SKRIPSI
DIKERJAKAN OLEH
Wina Asmaria sitepu, 2019, Judul Skripsi: Pengendesen Luah Dalam Upacara
Adat Erdemu Bayu Etnik Karo Kajian : Semiotik
Upacara adalah merupakan salah satu bentuk kongkrit budaya yang menggunakan
simbol sebagai media untuk menyampaikan harapan, doa, serta komunikasi yang
terdapat di dalamnya. Upacara pengendesen luah merupakan bagian dari upacara
adat erdemu bayu suku Karo. suatu adat yang dijalankan terjadi transaksi
komunikasi yang terdapat penggunaan simbol sebagai media komunikasi untuk
menyampaikan doa serta harapan. Peneleitian ini guna mendeskripsikan bentuk,
fungsi serta makna simbol yang terdapat dalam upacara adatpernikahansuku Karo.
Manfaat penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penulis dalam menambah
pengetahuan mengenai pengendesen luah dalam upacara adat erdemu bayu etnik
Karo, sebagai bahan referensi dan acuan bagi pengembangan penelitian
berikutnya yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini dan sebagai bahan
kepustakaan budaya Karo yang mulai ditinggalkan karena perngaruh jaman
modern. Metode yang digunakan dalam penelitian judul ini adalah metode
deskriptif kualitatif.Serta teori yang digunakan adalah teori semiotik dari Pierce
yang mengemukakan tanda menjadi 3 bagian yaitu; ikon, indeks, dan simbol.
Metode deskriptif kualitatifialah suatu prosedur atau cara memecahkan masalah
penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki serta bagaimana
menggambarkan secara objektif dan pasti tentang setiap simbol yang terdapat
dalam upacara adat pengendesen luah suku Karo. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa setiap simbol yang digunakan dalam upacara adat
pengendesen luah ini memiliki kekuatan doa serta harapan yang diberikan
keluarga sebagai pegangan kuat dan menjadi panutan pengantin dalam menjalani
rumah tangga yang baru, melalui makna simbol yang terdapat di dalamnya
memiliki nilai budaya yang dianggap penting dan masih dipercaya dalam sebuah
adat oleh masyarakat Karo yang telah dilahirkan oleh para leluhur sebagai suatu
identitas sebuah daerah.
Kata kunci : upacara adat, simbol, semiotik
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan karunianya yang melimpah penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Pengendesen Luah Dalam Upacara Erdemu
Bayu Pada Etnik Karo: Kajian Semiotik”.
Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan
kelulusan tingkat Sarjana 1 (S-1) pada Program Studi Sastra Batak, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini dapat tertulis dengan baik atas
dukungan dan peran dari dosen pembimbing penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing penulis yaitu; Ibu
Dra. Herlina Ginting M.Hum, serta Bapak Drs.Ramlan Damanik M.Hum yang
telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu dan membimbing
penulis dalam upaya penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini memiliki beberapa bagian yaitu; Bab I yang berisi pendahuluan
yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian. Bab II dengan kajian pustaka yang mencakup kepustakaan
yang relevan, pengertian luah, tahapan-tahapan pernikahan suku Karo dan
pengertian semiotik. Bab III berisi metode penelitian yang mencakup metode
dasar, lokasi penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data. Bab IV berisikan pembahasan dan pada Bab V berisikan
kesimpulan dan saran.
Penulis menyadari skripsi ini masih belum sempurna karena bidang ilmu
yang penulis miliki sangat minim. Namun berkat bimbingan para dosen selama
penulis dalam masa perkuliahan, maka skripsi ini dapat selesai dengan
sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan skripsi ini dikemudian hari. Terima kasih.
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENARUH
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan
Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
lainnya yang telah memberikan akses pendidikan yang layak dan nyaman
3. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum selaku Ketua Program Studi Sastra
juga telah memberikan arahan dan kritik yang membangun pada penulis
5. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum selaku pembimbing I penulis yang telah
v
Universitas Sumatera Utara
6. Bapak Dsa. Ramlan Damanik, M.Hum selaku pembimbing II dan juga
tenaga, pikiran, nasihat dan arahan serta motivasi yang sangat baik untuk
7. Segenap dosen Sastra Batak yang penuh kasih sayang memberikan ilmu
serta Bapak Sekula Pinem yang dengan sepenuh hati telah mengajar dan
Jenda Malem Bangun, Riduan Bangun yang telah banyak membantu dan
penelitian skripsi
10. Saudara/i penulis, Maria Fransiska Sitepu, Maria Veronika Sitepu, Sevania
Karolina Sitepu, Desi Pinem yang dengan senang hati dan senantiasa
vi
Universitas Sumatera Utara
11. Sahabat-sahabat penulis, Juni Elfrida Purba, Fernando Manalu, Fitmeg,
dan juga kepada serta kepada kakak abang stambuk 2012, 2013, 2014
menyusun skripsi.
skripsi, Jhonli Pangaribuan, Fajar Siahaan, Dwi Novia Sirait, Lilian Vhani
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang
selalu mendukung dan membantu penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan membalas semua jasa kepada pihak yang berperan dalam
membantu dan mendukung penulis baik tersurat maupun yang tidak tercantum
namanya.
vii
Universitas Sumatera Utara
Glosarium
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………… . ii
KATA PENARUH ........................................................................................... iii
AKSARA KARO ............................................................................................ iv
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ iv
GLOSARIUM .................................................................................................. v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
BAB IPENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
1.4 Manfaat Peneltian....................................................................................... 7
BAB II TINJAUANPUSTAKA ...................................................................... 9
2.1 Kepustakaan Yang Relevan ....................................................................... 9
2.2 Pengertian Luah ......................................................................................... 10
2.3 Tahapan-Tahapan Pernikahan Suku Karo .................................................. 11
2.4 Pengertian Semiotik ................................................................................... 15
2.5 Teori Yang Digunakan ............................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 20
3.1 Metode Dasar ............................................................................................. 20
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 20
3.3 Instrument Penelitian ................................................................................. 21
3.4 Pengumpulan Data ..................................................................................... 21
3.5 Metode Analisis Data ................................................................................. 22
BAB IV PEMBAHASAN... ............................................................................. 23
4.1 Deskrifsi Jenis - Jenis Luah Yang Terdapat Dalam Upacara Erdemu
Bayu Etnik Karo …………………………................................................. 26
4.1.1Luah Adat ……………………………………………............................ 26
4.1.2 Luah Pribadi……………………………………………………............. 42
4.2 Deskripsi Fungsi Dan Makna Simbol LuahPada Upacara Adat erdemu
bayuEtnik Karo .......................................................................................... 47
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ....................................................... 64
5.1 Kesimpulan..................................... ........................................................... 64
5.2 Saran........................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
provinsi. Salah satunya Provinsi Sumatera Utara yang memiliki beragam suku,
suku lainya. Kebudayaan juga merupakan sebuah simbol ciri khas dari setiap
ada, semuanya memiliki aturan dan tata budayanya masing-masing seperti pada
Suku Batak merupakan suku bangsa yang memiliki lima subetnik yang
suku ini memiliki ciri dan khas yang berbeda-beda baik dari segi bahasa, adat dan
lainnya. Suku Batak masih menyimpan nilai budaya serta menghormati adat
Suku Karo merupakan salah satu suku yang mendiami dataran tinggi Karo
Karo masih banyak kegiatan kebudayaan yang dilakukan, seperti kegiatan upacara
peradatan. Dalam suku ini banyak macam peradatan yang dilaksanakan misalnya
upacara penambalan nama pada anak bayi (mbaba kulau) dan upacara peradatan
1
Universitas Sumatera Utara
Selain itu dalam suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat
yang mengatur kekerabatan orang Karo, yang biasa disebut dengan marga
silima,rakut si telu dan tutur siwaluh. Marga dalam masyarakat Karo terdiri dari
kekerabatan suku Karo, sebutan mergapada pria danberu pada perempuan. Kata
marga itu sendiri diambil dari kata merga dalam bahasa Karo yang artinya Mahal,
karena itu marga sangat berharga bagi suku Karo. Seseorang yang memiliki
merga dan beru yang sama dianggap bersaudara (turang) sehingga tidak boleh
kawin semarga.
