Anda di halaman 1dari 16

ANALISA HUKUM MENUNDA KEHAMILAN PERKAWINAN USIA

DINI PERSPEKTIF ISTIHSAN SEBUAH UPAYA MEMBANGUN


KELUARGA BERKUALITAS

Muhamad Dani Somantri, Dahwadin, Faisal


Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Tasikmalaya
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Musaddadiyah Garut
Email : muhamaddanisomantri34@gmail.com
Abstrak
Perkawinan merupakan ikatan suci antara laki-laki dan perempuan untuk membangun
keluarga bahagia, harmonis, sejahtera, unggul, dan berkualitas yang turut berkontribusi
dalam mewujudkan program pembangunan keluarga nasional seutuhnya. Namun temuan
empirik menunjukan, masih terdapat institusi keluarga yang belum mengoptimalkan tujuan
perkawinan. Hal itu disebabkan oleh faktor ketidaksiapan usia perkawinan baik dari aspek
fisik, psikis, maupun spiritual. Penelitian ini menerapkan metode pengambilan hukum
istihsan terhadap tradisi perkawinan usia dini yang langsung mengalami kehamilan. Jenis
Penelitian ini termasuk yuridis kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi
kepustakaan dan eksplorasi data primer-sekunder yang kemudian dianalisa. Para ulama
berbeda pendapat mengenai hukum menunda kehamilan: mubah, mubah muqayad, makruh,
dan haram. Secara normatif praktik menunda kehamilan masih belum sampai pada tahapan
hukum yang mewajibkan. Dengan mengkaji data temuan, ternyata praktik kehamilan
perkawinan usia dini berimplikasi negatif (madharat) baik bagi dirinya, keluarga,
masyarakat, bahkan bangsa. Kehamilan tersebut dapat menghambat pembangunan keluarga
berkualitas. Atas dasar analisa metode istihsan dengan mempertimbangkan prinsip al-
mashlahatu al-khas dan al-mashlahatu al-am dan kaidah daf‟ul mafaasid muqadamu ala
jalbi al-mashaali, maka hukum menunda kehamilan pada perkawinan usia dini adalah wajib.
Kata Kunci: Analisa, Hukum, Perkawinan, Istihsan, dan Keluarga.

Abstract

Marriage is holy bond between boy and girl to build a happy family, harmonious, prosperous,
superior, and quality who participated contribute in realize the program full national family
development. However findings a empirical shows, still there is a family institution which has
not optimized the purpose of marriage. This is caused by factors unpreparedness of marriage
age both from physical aspects, psychic, and spiritual. This research applies retrieval method
istishan law towards early marriage traditions who immediately experience pregnancy. This
type of research includes juridical qualitative. Data collection technique conducted through
literature studies and secondary primary data exploration which is then analyzed. The
theologian has a different opinion regarding the law of delay pregnancy: mubah, mubah
muqayad, makruh, and forbidden. Normatively practice delaying pregnancy still not arrived
at the stage obligatory law. By reviewing findings data, evidently practice of pregnancy
marriage early age have negative implication (madharat) good for him, family, society, even
the nation. The pregnancy can inhibit quality family development. On the basis of istishan
method analysis taking into account the principle al-mashlahatu al-khas and almashlahatu
al-am and kaidah daf‟ul mafaasid muqadamu ala jalbi al-mashaali, then the law delays
pregnancy in early marriage is mandatory.
Keywords : Analysis, Law, Marriage, Istishan, and Family

Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 203


Vol. 3, No. 2, Desember 2018
E-ISSN: 2502-6593
204 Mahkamah, Vol. 3, No. 2, Desember 2018

perkawinan setelah akad di ucapkan


A. Pendahuluan oleh seorang laki-laki. Hak dan
kewajiban tersebut benar-benar
Hidup bahagia, sejahtera dan memperhatikan kondisi hubungan
tentram antara pasangan suami dan istri rumah tangga, dimana rumah tangga
yang terikat dalam satu perkawinan yang menjadi dambaan dan harapan
yang sah menjadi dambaan bagi setiap bagi setiap Insan sebagaimana terdapat
Insan dimuka bumi, manusia pada di dalam UU No. 1 Tahun 1974 untuk
hakikatnya memerlukan perkawinan memenuhi kebahagiaan kekal
guna untuk memenuhi kebutuhan berdasakan ketuhanan Yang Maha Esa.
biologis baik dari pihak laki-laki Hak dan kewajiban antara seorang
maupun perempuan. Ketentuan terhadap suami dan isteri bukan hanya dilihat dari
perkawinan sendiri telah diatur di dalam satu sisi mengenai ketentraman hidup di
UU No 1 Tahun 1974 pasal 1 lihat dari agama atau kepercayaan
sebagaimana telah di sebutkan di atas, masing-masing mempelai, tetapi juga
hal serupa juga di nyatakan di dalam hak dan kewajiban antara suami dan
Kompilasi Hukum Islam di dalam pasal isteri harus terikat oleh salah satu
3 bahwa perkawinan bertujuan untuk ketentuan yang dibuat oleh pemerintah
mewujudkan kehidupan rumah tangga guna mewujudkan kehidupan tertib dan
yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. damai baik dari pihak laki-laki maupun
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin perempuan.
antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan Pemerintah ikut andil dalam urusan
tujuan membentuk keluarga (rumah rumah tangga dalam mewujudkan
tangga) yang bahagia dan kekal ketentraman di dalamnya, supaya
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. kehidupan warga negara nya hidup
Kemudian Kompilasi Hukum Islam dalam suasan damai, aman, tertib, dan
menambahkan atau memberikan definisi tentram, termasuk di dalamnya
lain terkait masalah perkawinan melakukan inovasi baru dalam hal
bahwasannya sebagaimana terdapat di perkawinan dan perceraian,
dalam Pasal 2 adalah akad yang sangat sebagaimana terdapat di dalam UU No.
kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal
mentaati perintah Allah dan 2 (1) perkawinan adalah sah, apabila
melaksanakannya merupakan ibadah. dilakukan menurut hukum masing-
Ijab yang diucapkan oleh seorang masing agamanya dan kepercayaannya
mempelai laki-laki yang terikat dalam itu. (2) tiap-tiap perkawinan di catat
satu tali perkawinan memiliki beberapa menurut peraturan perundang-undangan
tujuan dalam hidup secara berkelompok yang berlaku. Kemudian dalam hal
dalam satu keluarga ialah hidup bahagia pencatatan perkawinan Kompilasi
dan kekal atau dalam definisi Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga ikut
Hukum Islam (KHI) disebutkan sebagai memberikan ketertiban di dalam urusan
sakinah, mawaddah dan rahmah, hal ini perkawinan dan perceraian,
sesuai dengan ketentuan di dalam al sebagaimana terdapat di dalam Pasal 5
Qur’an Surat Ar Rum ayat 21. (1) Agar terjamin ketertiban perkawinan
bagi masyarakat Islam setiap
Ketika kalimat akad telah perkawinan harus dicatat. (2) Pencatatan
diucapkan oleh seorang calon suami di perkawinan tersebut pada ayat (1),
dalam perkawinan, maka disitu terdapat dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah
hak dan kewajiban masing-masing sebagaimana yang diatur dalam
mempelai akan berlangsungnya Undang-undang No. 22 Tahun 1946 Jo
Muhamad Dani Somantri, Dahwadin, Faisal 205

