuhkan.
antara kamu percintaan dan kasih sayang sesungguhnya hal itu menjadi
2. Syarat-syarat Perkawinan
kepercayaannya.
19
Ibid, hlm.80.
16
oleh pihak lain baik orang tua maupun orang yang dituakan dalam
keluarga masing-masing.
Kedua belah pihak pemeluk agama Islam yang sama. Hal ini
satu ibu ketika masih bayi walaupun keduanya dari orang tua yang
perkawinan seperti antara bapak atau ibu dan menantunya, anak dan
bapak atau ibu tiri, anak bawaan dalam perkawinan ibu atau bapak.20
hakekat dari perkawinan itu sendiri, jadi tanpa adanya salah satu
atau materiil mutlak dan syarat materiil yang relatif atau syarat materiil
20
Ibid, hlm. 84-86.
21
Ahdiyana Yuni Lestari & Endang Heriyani, 2007, Hand Out Hukum Keluarga dan
Waris Islam, Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hlm.12.
18
yang nisbi. Syarat materiil yang absolut atau mutlak merupakan syarat-
Pasal 14 KHI.
Tahun 1975)
22
Ahmad Azhar Basyir, 2007, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta, Universitas Islam
Indonesia, hlm. 44
23
Ibid, hlm. 45
24
Komariah, 2010, Hukum Perdata, Universitas Muhammadiyah Malang, hlm. 44
19
1) Calon suami
2) Calon isteri
3) Wali
4) Saksi
5) Akad nikah.
25
Ibid,, hlm.48
20
b) Berakal sehat
lamanya meliputi :
iddah talak
d) Perempuan yang telah ditalak tiga kali tidak halal kawin lagi
26
Ahdiyana Yuni Lestari & Endang Heriyani, op.cit, hlm.13.
21
menyatakan bertobat.27
2) Wali nikah
b) Muslim
c) Berakal sehat
d) Laki-laki
e) Adil
macam wali. Ada tiga macam wali dalam perkawinan Islam, yaitu :
27
Ibid, hlm.13.
22
a) Wali Nasab
mujbir dan wali nasab biasa.Wali mujbir yaitu wali yang berhak
wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin
ghaib atau enggan. Wali hakim dapat bertindak jika sudah ada
c) Wali Muhakkam
3) Saksi
a) Mukallaf/baligh
b) Muslim
c) Berakal sehat
d) Adil
suami dan calon isteri untuk mengikatkan diri mereka dengan tali
atau walinya.
lain
Perkawinan
dan material.
yang berlaku.
seorang.
26
untuk menikah baik bagi pria maupun wanita, yaitu 19 tahun bagi
28
Soemiyati, 2007, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), Yogyakarta , Liberty, hlm. 7
.
27
beberapa syarat nikah dan atau rukun nikah yang sudah diatur di dalam
keyakinan yang dianut oleh pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini
2) Tidak semua wanita dapat dikawini oleh seorang pria sebab ada
sendiri.
selama-lamanya.
28
suami.29
Hak dalam hal ini adalah apa yang diterima oleh seseorang dari
orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban yaitu apa yang
istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak dan kewajiban begitu pula
dengan istri yang disebutkan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 228 :
kedudukan istri setara dan seimbang dengan hak dan kedudukan suami.
kepala keluarga. Dalam hadis Nabi, hadis dari Amru bin Al-Ahwash:
“Ketahuilah bahwa kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh istrimu
29
Ibid, hlm. 5
29
Akibat hukum dari suatu perkawinan yang sah antara lain dapat
3. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu menjadi anak yang sah.
5. Berhak saling waris mewarisi antara suami isteri dan nak-anak dengan
orang tua.
8. Bila diantara suami isteri meninggal salah satunya, maka yang lainnya
30
Mohammad Idris Ramulyo, 1987, Hukum Perkawinan dan Hukum Kewarisan,
Jakarta, Sinar Grafika, hlm 23.
30
Perkawinan
yaitu:
dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
suami isteri.
dalam masyarakat.
31
kemampuannya.
Islam
setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satui kepada yang
lain;
agamanya;
31
Komariah, 2010, Hukum Perdata, Universitas Muhammadiyah Malang, hlm. 61
32
sah. Orang tua mempunyai hak dan kewajiban terhadap anaknya dan
begitu pula sebaliknya. Hak dan kewajiban orang tua terhadap anak
kawin, begitu pula anak wajib menghormati orang tua dan mentaati
(Pasal 35 ayat (1)). Berkaitan dengan harta bersama ini, suami dan
ayat(1)).
suami isteri sebagai hadiah, warisan atau hibah (Pasal 87 ayat (1))
5. Putusnya Perkawinan
1) Kematian
berhak menjadi ahli waris atas harta peninggalan si yang mati. Harta
peninggalan yang dimaksud disini adalah sisa harta setelah diambil untuk
2) Perceraian;
seperti yang disebutkan dalam Pasal 39 ayat (1) UUP, yang menentukan
pihak.
dahulu oleh satu pihak kepada Pengadilan dan dengan suatu putusan
32
Wantjik Saleh, 1987, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia,
hlm. 37.