Selain marga, hal lain yang sangat penting dalam susunan kekerabatan
masyarakat Karo ialah Rakut Si Telu yang artinya ikatan yang tiga yang diyakini
dimaksud ialah sistem sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri
dari tiga kelompok, yaitu: Kalimbubu, Anak Beru dan Senina. Sistem kekerabatan
ini akan dikonsep dalam suatu penuturan dengan delapan golongan yang disebut
senina sepengalon, anak beru dan anak beru mentri. Dalam pelaksanaan upacara
adat tutur siwaluh dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus
2
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Karo didalam menjalankan sistem kekerabatan sangat teratur
dan dengan perencanaan yang matang, terlebih pada saat menjalankan suatu
upacara adat.Salah satunya pada upacara adat pernikahan, dalam pelaksanaan adat
jenis pernikahan yang dijalankan. Adat pernikahan merupakan suatu adat yang
dilakukan untuk orang dewasa, karena pernikahan merupakan suatu ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
penikahan atas dasar suka sama suka, dijodohkan dan pernikahan paksa. Namun
menikahi saudara perempuan istrinya yang telah meninggal, tujuan pernikahan ini
adalah untuk mendidik anak kakak atau adiknya tersebut agar tidak
priayang berasal dari saudara suaminya yang telah meninggal.Mindo lacina suatu
dalam tutur suku Karo.Kawin ciken suatu pernikahan seorang laki-laki dengan
seorang perempuan, yang dahulu adalah istri dari kakeknya ataupun saudaranya
3
Universitas Sumatera Utara
Piher tendi suatu pernikahan seorang pria yang menikahiperempuan anak dari
pernikahan ini dilakukan disebabkan salah satu dari mereka sering sakit-sakitan
karena masyarakat Karo percaya melalui perjodohan itu anak tersebut dapat
disembuhkan. Jika dia perempuan maka diantar kerumah anak beru, jika dia pria
saudara sedarah pria tersebut tidak mau menikahi si perempuan itu. Singumban
suatu pernikahan antara pria dengan perempuan yang keduanya berstatus saudara
sepupu yang erimpal,dan dibenarkan adat untuk saling menikah. Beru puhun
berstatus saudara sepupu yang erimpal merek dibenarkan untuk saling menikah
disebut turang impal. Nangkih pernikahan ini sering disebut pernikahan kawin
lari.Pernikahan ini terjadi biasanya karena keinginan si pria dan perempuan tidak
4
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan status sosial pernikahan tersebutmaka suatu pernikahan dapat
pernikahan emas perdemuken dimana seorang pria dengan wanita Karo yang
merupakan pernikahan antara seorang pria dengan seorang wanita yang disebut
dianggap oleh masyarakat Karo suatu pernikahan yang paling ideal dan
Pernikahan bagi suku Karo tidak hanya mengawinkan dua orang saja,
luah”pada waktu kerja adat atau pesta pernikahan. Luah merupakan suatu kado
diyakini sebagai simbol pengantar Doa dan harapan sehingga bagian ini penting
pernikahan Karo sangat menarik dan melalui bagian ini juga dapat dilihat
5
Universitas Sumatera Utara
Penelitian tentang upacara adat pengendesenluah dalam erdemu bayu ini
banyak masyarakat Karo yang belum mengetahui mengapa alat tersebut dijadikan
terkhusunya pada generasi muda sekarang ini. Hal ini terjadi karena kurangnya
juga penelitian yang dilakukan serta minimnya kepedulian atas pengetahuan akan
kegiatan ini, sehingga simbol dan makna yang terkandung didalamnya tidak
Oleh karena itu, kajian ini cukup menarik untuk diteliti, sehingga peneliti
kegiatan ini dapat dikelola kembali dengan benar dan sesuai aturan adat istiadat
yang ada sejak dulu. Sejalan dengan judul penelitian ini, peneliti akan meneliti
tentang pengendesenluah dalam upacara erdemu bayu suku Karo dari segi ilmu
Semiotik, karena peneliti tertarik untuk mengetahui jenis-jenis simbol, makna dan
6
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
bayusuku karo
sebagai berikut :
A. Manfaat Teoritis
1. Untuk mengetahui luah apa saja yang digunakan dalam upacara adat
2. Untuk mengetahui apa saja fungsidan makna simbol luah dalam upacara
7
Universitas Sumatera Utara
B. Manfaat Praktis
lainnya.
3. Mengetahui jenis-jenis luah, fungsi dan makna apa saja yang terdapat
5. Sebagai dokumentasi upacara adat erdemu bayu dalam etnik Karo pada
8
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Skripsi yang ditulis oleh Puji Sri Arjuna Sembiring (2006) dengan judul
Skripsiini membahas tentang makna dan fungsi tanda atau simbol yang
b. Skripsi yang ditulis oleh Darmila Indriyani (2018) dengan judul ” Erdemu
Bayu Etnik Batak Karo Kajian : Analisis Wacana”. Skripsi ini sangat
9
Universitas Sumatera Utara
pernikaan Karo serta pengertian upacara adat pernikahan Erdemu
BayuEtnik Karo.
c. Skripsi yang ditulis oleh Ananias Ginting (2013) dengan judul “Analisis
pedah-pedah.
d. Skripsi yang ditulis oleh Sri Ulina Br.Ginting (2018) dengan judul
dengan kado dalam suku Karo. Pemberian luah dilakukan pada saat proses
upacara adat yang dilakukan. Orang yang memberikanluah ini adalah para kerabat
dalam suku Karo yang disusun melalui sistem kekerabatan dari yang tertinggi
sampai yang paling bawah, karena pemberian luah ini diyakini sebagai pengantar
doanya. Selain itu luah juga akan menjadi sebuah tanda rumah tangga baru dalam
10
Universitas Sumatera Utara
Pemberian luah bukan hanya dilakukan pada upacara adat pernikahan,
dalam upacara adat karo lainnya juga memiliki tradisi pemberian luah seperti
Pada upacara adat memasuki rumah baru ini memiliki struktur percakapan yang
dimulai oleh Kalimbubu Simajek Dalikan (kalimbubu tua) akan membawa ayam
kalimbubu ini akan mendirikan tungku, menyalakan api dan menyembelih ayam
berunya sang tuan rumah, agar dalam menempati rumah yang baru hidup dalam
Pernikahan merupakan suatu acara yang sangat penting bagi suku Karo
suatu pernikahan akan terjalin hubungan batin antara seorang pria dengan sorang
wanita yang akan menjadi keluarga yang baru sehingga kedua pengantin dapat
mengenal keluarga besar dari kedua belah pihak.Dalam masyarakat Karo suatu
pernikahan yang baik itu harus menjalankan suatu adat istiadat yang ada dan dapat
Karo. Karena dalam adat Karo tidak boleh ada kawin semarga “erturang” atau
11
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjalankan suatu adat pernikahan ada hal-hal yang harus
pesta adat dalam upacara pernikahan Karo masi ada tahapan-tahapan yang harus
persetujuan dari semua pihak keluarga maka akan dibicarakan hari yang
ini akan dibicarakan segala konsepan pernikahan baik dari mas kawin,
utang adat, sampai pada penyerahan pudun penindihi yaitu sebagai tanda
12
Universitas Sumatera Utara
3. Nganting manuk. Pada proses ini kedua belah pihak kembali
tahapan ini akandjalankan pada waktu menjelang pesta adat atau tidak
boleh lebih dari sebulan dari tanggal yang sudah ditetapkan. Sehingga,
sekarang ini suku Karo sudah mengadakan proses ini pada malam sebelum
geluh (keluarga dekat) dari kedua belah pihak hadir untuk menghadiri
tembe, pedalan ulu emas, telah-telahdan sijalapen. Semua upacara adat ini
mukulyang sering disebut persadan tendi, dimana dalam acara ini masih
13
Universitas Sumatera Utara
persumpahan atau perjanjian dengan isi sehidup semati.Dalam upacara ini
kedua pengantin akan diberi makan oleh anak beru dengan seekor ayam
kampung yang berwarna kuning “ayam yang diberikan sebagai luah anak
beru”. Ayam ini akan dimasak oleh tugun anak beru mentri dan
dengan telurnya.