UU No. 32 Tahun 1954. Menurut Tentang Perkembangan Kependudukan


konsep al-Quran1, tujuan ditasbihkannya dan Pembangunan Keluarga Bab I
syariat perkawinan kepada umat Ketentuan Umum Pasal I angka (7)
manusia adalah untuk memperoleh menyebutkan bahwa perkawinan
ketenangan (sakinah)2, rasa cinta diharapkan akan mempercepat laju
(mawadah)3, kasih sayang (rahmah)4, pembangunan keluarga nasional, yakni
serta mampu membentuk istitusi mewujudkan keluarga berkualitas yang
keluarga yang ideal.5 Perkawinan hidup dalam lingkungan yang sehat.
dipandang sebagai sakralitas amal atas Keluarga berkualitas adalah keluarga
wujud ketundukan seorang hamba yang dibentuk berdasarkan perkawinan
kepada Allah SWT (ibadah) untuk yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat,
kemudian mampu melanjutkan maju, mandiri, memiliki jumlah anak
legalisasi estapet keberlangsungan hidup yang ideal, berwawasan ke depan,
manusia yang secara fitrah senantiasa bertanggungjawab, harmonis, dan
mengalami pertumbuhan fisik dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
perkembangan psikis. UU No. 1 Tahun Esa. Pembentukan keluarga berkualitas
1974 Tentang Perkawinan pasal 1 dalam rangka ikut andil mewujudkan
menerangkan bahwa perkawinan amanat undang-undang tentang
merupakan ikatan lahir batin antara perkembangan kependudukan dan
seorang pria dan wanita sebagai suami pembangunan nasional tidak akan
istri dengan tujuan membentuk keluarga terealisasi secara optimal tanpa adanya
(rumah tangga) yang berbahagia dan integralitas dukungan dari semua
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang komponen yang terlibat langsung dalam
Maha Esa. Dalam Instruksi Presiden No. internal komunitas keluarga, seperti
1 Tahun 1992 Tentang Kompilasi ayah, ibu, suami, istri, anak, dan
Hukum Islam diuraikan bahwa anggota keluarga lainnya. Salah satu
perkawinan adalah sebuah ikatan yang aspek yang turut mempengaruhi tingkat
sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan kualitas keluarga adalah faktor usia
untuk mentaati perintah Allah dan pasangan pengantin yang semestinya
melaksanakannya merupakan ibadah telah mempunyai kematangan hidup
mewujudkan kehidupan rumah tangga baik mental, sosial, emosional, maupun
yang sakinah, mawadah, dan rahmah. spiritual.

Sementara UU No. 52 Tahun 2009 Data Penelitian Pusat Kajian


Gender dan Seksualitas Universitas
1
Indonesia tahun 2015 menemukan
QS. Ar-Rum [30]: 21
2
Dalam al-Quran kata sakinah berikut
angka perkawinan usia dini negara
bentuk derivasinya ditulis sebanyak 69 kali yang Indonesia menempati peringkat ke-2
artinya “menunjukan makna rasa ketentraman, teratas di Asia Tenggara yang berakibat
ketenangan jasmani dan rahani”. Raghib al- putus sekolah, perceraian,
Ashfahani, al-Mufraadat fi Ghriibi al-Quran, jilid I, ketidakstabilan ekonomi, gangguang
(Beirut: Maktabah Nazar Musthafa, t. th), . 236
3
Dalam al-Quran kata mawadah berikut
kesehatan keluarga, bertambahnya
bentuk derivasinya tercatat sebanyak 25 kali yang angka kematian ibu (AKI) dan bayi
berarti “mencintai sesuatu dan berharap agar bisa (ABI), serta dampak negatif lainnya.6
terlaksana”. Raghib al-Ashfahani, al-Mufradat Lebih rinci dijelaskan bahwa 1,60
fi…... . 615 persen anak perempuan usia 10-17
4
Dalam al-Quran kata rahmah berikut
bentuk derivasinya terinci sebanyak 399 kali, artinya
tahun telah melakukan perkawinan. Dan
“sifat yang mendorong manusia untuk melakukan jika diperhatikan menurut tipe daerah,
kebaikan secara suka rela”. Raghib al-Ashfahani,
al-Mufradat fi….., . 191 6 Koran Harian Kompas, Pernikahan Dini
5
QS. Al-Baqarah [2]: 187 Memicu Masalah, edisi 20 Juni 2015, . 10

205
206 Mahkamah, Vol. 3, No. 2, Desember 2018

persentase perempuan usia 10-17 tahun kamatian perempuan Indonesia pada


yang berstatus kawin di daerah usia 16 tahun.9 Selain itu, perempuan
perkotaan yaitu 0,9 persen, sedangka hamil pada usia dini akan menghadapi
perdesaan hampir tiga kali lipatnya komplikasi kesehatan ketika persalinan,
mencapai 2,24 persen. Lebih rinci lagi, infeksi, pendarahan hebat, anemia, dan
dari 1,60 persen anak perempuan usia eklampsia. Secara psikologis,
10-17 tahun yang berstatus kawin dan perempuan kawin di usia dini akan
cerai di Indonesia, sebesar 35,83 persen dibebani tanggung jawab menjadi
kawin di usia 15 tahun ke bawah, 39,45 seorang istri, pasangan seks, dan peran
kawin di usia 16 tahun, 24,72 persen seorang ibu yang seharusnya dilakukan
kawin diusia 17 tahun.7 Dari sudut oleh orang dewasa.10
pandang kedokteran, tulis M. Ali As-
Syabuni, perkawinan usia dini Apabila ditelusuri akar
mempunyai dampak negatif baik bagi permasalahan tingginya tingkat resiko
ibu maupun anak yang dilahirkan. kematian ibu (AKI/mother mortality
Sedangkan dari aspek sosiologis dapat rate) dan bayi (ABI/infrant mortality
mengurangi harmonisasi kehidupan rate) yang terindikasi dari kondisi jiwa
berkeluarga yang disebabkan kondisi ibu hamil dan janin terganggu, bayi
emosional yang masih labil, gejolak prematur atau cacat, pendarahan yang
darah muda dan paradigma yang belum hebat ketika melahirkan, berat bayi lahir
matang. Oleh karenanya, praktik rendah (BBLR), ketidaksiapan mental
pernikahan dini dapat merugikan karena mengubah peran menjadi sosok orang
berdampak negatif.8 Polemik regulasi tua, serta problematika lainnya
batas minimal usia perkawinan bagi merupakan dampak yang ditimbulkan
perempuan tidak hanya oleh pernikahan dini yang paska akad
mempermasalahkan pernikahan dini nikah langsung mengalami kehamilan
saja, tetapi juga semakin melebar pada paruh tahun pertama dari
terlebih lagi ketika dikorelasikan dengan perkawinan, meraka tidak menunda
munculnya kompleksitas dampak sosial kekosongan rahim dari pembuahan
(social problems). sperma sampai tibanya masa
kematangan secara jasmani, rahani, dan
Perkawinan usia dini menyebabkan jiwa. Diagram stratifikasi data penyebab
kehamilan muda yang dekat kematian perempuan Indonesia paling
hubungannya dengan kematian, tinggi disumbangkan oleh faktor terlalu
terganggunya kondisi tubuh karena muda dalam kehamilan. Hal ini
belum siap melahirkan. Perempuan usia berkaitan antara usia perempuan saat
di bawah umur (usia 10-15 tahun) perkawinan pertama dengan faktor
memiliki resiko kematian lima kali lebih resiko melahirkan. Semakin muda usia
besar untuk meninggal dunia perkawinan pertama semakin besar
dibandingkan perempuan dewasa. resiko yang dihadapi bagi keselamatan
Secara umum, kehamilan pertama pada kesehatan ibu maupun bayi, secara
usia dini merupakan faktor penyebab mental perempuan muda yang cepat
menikah umumnya sangat rentan
perceraian karena faktor emosi yang
7 BPS Susenas tahun 2014, Kementerian belum stabil, belum memiliki kesiapan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
dan Badan Pusat Statistik, Profil Anak Indonesia
2015, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan 9 Badan Pusat Statistik Susenas tahun
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA), 2014, BPS Susenas. Kementrian Pemberdayaan
2015), . 22-23 Perempuan….. . 22-23
8 M. Ali Ash-Shabun, Perkawinan Islam, 10 BPS Susenas. Kementrian
cet. I, (Solo: Mamtaza, 2008), . 120 Pemberdayaan Perempuan….. . 24
Muhamad Dani Somantri, Dahwadin, Faisal 207

berumah tangga, serta belum siap metode penelitian hukum kepustakaan11.