35
isteri harus didasarkan atas alasan-alasan yang cukup kuat, yaitu bahwa
antara suami dan isteri tidak dapat rukun sebagai suami isteri, artinya
suatu persetujuan kedua belah pihak. Hal ini menandakan bahwa peraturan
suatu perceraian.
isteri.
33
Ibid, hlm. 38.
36
9 Tahun 1975.
1. Pengertian Perceraian
Perceraian adalah :
perceraian, yaitu cerai talaq, dan cerai gugat. Cerai talaq adalah cerai yang
Agama, sedangkan cerai gugat adalah cerai yang didasarkan atas adanya
34
Achmad Djumairi. 1990, Hukum Perdata II, Semarang , hlm 65.
37
Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhmmad SAW, yang artinya
sebagai berikut: Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW
telah bersabda Sesungguhnya yang halal yang amat dibenci Allah adalah
talaq (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah). Adapun tujuan Perceraian
adalah sebagai obat, dan jalan keluar bagi suatu kesulitan yang tidak dapat
diatasi lagi selain dengan perceraian. Meskipun demikian talaq masih tetap
dibenci Allah.
UUP atau dalam bahasa Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 dan 3 disebut
35
Sulaiman Rasjid, 2004, Fiqh Islam, Jakarta, Attahiriyah, hlm.380.
38
lagi tidak baik kalau dibiarkan berlarut-larut, sehingga oleh salah satu
pihak atau oleh kedua belah pihak dari suami atau isteri demi kepentingan
kedua belah pihak maka perkawinan mereka lebih baik putus dengan
terpuji baik ditinjau dari segi sosial atau dari segi agama.
Perceraian adalah :
36
Subekti, 1982, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta, PT. Intermasa, hlm.20.
37
Fuad Said, 1994, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta, Pustaka Al-Husna,
hlm 1.
38
Soemiyati, 2007, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), Yogyakarta ,Liberty, hlm. 103.
39
suami isteri.
a. Talaq raj’i yaitu talaq dimana suami boleh merujuk isteri tanpa akad
nikah yang baru. Talaq raj’i merupakan talaq satu dan talaq dua yang
tidak disertai uang tebus atau iwald selama masih dalam masa iddah.
b. Talaq ba’in yaitu talaq satu atau talaq dua yang disertai uang atau
1) Talaq ba’in kecil atau shugra adalah talaq yang tidak boleh dirujuk
39
Ibid, hlm. 103.
40
2) Talaq ba’in besar atau kubra adalah thalaq yang terjadi untuk yang
ketiga kalinya, talaq jenis ini dapat dirujuk dan tidak dapat
c. Talaq sunny adalah talaq yang dijatuhkan terhadap isteri yang sedang
suci tersebut dan talaq yang dijatuhkan pada saat isteri sedang hamil,
d. Talaq bid’i adalah talaq yang dilarang, yaitu talaq yang dijatuhkan
pada waktu isteri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu
Mengenai tata cara perceraian yang terinci dapat dilihat pada Pasal
a. Cerai Talak
tetap, maka hak suami untuk mengikrarkan talak gugur, dan ikatan
Pengadilan Agama.
Pengadilan Agama.
b. Cerai Gugat
isteri tersebut.
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.
Agama juga terdapat pada Pasal 116 KHI yaitu sebagai berikut :
45
berturut turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
isteri;
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga;
mengenai alasan bahwa salah satu pihak murtad atau pindah agama
kesembuhannya.
isterinya.
suami.
cukup lama.
40
Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia menurut
Perundangan,Hukum Adat, Hukum Agama, Bandung, Mandar Maju, hlm.153
47
sebagai berikut :
Sewaktu-waktu saya :
lamanya;
41
Soemiyati, 2007, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), Yogyakarta , Liberty, hlm. 114
42
Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia menurut Perundangan,
Hukum Adat, Hukum Agama, Bandung, Mandar Maju, hlm.155
48
bekas isterinya.
49
Pasal 35 :
2. Harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta benda yang
lain.
Pasal 36 :
43
Sayuti Thalib, 1985, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta , UI Press, hlm. 78.
50
Pasal 37 :
hukumnya masing-masing.
pemeliharaannya.
2. Ayah
kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk memenuhinya sampai anak
Selain dari pada itu apabila terjadi perceraian antara suami dan isteri
menurut Kompilasi Hukum Islam maka akibat hukumnya yang jelas ialah
4. Melunasi mas kawin, perjanjian ta’lik talak dan perjanjian lain ketika
44
Abdul Azis Dahlan, 1999, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ikhtiar Baru Van Hope,
hlm.415.
45
Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia menurut Perundangan,
Hukum Adat, Hukum Agama, Bandung,, Mandar Maju, hlm.179.
53
Tahun 1974 tersebut, maka bagi mereka yang kawin menurut hukum Islam
keluarga, apabila dilihat dari beberapa tinjauan maka harta tersebut dapat
tiga yaitu :
mereka kawin baik berasal dari warisan, hibah atau uasaha mereka
anak-anak.
bersangkutan.46
dilakukan ketika terjadi perubahan struktur keluarga, baik perkawinan putus atau
terjadi.
46
Sayuti Thalib, 1999, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta , UI Press, hlm. 82.