dari rumah orang tua mempelai perempuan menuju rumah orang tua
kedua pengantin akan meminta doa agar menjalani rumah tangga yang
kalimbubu sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.Pada acara ini akan
14
Universitas Sumatera Utara
kalimbubu.Disini anak beru makan bersama dengan kalimbubu,disini
diselesaikanlah semua masalah biaya serta persoalan apa saja yang terjadi
selama proses pesta pernikahan yang terjadi serta mencari solusi untuk
1952: 36)
semiotik adalah kajian tentang sistem tanda dan penggunaannya”. Yang artinya
satu tanda jika digunakan dalam dua situasi yang berbeda akan menimbulkan dua
dari bahasa Yunani “semeon” yang memiliki arti yaitu tanda. Tanda merupakan
alat komunikasi untuk menginformasikan suatu maksud, arti maupun makna yang
terkandung dalam suatu objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah
ilmu yang mempelajari tentang tanda. Ilmu ini menganggap bahwa kebudayaan
adalah tanda yang memiliki arti. Tanda diartikan sebagai sesuatu yang memiliki
ini menurut Peirce memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain
15
Universitas Sumatera Utara
dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.Menurut
Pierce, semua gejala alam dan budaya harus dilihat sebagai tanda. Pandangannya
trikotomis atau triadik karena mengikatkan tiga segi, yakni refresentamen, objek
dan interpretan dalam proses semiosis. Prinsip dasarnya ialah bahwa tanda
bersifat refrecentatif, yaitu tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.
Peirce membedakan tiga jenis tanda, yakni indeks, ikon, dan lambang.
a. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat
b. Indeks adalah tanda adanya hubungan antara tanda dan petanda yang bersifat
sebab akibat, atau tanda yang mengacu pada kenyataan. Misalnya asap sebagai
perjanjian masyarakat.
tahap. Ada tahap pertama, yakni saat tanda dipahami secara prinsip saja ; tahap
kedua saat tanda dimaknai secara individual dan ketiga saat tanda dimaknai
secara tetap sebagai suatu konvensi. Konsep ketiga tahap ini pentiang untuk
tanda pada teori ini merujuk pada simbol yang berkonvensi tetap.
16
Universitas Sumatera Utara
2.5 Teori yang Digunakan
yang berlaku secara umum dan akan mempermudah seseorang penulis dalam
adalah ilmu tentang simbol. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial dan
terdiri dari tiga elemen utama, yakni simbol (sign), objek, dan interpretant.
Simbol adalah suatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca
lain di luar simbol itu sendiri.Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol
perwakilan fisik) dan indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat).
Sedangkan acuan simbol ini disebut objek. Objek atau acuan simbol adalah
konteks sosial yang menjadi referensi dari simbol atau sesuatu yang dirujuk
makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah
simbol.
17
Universitas Sumatera Utara
Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna
muncul dari sebab simbol ketika simbol itu di gunakan orang saat
berkomunikasi.
Contoh: Saat seorang gadis mengenakan jaket, maka gadis itu sedang
simbol kedinginan.
membagi simbol tersebut menjadi tiga kelompok, yakni qualisign, sinsign, dan
2009:125).”
secara prinsip saja ; kemudian tahap kedua saat tanda dimaknai secara
individual, dan kemudian saat simbol dimaknai secara tetap sebagai suatu
18
Universitas Sumatera Utara
konvensi. Konsep ketiga tahap ini penting untuk memahami bahwa dalam
proses semiosis. Model Peirce adalah model triadik yang memiliki tiga tahapan
2) Objek, yakni konsep yang dikenal oleh pemakai simbol dalam kognisinya
kebakaran.
tubuhnya.
Peirce semiosis tidak terjadi satu kali tetapi berlanjut secara tak terhingga dan
secara teoritis tidak ada akhirnya, karena manusia akan terus berpikir.
19
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini teori yang akan digunakan sebagai bahan acuan penulisan
skripsi ini merupakan teori Charles Sander Peirce pada bagian simbol dan
pemaknaan dalam objek penelitian dan teori fungsi menurut Melinowski untuk
suku Karo.
20
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
menggambarkan secara objektif setiap simbol luah yang terdapat dalam upacara
Merek Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Alasan penulis memilih lokasi
penelitian ini adalah karena judul dan pokok permasalahan yang dituju terdapat di
Kabupaten Karo itu sendiri, karena Kabupaten Karo ini masih memiliki budaya
yang kental serta usur-unsur adat yang masih terasa hingga saat ini. Dan di daerah
ini juga masih bisa ditemukan tokoh-tokoh adat yang masih paham mengenai
21
Universitas Sumatera Utara
3.3 Instrumen Penelitian
ini adalah:
(1988:211).
Maka metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data antara lain:
gambaran apa fungsi dan makna yang terkandung pada objek yang akan
diteliti.
22
Universitas Sumatera Utara
3.5 Metode Analisis Data
metodeanalisis data kualitatif karena data yang akan dianalisis dalam penelitian
sewajarnya atau sebagai mana adanya (natural setting), dengan tidak dirubah
tahapan upacara adat erdemu bayu etnik Karo, apa-apa saja luah yang
digunakan, fungsi dan makna luah yang terdapat dalam upacara adat
23
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PEMBAHASAN
Erdemu Bayu merupakan sebuah acara pernikahan adat Karo yang biasa
disebut nereh empo. Seorang laki-laki dan perempuanakan diikat atau dirajut
dalam sebuah ikatan pernikahan untuk membentuk rumah tangga yang baru
sehingga ia menjadi satu dan tidak dapat dipisahkan. Dalam menjalankan suatu
upacara adat pernikahan pada suku Karo banyak tradisi-tradisi yang harus
dijalankan dari mulai tradisi lamaran “mbaba belo selambar” sampai pada tradisi
adat”. Didalam proses pelaksanaan kerja adat ini tentunya banyak bagian-bagian
tradisi yang harus dilaksanakan mulai dari tradisi masak bersama, makan bersama
dipimpin oleh dua orang protokol untuk mengarahkan proses jalannya adat.