menerima pengetahuan tentang Pendekatan penelitian dilakukan secara
kehamilan dan persalinan.19 deskriptif analitif dengan cara menelaah
bahan literatur tentang konsep, prinsip12,
Berdasarkan realita data di atas, dan tujuan falsafi hukum Islam. Adapun
terdapat kesenjangan antara kedudukan tujuan dilakukannya penelitian ini
dan fungsi perkawinan yang seharusnya adalah untuk menganalisa status hukum
memberikan kemaslahatan hidup syara melalui metode istinbath al-hukmi
berkeluarga (dasein) dengan keadaan fi al-istihsan terhadap tradisi
empirik di lapangan (dasollen). Padahal perkawinan pada pasangan usia dini
syariat Islam memandang bahwa yang langsung mengalami masa
perkawinan merupakan sarana ibadah kehamilan tanpa menundanya terlebih
yang melahirkan ketenangan hidup, rasa dahulu. Sehingga diharapkan dapat
cinta, dan kasih sayang berkeluarga memberikan kejelasan status hukum
yang pada tahap selanjutnya akan syar’i terkait praktik penundaan
mendapatkan keturunan (hifdzu al-nasl). kehamilan bagi pasangan perkawinan
Demikian juga undang-undang muda dalam upaya mewujudkan
menempatkan perkawinan sebagai program pembangunan keluarga
langkah awal (starting point) berkualitas.
menciptakan keluarga yang sejahtera,
maju, mandiri, harmonis, bahagia lahir C. Pembahasan
batin, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. 1. Konsep Menunda
Kehamilan Menurut Islam
Hemat peneliti, diantara faktor
penyebab yang dianggap krusial Perkawinan hakikatnyan adalah
menimbulkan permasalahan internal bertemunya dua makhluk lawan jenis
keluarga di Indonesia adalah tradisi yang mempunyai kepentingan dan
pasangan perkawinan usia dini yang pandangan hidup yang sejalan, dengan
langsung mengalami kehamilan paska tujuan untuk mewujudkan kehidupan
menikah tanpa terlebih dahulu rumah tangga sakinah, mawadah, dan
menunggu datangnya kedewasaan fisik rahmah. Seiring dengan hal tersebut,
dan psikis. Oleh karenanya, dengan maka dapat diartikan juga bahwa
menunda kehamilan pada perkawinan perkawinan bertujuan untuk membentuk
usia dini akan mendatangkan keluarga yang bahagia, kekal dan abadi
kemaslahatan baik bagi individu, serta tidak putus begitu saja. Karena
keluarga, masyarakat, bangsa dan pada asasnya bahwa perkawinan adalah
negara selaras dengan konsep merupakan ikatan yang kuat (mitsaqan
diturunkannya syariat “daf‟u al-mafasid ghalidzan). Hal ini adalah wajar
muqadamu ala jalbi al-mashalih”. mengingat perkawinan mempunyai
makna yang bermuatan komprehensif,
B. Metodologi yaitu sosial kemasyarakatan, individu,

Berdasarkan objek permasalahan 11


Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
yang menjadi fokus kajian, maka Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
metode penelitian yang digunakan Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hm. 13-14.
adalah yuridis kualitatif, Soerjono Lihat pula Jonny Ibrahim, Teori, Metode, dan
Soekanto dan Sri Mumadji menamakan Panelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia
Publishng, 2007), . 300
dengan metode penelitian normatif atau 12
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat,
Metodologi Penelitian, (Bandung: CV Mandar
Maju, 2002), .23

207
208 Mahkamah, Vol. 3, No. 2, Desember 2018

dan agama. Setiap manusia pasti usaha mengeluarkan sperma di luar


mencita-citakan agar perkawinannya vagina.17 Dengan demikian a‟zl upaya
dapat berlangsung kekal abadi suami untuk melepaskan air sperma di
selamanya, dan tidak menghendaki luar rahim istrinya agar tidak terjadi
terputus ditengah jalan. Tapi pembuahan/konsepsi yang akan
adakalanya, suatu perkawinan oleh berakibat tertundanya masa kehamilan.
sebab-sebab tertentu dapat Aplikasi penerapan a‟zl dilakukan
mengakibatkan tidak dapat diteruskan ketika terjadi hubungan seks. Suami
jadi harus diputuskan di tengah jalan menyengaja menumpahkan sel sperma
atau terpaksa putus dengan sendirinya. di luar vagina istri sesaat sebelum suami
Sebab-sebab tersebut sangatlah banyak mengalami ejakulasi (pengeluaran air
sepanjang sejarah kehidupan manusia.13 mani) yang mengakibatkan tertundanya
proses penyatuan sel sperma atau
Dalam ajaran agama Islam, konsep konsepsi.
menunda atau mencegah kehamilan
(man‟u al-hamli) bukanlah sesuatu yang Menurut Thariq al-Thawari, dalam
baru, sebab usaha menunda kehamilan pandangan ajaran Islam perbuatan a‟zl
pernah dipraktikan oleh para sahabat penundaan kehamilan yang dilakukan
semenjak zaman Nabi Muhammad oleh mayoritas pasangan perkawinan
SAW yang dikenal dengan istilah al-azl. dilatarbelakangi oleh beberapa faktor,
Sebagaimana hadits Nabi yang yaitu: pertama, untuk menjaga kondisi
diriwayatkan Bukhari dari Jabbir, “Kami kesehatan istri dengan pertimbangan
melakukan al-azl pada masa Nabi apabila ia mengalami kehamilan,
Muhammmad SAW, sedangkan ayat al- melahirkan atau menyusui akan
Quran masih diturunkan” (HR. berbahaya baik bagi dirinya maupun
Bukhari). Dalam riwayat Muslim dari anak yang dikandung. Hal ini dilakukan
Jabbir dituliskan bahwa, “Kami pernah tentunya berdasarkan atas hasil
melakukan al-a‟zl di masa Rasulullah pertimbangan diagnosa dari tenaga
SAW, kemudian berita itu sampai medis atau pihak yang dipercaya.
kepadanya, namun Rasulullah tidak Kedua, dilatarbelakangi oleh paradigma
melarang kami” (HR. Muslim).14 Secara normatif keyakinan beragama, bahwa
etimologi al-azl berasal dari kata a‟zala- apabila pasangan perkawinan memiliki
ya‟zilu-a‟zlan, artinya memisahkan atau anak tanpa berbekal persiapan yang
menyingkirkan.15 Sedangkan menurut matang, dikhawatirkan tidak akan
terminologi, al-a‟zal didefinisikan mampu memberi pendidikan anak yang
sebagai suatu usaha membuang sel sesuai dengan tuntutan hukum syara,
sperma di luar rahim ketika merasakan oleh karenya pasangan tersebut
pemancarannya.16Wahbah al-Zuhaili melakukan penundaan kehamilan
menyederhanakan makna a‟zl dengan terlebih dahulu dengan tujuan
menghindari dosa agama. Ketiga,
13
mempertimbangkan situasi dan kondisi
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata
dalam Sistem Hukum Nasional, (Kencana Prenada
istri yang sedang berada pada masa
Media Group. 2008). Jakarta. Hal.128. menyusui, apabila melakukan hubungan
14
Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy- seksual dan kemudian mengalami
Syaukani, Nailul al-Athar, (Beirut: Darl Fikr, t.th), kehamilan dikhawatirkan akan
320 membahayakan anak yang sedang
15
Ahmad Warson Munawir, Kamus
Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, cet.II,
membutuhkan pasokan air susu ibu
(Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), . 927
16 17
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Wahbah al-Zuhaili, Fikih al-Islami wa
dalam Islam, terjemahan oleh Ahmad Semait, adillatuhu, terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani,
(Jakarta: Pustaka Nasional, 2010), 323 dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Jld., IX, . 104
Muhamad Dani Somantri, Dahwadin, Faisal 209