Protokol itu disebut “singerana” yang merupakan anakberu singerana dari pihak
perempuan dan satunya lagi anak beru singerana dari pihak laki-laki. Kedua
masing, dalam masyarakat Karo pesta pernikahan akan dilaksanakan didesa atau
dikota tempat tinggal si perempuan.Karena hal ini diyakini oleh masyarakat Karo
bahwa si perempuanlah yang akan dijemput oleh pihak laki-laki untuk dibawa
menikah mereka berdua yang akan menentukan tempat tinggal mereka untuk
24
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses upacara adat pernikahan suku Karo salah satu bagian
Tradisi ini dilakukan untuk menghantarkan kesiapan dan kematangan hati dan
Sehingga kado yang diberikan bukan hanya sekedar diberikan saja, melainkan
disertai dengan harapan dan doa keluarga serta kerabat untuk kedua pengantin.
akan diarahkan oleh protokol. Setiap pihak akan berdiri “tedis” sesuai dengan
begitu juga urutannya. Namun sekarang, susunan tedis dalam upacara adat
pernikahan Karo ini sudah mulai dilakukan secara acak seperti tugun sukutsi
kalimbubudari pihak perempuan setelah pihak laki-laki dan masuk pada tugun
anak beru pihak laki-laki kemudian pihak perempuan. Hal ini dilakukan agar
25
Universitas Sumatera Utara
Setelah “panggong ngerana” selesai akan dilanjutkan dengan tradisi
pernikahan terbagi dua sesi yang pertama adalah “luah adat” yang kedua “luah
sada-sadan” kado pribadi. Dalam tradisi “pengendesen luah” hanya “luah adat”
pengantin langsung setelah upacara adat, namun beberapa jenis luah persada-
sadan juga akan diberikan pada upacara adat pernikahan seperti sukut dan anak
beru.
pemandu acara. Pemberian “luah adat” hanya akan dilakukan oleh tugun
kalimbubu, sehingga ia lebih istimwa dari luah lainnya.Dalam penyerahan luah ini
kalimbubulah yang akan menjadi luah adat dalam upacara pernikahan suku Karo
dan menjadi luah yang tidak bisa tidak ada. Luah yang akan diserahkan oleh sukut
dan anak beru akan menjadi luah persada-sadandalam upacara pernikahan Karo,
fungsi dan makna yang masih dipercaya oleh masyarakat Karo sebagai doa dan
harapan mereka kepada pengantin dalam memperkuat batin dan naluri mereka
untuk memulai rumah tangga yang baru. Makna dari setiap luah itu akan langsung
26
Universitas Sumatera Utara
4.1 Deskrifsi Jenis - Jenis LuahYang Terdapat Dalam Upacara Erdemu Bayu
Etnik Karo
4.1.1 Luah Adat
Simbol Amak Cur
Dalam pernikahan adat Karo tikar yang akan digunakan sebanyak empat tikar.
Keempat tikar ini memiliki ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan peran dan
pernikahan adalah amak runggu dan amak pembicarai, tikar ini akan diserahkan
sebelum pesta adat dimulai dan dibawa oleh anak beru pada saat pengantin
oleh ibu pria yang akan dibawa oleh anak beru menuju los atau jambur.
Perjalanan menuju los atau jambur semua tikar yang diberikan tadi akan dibawa
kecuali amak tayangen., tikar ini akan diberikan pada saat upacara adat dalam
27
Universitas Sumatera Utara
Simbol Lampu Terlong
yang menyala. Lampu ini merupakan alat penerang yang menggunakan tenaga
minyak tanah melalui sumbung yang terpasang sehingga dapat menyalakan api
yang dapat menerangi. Tutup penghalang yang ada pada lampu akan
dilepaskan agar cahaya api tidak terhalang sehingga bisa menerangi secara
keliling. Selain lampu kuno ini digunakan dalam upacara adat Karo sebagai
luah sekarang ini terkadang orang sudah menggunakan lampu modern yaitu
sebuah lampu Led yang menggunakan tenaga listrik dan baterai sehingga pada
28
Universitas Sumatera Utara
Biasanya yang menggunakan lampu modern ini sebagai luah adalah
sudah tidak lagi menggunakan lampu terlong dalam rumah kala dibutuhkan
ketika listrik padammelainkan lilin atau lampu baterai sehingga mereka tidak
sederhana berbentuk bulat dan terbuat dari aluminium padat tahan api karena
Pada jaman dahulu sebelum ada listrik, masyarakat Karo menggunakan tungku
api.
29
Universitas Sumatera Utara
Dibeberapa daerah sampai saat ini masih ada yang menggunakan alat sederhana
beberapa masyarakat desa masih menggunakan hal ini karena menurut mereka
hasil nasi matang yang dihasilkan dari priuk lebih enak rasanya.
orang. Sebagai bahan pokok utama dalam rumah tangga sehingga beras
telur ayam kampong yang dimasukkan kedalam sebuah wadah. Wadah yang
digunakan berupa mangkuk keramik yang berwarna putih dengan ukuran kecil.
Harapan dari mangkuk putih ini digunakan supaya pernikahan pengantin dapat
30
Universitas Sumatera Utara
Bagi masyarakat Karo beras sangatlah berarti karena banyak manfaat yag dapat
Karo. Karena pada umumnya pekerjaan masyarakat Karo adalah bertani. Beras
merupakan hasil dari persawahan yang dikelola sendiri oleh mereka yang
telur ayam kampong. Dalam peneyerahan ini akan diserahkan beserta beras putih
yang dimasukkan ke dalam wadah seperti mangkuk putih yang berukuran kecil.
Peletakan telur ini diletakkan diatas beras supaya dapat berdiri tegak sehingga
telur yang dipilih dalam upacara adat ini adalah telur yang berbentuk lonjong.
31
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Karo meyakini dalam telur yang lonjong tersebut menyimbolkan ada
kehidupan. Dalam adat telur yang digunakan hanya sebutir. Dahulu sebelum ada
telur ayam eropa, masyarakat Karo hanya menggunakan telur ayam kampung
dalam peradatann, namun sudah adanya telur eropa maka masyarakat Karo pun
sudah mulai menggunakannya karena lebih mudah didapat. Sehingga telur ayam
hari sesuai kebutuhan rumah tangga. Perlengkapan dapur ini akan diberikan
32
Universitas Sumatera Utara
Semua perlengkapan yang diberikan akan digunakan dalam rumah tangga
mereka yang baru. Perlengkapan ini akan menjadi bekal awal untuk kedua
akan diberikan kepada pengantin berupa; kuali, piring, gelas, sendok, cerek dan
sutil atau peralatan dapur lainnya yang akan diserahkan secara bersamaan yang
ayam kampung betina yang masih muda umurnya dan belum pernah bertelur
33
Universitas Sumatera Utara
dengan harapan agar ayam ini bias menjadi induk. Pada simbol ini ayam yang
digunakan tidak ditentukan warnanya karena sebagai ayam peliharaan semua bisa
untuk dipelihara oleh pengantin nantinya dalam rumah tangga yang baru.
Ayam yang akan dipelihara ini diharapkan supaya dapat bertelur dan
Karo pemeliharaan ayam juga menjadi ternak yang dipelihara dalam kehidupan
masyarakat Karo juga bisa mendapatkan pendapatan lain dari telur ayam yang
akan dijual ke pasar. Dalam masyarakat Karo ayam merupakan hidangan yang
biasa di hidangankan ketika ada tamu yang datang, sehingga masyarakat Karo
SimbolTualah Segandeng
Tualah adalah kelapa. Dalam simbol kelapa yang digunakan adalah kelapa tua
34
Universitas Sumatera Utara
Kelapa yang akan diberikan kepada pengantin sebanyak dua buah kelapa utuh
yang diikat menjadi satu gandeng.Kelapa ini harus dipilih yang sudah tua, karena
kelapa yang sudah tua mengandung santan yang baik digunakan unutk memasak
dan kelapa tua juga tidak mudah busuk jika disimpan sedikit lebih lama.
Meskipun yang dipilih sudah tua namun kelapa yang digunakan untuk simbol
bukan kelapa yang sudah bertunas.Penyerahan kelapa sebagai luah dalam suatu
adat pernikahan Karo tidak semua wilayah menggunakannya, karena tradisi adat
35
Universitas Sumatera Utara
Dalam simbol ini ayam diberikan hanya seekor saja dan masih hidup. Ayam ini
kemudian akan dipotong dan dimasak pada saat upacara mukul, malam setelah
upacara pesta adat selesai. Ayam ini akan diberikan kepada pengantin dan
disuguhkan dalam pentuk makanan. Ayam ini akan diberikan kepada kedua
pengantin dalam satu piring berdua serta nasi yang sudah ditentukan dalam
upacara ini. Upacara ini dilakukan untuk mengikat suatu janji atau sumpah
pernikahan agar dapat menjalankan rumah tangga yang utuh dan kuat. Selain doa
dan janji, harapannya juga kepada pengantin agar ketika ada keluarga yang
datang berkunjung supaya mereka bias memberikan hidangan yang baik juga
pandan. Ukuran tikar ini lebi kecil dari pada amak ndabuhen.
36
Universitas Sumatera Utara
Penyerahan tikar ini disertakan dengan bantalnya yang digulung menjadi satu
gulungan. Tikar ini sebagai simbol tempat tidur pengantin diberikan lengkap
dengan kedua pasang bantalnya yang digulung dalam tikar. Tikar dan bantal ini
Ambal kecil yang memiliki ukuran kapasitas hanya satu orang sehingga ambal itu
diberikan dua. Dalam adat ambal itu disebut amak kapal, karena ia lebih lebar
dari tikar biasa. Meskipun menggnakan ambal dalam penterahan ini bantal tetap
37
Universitas Sumatera Utara
Bantal diyakini sebagai pengantur arah atau posisi tidur agar tidak terbaik antara
atas sebagai arah kepala dan bawah sebagai posisi kaki.Dalam simbol ini bantal
yang akana diberikan adalah bantal tidur sebanyak dua bantal atau sepasang.
Bantal ini akan diberikan secara bersamaan dengan tikarnya yang digulung
menjadi satu. Sepasang bantal tidur ini adalah dua bantal kepala saja bukan
bantal guling. Dalam adat bantal guling tidak digunakan. Dalam penyerahannya
bantal tidak boleh dipasang sarungnya, bantal itu hanya bersarungkan lapisan
dalam yang berwarna putih. Namun sekarang ini akibat kemauan teknologi
bantal hampir semua bantal yang dijual sudah memiliki corak dan warna. Bantal
yang diberikan dengan warna putih supaya pernikahan itu tetap terjaga
Simbol Perembah
gendongan anak – anak. Motif dan warna kain panjang ini berbeda-beda namun
38
Universitas Sumatera Utara
Dahulu masyarakat Karo menggendong anak menggunakan kain panjang ini,
gendongan anak sudah ada kain baru yang tidak menggunakan kain ini.Namun
begitu kain panjang ini akan tetap diberikan dalam adat pernikahan Karo. Selain
menjadi kain gendongan ibu-ibu masyarakat Karo juga menggunakan kain ini
SimbolUis Arinteneng
Uis arintenengadalah kain yang terbuat dari kapas atau kembayat yang di tenun.
Kain ini digunakan hanya pada saat upacara adat Karo dilaksanakan.
39
Universitas Sumatera Utara
Pada umunya kain ini banyak digunakan dalam upacara adat kematian atau
berduka. Kain ini akan digunakan sebagai penutup kepala keluarga yang sedang
Beka bulu adalah salah satu uis atau kain yang berasal dari Karo. Beka
buluh memiliki ciri yang gembira, tegas , elegan, dan kesabaren bagi putra Karo.
Hampir di semua upacara adat menggunakan uis beka buluh di dalam masyarakat
Karo, karena kain ini memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai penutup
40
Universitas Sumatera Utara
Kain beka buluh ini hanya digunakan oleh laki-laki pada umunya. Namun
sekarang sudah banyak wanita yang sudah mengguanakan kain ini sebagai
penutup kepala dalam upacara pernikahan Karo yang disebut sebagai tudung.
ini lebih tipis dari kain-kain adat lainnya, dan memiliki macam-macam motif dan
41
Universitas Sumatera Utara
Simbol Kampuh
menyatu dan pendek. Dalam masyarakat Karo kain ini merupakan salah satu kain
yang sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo pada
pada setiap acara terkhususnya pada perempuan sebagai tanda kesopanan dalam
42
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Luah Persada-sadan / Kado Pribadi
Luah Lemari
sebagai tempat penyimpanan pakaian. Luah ini biasanya diberikan oleh maminya
digunakan sebagai luah yang diberikan pihak laki-laki, sekarang ini sudah jarang
permintaan dari si perempuan dan ia pasti memilih tempat tidur mewah sejenis
springbed.
43
Universitas Sumatera Utara
Kulkas
Kulkas merupakan pelengkap perabotan rumah tangga, dalam hal ini kulkas
dijadikan sebagai kado permintaan kepada salah satu kerabat terdekat sebagai tanda
Dispenser
tempat air minum. Peralatan ini biasanya dijadikan sebagai kado pribadi seseorang
44
Universitas Sumatera Utara
Blender
pelumat bumbu masak. Peralatan ini biasanya dijadikan sebagai kado pribadi
Megic com
untuk memasakan nasi. Peralatan ini juga biasanya dijadikan sebagai kado untuk
45
Universitas Sumatera Utara
Selimut
rumah tangga selimut ini akan digunakan pada saat tidur dimalam hari ketika
penutup tidur. Selimut paling sering dibuat menjadi kado pernikahan seseorang
teman atau sahabat pengantin agar dapat digunakan dalam rumah tangga yang
baru.
Kompor
tungku api yang menggunakan kayu bakar.Namun sekarang sudah jarang orang
46
Universitas Sumatera Utara
menggunakan api tungku untuk memasak sehingga masyarakat Karo mulai
sehingga api yang muncul tidak besar dan memakan waktu yang lama untuk
memasak. Sehingga kompor sumbu pun mulai tidak digunakan lagi, hal ini
terjadi karena sudah adanya alat rumah tangga yang lebih canggih dan praktis,
selain itu juga sekarangg ini sudah sulit untuk mendapatkan kayu kabar untuk
memasak dirumah karena lebih praktis dan apinya lebih besar sehingga dapat
memasak dengan cepat dan bahan bakarnya pun lebihmudah didapatkan. Ukuran
barang ini pun tidak terlalu besar, ada yang menggunakan dua tungku ada juga
yang satu tungku sehingga nudah untuk dibawa menjadi sebuah kado pernikahan.
4.2 Deskrifsi Fungsi Dan Makna Luah Dalam Upacara Erdemu Bayu Pada
Etnik Karo
peradatan yang dilaksanakan memiliki nilai dan makna moral baik yang
makna dari upacara yang dijalankan masih sangat dipercaya oleh masyarakat
Karo. Dalam masyarakat Karo salah satu peradatan yang harus dijalankan yaitu
adat pernikahan, melalui adat pernikahan ini tuturan garis kekeluargaan lebih
Tuturan kekerabatan itu akan terlihat pada saat penjalankan proses upacara
pengendesen luah, karena pada proses ini menjadi inti dari suatu acara pernikahan
47
Universitas Sumatera Utara
yang dijalankan. Penyerahan luah ini akan dijalankan berdasarkan urutan dan
bagian - bagian pihak kekerabatan secara terpisah sesuai dengan peradatan suku
Karo.Dalam penyerahan luahini pun tidak asal menyerahkan saja, karena setiap
luah yang akan diberikan memiliki pesan moral yang berbeda-beda dan harus
diucapkan pada saat penyerahan. Pemberian luah harus dimulai dari hubungan
kekerabatan yang tertinggi sampai paling bawah berdasarkan adat Karo, yang
pertama dari tugun kalimbubusampai kepada tugun anak beru.Pemberian luah ini
akan dilakukan satu persatu secara bergantian. Dalam pelaksanaan ini, protokol
akan langsung mengucapkan doa atau harapan berdasarkan jenis peralatan yang
akan diserahkan.