(ASI). Keempat, tidak menginginkan dipegang oleh mayoritas ulama


hamba sahaya perempaun memiliki madzhab Syafi’iyah termasuk imam
anak keturunan dari hasil darah daging Ghazali dengan berlandaskan pada
majikannya. Kelima, keadaan darurat hadits yang diriwayatkan oleh Jabir r.a.,
berkaitan dengan kondisi fisik istri yang “Kami pernah melakukan perbuatan
lemah, ditakutkan apabila hamil akan a‟zl pada masa Rasulullah SAW ketika
mengakibatkan terganggunya kesehatan al-Quran diturunkan, seandainya
istri atau bahkan mendatangkan apabila perbuatan kami itu dilarang,
kematian. Keenam, kondisi kesuburan niscaya ada sebagian ayat al-Quran
(ovulasi) yang dialami oleh istri yang melarang perbuatan kami itu”
sehingga dituntut untuk melakukan a‟zl (HR. Mutafaq a’laih).
guna menunda masa kehamilan
18 Menurut al-Ghazali, tidak ada nash
sementara waktu.
yang mengqiyaskan hukum keharaman
2. Status Hukum Menunda a‟zl, sebab hukum asal yang digunakan
Kehamilan di Kalangan Ulama untuk menentukan kejelasan status
hukum a‟zl adalah menyamakannya
Secara umum, para ulama berbeda dengan hukum meninggalkan nikah atau
pendapat dalam hal menyikapi hukum menghindari hubungan seksual setelah
a‟zl yang dipandang sebagai solusi perkawinan. Perbuatan tersebut (nikah,
alternatif bagi pasangan perkawinan menghindari bersetubuh, a‟zl dan
untuk menunda masa kehamilan atau mempunyai anak) merupakan tahapan
menagguhkan keinginan memiliki anak yang tidak bisa dipisahkan. Apabila
keturunan. Berikut ini beberapa status praktik a‟zl dilarang/diharamkan, maka
hukum syar’i tentang menunda masa perbuatan sejenisnyapun pasti
kehamilan. diharamkan. A‟zl tidak dapat
dikategorikan sebagai perbuatan yang
1.1. Mubah Mutlak identik dengan aborsi sebagai kejahatan
terselubung (wa‟du al-khafi), karena
Terminologi mubah mutlak adalah aborsi termasuk sebuah bentuk
boleh memilih salah satu diantara kejahatan yang dilakukan setelah
melaksanakan atau meninggalkan tanpa adanya anak, sehingga aborsi
adanya alasan tertentu (mutlak), sebab digolongkan sebagai perbuatan dengan
syara telah memberikan izin untuk tingkat kejahatan yang paling keji.
melaksanakan ataupun sebaliknya Mengenai lahirnya seorang anak,
meninggalkan sama sekali. Kelompok ungkap al-Ghazali, tidak saja karena
ulama ini telah menjadikan status menyatunya sel sperma dengan sel
hukum a‟zl sebagai solusi menunda ovum dalam rahim wanita, tetapi juga
kehamilan dengan mubah mutlak, merupakan hasil perbuatan Tuhan
maksudnya syara memberikan (taqdir) Yang Maha Kuasa. Keberadaan
kebebasan memilih bagi pasangan konsepsi sel sperma dalam rahim hanya
perkawinan untuk melakukan a‟zl dalam bagian prasyarat lahiriah proses
rangka menunda kehamilan ataupun terciptanya anak.
tidak melakukan a‟zl, mengusahakan
kehamilan agar memiliki anak Apabila ada pendapat yang
keturunan meskipun tanpa adanya mengharamkan atau memakruhkan
alasan tertentu. Pendapat yang perbuatan a„zl, maka lebih tepatnya
membolehkan a‟zl secara mutlak hukum tersebut disandarkan pada niat
yang menjadi motif perbuatan a„zl.
18
Thariq al-Thawari, KB Secara Islam, Sebab, tidak sedikit dari pasangan
(Solo: PT. Aqwam Media Profetik, 2007), . 16-17

209
210 Mahkamah, Vol. 3, No. 2, Desember 2018

perkawinan yang melakukan a‟zl apabila tanpa didasari izin dari pihak
sebagai metode menunda kehamilan istrinya” (HR. Ibn Majah). Hukum syara
dilatarbelakangi dengan niat keliru. melarang praktik a‟zl tanpa
Diantara niat yang mendasari perbuatan sepengetahuan atau izin dari pihak istri,
a‟zl adalah pihak majikan yang merasa sebab faktor kerelaan pihak istri menjadi
takut apabila hamba sahayanya merdeka salah satu syarat kebolehan a‟zl, hal itu
setelah melahirkan, menjaga kondisi dilakukan berdasarkan analisis yang
istri agar selalu terlihat cantik berkaitan dengan permaslahan akad
dikarenakan belum punya anak, (ikatan) perkawinan, pemenuhan hak
ketakukan tidak dapat menunaikan dan tanggung jawab suami istri, dan
nafkah apabila punya banyak anak, kebolehan memiliki anak keturunan.
kekhawatiran melahirkan anak
perempuan yang dianggap membawa Pertama, alasan yang berkaitan
kehinaan bagi keluarga (tradisi dengan unsur akad/ikatan, perkawinan
jahiliyah), menjaga penampilan diri agar merupakan sebuah ikatan suci antara
selalu terlihat menarik.19 laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh bangunan rumah tangga
1.2. Mubah Muqayad harmonis didasari ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Memelihara
Mubah muqayad adalah ketetapan ikatan/akad perkawinan berupa
hukum syara yang memperbolehkan timbulnya rasa kerelaan merupakan
untuk mengerjakan suatu perbuatan wujud nyata yang dilakukan pasangan
dengan persyaratan tertentu atau suami istri untuk menunaikan
meninggalkannya sama sekali. Ulama kewajiban. Teori akad menyebutkan
lain memberikan hukum mubah bahwa indikator keabsahan akad/ikatan
muqayad terhadap penundaan terukur dengan adanya asas kerelaan
kehamilan pada perkawinan, artinya hati (prinsip al-ridhaiyah) dari kedua
menunda kehamilan pada perkawinan belah pihak yang berakad (al-a‟qidaini).
hukumnya diperbolehkan tetapi harus Sebagaimana kaidah fikih, labuda min
memenuhi persyaratan tertentu, apabila al-taraadhiy fi jami‟i uquudi il-
belum sampai memenuhi persyaratan, mu‟awadhati wa uquudi al-ta‟baru‟ati,
lebih baik dijauhi, khawatir akan artinya “diharuskan adanya saling
mendekati hukum makruh tahrim kerelaan dalam setiap akad, baik yang
(makruh dekat degan keharaman) atau sifatnya bisnis ataupun sumbangan
boleh pula meninggalkannya, karena Allah semata.”
perkawinan yang langsung
mengusahakan kehamilan. Bentuk Salah satu usaha memelihara akad
pemenuhan persyaratan yang dimaksud perkawinan dapat dilakukan melalui
adalah atas dasar adanya permintaan izin lebih terlebih dahulu
keridhaan/kerelaan dari pihak istri. dari suami kepada istri ketika akan
Status hukum mubah muqayad terhadap melakukan a‟zl dalam hubungan
a‟zl sebagai metode penundaan seksual. Apabila a‟zl dilakukan tanpa
kehamilan pada perkawinan diperkuat sepengetahuan pihak istri atau
oleh mayoritas kalangan ulama keridhaanya, maka hukum syara
Hanabilah yang berpegang pada mengaharamkan. Sebab unsur
landasan hukum dari hadits dalam pemaksaan akan menggurkan keridhaan,
riwayat Umar Ibn Khattab, “Rasulullah sesuai kaidah fikih al-ikrahu yasquthu
SAW pernah melarang perbuatann a‟zl al-ridha. Kedua, alasan yang
berhubungan dengan unsur hak dan
19
Abu Malik Kamal, FIkih Sunah Wanita, kewajiban, setelah dilangsungkannya
(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007), . 65-66
Muhamad Dani Somantri, Dahwadin, Faisal 211