Bagimasyarkat Karo tikar putih memiliki nilai yang berbeda dari tikar-tikar
Masyarakat Karo menggunakan tikar putih ini hanya pada saat upacara adat, baik
tikar putih yang akan digunakan sebanyak empat macam tikar sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Ukuran dari setiap tikar ini pun berbeda-beda, seperti
amak runggu, amak pembicarai merupakan tikar putih yang memiliki ukuran
yang lebih kecil karena tikar ini hanya digunakan sebagai tempat duduk dalam
upacara adat namun peran tikar ini dalam adat sebagai simbol untuk memulai
pembicaraan adat.
Berbeda dengan amak dabuhen ukura tikar ini lebih lebar dari semua jenis
tikar dantikar ini akan digunakan sebagai penyekat ruang tidur pengantin sebab
48
Universitas Sumatera Utara
Rumah adat merupakan rumah si waluh jabudalam suku Karo,dahulu sebelum
masyarakat Karo masih tinggal dirumah adat dan rumah adat tersebut dihuni oleh
delapan rumah tangga. Pemisah kamar dari setiap rumah tangga adalah sekatan
dinding yang ditutup menggunakan tikar ini. Mesikipun tinggal bersama, setiap
keluarga harus memiliki kepribadian dalam rumah tangga mereka dan saling
menjaga agar keharmonisan setiap rumah tangga tetap terjaga. Luah ini diberikan
(jambur)yang dibawa oleh anak beru. Sekarang ini masyarakat Karo sudah banyak
memiliki rumah sendiri namun dibeberapa daerah masih ada yang tinggal dirumah
adat hanya saja rumah adat yang mereka huni sekarang mungkin sudah banyak
yang berubah, salah satunya pada dinding sekatan kamar itu sudah menggunakan
tikar ini masih tetap dijalankan. Tikar satu lagi adalah amak tayangen. Dalam adat
tikar ini akan diberikan pada saat upacara dilaksanakan sebagai luah adat, fungsi
2. Lampu terlong adalah luah pertama yang akan diserahkan pada tradisi
pengendesen luah dalam pelaksanaan upacara pernikahan Karo. Luah ini akan
pengantin baik penerang dari kegelapan dan penerang hati dan pikiran
49
Universitas Sumatera Utara
ditengah-tengah rumah tangga supaya tetap akur dan rukun. Supaya lampu
yang hidup itu dapat menerangi rumah tangga mereka baik dalam keadaan
gelap agar mereka dapat melihat segala persoalan yang ada untuk
diselesaikan dengan hati dan pikiran yang terang juga.Makna yang masih
terang seperti lampu ini nantinya.Agar dalam rumah tangga mereka dapat
tengah keluarga.
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: ”enda i breken kami lampu
maka nerangi si gelap. Katawari paksa pe idah jabundu gelap, pasang lampu
enda. Labo ban benna wari maka pasang lampu, tah picet pe ukur gelah pasang
lampu gelah rikut terang perukurenndu em toto kami. Nerangi jabu, nerangi
perukuren ibas ngadapi masalah tengah jabu, nerangi si gelap gelah terang,
”.Yang artinya “ ini kami sampaikan lampu sehingga akan menerangi yang gelap.
Kapanpun rumahmu terlihat gelap, pasanglah lampu ini. Bukan hanya karena hari
telah malam tapi apabila hatimu sedang gelisah pasanglah lampu ini semoga
hatimu juga turut terang, itu doa kami. Menerangi rumah, dan menerangi hati
50
Universitas Sumatera Utara
Kalimbubusingalo pernininsetelah lampu, dalam penyerahan luah ini akan
Fungsi kudin bagi pengantin adalah sebagai alat memasak nasi yang
digunakan dalam rumah tangga. Makna Kudin ini diyakini oleh masyarakat suku
Karo sebagai nafkah dalam rumah tangga. Makna yang masih diyakini oleh
kebutuhan hidupnya sendiri tanpa harus meminta kepada orang tua lagi setelah
menikah. Dalam kehidupan rumah tangga mereka sebagai orang tua supaya selalu
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda i breken kami kudin
perdakanenndu gelah reh pagi kami tasak bandu nakan kami ras sikap krina tuah
sangap kam, jumpa si nangkih mayang si nutu cimpa. Man kam maka berkat kuja
gia kam ndahi dahindu”. Yang artinya “ ini kami berikan periuk dalam
keluarga yangakan datang berkunjung dapat kamu berikan hidangan yang baik.
Sehingga rumah tanggamu selaludiberkati dan mendapat rezeki yang baik apa
pun yang kamu kerjakan semua berhasil. Semoga kalian dapat diberikan anak
3. Beras Piher /beras meciho merupakan beras putih. Penyerahan luah ini
dibarengi dengan pemberian luah kudin sebagai isinya dan diserahkan oleh pihak
51
Universitas Sumatera Utara
Fungsi beras adalah sebagai bahan makanan pokok dalam kehidupan manusia.
Beras ini akan diolah menjadi nasi putih untuk dimakan sehari-hari dan menjadi
Makna yang diyakini oleh masyarakat Karo terhadap luah ini agar hati mereka
mampu menghapi segala persoalan yang ada didalam rumah tangga mereka dan
selalu dibarengi dengan pikiraan yang jernih dan selalu memandang baik
terhadap keluarga.
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda i peseh kami beras piher
ras beras meciho gelah piher tendindu ngaloken pasu-pasu ras toto kami, bage pe
meciho ka lah perukurenndu ernin sangkep geluh“. Yang artinya “ ini kami
berikan beras keras dan beras jernih supaya hatimu kuat menerima Doa dan
didalam kudin dan diposisikan diatas beras. Penyerahan ini dilakukan oleh pihak
Fungsi telur ini akan digunakan untuk makanan penutup pengantin setelah
pesta adat selesai dilaksanakan. Telur ini akan dihidangkan pada saat acara
Makna yang diyakini oleh masyarakat Karo adalah supaya pernikahan yang
sudah dijalankan mereka ini menjadi suatu pernikahan yang berharga bagi
52
Universitas Sumatera Utara
menjaga dan memegang teguh janji pernikahan yang sudah mereka ucapkan.
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: ”enda breken kami tinaruh
manuk rajamulia gelah mulia pagi perjabunndu sikap kerinana, sikap krina tuah
sangap kam, jumpa si nangkih mayang si nutu cimpa”. Yang artinya “ ini kami
berikan telur ayam rajamulia agar mulia selalu pernikahanmu dan baik semuanya,
sukses dan berhasil kamu dalam rumah tanggamu, segeralah mendapatkan anak
dalam kehidupan sehari-hari seperti piring, cerek, kuali, panci, gelas, sendok dan
lainnya. Pemberian luah ini masih dilakukan oleh salah satu bagian dari pihak
tempat.
pengantin untuk menjadi pasangan yang mampu mandiri dan tidak lagi
membebankan urusan rumah tangganya kepada orang tua baik si pria maupun
53
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan diatas di dukung oleh tuturan yang disampaikan pada saat
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda perkakas jabunndu,
gelah pe reh pagi kami enggo lit kerina alat jabunndu, gelah sikap perjabunndu
perlengkapan rumah tanggamu agar kamu siap untuk memulai rumah tanggamu
sendiri.”.
merupakan seekor ayam kampung betina yang masih muda dan belum pernah
bertelur sebelumnya. Agar ayam itu nantinya dapat dipelihara oleh pengantin dan
tangganya. Pemberian luah ayam peliharaan ini akan diberikan oleh pihak
Kalimbubusingalo bere-bere.
menikah. Harapannya ayam ini akan memberikan hasil yang baik dalam rumah
tangga mereka.
Manuk asuhen ini memiliki makna yang masih dipercaya oleh masyarakat
Karo yaitu supaya dalam pernikahan mereka bisa seperti induk ayam yang selalu
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda manuk asuhen man
54
Universitas Sumatera Utara
pemenanndu, gelah naruhen ia mbue anakna keleng atena. Bage pe kam sangap
kam ibas perjabunndu dat anak dilaki ras diberu kelengi ia, mejingkat kam ibas
pendahinndu ngukurken anak i pasu -pasu tengah jabundu. Jumpa tuah sangap
kam merih manuk asuhendu erbuah page si suanndu”. Yang artinya “ini kami
berikan seekor induk ayam untuk peliharaanmu, supaya ayam ini dapat bertelur
kamu akan mendapatkan anak laki-laki dan perempuan untuk kamu kasihi.
Giatlah dalam mencari nafkah untuk masa depan anak-anakmu agar dapat
untuk penyerahan ini adalah kelapa yang sudah tua agar memiliki santan yang
Dalam upacara adat pernikahan kelapa yang diberikan sebagai luah ini akan
digunakan untuk memasak ayam kuning yang akan dihidangkan kepada pengantin
tangga dan selalu bergandengan serta saling memikul sebagai pasangan, agar
kehidupan rumah tangga mereka gurih seperti santan yang membuat masakan
55
Universitas Sumatera Utara
enak sehinga mereka siap untuk menyediakan masakan enak ketika siapa pun
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda bereken kami man
bandu tualah sada gandeng, gelah ugapa pe pergeluhen ibas perjabunndu radu
ras lah kena duana, sikap entabehlah bandu gulen kalimbubu paksa reh ku
supaya apapun yang akan terjadi dalam rumah tanggamu tetaplah kalian bersatu.
9. Amak Tayangen sebuah tikar putih yang berukuran besar dan lebar. Tikar
putih ini akan diserahkan kepada pengantin beserta bantalnya yang akan digulung
bersama untuk diserahkan. Tikar ini akan diberikan oleh pihak Kalimbubu singalo
ulu emas.
Fungsi amak tayangen ini adalah untuk tempat tidur pengantin yang akan
Makna yang masih dipercaya oleh masyarakat Karo tentang luah ini
adalah sebagai tempat beristirahat setelah lelah bekerja dan sebagai tempat tenang
Sebagai tempat bertukar pikiran antara sumai istri untuk mendapatkan pemikiran
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda timbangken kami amak
56
Universitas Sumatera Utara
tayangendu muat ukur si mehuli. Sangap tuah kam jumpa si nangkih mayang si
nutu cimpa. Gelah lit dalinndu nandangi kalimbubu ras anak berundu em pasu-
pasu amak tayangen enda”. Yang artinya “kami menggelar tikar ini sebagai
tempat istirahat kalian agar dapatmemikirkan hal yang baik dalam rumah tangga
kalian. Sukses dan bahagialah kamu agar segera diberikan anak laki-laki dan
akan kalian jalani sehingga tetap terjalin hubungan yang baik dengan keluarga,
10. Kalang Ulu merupakan letak posisi kepala saat tidur. Posisi kepala akan
ditandai dengan bantal yang akan menjadi alas kepala. Dahulu sebelum ada bantal
sebagai alas kepala, masyarakat Karo menggunakan telapak tangan sebagai alas
kepala sehingga disebut kalang ulu. Baik saat tidur maupun beristirahat sejenak
sambil memikirkan persoalan yang akan mereka kerjakan. Dalam upacara adat
bantal tidur menjadi simbol penyerahan luah. Penyerahan ini dilakukan secara
Fungsi kalang ulu ini adalah sebagai alas kepala pada saat rebahan atau
tidur.
dikerjakan oleh pengantin baik itu persoalan mata pencarian agar berhulu jugalah
rumah tangga yang akan mereka jalani.Harapannya supaya yang baiklah yang
akan mereka pikirkan agar yang baik juga yang akan datang dalam rumah tangga
57
Universitas Sumatera Utara
mereka, sesuatu yang buruk tidak dapat menggangu hubungan mereka baik itu
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda kalang ulundu,
kalangken tan e idatas bantal, emkap kalang ulundu. Emaka ibas la mehuli pagi
ula ibereken kami ibas nipindu pe, maka erulu lah pagi pencarinndu, rulu
pengeranaandu kujapa pe”. Yang artinya ”ini alas kepala untukmu, alaskanlah
ini diatas bantal tepat di tempat kepalamu. Kami tidak akan memberikanmu hal
yang tidak baik bahkan dari mimpimu.Jadilah pemimpin dalam rumah tangga dan
11. Perembah merupakan kain tipis panjang atau kain gendong. Dalam
penyerahan luah, kain panjang ini paling banyak yang dilakukan karena hampir
Kalimbubu sampai pada pihak Anak Beru. Kain panjang ini diletakkan dan
panjang ini juga dapat dijangkau orang banyak karena selain harganya murah
mereka nantinya.
adalah supaya panjang umur rumah tangga yang akan dibina oleh kedua pengantin
serta murah rejeki mereka dalam rumah tangga mereka. Supaya bersatulah
58
Universitas Sumatera Utara
utuh.Harapannya supaya cepatdikaruniai anak baik itu anak laki-laki maupun
anak perempuan dalam gendongan mereka. Panjang umur dan murah rejeki
mereka serta berhargalah keluarga yang akan dibina dalam rumah tangga mereka.
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda perembah i tampeken
perembah enda kain panjang murah ras meherga gelah panjang perjabunndu,
Yang artinya “ini kain panjang kami letakkan bagi kamu yang akan kami
ikatkan kuat kepada kalian supaya kokohlah rumah tangga yang akan kalian bina,
kain panjang ini adalah kain panjang murah serta kain yang bernilai supaya
panjang umur pernikahanmu, berharga rumah tanggamu dan murah rejeki dalam
anak perempuan.
12. Uis Nipes merupakan kain khas suku Karo. Fungsi uis nipes ini digunakan
oleh anak perempuan sebagai selendang dalam menghadiri acara adat Karo. Luah
Uis nipes ini memiliki makna bahwa seorang perempuan yang sudah berumah
tangga atau sudah menikah, sehingga ia dihormati sebagai orang tua. Uis nipes ini
59
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan diatas di dukung oleh tuturan yang disampaikan pada saat
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda breken kami kadang-
kadangndu,gelah rose kam ndahi dahin kalimbubundu. Kadang pagi krina dahin
kami mesera gia ibas kami tumbuk ban krina gelah ula juru kami kalimbubundu.
ija pagi lanai kami ngasup reh kam dalanndu nampati kami”. Yang artinya “ini
kami berikan selendangmu, agar kamu datang dalam acara adat keluarga
(kalimbubu). Peganglah semua kerjaan pada kami meskipun kami kurang mampu
dalam mengadakan pesta, supaya kamu tidak lepas tanggung jawab sehingga tidak
13. Beka Bulu/Bulang-Bulang adalah kain merah merona khas suku Karo.
Pemberian luah ini biasanya dilakukan oleh bagian singalo perkempun dari pihak
Kalimbubu.Dalam pelaksanaan upacara adat Karo kain ini hanya diguanakan oleh
laki-laki, karena kain ini biasanya digunakan sebagai penutup kepala lai-laki yang
sebagai pemimpin dalam rumah tangga karena dalam suku Karo menurunkan
garis fatrilineal. Khas merah merona dari beka buluh itu menunjukan seorang
pembrani dan gagah, sehingga masyarakat Karo percaya bahwa kain ini sebagai
gambaran seorang laki-laki yang diharapkan menjadi sosok raja yang dimahkotai
tangguh dan bijak dalam memimpin serta bertanggung jawab dalam rumah
tangganya.