akad perkawinan, maka seketika itu pula dianugrahi anak, dianggap belum
antara laki-laki dan perempuan berubah merasakan kesempurnaan berumah
status menjadi pasangan suami istri tangga, tidak sedikit dari pasangan
yang berdampak lahirnya tanggung suami istri yang mengharapkan anak
jawab baru berkaitan dengan dalam waktu yang relatif lama.
pemenuhan hak dan kewajiban rumah
tangga. Kewajiban suami merupakan Dengan demikian, apabila pasangan
rangkaian hak istri yang harus perkawinan akan melakukan a‟zl guna
terpenuhi, sedangkan kewajiban istri menunda lahirnya anak, maka suami
sama dengan hak suami yang harus wajib mempertanyakan keridhaan dari
dijalankan. Diantara hak istri yang pihak pasangannya (istri) karena hal itu
menjadi kewajiban suami untuk merupakan representasi persetujuan
direalisasikan adalah memberikan kebolehan yang dibuktikan berupa izin
nafkah secara menyeluruh lahir dan yang diikrarkan oleh istri.
batin, seperti memberikan kepuasan
kepuasan terhadap istri dalam 1.3. Makruh
berhubungan seksual sebagai nafkah
batin suami yang menjadi hak istri. Makruh adalah ketetapan hukum
Ketika perbuatan a‟zl dilakukan dalam syara terhadap suatu perbuatan mukalaf
hubungan seksual antar pasangan yang apabila dilaksanakan tidak akan
perkawinan, secara tidak langsung mendapat pahala kebaikan, sebaliknya
suami telah melanggar sebagian apabila ditinggalkan tidak akan
kewajibannya secara sengaja. Dengan memperoleh dosa, namun hukum lebih
kata lain, pihak istri terhalang dari baik dihindari karena terdapat hikmah
haknya, oleh karena itu, syara keutamaan di dalamnya. Hukum a‟zl
mewajibkan bagi suami untuk meminta yang lainnya sebagai metode penundaan
maaf atau memohon izin terlebih dahulu kahamilan adalah makruh, maksudnya
kepada istri pada saat akan melakukan Islam menganjurkan kepada pasangan
praktik a‟zl dalam hubungan seksual. suami istri agar meninggalkan perbuatan
Tujuannya agar istri tidak merasa a‟zl dari pada melakukannya. Praktik
keberatan (ridha) apabila sebagian dari a‟zl lebih baik dihindari dengan catatan
haknya yakni mendapakan kepuasan tidak ada motif (illat) yang termasuk ke
nafkah batin dari suami tidak dipenuhi. dalam kategori darurat syara, seperti
pertimbangan aspek kesehatan bagi istri
Ketiga, alasan yang berkaitan pola atau anak, sedang menyelesaikan
pandang kedudukan anak keturunan, pendidikan ilmu agama, kekhawatiran
salah satu tujuan dianjurkannya tidak dapat memberikan pendidikan
perkawinan adalah untuk memperoleh yang terbaik bagi anak dikarenakan
anak keturunan dari perjalanan ikatan kesiapan yang belum matang.
yang sah dan suci. Keberadaan Kelompok ulama yang memakruhkan
keturunan bagi keluarga berfungsi hukum a‟zl sebagai sebuah metode
sebagai fasilitas guna mengabadikan menunda kahamilan didukung oleh
ikatan keluarga melalui kiprah generasi kalangan ulama Malikiyah dan
penerus. Sebab, ketercapaian tujuan Hanafiyah yang merujuk pada hadits
perkawinan ditandai dengan kehadiran Nabi SAW dalam riwayat Anas Ibn
anak keturunan. Perkawinan yang Malik: “Dahulu Rasulullah SAW selalu
langsung dikaruniai anak menunjukan memerintah kami untuk menikah dan
rumah tangga yang berhasil, bahkan beliau sangat melarang kami untuk
dijadikan sebuah kebahagiaan. membujang (tidak mau menikah untuk
Sebaliknya perkawinan yang belum selama-lamanya). Kemudian beliau

211
212 Mahkamah, Vol. 3, No. 2, Desember 2018

bersabda: Nikahilah oleh kalian wanita Pendapat yang mengharamkan secara


yang penuh kasih sayang dan subur. mutlak praktik a‟zl digagas oleh
Karena sesungguhnya pada hari kiamat kalangan ulama tekstualitas madzhab
kelak, aku akan berbangga di hadapan Dhawahiriyah, salah satunya Ibnu Hazm
para nabi dengan jumlah kalian yang al-Andalusia yang berpegang pada dasar
banyak” (HR. Abu Dawud) hukum hadits Rasulullah SAW: “Dari
Aisyah, dari Judamah binti Wahab,
Kandungan redaksi hadits di atas saudara perempuan bangsa Akaasyah
menganjurkan kepada umat Islam, agar berkata: Aku hadir ketika Rasulullah
melangsungkan perkawinan (jangan SAW yang berada di tengah-tengah
membujang) dengan perempuan yang orang, kemudian beliau bersadba:
disayangi dan memiliki kondisi Sesungguhnya semula akau melarang
kesuburan rahim (ovulasi) sebab dengan (kalian) dari perbuatan gillah. Lalu aku
kasih sayang dan kesuburan istri, melihat bangsa Romawi dan Persia
perkawinan akan menghasilkan banyak dimana mereka melakukan gillah
anak keturunan. Secara eksplisit praktik terhadap anak-anak mereka. ternyata
a‟zl sebagai metode penunda masa hal itu tidak membahayakan anak-anak
kehamilan sangat bertentangan dengan mereka”. Kemudian para shahabat
isi hadits yang menganjurkan banyak bertanya kepada beliau tentang „azl.
anak. Dengan adanya a‟zl kehamilan Maka Rasulullah SAW bersabda : “Itu
istri menjadi tertunda yang berakibat adalah pembunuhan tersembunyi” (HR.
jumlah anak terbatas. Sehingga tujuan Muslim)
perkawinan yaitu untuk memperbanyak
keturunan umat nabi Muhammad SAW Ibnu Hazm mengaharmkan a‟zl
tidak tercapai. Oleh karenanya, menurut secara mutlak, baik perempuan merdeka
madzhab Hanafi dan Maliki praktik mupun hamba sahaya. Beliau merujuk
menunda masa hamil untuk punya anak pada hadits dalam riwayat Aisyah yang
keturunan dengan metode a‟zl dianggapnya sebagai hadits shahih. Pada
hukumnya adalah makruh. Untuk mulanya memang a‟zl diharamkan
meraih kemaslahatan, Islam karena mengingat semua status hukum
memerintahkan agar a‟zl dalam perbuatan diperbolehkan selama belum
perkawinan ditinggalkan daripada ada dalil yang menunjukan keharaman.
dilaksanakan. Hadits dari Aisyah itu menghapus
(nasikh) hadits yang menghalalkan a‟zl,
1.4. Haram Mutlak sebab secara tidak langsung perbuatan
tersebut dianggap sebagai bentuk usaha
Haram mutlak adalah ketetapan pembunuhan bayi dengan cara
hukum syara yang dibebankan kepada terselubung (wa‟dul al-khafi). Pendapat
orang mukalaf terhadap suatu perbuatan Ibnu Hazm yang mengharamkan a‟zl
hukum yang apabila dilaksanakan akan mendapat komentar dari kalangan
mendapat kemadaratan, sebaliknya jika ulama, diantaranya Ibnu Hajar yang
ditinggalkan akan memperoleh kebaikan menyatakan bahwa: (1) hadits Judaman
tanpa alasan apapun. Status hukum a‟zl yang diterima dari Aisyah bertentangan
sebagai metode penundaan kehamilan dengan hadits yang jumlah perawinya
adalah haram mutlak, maksudnya status lebih banyak. Makna kandungan hadits
hukum yang disandarkan pada metode tersebut bertolaKBelakang dengan
a‟zl bagi pasangan perkawinan yang jika redaksi dua hadits yang diriwayatkan
dilakukan akan memperoleh oleh Jabir dan Abu Hurairah yang
kemadaratan, namun apabila dijauhi membolehkan a‟zl; (2) walaupun
akan mendatangkan kemasalahatan. praktik a‟zl dianalogikan seperti
Muhamad Dani Somantri, Dahwadin, Faisal 213