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini : “enda uis man tampenndu
60
Universitas Sumatera Utara
gelah rose kam ndahi dahin kalimbubundu, ngasup kam ngadangken ija si lenga
bias. Sangap gegeh kam ibas perjabunndu”. Yangartinya “ini kain untuk kamu
kenakan supaya saat kelurgamu berpesta kamu dapat hadir dan ikut berpartisipasi
14. Uis Arinteneng ini merupakan kain khas suku Karo yang memiliki macam
warna dan kecil tipis. Pemberian luah ini diberikan oleh singalo ciken-ciken
bagian dari pihak Kalimbubu. Fungsi uis arinteneng ini sebagai kain selendang
perempuan dalam acara adat suku Karo. Makna yang masi dipercaya oleh
masyarakat Karo adalah agar rumah tangga yang akan dijalani selalu mendapat
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “tuah sangap kam didong
doahken kami, gelah tuah radumken sangap ku tengah jabunndu ras tenang
Yang artinya “berhasil dan bahagialah kamu anak yang kami sayangi, hingga
rumah tanggamu ikut bahagia agar selalu mendapatkan ketengan dalam hatimu
supaya pikiranmu juga ikut tenang. Semoga kamu dikaruniai anak laki-laki
15. Kampuh merupakan kain sarung. Kai ini berbentuk bulat yang menyatu.
Kain ini dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki baik dari kalangan muda
61
Universitas Sumatera Utara
Fungsi kain ini dipakai sebagai tanda kesopan santunan masyarakat Karo
dalam berpakaian. Motif dan rupa kain sarung ini berbeda-beda, sehingga motif
itu dapat membedakan mana yang cocok digunakan oleh pria dan mana yang
cocok digunakan untuk wanita.Pemberian luah ini dapat dilakukan oleh semua
pihak yang memiliki tutur kekerabatan keluarga baik itu kerabat dekat maupun
kerabat jauh yang ingin memberikan luah ini pada sesi pemberian luah adat.
Makna yang diyakini oleh masyarakat Karo adalah supaya mereka selalu
bersatu dan utuh dalam menjalin rumah tangganya sehingga menjadi keluarga
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini: “enda ibereken kami
kampuhndu, kampuh enda ersada kibul ia. Gelah ersada kam rasa lalap ibas
jabundu, ersada ukur, ersada arih maka tuah sangap kam ibsa natang-natang
perjaabunndu”. Yang artinya “ini kami berikan kai sarungmu, kain sarung ini
berhasilah pernikahanmu”.
16. Manuk Megersing merupakan ayam kuning. Dalam adat ayam yang akan
terakhir dalam sebuah pernikahan yaitu pada malam setelah pesta adat. Ayam ini
akan dimasakkan nantinya oleh pihak Anak Beruyang akan disuguhkan dalam
bentuk makanan kepada kedua pengantin beserta nasinya. Ayam ini akan
62
Universitas Sumatera Utara
Makna yang terkandung didalam Supaya rumah tangga mereka dapat
kekeluargaan, sehingga makanan enak ini jugalah yang akan dihidangkan ketika
pemberian luah dengan kalimat seperti berikut ini:“enda bereken kami manuk
megersing, manuk aturen, gelah teratur pagi perjabunndu datas nari ku teruh.
Sangap kam ibas toto ras janji si enggo i belaskenndu gelah malem krina si rate
tabehen nge iakap kami manuk asang taruk”. Yang artinya “ini kami berikan
ayam kuning, ayam teratur, supaya teratur rumah tanggamu dari atas sampai
bawah. Bahagia dan berhasillah kamu seperti doa dan janji yan sudah kamu
tanggamu. Siapapun keluarga yang yang datang potonglah ayam sebagai lauknya,
karena lebih enak kami rasa ayam dari pada sayur pucuk jipang”.
63
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1. Kesimpulan
dalam upacara erdemu bayu etnik Karo yang ditinjau dari segi semiotik kemudian
sakral yang terdapat dalam bagian adat pernikahan suku Karo. Bagi masyarakat
dalam sebuah pernikahan banyak harapan dan Doa yang tersiratkan dalam
peradatan ini. Adapun yang menjadi kesimpulan antara lain sebagai berikut :
leluhur.
2). Pernikahan adat erdemu bayu merupakan sebuah pernikahan adat suku
terjalin dalam pernikahan ini adalah beranjak dari sebuah ikatan keluarga
kepada pengantin sebagai tanda persiapan rumah tangga yang baru serta
Luah yang diberikan pada saat upacara adat disebut luah adat, selain luah
adat masih ada juga luah yang diberikan kepada pengantin pada saat kerja
adat yaitu luah pribadi. Luahpribadi ini diberikan sebagai tanda rasa
64
Universitas Sumatera Utara
syukur kerabat dan ikut turut bahagiasehingga terkadang dijadikan sebuah
dianggap sebagai pesan moral dan doa yang harus mereka jalankan.
mendapat pengajaran dari setia orang tua sebagai bekal pasangan baru
luah ini sudah banyak peralatan yang digunakan mulai berubah, tidak lagi
masa kini. Sehingga membuat nilai budaya itu semakin bergeser. Namun
5.2 Saran
1). Dizaman yang semakin modern ini masyarakat Karo tetap menjaga eksistensi
kebudayaan Karo dan juga menjaga tradisi-tradisi yang sudah ada agar tetap
dilestarikan.
peralatan yang akan digunakan didalam tradisi pengendesen luah dalam upacara
65
Universitas Sumatera Utara
3). Harapannya kepada pemuda Karo agar tetap menggali dan mempelajari
kebudayaan yang ada dalam masyarakat Karo lewat tokoh – tokoh adat yang
masih ada agar generasi muda dapat mempertahankan kebudayaan itu dari
generasi ke generasi.
5). Suku Karo merupakan salah satu suku yang istimewa, banyak ciri dan khasnya
yang sangat menarik baik dari segi kehidupan masyarakatnya, bahasa, budaya
dan adatnya. Dizaman sekarang ini pengaplikasian budaya Karo itu sendiri sudah
masih ada wilayah Karo yang masih mempertahankan adat yang ada di daerahnya
karena masih memiliki beberapa tokoh adat yang memegang teguh prinsip
budaya, sehingga data yang diperoleh seorang peneliti dapat lebih akurat dan asli.
66
Universitas Sumatera Utara
Daftar Pustaka
Bangun, Tridah. Adat dan Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Karo.Jakarta:
Kesaint Blanc.1986.
Hoed , Benny H, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya: Komunitas Bambu 2011.
Indriyani, Darmila. Erdemu Bayu Etnik Batak Karo: Kajian Analisis Wacana. Medan:
Ratih, Rina. Teori dan aplikasi semiotik michael riffaterre.548 Yogyakarta 55167:
Saragih, A. Semiotik bahasa tanda, penanda dan petanda dalam bahasa. Medan:
67
Universitas Sumatera Utara