mengubur bayi yang masih hidup, kehamilan.21 Sedangkan bentuk institusi


namun tidak serta merta status resmi yang bertujuan melakukan
hukumnya menjadi haram; (3) antara perencanaan pendampingan, memberi
hadits Judamah dan hadits yang pembekalan, dan memandu penggunaan
menyebutkan pengingkaran Nabi SAW alat kontrasepsi disebut dengan istilah
terhadap tradisi kaum Yahudi dapat KB, kepanjangan dari keluarga
22
disamakan maksud dan tujuannya berencana.
dengan hukum makruh tanzih, karena
a‟zl dikhususkan agar wanita tidak Menurut Suratun, etimologi
mengalami masa hamil; dan (4) praktik kontrasepsi berasal dari dua akar kata,
a‟zl tidak boleh dimaknai sebagai usaha yakni kontra dan konsepsi. Kontra
penguburan bayi, sebelum sel sperma artinya melawan atau mencegah,
mengalami konsepsi dalam rahim istri.20 sementara konsepsi mengandung makna
pembuahan, penyatuan, atau pertemuan
Meskipun demikian, memang antara sel telur dengan sel sperma yang
secara teknis tak dapat dipungkiri bahwa akan mengakibatkan kehamilan.23
praktik a‟zl bisa juga menjadi haram, Kamus Besar Bahasa Indonesia
terlarang dalam ajaran Islam apabila mendefinisikan kontrasepsi sebagai cara
keberadaannya merusak harmonisasi untuk mencegah kehamilan
hubungan rumah tangga sebagai tujuan menggunakan alat atau obat pencegah
perkawinan. Kerukunan berumah tangga kehamilan, seperti spiral, kondom, atau
diantaranya berkaitan dengan naluri pil anti hamil.24
syahwat untuk mencapai orgasme ketika
melakukan hubungan seksual. Jadi pengertian kontrasepsi adalah
suatu usaha untuk melawan, mencegah,
3. Konsep Menunda Kehamilan atau menghindari terjadinya kehamilan
Menurut Undang-Undang dengan menggunakan alat medis
tertentu agar tidak terjadi penyatuan sel
Menunda kehamilan adalah sperma dan sel telur ketika melakukan
serangkaian usaha yang dilakukan hubungan seksual. Kontrasepsi sebagai
secara sengaja oleh pasangan metode pencegah kehamilan yang
perkawinan dalam rangka menghalangi memiliki beberapa karakteristik,
terjadinya proses penyatuan sel sperma diantaranya dilakukan dengan
dengan sel telur (konsepsi) dalam rahim menggunakan alat atau obat, dampaknya
yang mengakibatkan tertundanya masa bersifat sementara atau permanen,
kehamilan istri mempunyai anak mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
keturunan. Pada tahapan teknisnya, tata atau kesuburan, melumpuhkan sel
cara menunda kehamilan bagi pasangan sperma, dan menghalangi pertemuan sel
perkawinan memiliki ungkapan
kebahasaan yang berlainan, tergantung 21
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
sudut pandang dari jenis disiplin ilmu Tentang Perkembangan Kependudukan dan
yang melarbelakanginya. Ajaran Islam Pembangunan Keluarga Bab I Ketentuan Umum
menyebut metode atau alat pencegahan Pasal 1 poin 8
22
kehamilan dengan istilah a‟zl, regulasi https://id.wikipedia.org/wiki/Pengaturan_kelahiran#
peraturan perundang-undangan yang Efek. Diakses pada hari Sabtu tanggal 28 Juli 2018
berlaku di Indonesia sering pukul 08.50 WIB
23
menuliskannya dengan istilah Suratun (at all), Pelayanan Keluarga
kontrasepsi atau pengaturan Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi, (Jakarta:
Trans Info Media, 2008), . 7
24
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
20
Thariq al-Thawari, KB Secara Islam…., . Indonesia, cet. IV, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
84-85 Utama, 2011), . 730

213
214 Mahkamah, Vol. 3, No. 2, Desember 2018

sperma, sehingga efektivitas hak kesehatan reproduksi manusia yang


keberhasilan kontrasepsi hampir mencakup: (1) promisi dan konseling
mencapai 100% dalam usaha menunda kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak
kehamilan pasangan perkawinan. (KHIBA); (2) pencegahan penyakit
menular seksual seperti HIV (Human
4. Tujuan Program Keluarga Immunodeficiency Virus), dan AIDS
Berencana (Acquired Immune Deficiency
Syndrome); (3) pencegahan penyakit
Untuk meresmikan kedudukan kanker alat reproduksi (KAR); (4)
kontrasepsi sebagai metode pengatur pencegahan dan penanganan alat
kelahiran anak yang akan berkontribusi infertilitas; dan (5) kesehatan alat
dalam upaya mewujudkan reproduksi remaja (KRR).28 Khusus
pembangunan keluarga nasional yang point (5), unsur kesehatan reproduksi
berkualitas sekaligus menekan remaja menjadi bagian integral yang tak
mobilisasi jumlah penduduk, maka terpisahkan dari keutuhan kesehatan
pemerintah telah mengaturnya melalui remaja sesuai amanat Undang-Undang
program pencanangan keluarga Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
berencana.25 Makna keluarga berencana Kesehatan Pasal 136 ayat (1) upaya
adalah upaya mengatur kelahiran anak, pemeliharaan kesehatan remaja harus
jarak dan usia ideal kelahiran, melalui ditunjukan untuk mempersiapkan
promosi, perlindungan, dan bantuan menjadi orang dewasa yang sehat dan
sesuai dengan hak reproduksi untuk produktif, baik sosial maupun ekonomi;
mewujudkan keluarga yang ayat (2) upaya pemeliharaan kesehatan
26
berkualitas. Karena melalui remaja sebagaimana yang dimaksud
pengaturan kelahiran anak diharapkan pada ayat (1) termasuk alat reproduksi
dapat membantu pasangan suami istri remaja dilakukan agar terbebas dari
agar melahirkan pada usia yang ideal, berbagai gangguan kesehatan yang
memiliki cukup jumlah anak, dan dapat menghambat kemampuan
mengatur jarak kelahiran anak dengan menjalani kehidupan reproduksi yang
menggunakan cara, alat, dan obat sehat.29
kontrasepsi.27
Peraturan Pemerintah Nomor 87
Selain itu, penerapan program Tahun 2014 Tentang Perkembangan
keluarga berencana, alat kontasepsi Kependudukan dan Pembangunan
secara tidak langsung telah Keluarga, Keluarga Berencana, dan
merealisasikan perlindungan terhadap Sistem Informasi Keluarga menjelaskan
lebih lebar tentang tujuan
25
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 diselenggarakannya program keluarga
Tetang Perkembangan Kependudukan dan berencana adalah, pertama, mengatur
Pembangunan Keluarga Bab Ketentuan Umum Pasal kehamilan yang diinginkan. Kedua,
20 menjaga kesehatan dan menurunkan
26
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
Tetang Perkembangan Kependudukan dan
angka kematian ibu, bayi, dan anak.
Pembangunan Keluarga Bab Ketentuan Umum Pasal
28
1 poin 8. Pengertian keluarga berencana yang sama Surya Chandra Surapaty (at. all), Buku
dinyatakan pula dalam Peraturan Pemerintah Nomor Kebijakan Program Kependudukan, Keluarga
87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Berencana, dan Pembangunan Keluarga dalam
Kependudukan, keluarga berencana, dan sistem Mendukung Keluarga Sehat, (Jakarta: BKKBN,
Informasi Keluarga Bab I Ketentuan Umum 2016), . 46
27 29
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tetang Perkembangan Kependudukan dan Tentang Kesehatan. Lihat juga Peraturan Pemerintah
Pembangunan Keluarga Bab Ketentuan Umum Pasal Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
1 point 9 Reproduksi
Muhamad Dani Somantri, Dahwadin, Faisal 215

Ketiga, meningkatkan akses dan kualitas keluarga.32


informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan keluarga berencana, dan Anggota keluarga terutama
kesehatan reproduksi. Keempat, pasangan suami istri yang masih berusia
meningkatkan partisipasi dan kesertaan subur merupakan akseptor penting yang
pria dalam praktik keluarga berencana. dianjurkan mengikuti kebijakan
Dan kelima, mempromosikan program keluarga berencana agar
penyusuan bayi sebagai upaya mendapat keturunan ideal dengan
30 keteraturan jumlah anak. lebih jauh,
menjarangkan jarak kehamilan.
tujuan akseptor mengikuti program
Sarwono dalam bukunya merinci keluarga berencana yang ditawarkan
prioritas program keluarga berencana pemerintah diharapkan dapat menerima
yaitu (1) pemberdayaan masyarakat rangkaian program positif wujud
untuk membangun keluarga kecil konkret membangun keluarga nasional
berkualitas; (2) menggalang kemitraan seutuhnya. Sebaliknya, apabila institusi
dalam peningkatan kesejahteraan, keluarga yang dianggap masih layak
kemandirian, dan ketahanan keluarga; menjadi akseptor namun tidak
(3) meningkatkan kualitas pelayanan mengikuti program keluarga berencana,
keluarga berencana dan kesehatan dikhawatirkan akan menimbulkan
reproduksi; (4) meningkatkan promosi, problematika berkaitan dengan
perlindungan dalam upaya nyata permasalahan ketidakseimbangan antara
mewujudkan hak reproduksi; (5) reproduksi keturunan yang tak
meningkatkan upaya pemberdayaan terkontrol dengan minimnya
perempuan untuk mewujudkan kematangan aspek ekonomi atau tingkat
kesetaraan dan keadilan gender melalui pendidikan yang akhirnya berdampak
program keluarga berencana; dan (6) negatif terhadap perkembangan sumber
mempersiapkan sumber daya manusia daya manusia. Fenomena demikian
yang unggul dan berkualitas sejak secara tidak langsung tentunya akan
pembuahan dalam kandungan sampai menghambat cita-cita negara Indonesia
dengan lanjut usia.31 Berdasarkan uraian dalam hal mempercepat laju program
tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pemerintah membangun keluarga
pokok program keluarga berencana nasional seutuhnya sebagaimana amanat
ialah membentuk keluarga yang unggul, yang disampaikan oleh Pembukaan
berkualitas, sehat, dan mandiri. Sebab, Undang-Undang Dasar 1945 berkaitan
widharna berpandangan bahwa pembangunan bangsa.
substansi tugas utama keluarga adalah
sebagai sarana dalam memenuhi 5. Analisa Hukum Islam
kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial
anggota yang mencakup pemeliharaan, Istihsan merupakan suatu metode
perawatan anak keturunan, bimbingan ushul fikih yang digunakan dalam
perkembangan kepribadian serta penggalian ketetapan hukum Islam
kepentingan sikap spiritual internal (istinbath al-hukmi) dengan cara
memindahkan status suatu hukum
perbuatan/benda yang telah ditetapkan
melalui keabsahan syara kepada hukum
30
Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun baru yang dianggap lebih baik untuk
2014 Tentang Perkembangan Kependudukan, diterapkan atau ditinggalkan
Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga
bagian kesatu Umum Pasal 18, . 12-13
31 32
Prawirihardjo Sarwono, Faktor yang Indra Wirdhana, Delapan Fungsi
Mempengaruhi Perkembangan KB, (Jakarta: Keluarga, (Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan
Yayasan Bina Pusataka, 2005), . 1 Remaja, 2013), . 2

215
216 Mahkamah, Vol. 3, No. 2, Desember 2018

berdasarkan adanya indikator tingkat dan Bayi terutama pada masa hamil atau
kemaslahatan atau kesulitan. Jenis persalinan akibat perebutan kebutuhan
istihsan yang diaplikasikan terhadap asupan gizi yang tidak seimbang antara
penggalian hukum praktik penundaan ibu yang mengandung dengan janin; (2)
kehamilan pada perkawinan usia muda gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
dalam mewujudkan institusi keluarga emosional yang dialami oleh calon ibu
yang berkualitas adalah istihsan bi al- akibat ketidaksiapannya untuk berubah
mashlahati, artinya mencari model peran menjadi orang tua; (3) minimnya
hukum yang lebih baik dengan alasan pengetahuan dan pengalaman dalam
(i‟llat) prioritas pertimbangan mengurus kehidupan rumah tangga,
kemaslahatan. sehingga apabila menghadapi
permasalahan keluarga sering dihadapi
Hukum asal dari praktik menunda dengan pertengkaran dan jarang
kehamilan adalah mubah atau boleh berakhir pada perceraian; (4) tradisi
berdasarkan pada metode qiyas/analog putus sekolah, berhenti mengenyam
yang menyamakan antara perbuatan pendidikan formal (drop out), terutama
menunda kehamilan dengan kegiatan bagi kalangan yang dikategorikan
bermuamalah sesuai kaidah fikih al- pemerintah sebagai usia wajib
ashlu fi al-mu‟amalah al ibahah hatta menempuh pendidikan dua belas tahun
an yadulla dalilun a‟la tahrimiha. (wajardiknas).
Maksudnya perbuatan menunda
kehamilan boleh dilakukan ataupun Dan masih banyak dampak negatif
boleh pula ditinggalkan dan tidak akan lainnya yang ditimbulkan oleh praktik
mengakibatkan adanya sanksi hukum kehamilan pada perkawinan usia di
syara baik dalam bentuk pahala maupun bawah umur, baik dalam bidang
dosa. kesehatan keluarga, hak kesehatan
reproduksi wanita, kesehatan jasmani
Sementara apabila merujuk pada dan rohani, ketahanan ekonomi, tingkat
hasil penelitian ilmiah tentang fenomena pendidikan, dan sosial kemasyarakatan
sosial kehamilan pada perkawinan usia yang semuanya secara tidak langsung
di bawah umur berikut ragam akan menjadi hambatan dalam
problematiknya, maka akan ditemukan mewujudkan cita-cita membangun
data empirik terkait dampak negatif bangsa seutuhnya.
(mafsadah) yang ditimbulkan oleh
praktik kehamilan pada perkwinan usia Berdasarkan fakta objektif di atas,
di bawah umur baik bagi individu, maka istihsan berpandangan bahwa
keluarga, lingkungan sosial, dan terkait implikasi negatif dari hasil
masyarakat. Terlebih lagi ketika praktik kehamilan pada perkawinan di
dikorelasikan keberadaanya dengan bawah umur, harus dicegah, ditolak,
program pemerintah mewujudkan atau dihindari melalui solusi alternatif
pembangunan keluarga nasional yakni prorgam keluarga berancana (KB)
seutuhnya. dengan cara menggunakan alat, obat,
metode kontrasepsi yang bertujuan
Berdasarkan atas hasil kajian untuk menunda masa kehamilan pada
penelitian ilmiah para ilmuan di perkawinan di bawah umur,
lapangan, ada beberapa permasalahan sebagaimana kaidah fikih menegaskan
argumen hukum (i‟llat) akibat praktik daf‟ul mafasid muqadamu a‟la jalmi al-
kehamilan pada perkawinan di bawah mashalih (mencegah kemadaratan harus
umur, diantaranya: (1) menyebabkan diprioritaskan dari pada mendatangkan
tingginya tingkat resiko kematian Ibu kemaslahatan).
Muhamad Dani Somantri, Dahwadin, Faisal 217

Alhasil, hukum asal menunda


kehamilan adalah diperbolehkan (al-
ibahah), namun apabila tradisi D. Kesimpulan
kehamilan pada perkawinan usia di
bawah umur dapat mengakibatkan Dari uraian di atas, dapat ditemukan
timbulkan problematika kemadaratan beberapa catatan penting:
yang bertolakbelakang dengan tujuan
falsafah hukum Islam (i‟llat bi al- a. Menurut ajaran Islam,
maslahat), maka menurut istihsan hukum memiliki anak keturunan adalah
perbuatan tersebut wajib hukumnya mubah/diperbolehkan. Para ulama
ditinggalkan melalui solusi alternatif berbeda pendapat mengenai hukum
mengikuti program penundaan menunda kehamilan bagi pasangan
kehamilan terutama pada pasangan suami istri, yaitu: mubah, mubah
perkawinan usia di bawah umur. Secara mutlak, makruh, dan haram. Jadi secara
sederhana analisa hukum dengan normatif praktik menunda kehamilan
menggunakan metode istihsan dapat belum sampai pada tahapan hukum yang
dilihat pada bagan berikut: bersifat mewajibkan.

Bagan Analisa Hukum: b. Merujuk pada temuan


empirik data penelitian tentang praktik
Hukum asal kehamilan, terutama yang dialami oleh
Mengalami masa pasangan perkawinan di bawah umur
Kehamilan: mubah ternyata berimplikasi negatif (madharat)
mutlak baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa bahkan negara. Secara tidak
Hukum Menunda langsung kehamilan pada perkawinan
Kehamilan/a’zl: mubah, usia dini telah menghambat
mubah muqayad, pembangunan keluarga seutuhnya. Oleh
makruh, dan haram karena itu, berdasarkan analisa metode
istihsan dengan pertimbangan adanya
prinsip al-mashlahat al-khas dan al-
i’llat hukum: mashlahatu al-am dan kaidah daf‟ul
Hamil di Usia Muda mafaasid muqadamu ala jalbi al-
berimplikasi negatif (madharat) mashaalih, untuk mewujudkan keluarga
terhadap: individu, keluarga, berkualitas, maka hukum menunda
masyarakat, agama, kesehatan kehamilan pada perkawinan di bawah
fisik/psikis, ekonomi, umur adalah wajib syar’i.
pendidikan, sosial, bangsa dan
negara. E. Daftar Pustaka

al-Ashfahani, Raghib. t.th. al-Mufraadat fi


Ghriibi al-Quran. Jilid I. Beirut:
Penemuan hukum Maktabah Nazar Musthafa.
melalui Istihsan:
Wajib: (1) untuk al-Thawari, Thariq. 2007. KB Secara
mencegah kehamilan usia Islam. Solo: PT. Aqwam Media
muda; (2) usaha untuk Profetik.
menunda kehamilan pada
usia muda, sesuai dengan al-Zuhaili, Wahbah. 2011. Fikih al-Islami
kaidah: daf’ul mafasid wa Adillatuhu, Terjemahan
muqadamu a’la jalbi al- Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.

217
218 Mahkamah, Vol. 3, No. 2, Desember 2018

Jakarta: Gema Insani. Reproduksi. Sekretariat Negara


RI. Jakarta.
Ash-Shabun, M. Ali . 2008. Perkawinan
Islam. cet. I. Solo: Mamtaza. Republik Indonesia. 2014. Peraturan
Pemerintah Nomor 87 Tahun
Asy-Syaukhani, Muhammad bin Ali bin 2014 Tentang Perkembangan
Muhammad. t.th. Nailul al- Kependudukan, Keluarga
Athar. Beirut: Darl Fikr. Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga. Sekretariat Negara RI.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengaturan_k Jakarta.
elahiran#Efek. Diakses pada hari
Sabtu tanggal 25 Juli 2018 pukul Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang
20.50 WIB Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Sekretariat Negara
Ibrahim, Jonny. 2007. Teori, Metode, dan RI. Jakarta.
Panelitian Hukum Normatif.
Malang: Bayumedia Publishng. Sarwono, Prawirihardjo. 2005. Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan KB. Jakarta: Yayasan Bina
dan Perlindungan Anak dan Pusataka.
Badan Pusat Statistik. 2015.
Profil Anak Indonesia. Jakarta: Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.
Kementerian Pemberdayaan 2002. Metodologi Penelitian.
Perempuan dan Perlindungan Bandung: CV Mandar Maju.
Anak (KPP&PA).
Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri.
Koran Harian Kompas. edisi 20. Juni 2015. 2001. Penelitian Hukum
Pernikahan Dini Memicu Normatif (Suatu Tinjauan
Masalah. Singkat). Jakarta: Rajawali Pers.

Malik Kamal, Abu. 2007. Fikih Sunah Suratun (at all). 2008. Pelayanan Keluarga
Wanita. Jakarta: Pena Pundi Berencana dan Pelayanan
Aksara. Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
Media.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet. IV. Jakarta: PT. Surapaty, Surya Chandra (at. all). 2016.
Gramedia Pustaka Utama. Buku Kebijakan Program
Kependudukan, Keluarga
Qardhawi, Yusuf. 2010. Halal dan Haram Berencana, dan Pembangunan
dalam Islam. Jld. IX. Keluarga dalam Mendukung
Terjemahan oleh Ahmad Semait. Keluarga Sehat. Jakarta:
Jakarta: Pustaka Nasional. BKKBN.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Warson Munawir, Ahmad. 2002. Kamus
Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Munawir Arab-Indonesia
Perkembangan Kependudukan Terlengkap. Cet.II. Surabaya:
dan Pembangunan Keluarga. Pustaka Progresif.
Sekretariat Negara RI. Jakarta.
Wirdhana, Indra. 2013. Delapan Fungsi
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Keluarga. Jakarta: Direktorat
Pemerintah Nomor 61 Tahun Bina Ketahanan Remaja.
2014 Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai