Anda di halaman 1dari 106

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Sastra Batak Skripsi Sarjana

2018

Retret Rumah Adat Karo: Kajian Semiotik

Saragih, Maychael. T.
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5261
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
RETRET RUMAH ADAT KARO:
KAJIAN SEMIOTIK

Skripsi

Disusun Oleh:
MAYCHAEL. T. SARAGIH
NIM: 130703017

PROGRAM STUDI SASTRA BATAK


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Maychael, 2017. Judul skripsi : retret Pada Dinding Rumah Adat Karo :
Kajian Semiotik

Penelitian ini adalah tentang retret pada rumah adat etnik Karo di
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo yang ditinjau dari kajian semiotik.
Retret merupakan warisan budaya nenek moyang kita sejak dulu hingga sekarang.
Retret yang terdapat pada rumah adat etnik Karo sangat erat dikaitkannya hal-hal
mistis dan religius.

Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek/subjek penelitian
seseorang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa retret mempunyai


hubungan yang sangat berpengaruh dengan kehidupan sosial etnik Karo, adapun
retret tersebut dijadikan sebagai pedoman untuk menilai sebuah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap yang lain maupun dijadikan sebagai bahan
untuk menjalanai kehidupan yang harmonis. Hal ini terlihat pengertian yang
terungkap dilapangan dengan makna-makna yang muncul sangat berkaitan dengan
tindakan yang sering dilakukan oleh etnik Karo.

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa retret adalah lukisan


ataupun ukiran tradisional yag biasanya dilukiskan pada dinding-dinding rumah
adat etnik Karo yang mengandung unsur mistis dan penolak bala dari segala roh-
roh jahat dan untuk menentukan fungsi dan makna dari retret Pada Dinding
Rumah Adat Karo tersebut.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke khadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat
dan berkat yang diberikannya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Retret Rumah Adat Karo: Kajian Semiotik”.


Adapun alasan penulis memilih judul skripsi ini ialah karena judul tersebut
merupakan salah satu budaya etnik Karo yang sudah jarang untuk dipelajari.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna baagi yang membaca dan untuk
mempelajarinya, penulis juga berharap skripsi ini dapat dijadikan bahan masukan
bagi para peneliti khususnya tentang semiotik. Untuk memudahkan pemahaman
terhadap apa yang akan di bahas di dalam skripsi ini penulis akan memaparkan
rincian skripsi ini, sebagai berikut :

Bab I merupakan pendahuluan, diuraikan latar belakang masalah, rumusan


masalah, tujuan masalah, dan manfaat penelitian. Bab II merupakan tinjauan
pustaka, yang mencakup kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan. Bab
III merupakan metode penelitian, yang terdiri atas: metode dasar , lokasi
penelitian ,jenis dan sumber data, instrumen data, metode dan teknik
pengumpulan data, metode analisis data. Bab IV merupakan isi, yang mencakup
pengeretret, lumut lumut lawit, tapak raja Sulaiman, embun sikawiten, pantil
manggis, bunga bincole, taruk taruk, cimba lau dan tutup dadu, bindu matagah,
bindu matoguh, pucuk merbung, tupak salah silima lima, osar osar, teger tudung,
kurung tendi, kiungen, bintang raja Sulaiman. Bab V merupakan kesimpulan dan
saran.

Penulis menyadari masih memiliki kekurangan maupun kelemahan yang


ada dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritikan demi penyempurnaan skripsi ini, supaya
bermanfaat dalam bidang pendidikan dan penerapapan di lapangan serta bisa
dikembangkan lebih lanjut. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih!

Medan, Maret 2017


Penulis.

Maychael. T.
Saragih 130703017

Universitas Sumatera Utara


KATA PENARUH

Bujur ras mejuah-juah si kataken man Tuhan Dibata si enggo me bereken


pasu-pasu na man penulis, seh skripsi enda dung.

Skripsi enda erjudul “Retret Rumah Adat Karo : Kajian semiotik”.


Skripsi enda erjudul sada ciri adat kalak Karo si enggo jarang i pelajari. Penulis pe
ngarap skripsi enda banci jadi sada masukan man teman-teman khususna kerna
retret ras semiotik. Isi skripsi enda emekap:

Bab I (sada) emekap kata penaruh, ngori latar belakang, persoalan, tujun
persoalan, ras manfaat penelitin. Bab II (dua) ngori kajian pustaka, si mencakup
kepustakaan si relevan ras teori si i gunaken. Bab III (telu) ngori metode penelitin,
si isi metode pemena, ingan penelitin, jenis ras sumber data, instrumen data,
metode ras teknik pepulung data, metode analisis data. Bab IV (empat) hasil
penelitin, simencakup beraspatih ni taneh, lumut lumut lawit, tapak raja
sulaiman, embun sikawiten, pantil manggis, bunga bincole, taruk taruk, cimba lau
ras tutup dadu, bindu matagah, bindu mateguh, pucuk merbung, tupak salah
silimalima, osar osar, teger tudung, kurung tendi, kiungen, bintang Raja
Sulaiman. Bab V (lima) emakap kesimpulan ras saran.

Sinulis sadar maka lit kekurangen entah pe kelemahan bas skripsi enda.
Arah, meteruk ukur si nulis ngarap ndatken masuken ras kritiken guna
petungguhen skripsi enda, gelah erguna bas bidang pendidikan banci i
kembangken terdauhen. Singkat kata penulis ngataken bujur ras mejuah-juah man
ban ta kerina.

Medan, Maret 2017


Penulis.

Maychael. T.
Saragih 130703017

Universitas Sumatera Utara


ktpenruh

bujru-rs-mejuwhjuwhsiktkne-mn-tuan-dibtsiae^gomeberEkne-
psupsunmn-penulsi-sehs-k-rpi-siaEDdu^!s-k-rpi-siaEDare-
judlu-rte-rte-rumhadt-krokjiyn-semiyotki-s-k-rpi-siaEDare-
judlu-sdciriadt-klk-krosiae^gojr^Ipeljripenulsi-pE<rp-s-k-
rpi-siaEDbn-cijdisdmsukne-mn-temn-temn-k-aussu-nkre-nrte-
rte-rs-semiyotki-Isis-k-rpi-siaEDaEmEkp-!bb-sdaEmEkp-
ktpenruh<oriltr-belk^pre-sowln-tujnu-pre-sowln-rs-mn-pat-
penelitni-bb-duw<orikjiyn-psu-tksimne-ckpu-kepsu-tkan-
sirelepn-rs-tEyorisiIgunkne-bb-telu<orimEtodEpenelitni-
siIsimEtodEpemenI<n-penelitni-jensi-rs-smu-bre-dtIn-s-t-
rumnE-dtmEtodErs-tkE-nki-pepulu^dtmEtodEanlissi-dtbb-ame-pt-
asli-penelitni-simne-ckpu-bers-ptihnitnehlumtu-lumtu-lwti-
tpk-rjsulyimn-ame-bnu-sikwitne-pn-tli-m^gsi-bu<bni-colEtrku-
trku-ciBlwurs-tutpu-ddubiDumtghbiDumteguhpucku-mre-bu^tupk-
slhsilimlimaosr-aosr-tegre-tudu^kuru^teDikiyu<ne-bni-
t^rjsulyimn-bb-limaEmEkp-kesmi-puln-rs-srn-!sinulsi-sdr-
mklti-kekur<ne-ane-thpEkelemane-bs-s-k-rpi-siaEDarhmeterku-
Ukru-sinulsi-<rp-Dt-kne-msukne-rs-k-ritikne-gunpetu^guane-s-
k-rpi-siaEDgelhare-gunbs-bid^pne-didikn-bn-cikme-b^kne-tre-
dwuane-si^kt-ktpenulsi-<tkne-bujru-rs-mejuwhjuwhmn-bn-
tkerin!

jNari2018
penulsi-

my-c-aalE-t-srgih
130703017

UCAPAN TERIMA KASIH

Universitas Sumatera Utara


Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada.

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum, selaku Ketua Prodi Sastra Batak
FIB Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Flansius Tampubolon, M.Hum, selaku Sekretaris Prodi Sastra


Batak FIB Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Jekmen Sinulingga, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang


dalam kesibukannya sebagai pengajar telah menyediakan waktu dan
pikiran untuk membimbing dan mengarahkan skripsi ini menjadi lebih
baik.

5. Dosen penguji skripsi, Ibu Asni Barus, M.Hum yang telah menyediakan
waktu untuk memberikan masukan kepada penulis agar skripsi ini jauh
lebih baik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua dosen dan
staf Fakultas Ilmu Budaya, khususnya dosen-dosen Prodi Sastra Batak
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

6 Orang tua tercinta, yaitu orang tua penulis, Bapak Hendrik Ober Saragih
(+) dan Ibu Herta Berliana br Simangunsong, orang tua terbaik yang
telahmembesarkan dan mendidik penulis dan selalu memberikan
perhatian, doa, nasehat dan selalu juga memarahi penulis dalam
mengerjakan skripsi ini agar dalam prosesnya penulis lebih baik
menyelesaikan skripsi ini.

7. Tulang Inus Simangunsong, Tulang Leo Simangunsong, adek Febri br


Siregar, Tante Ani br Simangunsong, Tante Lisbet br Simangunsong yang

Universitas Sumatera Utara


selalu memberi semangat yang tiada henti kepada penulis dan selalu
mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Elviana Dukak Dukak br Sihombing, orang yang selalu ada dibelakang,


didepan, samping kanan dan samping kiri yang selalu ribut dan merepet
mendukung penulis mengerjakan skripsi ini. Terima kasih atas doanya
juga kepada penulis agar tetap selalu semangat dalam mengerjakan skripsi
ini.

9. Teman-teman satu stambuk penulis 2013, terima kasih atas semangat dan
dukungannya selama di kampus dan informasi-informasinya dalam
perkuliahan. Terima kasih juga kepada Dandi Hutagalung, Partogi
Silitonga, Fajar Opah Tarigan, Jhon Henry Sihotang, Aldo Marpaung,
Alex Sinaga, Dedi Aritonang, teman-teman Nasionalis dan Parpondok atas
dukungannya dan hiburannya kepada penulis dalam kondisi apapun.
Terima kasih juga kepada tim Jasa bola dan tim Sbobet yang selalu
menemani penulis mengerjakan skripsi ini disetiap malamnya.

10. Teman-teman dekat Lae Sahat Sihombing, Lae Berlin Sihombing, abang
Maritopo Sitepu, abang Tarigan, abang Nuai dll yang selalu mendoakan
dan memberikan dorongan semangat kepada penulis. Terima kasih
juga kepada Mama M. Yasmin Sinulingga yang di Desa Lingga yang
selalu mendoakan, memberi semangat dorongan dan memberikan
informasi yang akurat kepada penulis tentang judul skripsi penulis.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi banyak baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Hanya Tuhan Yang
Maha Esa Yang dapat membalas kebaikan kalian semua.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna. Skripsi ini juga jauh
dari sempurna. Namun penulis tetap mencari kesempurnaan tersebut dengan
berusaha merampungkan dan menyelesaikan skripsi ini secara maksimal. Penulis

Universitas Sumatera Utara


mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Medan, Januari 2018


Penulis

Maychael. T. Saragih

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI viii

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 8

1.3 Tujuan Penelitian 8

1.4 Manfaat Penelitian 9

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan 10

2.2 Teori yang Digunakan 12

2.2.1 Pengertian Semiotik 12

Bab III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar 19

Universitas Sumatera Utara


3.2 Lokasi Penelitian 20

3.3 Sumber Data Penelitian 21

3.4 Instrumen Penelitian 21

3.5 Metode Pengumpulan Data 22

3.6 Metode Analisis Data 23

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4,1 Bentuk Retret Rumah Adat Etnik Karo 25

4.1.1 Retret Bermotif Bentuk Hewan 26

4.1.2 Retret Bermotif Bentuk Tumbuhan 28

4.1.3 Retret Bermotif Bentuk Geometris 34

4.2 Fungsi Retret Rumah Adat Etnik Karo 44

4.2.1 Fungsi Retret Bermotif Bentuk Hewan 44

4.2.2 Fungsi Retret Bermotif Bentuk Tumbuhan 47

4.2.3 Fungsi Retret Bermotif Bentuk Geometris 54

4.3 Makna Retret Rumah Adat Etnik Karo 68

4.3.1 Makna Retret Bermotif Bentuk Hewan 68

4.3.2 Makna Retret Bermotif Bentuk Tumbuhan 70

Universitas Sumatera Utara


4.3.3 Makna Retret Bermotif Bentuk Geometris 74

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 84

5.2 Saran 86

DAFTAR PUSTAKA 87

LAMPIRAN 1 1

SURAT IZIN PENELITIAN DARI FAKULTAS 2

SURAT KETERANGAN DARI KEPALA DESA LINGGA 3

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, karena beragam bahasa dan

etnik yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Suku-suku di Indonesia pada

umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri. Salah satunya etnik Batak yang

berada didaerah Sumatera Utara. Etnik Batak terdiri atas lima subetnik, yaitu

Toba, Karo, Pakpak, Mandailing, Simalungun. Kelima subetnik batak tersebut

memiliki bahasa dan kebudayaan yang hampir sama.

Dari kelima etnik Batak ini, etnik Karo memiliki budaya yang sangat

kental. Etnik Karo juga masih memiliki tradisi-tradisi yang diwariskan para

leluhur di masa lampau hingga sampai sekarang. Selain masih menggunakan

tradisi-tradisi pada zaman dahulu etnik Karo juga masih memelihara peninggalan-

peninggalan para leluhur hingga sampai sekarang. Selain kaya akan budayanya,

etnik Karo juga kaya akan tanaman subur yang terbentang luas di Kabupaten

Karo

Berdasarkan asal usul terjadinya etnik Karo belum diketahui secara pasti.

Namun diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1250. Karena menurut beberapa

penulis pada waktu itu sudah ada kerajaan Haru (Aru). Kerajaan ini dulunya

cukup kuat dan wilayah kekuasaan yang sangat luas. Masa kejayaan kerajaan ini

cukup lama. Namun sekitar tahun 1539 kerajan Haru kalah dan hancur total akibat

serangan tentara kerajaan Aceh yang memiliki persenjataan yang cukup kuat.

Rakyatnya pergi menyelamatkan diri ketempat yang dianggapnya aman. Rakyat

Universitas Sumatera Utara


yang pergi menyelamatkan diri ada yang ke Singkil, Pak-pak Dairi, Aceh

(Gayo Alas), Asahan, Simalungun, dan dataran tinggi tanah Karo (Karo Gugung).

Sebahagian lagi pergi ke dataran rendah dekat pengunungan mulai dari bukit

Lawang, Bahorok (Buah Orok), Deli Serdang sampai keperbatasan Sipis-pis

Tebing Tinggi sekarang. Mereka yang menempati tempat yang baru diluar Asahan

kemudian disebut orang Karo sisa perang Haru.

Etnik Karo yang tinggal di dataran rendah dekat pengunungan yang

luasnya lebih kurang 5.000 km2 kemudian disebut Batak Karo Dusun.

Disisi lain dari penemuan sejarah, di Labu Tuo yang letaknya berdekatan

dengan kota pelabuhan Baros, ditemukan sebuah batu bertulis pada tahun 1872,

isinya baru dapat dibaca pada tahun 1932 oleh Prof. Nilakantisastri, Guru besar

Purbakala di Madras.

Batu tertulis tersebut ditemukan oleh Kontelitir Deuz. Isinya bahwa pada

tahun 1088 M ada 1.500 orang Tamil dari India Selatan bertempat tinggal di

Baros. Mereka membentuk kesatuan untuk mencegah persaingan sesama mereka

dalam dagang kapur barus dan kemenyan, mereka membentuk kesatuan dagang di

daerah itu.

Penduduk yang terdahulu menempati daerah itu semakin bertambah

dengan adanya pendatang baru. Pendatang baru itu terutama berasal dari India

dengan maksud untuk mencari sumber penghidupan terutama berdagang

disamping menanamkan pengaruhnya. Di luar daerah Barus mereka menjumpai

gading gajah, cula badak, kapur barus, kemenyan dan emas yang sangat berharga

dan digemari pada waktu itu. Barang-barang ini dibawa dan diperdagangkan di

Universitas Sumatera Utara


India, Eropa, dan Tiongkok. Beberapa diantaranya ada juga yang menetap

dan menggabungkan diri dengan golongan pribumi setempat. Mereka tidak

kembali kenegrinya, ada juga akibat sulitnya atau putusnya hubungan karena

pemimpinnya tidak datang lagi. Di daerah-daerah sekitarnya sering terjadi

perpindahan penduduk. Perpindahan tersebut disebabkan terjadinya huru-hara

untuk mencari tempat pertanian yang lebih baik. Oleh karena terjadinya

pergeseran penduduk tersebut, etnik Karo tinggalnya berpencar dan sebagian kecil

derada di dataran tinggi Karo. Diperkirakan orang India (Tamil) yang tinggal

disekitar Baros itulah yang sampai di desa Seberaya (Karo) kemudian tinggal

bersama dengan penduduk setempat. Dari sumber lain diketahui pula bahwa pada

tahun 1680 Guru Pertimpus (Guru Pa Timpus) sudah tinggal di Medan sekarang.

Dia bermarga Sembiring Pelawi datang dari tanah Karo Gugung, bermaksud

untuk membuka ladang diantara sungai Babura dan sungai Deli. Kemudian Guru

Pa Timpus kawin dengan seorang putri panglima Hali yang tinggal di Sei

Sikambing. Panglima Hali sendiri sebenarnya dulu berasal dari etnik Karo,

bermarga Tarigan. Disisi lain masih ada sumber dengan versi yang berbeda.

Sumber itu adalah nenek kandung penulis (Sempa Sitepu) bernama Rayung Karo

Sitepu

Etnik Karo pada umumnya mendiami daerah tanah Karo sebagai daerah

pemirantahan Kabupaten Karo, yang meliputi : Kecamatan Brastagi, Kecamatan

Simpang Empat, Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Tiga Panah, Kecamatan Lau

Baleng, Kecamatan Juhar, Kecamatan Kuta Buluh, Kecamatan Munthe,

Universitas Sumatera Utara


Kecamatan Mardinding, Kecamatan Merek. Etnik Karo memiliki berbagai nilai

budaya, salah satu diantaranya adalah nilai budaya pada arsitektur tradisional yang

ada pada rumah adat. Hal ini pula yang menjadi penelitian penulis. Penulis

memfokuskan lokasi penelitian di Kecamatan Simpang Empat, dan menitik

beratkan permasalahan pada fungsi dan makna retret tradisional rumah adat etnik

Karo yang ada di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat. Desa Lingga

merupakan desa pertanian, yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian

petani, pedagang, dan pegawai.

Etnik Karo hidup berbudaya sangatlah dijunjung tinggi oleh etnik Karo itu

sendiri dalam kehidupan sehari-hari, selain itu benda-benda sakral peninggalan

oleh para leluhur sangatlah dijaga dengan baik oleh penerusnya. Etnik Karo juga

memiliki rumah adat yang diwariskan oleh para Nenek Moyang kepada

generasinya. Selain menjadi tempat tinggal ataupun tempat persinggahan para raja

pada zaman dahulu, rumah adat juga rumah yang sangat sakral, karena di setiap

titik sudut rumah adat itu sendiri memiliki bentuk dan arti yang melambangkan

kehidupan sehari-hari etnik Karo hingga sekarang.

Rumah adat Karo merupakan salah satu aset kebudayaan yang ada di

Kabupaten Karo, yang memiliki ciri khas dan keunikan yang bernilai tinggi

kesakralannya. Rumah adat etnik Karo memiliki retret yang penuh makna dan

memiliki kesan mistis di dalam ukiran tersebut. Ukiran retret yang terdapat pada

dinding rumah adat karo memiliki lima motif warna yang masing-masing warna

memiliki makna tersendiri. Lima warna retret tersebut melambangkan keakraban

Universitas Sumatera Utara


dan kekerabatan antar lima marga besar etnik Karo. Lima warna terbut ialah: 1).

Merah, 2). Hitam, 3). Putih, 4). Hijau, 5). Kuning.

Rumah adat etnik Karo memiliki retret yang melambangkan kehidupan

sehari-hari etnik Karo. Retret ini juga menjadi simbol sebagai berikut; 1).

Keeratan persaudaraan pada etnik Karo, 2). Dapat menjadi hiasan pada rumah

adat, 3). Retret ini juga dapat memperindah rumah adat yang ditempati etnik

Karo, 4). Retret juga merupakan desain tradisional yang bernilai tinggi

kesakralannya, yang berkaitan dengan kepercayaan memiliki makna kebahagiaan

bagi penghuninya, 5). Retret ialah sebuah pengikat yag biasanya digunakan untuk

memperkokoh dinding rumah adat etnik Karo tersebut. Selain memperkokoh

dinding rumah adat Karo retret ini juga melambangkan suatu pengikat keeretan

antar etnik Karo tersebut. Retret yang terdapat pada dinding rumah adat Karo

dapat mewakili sebagian besar retret yang ada pada bagian dalam rumah adat

Karo ataupun yang ada pada rumah adat lainnya. Selain terdapat pada sisi luar

rumah adat, retret juga terdapat pada bagian dalam rumah adat seperti; pada

derpih (bagian-bagian dinding rumah adat).

Pada setiap retret yang terdapat pada rumah adat memiliki bentuk, fungsi,

dan makna masing-masing yang menggambarkan perilaku atau cara hidup

manusia sehari-hari dan memiliki nilai-nilai budaya yang kuat antar sesama.

Simbol adalah “sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang


terlihat yang menggantikan gagasan atau objek, simbol adalah kata, tanda,
atau isyarat, yang digunakan unntuk mewakili sesuatu yang lain. Simbol
sering diartikan secara terbatas sebagai tanda konvensional, sesuatu yang
di bangun oleh masyarakat atau individu dengan arti dan makna tertentu
yang kurang lebih standar dan di sepakati atau dipakai anggota masyarakat
itu sendiri”. Arti simbol dalam konteks ini sering di lawankan dengan
tanda ilmiah.

Universitas Sumatera Utara


Melalui simbol-simbol itu manusia mengungkapkan perasaan, mencari

pengetahuan dan keinginan untuk menciptakan sesuatu seperti benda-benda yang

dapat menunjang keinginan dan kebutuhan hidupnya (Budianto, 2004:87).

Retret rumah adat Karo berhubungan dengan lambang-lambang dan

terkait dengan adat-istidiadat, sebagai suatu produk budaya yang diciptakan nenek

moyang dan sebagai hasil dari belajar, khususnya melalui alam yang dipercayai

mengandung makna khusus,(Sitepu dalam Surbakti,2008:78).

Sitepu,(1996:202) juga mengungkapkan “retret juga dipercayai

sebagai berikut; 1). Penolak bala, 2). Penangkal roh jahat, 3). Media

pengobatan, 4). Memperindah bangunan rumah adat Karo khususnya pada

dinding rumah adat karo. Bangunan rumah adat Karo dan retret menjadi satu

kesatuan yang utuh serta memberikan kesan keagungan dan keindahan, 5).

Sebagai simbol kemakmuran, 6). Simbol kemarahan atau kemurkaan dari

roh-roh nenek moyang, biasanya didalam perwujudannya dikaitkan pada hal-

hal yang bersifat religius.

Pada umumnya, rumah adat etnik Karo memiliki jenis-jenis rumah adat

(Jabu), seperti: siempat jabu (empat rumah), sienem jabu (enam rumah), siwaluh

jabu (delapan rumah), sisepulu jabu (sepuluh rumah), sisepulu dua jabu (dua

belas rumah), dan sisepulu enem jabu (enam belas rumah). Adapun dari keenam

jenis rumah adat ini sama-sama memiliki retret yang diletakkan diberbagai tempat

pada rumah adat tersebut yang memiliki makna dalam kehidupan etnik Karo.

Bentuk, fungsi dan makna tersebut yang membuat manusia saling akur, tolong

menolong diantara sesama manusia.

Universitas Sumatera Utara


Adapun jenis retret yang terdapat pada rumah adat Karo ialah sebagai
berikut:
1. Beraspatih Ni Taneh, 2. Tapak Raja Sulaiman, 3. Bindu Matagah, 4.

Embun Sikawiten, 5. Bindu Matoguh, 6. Lukisan Suki, 7. Tupak Salah Silima –

lima. Jadi, retret pada rumah adat Karo adalah salah satu budaya etnik Karo yang

di wariskan nenek moyang dari generasi ke generasi yang harus dijaga dan

dilestarikan ke generasi berikutnya.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan

teknologi, manusia sudah bersifat praktis dalam kehidupan, sehingga nilai-nilai

budaya lama yang menjadi acuan masyarakatnya sudah mulai pudar akibat

masuknya nilai-nilai baru. Hal ini adalah sebagai akibat dari merebaknya arus

informasi yang semakin canggih, sehingga sebagai masyarakat daerah terutama

dari generasi mudanya cenderung lebih tertarik pada hal-hal yang baru. Posisi dan

keberadaan kebudayaan daerah menjadi semakin tertinggal bila diamati secara

mendasar, disisi lain tradisi masih dibutuhkan.

Nilai - nilai kesakralan retret mulai terkikis akibat pengaruh masuknya

nilai-nilai baru. Dengan kata lain, retret yang terdapat pada rumah adat Karo

mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksudkan adalah berkurangnya minat

generasi-generasi muda untuk mempelajari cara pembuatan atau pengukiran retret

yang di dalamnya bersifat sakral dan pentingnya nilai-nilai simbol yang terkadung

didalam retret pada rumah adat Karo. Hal inilah yang mendorong penulis untuk

melakukan penelitian mengenai arti simbol-simbol dan makna yang terdapat pada

retret rumah adat Karo.

Universitas Sumatera Utara


Adapun ketertarikan penulis terhadap retret yang terdapat pada rumah adat

Karo, bahwasanya bentuk retret yang sangat unik dan indah bila di pandang,

selain itu retret juga memiliki fungsi dan makna yang sangat sakral (religius)

terhadap kehidupan etnik Karo yang harus dilestarikan kembali kesakralannya

bentuk retret tersebut. Akan tetapi seiring bertambahnya waktu nilai-nilai sakral

yang terkandung di dalam retret tersebut mulai pudar, dikarenakan minimnya

keingintahuan generasi muda untuk mempelajari cara pembuatan bentuk, simbol,

fungsi dan makna dari retret tersebut.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji

bentuk, fungsi dan makna yang terdapat pada retret rumah adat etnik Karo di

Desa Lingga Kabupaten Karo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka di rumuskan suatu masalah. Adapun


rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk simbol retret yang ada pada retret rumah adat Karo?

2. Apa fungsi simbol yang terdapat pada retret rumah adat Karo?

3. Apa makna simbol yang terdapat pada retret rumah adat Karo?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan retret yang ada pada rumah adat Karo.

2. Untuk mendeskripsikan fungsi yang ada di dalam retret rumah adat Karo.

3. Untuk mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam retret rumah adat


Karo.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Dapat memperkaya pengetahuan terhadap simbolik pada retret ( seni ukir

rumah adat etnik Karo).

2. Mengetahui fungsi dan makna retret rumah adat yang terdapat pada rumah

adat etnik Karo.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Dalam menyusun sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian

pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

dalam suatu penelitian, paparan atau kosep-konsep tersebut bersumber dari

pendapat para ahli-ahli, emperisme(pengalaman penelitian), dokumentasi, dan

nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku

tentang semiotik, salah satunya pendapat Pierce dan pendapat Alex Sobur sebagai

landasan teori bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun hasil penelitian sumber bacaan lain yang digunakan dalam

memahami dan mendukung penelitian penulis adalah:

Sitepu, (1996) yang berjudul Pilar Budaya Karo, buku ini dipaparkan

tentang tahap pembuatan rumah adat Karo, sistem kemasyarakatan yang ada pada

etnik Karo, sistem religi etnik Karo, ornamen rumah adat Karo, retret rumah adat

Karo, sendok dapur, pakaian tenunan dan lain-lain. Buku ini juga menceritakan

asal usul nama Karo dan asal usul dari satu kampung. Kontribusi buku ini dalam

penyelesaian skripsi ini adalah sangat bermakna, dengan adanya tentang retret di

dalam buku ini dan khususnya retret pada rumah adat Karo dapat membantu

penulis mengerjakan skripsi ini dengan baik.

Yanti, Skripsi (2003) : mengkaji fungsi dan makna gorga dalam

masyarakat Batak Toba. Kontribusi skripsi ini pada skripsi ini ialah membahas

Universitas Sumatera Utara


tentang ornamen dalam rumah adat batak Toba dan juga menggunakan kajian

yang sama tentang semiotik, skripsi ini dapat membantu penulis untuk menambah

wawasan tentang rumah adat Karo.

Rayking, Skripsi(2012): Gorga Sopo Godang pada masyarakat Batak

Toba:kajian semiotik yang terdapat di desa Simanindo Kabupaten Samosir.

Skripsi ini membahas tentang ornamen batak Toba, fungsinya dalam masyarakat

toba, dan makna yang terdapat pada setiap ornamen yang ada pada masyarakat

batak Toba. Kontribusi Skripsi ini juga menggunakan teori yang sama seperti

yang penulis pergunakan yaitu teori semiotik, selain itu skripsi ini juga membantu

penulis dari segi pemahaman tentang rumah adat dan seni ukir pada rumah adat.

Dalam hal ini Rayking telah membantu penulis dalam cara menganalisis retret

sebagai simbol. Adapun perbedaan yang terdapat pada skripsi ini dengan skripsi

penulis ialah tempat lokasi dan rumah adat yang berbeda.

Hoed, Benny (2008), buku ini yang berjudul Semiotika dan Dinamika

Sosial Budaya. Buku mencakup pengertian-pengertian semiotika dari berbagai

pakar ilmu dibidang semiotika. Kontribusi buku ini sangatlah membantu penulis

untuk mengerjakan skripsi ini, di dalam buku ini terdapat pengertian-pengertian

semiotika dari para ahli semiotik. Selain dapat membantu dari segi semiotik, buku

ini juga membantu penulis untuk menjabarkan keterkaitannya semiotika dengan

sosial budaya.

Sobur, (2012), buku ini yang berjudul Analisis Teks Media. Buku ini

membahas tentang suatu pengantar analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis

framing. Selain itu buku ini juga terdapat banyak pendapat para ahli tentang

Universitas Sumatera Utara


semiotik. Kontribusi buku ini membantu penulis menambah wawasan tentang

semiotik simbol untuk menyempurnakan skripsi ini.

2.2 Teori yang Digunakan

Secara etimologi teori berasal dari bahasa yunani theoria yang berarti

kebetulan alam atau realita. Hal ini juga berdasarkan pemahaman lebih jauh

terhadap kata kerjanya yang bermakna. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep

yang telah teruji keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang

dilakukan dalam penelitian (Gabriel Abend, 180)

Teori merupakan landasan fundamental sebagai argumentasi dasar untuk

menjelaskan atau memberi jawaban terhadap masalah yang digarap, dengan

landasan teori ini maka segala masalah yang timbul dalam skripsi ini akan

menjawab. Penulis mempergunakan teori semiotik dalam penulisan skripsi ini.

Semiotika secara etimologis berasal dari bahasa yunani “semeion”


yang berarti “tanda”. “Tanda itu sendiri didefenisikan sebagai sesuatu
yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat
mewakili sesuatu yang lain”. (Eco, 1979 dalam Sobur, 2001:90)

Pokok bahasan semiotik adalah tanda, dengan demikian semiotik

mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Umberco Eco menyebut

tanda tersebut sebagai kebohongan (Gottdiener, 1995, dalam Listiorini, 1999)

2.2.1 Pengertian Semiotik

Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda

dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan

proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (Barthes, 1988:179)

Morris (1946:3), mendefenisikan semiotik adalah “ilmu mengenai


tanda, baik itu bersifat manusiawi maupun hewani, berhubungan dengan
suatu bahasa tertentu atau tidak mengandung unsur kebenaran atau

Universitas Sumatera Utara


kekeliruan bersifat sesuai atau tidak sesuai, bersifat wajar atau
mengandung unsur yang dibuat-buat”.

Priminger (dalam Sobur,2007:57) mengungkapkan “semiotika


merupakan ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa
fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu mempelajari sistem-
sistem, aturan-aturan, yang memungkinkan tanda tersebut memiliki arti”.

Sudjiman (1983:3), mengatakan semiotika mulanya dari konsep


tanda, istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani semion yang berarti
tanda-tanda terdapat dimana-mana, kata adalah tanda, demikian juga
gerak, isyarat, bendera dan sebagainya.

Menurut Saussure (2012:87) “mengatakan persepsi dan pandangan


kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain
yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat
yang cukup mengejutkan dan dianggap revolusioner, karena hal it berarti
tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan
realitas yang ada”.

Berdasarkan dari ke empat pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa semiotika itu adalah ilmu yang membahas tentang tanda yang memiliki

fungsi dan makna yang akurat pada suatu hal yang mengandung unsur tertentu.

Dalam mengungkap makna tanda yang dihadirkan pada sebuah karya seni

seorang pengamat yang memakai metode semiotika, dengan dapat memanfaatkan

ranah yang berkembang dalam semiotika tersebut, yaitu komunikasi visual (visual

comunication). Pendekatan semiotik mengaitkan tanda dengan kebudayaan, tetapi

memberikan tempat yang sentral pada tanda.

Menurut Charles Sanders Pierce (1839-1914:34-35) tanda dbagi 3 bagian,

sebagai berikut.

1. Ikon (icon), ikon adalah “tanda yang ada sedemikian rupa sebagai

kemungkinan tanpa tergantung pada adanya sebuah petanda, tetapi dapat kaitkan

Universitas Sumatera Utara


dengan atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya. Defenisi ini

mengimplikasikan bahwa segala sesuatu merupakan ikon, karena semua yang ada

dalam kenyataan dapat di kaitkan dengan sesuatu yang lain”. Sehingga dapat di

pahami ikon juga merupakan tanda yang menyerupai objek (benda) yang

diwakilinya atau tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri dengan yang

dimaksudkan.

Contoh : - Pohon, - Gunung, - Tempat sampah, - Buku, dsb

2. Indeks (index), adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya

tergantung dari adanya sebuah denotaturn (penanda). Dengan kata lain tanda yang

sifatnya tergatung pada keberadaan suatu penanda. Tanda ini memiliki kaitan

sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Indeks merupakan tanda yang

menunjuk kepada sebuah arti, indeks sering juga disebut sebagai “petunjuk”

Contoh : - Rambu-rambu lalu lintas.

- Lampu merah menandakan mobil harus berhenti.

- Lampu kuning menandakan mobil harus berhati-hati.

- Lampu hijau menandakan mobil harus jalan.

- Lukisan menandakan sebuah ekspresi yang disampulkan dalam

sebuah gambar

3. Simbol / Lambang (symbol), secara etimologis istilah simbol di serap dari

kata symbol dalam bahasa Inggris yang berakar pada kata symbolicum dalam

bahasa latin. Sementara dalam bahasa Yunani kata synbolon dan symballo, yang

juga akar kata symbol memiliki beberapa makna generik, yakni “memberi

kiasan”.

Universitas Sumatera Utara


Contoh : - Salib, - Kitab Suci, - Logo Kampus, - Logo Perusahaan.
Simbol menurut Carl Gustaf Jung(1961:52), menyatakan bahwa simbol

merupakan istilah nama yang mempunyai konotasi yang spesifik dan mengandung

sesuatu yang samar atau tersembunyi, maka diperlukan interpretasi untuk

mengungkap makna yang sebenarnya terkandung didalamnya.

Menurut Sibarani (dalam Wibowo, 2001:3-4), mengutip pendapat


Van Zoest, simbol ialah “sesuatu yang menyimbolkan dan mewakili ide,
pikiran, perasaan, dan tindakan secara arbriter, konvensional dan
representatif-interpretatif, dalam hal ini tidak ada hubungan alamiah antara
yang menyimbolkan dan yang disimbolkan”.

Etnik Karo juga menggunakan tanda-tanda simbol dalam


mempresentasikan dalam kebudayaannya, etnik Karo memberikan makna
secara arbiter. Mereka menentukan maknanya sesuai dengan apa yang
mereka utarakan, baik dengan cara berangan-angan ataupun sebagai aturan
adat dan mereka menyesuaikan dengan bentuk dan kebiasaan yang mereka
lakukan sehari-hari (dalam Pradopo 2001:71).

Oleh karena itu, itu penulis memilih teori semiotik sebagai landasan dalam

meneliti makna tanda atau simbol yang terkandung dalam retret rumah adat pada

etnik Karo.

Peirce (dalam Zoest 1978:23), mengatakan pengertian “semiotik adalah

cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi

pengguna tanda.”

Berdasarkan judul skripsi ini, maka teori yang digunakan untuk mengkaji

simbol retret rumah adat Karo adalah teori semiotika.

Pierce(dalamKaelan,2009:166), mengatakan “semiotika didasarkan


pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar,
sedangkan penalaran menurut pierce dilakukan melalui tanda-tanda.
Pierce menciptakan teori umum untuk tanda-tanda yang kuat dalam tulisan
yang tersebar dalam berbagai teks”.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan objeknya pierce menemukan suatu tanda selalu merujuk pada

suatu acuan. Setiap tanda selalu memiliki fungsi dan memiliki makna yang sesuai

dengan tanda itu sendiri. Berdasarkan objeknya juga Pierce membagi tanda itu

menjadi tiga bagian yaitu;

a. Ikon (icon)

Ikon merupakan tanda yang memiliki kemiripan “rupa”. Sebagaimana

yang telah ada wujud nyatanya.

Contoh : - Pohon, gunung, daun, tempat sampah, buku, dsb.

b. Indeks (index)

Indeks merupakan tanda yang menunjuk kepada sebuah arti, indeks sering

juga disebut sebagai “petunjuk”

Contoh : - Marka jalan, lampu lalu-lintas, plang nama jalan, dsb.

c. Simbol (symbol)

Simbol merupakan tanda yang bersifat mewakili sebuah hal yang lebih

besar yang ada di belakangnya. Simbol juga bisa menunjukkan arti yang telah di

sepakati bersama.

Contoh : - Logo, Salib, Mesjid, Kitab Suci.

Kanisius, (2002:4) menggarisbawahi “konsep simbol dengan


terminologi pola hubungan rangkap tiga, yakni adanya suatu entitas kecil,
adanya suatu keterwakilan, dan adanya suatu entitas besar. Entitas kecil itu
dapat berupa kata, ucapan, benda, peristiwa, pola, drama, atau pribadi.
Entitas besar dapat berupa makna, realitas, cita-cita, nilai-nilai, keadaan,
lembaga, atau konsep”. Adapun keterwakilan dapat berupa represenasi,
ilustrasi, isyarat, ingatan, rujukan, acuan, atau corak yang bersifat arbitrer.

Universitas Sumatera Utara


Ketiga bagian di atas merupakan objek yang membagi jenis-jenis tanda di

mana tanda memiliki arti dan makna tertentu. Ketiga bagian diatas biasa disebut

dengan tipologi tanda

Dari ke tiga objek di atas menurut pendapat Pierce, objek simbol yang

dapat dijadikan teori acuan pada pembahasan skripsi ini, dengan objek simbol

inilah dapat diketahui fungsi dan makna retret pada pembahasan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani “metodhos”.

Metodhos artinya cara atau jalan. Jadi, metode merupakan jalan yang berkaitan

dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang dikehendaki atau tujuan dalam

pemecahan suatu masalah (Nyoman Kutha Ratna, 2010:56)

Sudaryanto (1982:2), menyatakan metode adalah cara melakukan sesuatu

dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.

Metode artinya adalah sesuatu yang menggunakan pikiran secara seksama

untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan meneliti dimaksud sebagai melakukan

kerja penyelidikan secara cermat terhadap suatu sasaran untuk memperoleh hasil

tertentu (Narbuko, 1997;1).

Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan,

dan menganalisis sampai dengan menyusun laporan. Jadi, metode penelitian

adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai suatu pemahaman.

Tuchuman, (2009:89) mengungkapkan bahwa prosedur ilmiah yang di

dalamnya termasuk pembentukan konsep, preposisi, model, hipotesis, dan teori,

termasuk metode itu sendiri.

Metode penelitian merupakan sebuah desain penelitian yang terdiri dari:

setting, tata cara, sampel, pembatasan, dan kumpulan data yang hendak di analisis

dalam sebuah kajian (Burn & Grove,2003:96)

Universitas Sumatera Utara


Metode penelitian adalah hal-hal yang berkaitan dengan cara pemerolehan

data, penyusunan dan analisisnya.(Polit & Hungler, 2004:23)

Jadi, metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh

kembali pemecahan terhadap segala masalah. Masalah disini adalah objek yang di

teliti dan dicari kebenarannya, karena tanpa metodologi penelitian, penelitian yang

dilakukan akan mendapatkan hambatan dalam penyelesaiannya, seperti yang telah

dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa metodologi penelitian yang sangat

berperan penting dalam melakukan suatu penelitian (Bakker, 1984:6).

Sedangkan arti kata penelitian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005

adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang

dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahakan suatu persoalan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ialah untuk menghimpun data

yang diperlukan dalam penelitian, untuk memperoleh kebenaran terhadap suatu

objek permasalahan. Dalam metode penelitian akan dibicarakan tentang metode

dasar, sumber data penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis

data.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek/subjek penulisan (seseorang,

lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang nampak sebagaimana adanya (Nawawi 1991:63).

Universitas Sumatera Utara


Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat secara sistematis,

faktual dan akurat, mengenal fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu. Penelitian deskriptif ini lebih bersifat penemuan fakta-fakta seadanya,

penelitian yang tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk

dalam usaha mengemukakan satu dengan yang lainnya didalam aspek-aspek yang

diselidiki.

Metode deskriptif membahas pola bahasa beberapa masyarakat pada masa

tertentu ataupun perseorangan dan antar kelompok masyarakat. Metode ini akan

mendasari upaya pengumpulan dan penganalisaan data.

Alasan penulis memilih metode deskriptif dalam menyusun skripsi ini

ialah cara dan teknik yang digunakan metode ini sangat berkaitan dengan objek

yang ingin diteliti oleh penulis. Sesuai dengan cara dan teknik metode deskriptif

ini yang langsung kelapangan dan bertanya langsung kepada narasumber penulis

dapat mengetahui langsung dengan akurat apa fungsi dan makna dari bentuk retret

pada rumah adat Karo dilapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang menjadi tempat pengumpulan data yang

sebenarnya ialah di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini ialah dikarenakan rumah adat Karo

ada terdapat pada desa ini, rumah adat yang terdapat di Desa Lingga ini masih

terjaga keasliannya yang dipelihara oleh masyarakat setempat dan juga

pemerintah setempat.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Sumber Data Penelitian

Ada 3 sumber data penelitian skripsi ini :


a. Penelitian lapangan. Penulis langsung turun ke lapangan untuk mencari

data yang ada dan lengkap dari informan.

b. Tokoh-tokoh adat dan masyarakat setempat yang dijadikan penulis sebagai

informan guna memperoleh data dan hasil penelitian yang akurat. Penulis

melakukan penelitian langsung ke lapangan dan bertanya langsung kepada

tokoh-tokoh adat dan masyarakat setempat agar penelitian yang didapat

lebih konkrit dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya agar tidak

terjadi kesalahan dalam menyusun skripsi ini.

c. Penelitian kepustakaan dengan cara mencari sumber data dari buku-buku

yang sesuai dengan masalah yang terdapat pada skripsi ini. Hal ini

dilakukan agar penelitian yang dilakukan berhubungan dengan buku-buku

yang digunakan penulis sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini

sehingga penelitian akan lebih mudah dilakukan dan mendapatkan hasil

deengan lebih baik.

3.4 Instrumen Penelitian

Ada 4 instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu


sebagai berikut
1. Lembar wawancara/pedoman wawancara.

2. Alat perekam ( tape recorder ) yang digunakan untuk

mewawancarai informan sehubungan dengan objek penelitian.

Universitas Sumatera Utara


3. Alat tulis dan kertas yang digunakan untuk mencatat segala hal

yang dianggap penting dan berhubungan dengan objek penelitian.

4. Kamera juga digunakan untuk mengambil gambar retret yang

terdapat pada rumah adat Karo

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan antara lain:

a. Metode observasi yaitu penulis langsung ke lapangan melakukan

pengamatan terhadap objek penelitian. Metode observasi digunakan oleh

peneliti untuk mengamati letak dan posisi retret pada rumah adat dengan

menggunakan kamera sebagai alat menggambarkan letak retret, setelah

peneliti mengamati letak dan posisi retret tersebut maka akan di

gabungkan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan tokoh-tokoh

masyarakat. Alasan peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan data

akurat mengenai fungsi dan makna retret yang terdapat pada rumah adat

Karo.

b. Metode wawancara (Interview) digunakan untuk memperoleh gambaran

bentuk, fungsi dan makna simbol retret yang terkandung dalam simbol

yang ada pada retret rumah adat etnik Karo kepada tokoh-tokoh adat.

Wawancara ini ditujukan kepada etnik Karo khususnya kepada etnik yang

berada di Desa Lingga yang terdiri dari kepala desa, tokoh-tokoh adat,

tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat umum. Wawancara ini juga akan

menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan dan disusun

Universitas Sumatera Utara


terlebih dahulu untuk memperoleh hasil yang baik dalam penyusunan

skripsi ini.

c. Metode kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data melalui

buku-buku yang berhubungan langsung dan berkaitan erat dengan retret.

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar

data yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin

sesuai dengan kajian yang digunakan. Dalam metode ini penulis mencari

buku-buku pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan data, mengorganisasikannya

ke dalam suatu pola, kategori dari satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini data

yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Metode atau cara

mengelola data mentah sehingga menjadi data yang akurat dan ilmiah dipakai

dengan metode struktural.

Adapun langkah-langkah metode analisis data ini adalah sebagai berikut

a. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek pengkajian.

b. Mengeliminasi data dan menggugurkan data-data yang tidak relevan.

c. Setelah data diklasifikasikan, data-data dianalisis sesuai dengan kajian

yang ditetapkan yaitu bentuk, fungsi, dan makna retret pada rumah adat

Karo.

d. Menginterpesentasikan hasil analisis dalam bentuk tulisan yang sistematis

sehingga semua data dipaparkan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rumah adat Karo merupakan bangunan tradisional etnik Karo yang pada

bagian atas atap rumah terdapat kepala kerbau yang melambangkan kelemah

lembutan etnik Karo. Pada bagian palas rumah adat terdapat retret Lumut Lumut

Lawit yang memperindah rumah adat Karo. Bagi etnik Karo rumah adat ini sangat

dijaga dengan baik kegunaannya dengan merawat dan melestarikan rumah adat ini

agar tetap baik kegunaanya. Rumah adat Karo juga dikenal dengan adanya ukiran

retret, yang menjadi hiasan dan memperindah dinding rumah adat Karo tersebut,

dan retret ini memiliki hal – hal yang berhubungan adat istiadat. Dalam

pembuatan retret pada dinding rumah adat Karo akan melewati berbagai proses

perencanaan yang matang dan tidak terlepas dari adat istiadat yang telah

ditetapkan sebagai sumber hukum yang berlaku di tengah – tengah masyarakat,

melalui sidang adat raja, yang kemudian dikirim kepada ahli kesenian (penggerga)

yang mendapat perintah dari pengulu taneh seperti gambar dibawah ini.

Setiap lembar papan yang dihiasi ukiran retret pada etnik Karo ada yang

bermakna keindahan, kekeluargaan dan yang mengandung unsur mistik untuk

menjaga pemilik rumah dan sebagai pengerat sistim kekeluargaan pada etnik Karo

dan melambangkan sebagai pengikat tali persaudaraan kelima marga etnik Karo

(Merga Silima). Retret yang diteliti pada skripsi ini adalah retret yang terdapat

pada rumah adat Karo.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil penelitian maka ditemukan jenis retret pada rumah adat

Karo yaitu :1. Retret bentuk hewan, 2. Retret bermotif tumbuhan dan 3. Retret

bermotif geometris. Ketiga retret tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Bangunan Rumah Adat Karo. Doc. Foto 1 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

4.1 Bentuk Retret Rumah Adat Etnik Karo

Retret adalah suatu hiasan yang berfungsi menambah keindahan pada

rumah adat Karo. Bentuk retret yang terdapat pada rumah adat Karo memiliki ciri

khas tersendiri, bila dilihat dari bentuk nama retret beberapa diantaranya tercipta

atas dorongan pengaruh lingkungan seperti alam, binatang, dan tumbuh-

tumbuhan. Bentuk retret yang terdapat pada rumah adat Karo memiliki fungsi dan

makna yang sakral, retret juga dipercayai dapat menolak bala dan mejauhkan dari

segala roh-roh jahat.

Universitas Sumatera Utara


4.1.1 Retret Simbol Bentuk Hewan

Simbol hewan yang dipilih umumnya mengandung sifat tertentu atau yang

berkaitan dengan mitos atau kepercayaan setempat. Berikut beberapa retret

bermotif hewan yaitu:

1. Retret Beraspati Ni Taneh

(Retret Beraspatih Ni Taneh. Doc. Foto 2 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto di atas bentuk retret Beraspatih Ni Taneh yang terdapat

pada gambar ini bila diperhatikan secara seksama akan hampir mirip dengan rupa

hewan yang menyerupai gambar cicak, binatang ini dapat berjalan ke depan dan

ke belakang dikarenakan binatang yang menyerupai cicak ini memiliki dua

kepala dengan satu badan. retret ini memiliki lambang yang berupa kekuatan.

Retret ini pada etnik Karo sendiri diartikan sebagai lambang untuk memperkuat

derpih rumah adat Karo. Dalam pembuatan Beraspatih Ni Taneh ini sebenarnya

dinding pada rumah adat yang sudah dilubangi terlebih dahulu hingga membentuk

Universitas Sumatera Utara


Beraspatih Ni Taneh yang dihubungkan ke lubang yang lainnya guna

memperkokoh rumah adat etnik Karo agar lebih tahan lama dan kuat. Retret

Beraspatih Ni Taneh sebagai paku yang mempunyai kekuatan untuk memperkuat

tiap lembar papan yang terdapat pada rumah adat Karo. Ketahanan rumah adat

juga berkisar empat ratus tahun di tempat penulis mengadakan penelitian. Bahan

dasar retret ini adalah sejenis tali (ijuk) yang dibentuk membentuk cicak dan

melekat pada derpih rumah adat Karo.

2. Retret Kiungen

(Retret Kiungen. Doc. Foto 3 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan foto di atas bentuk retret ini menyerupai manusia, sesuai

dengan namanya yang menyerupai nama manusia dan bentuknya yang memiliki

kepala, mata, tangan, kaki dan tubuh manusia yang lainnya. Retret ini biasanya

dilukiskan pada bagian dalam rumah untuk memperindah rumah adat Karo.

menurut etnik Karo retret Kiungen ini adalah roh manusia yang mempunyai

kekuatan mistis.

4.1.2 Retret Simbol Bentuk Tumbuhan

Motif hias tumbuh-tumbuhan merupakan motif hias yang diambil dari

berbagai jenis-jenis tumbuhan seperi bentuk daun, bunga dan kemudian

distilirisasi menjadi bentuk hiasan yang merambat bersulur meliuk ke kiri dan ke

kanan dibentuk sedemikian rupa seperti bentuk tumbuhan.

1. Retret Lumut Lumut Lawit

(Retret Lumut Lumut Lawit. Doc. Foto 4 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan foto di atas retret Lumut Lumut Lawit berbentuk persegi

empat sama sisi yang bagian tengahnya berbentuk kotak-kotak. Kotak-kotak

tersebut terdiri dari empat bagian. Antara bagian yang pertama, kedua, ketiga dan

ke empat memiliki sisi yang sama. Adapun panjang, lebar dan luas dari masing-

masing kotak berukuran sama. Kotak-kotak pada bagian tengah tersebut berwarna

putih, sedangkan sisi yang menutupi kotak-kotak tersebut berwarna hitam. Retret

Lumut Lumut Lawit bermotif geometris karena merupakan gambaran tumbuh-

tumbuhan yang ada di alam laut. Adapun retret ini diambil dari gambaran rumput

laut dengan lumut-lumut yang bertebaran di laut pada batu karang. Rumput laut

yang licin akan menjaga batu karang yang merupakan kekuatan untuk menjaga

kelangsungan hidupnya di alam laut dari segala macam gangguan yang di

timbulkan oleh alam dan manusia untuk merusak laut. Hal tersebutlah yang

melatarbelakangi etnik Karo membentuk retret Lumut Lumut lawit yang mereka

percaya dapat menggelincirkan segala niat jahat yang berusaha mengganggu

ketentraman pemilik rumah. Retret ini terbuat dari bambu yang dibelah dan

dianyam sedemikian rupa membentuk segi empat yang diletakkan pada ayo-ayo

depan rumah adat Karo. Adapun bambu yang dianyam itu diberikan warna hitam

dan putih yang merupakan tiruan dari batu karang dan Lumut yang mana lumut

berwarna hitam sedangkan batu karang berwarna putih.

Universitas Sumatera Utara


2. Simbol retret TarukTaruk

(Retret Taruk Taruk. Doc. Foto 5 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret taruk taruk ini berbentuk gambar bunga

yang merupakan tiruan dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itu merupakan

sulur labu yang menjalar dan di antaranya terdapat retret bincole dan pucuk

merbung yang menambah keindahan dari retret taruk taruk tersebut. Tumbuhan

sulur labu yang menjalar menunjukkan kesuburan dan kemakmuran yang

memberikan kebahagian. Kebahagian itu didapatkan dari hasil pengolahan

pertanian yang akan mendatangkan rejeki yang baik pada etnik Karo. Hal inilah

yang melatarbelakangi etnik Karo membentuk retret taruk taruk yang mereka

yakini bahwa pertanian memberikan rejeki yang baik jika diolah dengan baik.

Retret ini dibentuk dengan teknik tatah dan diberi warna sesuai dengan gambar

sulur labu yang menjalar.

Universitas Sumatera Utara


3. Retret Pantil Manggis

(Retret Pantil Manggis. Doc. Foto 6 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto di atas retret Pantil Manggis ini berbentuk persegi empat

yang bagian tengahnya dibagi atas empat bagian seperti gambar kelopak bunga.

Antara kelopak bunga yang pertama, kedua, ketiga dan ke empat memiliki ukuran

yang sama. Keempat kelopak bunga tersebut berwarna putih dan persegi dan yang

menutupi kelopak tersebut berwarna hitam. Retret ini bermotif tumbuh-tumbuhan

berupa bagian bawah buah manggis. Bagian bawah buah manggis tersebut

menunjukkan isi dari pada buah manggis. Adapun retret ini bermotif tumbuh-

tumbuhan karena merupakan tiruan dari buah manggis dan isi dari buah manggis.

Warna hitam persegi pada retret ini menunjukkan kulit dari buah manggis dan

putih yang membentuk kelopak bunga menunjukkan isi dari buah manggis

tersebut. Bahan dasar retret ini adalah papan (ayo-ayo) yang tehnik pembuatannya

dengan cara di ukir yang menyerupai bagian bawah buah manggis dengan warna

dasar putih membentuk kelopak bunga yang setiap bentuknya sama.

Universitas Sumatera Utara


4. Retret Bunga Bincole

(Retret Bunga Bincole. Doc. Foto Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Retret Bunga Bincole ini berbentuk tumbuh-tumbuhan yang sedang

mekar yang menunjukkan keindahan. Pembuatan retret ini dengan cara di ukir

dan di pahat dengan cara melihat tumbuh-tumbuhan yang ada di alam sekitar.

Motif tumbuhan yang ada pada retret ini menyerupai tumbuhan teratai putih.

Tumbuhan bunga teratai putih yang ada pada retret ini tumbuh di semak-semak di

rawa-rawa hutan. Bunga Bincole yang merupakan bunga teratai putih yang

terdapat pada retret ini sangat harum baunya dan sangat sulit untuk memetiknya.

Akan tetapi

memberikan keindahan yang sangat indah ditengah-tengah lumpur dan rawa-rawa

hutan. Kesan cantik dan indah itulah yang melatar belakangi pembuatan retret

Bunga Bincole.

Universitas Sumatera Utara


5. Retret Pucuk Merbung

(Retret Pucuk Merbung. Doc. Foto 8 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret ini berbentuk persegi empat dan persegi

panjang yang bagian tengahnya menunjukan gambar bunga yang sedang mekar.

Motif retret ini diambil dari gambar tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itu

berupa bunga kembang sepatu yang sedang mekar. Retret ini dibentuk pada

dapur-dapur rumah adat Karo. Tehnik pembuatan retret ini dengan cara di ukir

dan dipahat. Pembuatan retret ini dilakukan dengan melihat tumbuh-tumbuhan

yang ada di alam sekitar sehingga retret ini menyerupai bunga kembang sepatu

yang sedang mekar. Retret ini pembuatannya tidak mengandung unsur mistik,

sehingga retret ini hanya merupakan keindahan bagi etnik Karo.

Universitas Sumatera Utara


4.1.3 Retret Bermotif Geometris

Ragam hias geometris merupakan ragam hias yang cukup tua usianya. Hal

tersebut ditunjang oleh bukti-bukti dari peninggalan masa lampau. Adanya karya-

karya yang indah yang terlihat dibuat oleh manusia pada masa lampau

diantaranya terbukti dari benda-benda purbakala.

Ragam hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti

bentuk benda yang dihiasai dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan

pada berbagai tempat dan berbagai teknik.

disebut motif geometris karena motif ini mengacu pada bentuk ilmu

ukurnya. Berikut yang termasuk retret geometris adalah:

1. Retret Embun Sikawien

(Retret Embun Sikawiten. Doc. Foto 9 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret ini bermotif alam yang merupakan tiruan

dari awan akan tetapi retret ini dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar

membentuk segitiga. retret ini merupakan gambar awan yang beriring dilangit

yang memiliki gumpalan tebal yang ketika lapisan awan atas bergerak maka

Universitas Sumatera Utara


bayangan awan dibawahnya akan ikut. Terjemahan secara bebas retret ini adalah

awan yang berkaitan atau rangkaian awan yang beriringan yang berarti rakut

sitelu dalam etnik Karo. Lapisan awan atas menunjukkan Kalimbubu dan lapisan

awan bawah sebagai pengikut menunjukkan anak berru. Bahan dasar retret ini

adalah kayu yang tehnik pembuatannya di ukir dan dipahat sesuai gambar awan

yang beriringan. Warna dasar retret diambil dari warna bunga yang merah yang

berarti kekuatan kalimbubu dalam acara adat Karo yang menjaga keharmonisan

kekeluargaannya dengan anak berru.

2. Retret Bindu Matagah

(Retret Bindu Matagah. Doc. Foto 10 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret ini berupa garis yang menyilang diagonal

dan membentuk persegi yang melambangkan pesilah simehuli (menyingkirkan

yang tidak baik). Penyingkiran yang tidak baik itu merupakan kekuatan retret

Bindu Matagah untuk menjaga lingkungan dan manusia dari roh-roh alam

Universitas Sumatera Utara


semesta yang ditimbulkan oleh manusia sendiri ataupun alam yang berusaha

mengganggu dan merusak ketentraman desa dan pemilik rumah adat. Retret ini

bermotif geometris. Bahan dasar retret ini adalah kayu yang tehnik

pembuatannya di ukir dan dibuat garis menyilang membentuk persegi.

3. Retret Tapak Raja Sulaiman

(Retret Tapak Raja Sulaiman. Doc. Foto 11 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret ini bermotif geometris yang berupa garis

menyimpul membentuk ruang. Menurut etnik karo pada zaman dahulu Tapak

Raja Sulaiman ini adalah seorang dukun yang sakti mandraguna dan ia juga

menguasai semua mahkluk-mahkluk halus yang ada dibumi ini. Arti dari Tapak

ini melambangkan garis tangan dan kaki dari dukun tersebut yang memiliki

kekuatan yang dapat dijadikan suratan untuk menolak segala yang tidak baik.

Bentuk retret ini merupakan jalinan dari motif bunga tertentu yang secara

geometris membentuk menjadi empat bagian. Nama retret ini merupakan nama

raja yang dianggap sakti yang ditakuti mahluk jahat mulai yang kecil sampai yang

Universitas Sumatera Utara


besar. Retret ini terdapat pada dinding bagian bawah rumah adat yang

menggambarkan posisi masing-masing ruang dalam rumah adat Karo. Rumah

adat Karo terdiri dua bagian yaitu : Jabu ture dan Jabu tengah. Jabu ture

menandakan posisi rumah raja dan sangat berperan dalam segala kegiatan adat,

sedangkaan jabu tengah sebagai pengikut saja yang disetarakan dengan rumah

rakyat biasa, akan tetapi hubungan kekeluargaan tetap terjaga tanpa ada perbedaan

status. Retret ini juga menandakan kepercayaan masyarakat bahwa Raja Sulaiman

merupakan raja yang ditakuti oleh dedemit.

4. Retret Cimba Lau dan Tutup Dadu

(Retret Cimbalau dan tutup dadu.Doc.Foto12 Oleh Maychael Saragih,9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret ini bermotif geometris (alam) yang

membentuk persegi panjang dengan garis-garis melintang membentuk tutup

stoples pada bagian dalamnya. Bahan dasar retret ini adalah papan ayo-ayo yang

di ukir dan dipahat membentuk tutup stoples melintang. Warna dasar retret ini

ialah hitam dan putih yang mana retret ini menunjukkan awan hitam yang berarak

di langit yang akan segera menunjukkan datangnya hujan. retret ini terdapat pada

Universitas Sumatera Utara


bagian atas dan bawah papan dapur-dapur rumah adat Karo. Retret yang

merupakan bentuk awan yang berarak di langit menunjukkan doa etnik Karo

kepada sang pencipta yang memberikan kecerahan pada hidup mereka. Cimba lau

dan tutup dadu juga menggambarkan sifat kebiasaan anak laki – laki etnik karo

yang suka bermain judi pada zaman dahulu setelah mendapatkan hasil panennya,

dan menghabiskannya pada saat itu juga.

5. Retret Bindu Matogoh

(Retret Bindu Matogoh . Doc. Foto 13 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas bentuk retret ini berupa garis yang menyilang

diagonal, yang membentuk persegi yang melambangkan memegang yang baik

atau encikep simehuli dalam etnik Karo. Pemegangan terhadap yang baik tersebut

berupa keteguhan hati etnik Karo untuk berbuat dan bertindak dengan baik, tanpa

merugikan banyak orang. Retret ini bermotif geometris dan terdapat pada bagian

bawah dapur-dapur rumah adat karo. Bahan dasar retret ini adalah kayu yang

tehnik pembuatannya di ukir dan dibuat garis menyilang membentuk persegi.

Universitas Sumatera Utara


6. Retret Tupak Salah Silimalima

(Retret Tupak Salah SilimaLima.Doc.Foto 14 Oleh Maychael Saragih,9Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret ini berbentuk garis-garis yang menyilang

yang membentu gambar bintang. Retret ini diambil dari gambaran alam berupa

gambar bintang yang ada dilangit. Gambaran bintang yang ada dilangit

menunjukkan kekuatan dari pada alam sendiri untuk menerangi jagad raya pada

malam hari. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pembuatan retret ini pada

pintu masuk rumah adat Karo yang menunjukkan kesatuan dari merga silima

dalam etnik Karo. Kelima merga tersebut adalah merga induk dalam etnik Karo

yang diikat oleh struktur sosial etnik Karo yang utuh dan tidak terpisah-pisahkan

pada etnik Karo. Merga dalam etnik Karo menunjukkan bahwa mereka satu

kesatuan dari orang Karo agar dihormati dan disegani.

Universitas Sumatera Utara


7. Retret Osar Osar

(Retret Osar Osar. Doc. Foto 15 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret ini menyerupai seperti ketupat yang sekilas

berbentuk trapesium dan memiliki tali pengikat untuk menghubungkan satu sama

lain yang bersaudara. Pada retret osar osar ini pun terdapat didalamnya lukisan

retret Pantil Manggis, guna melengkapi kekuatan kedamaian yang terdapat pada

retret Osar Osar ini, selain itu retret ini juga memiliki kekuatan yang sangat baik

bagi kehidupan etnik karo pada zaman dahulu.

Universitas Sumatera Utara


8. Retret Kurung Tendi

(Retret Kurung Tendi. Doc. Foto 16 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret ini memiliki bentuk seperti pohon cemara

yang melambangkan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari etnik Karo. Motif

retret Kurung Tendi ini tampak terlihat seperti pohon cemara dan tampak sekilas

menyerupai kepala yang memiliki mata. Tehnik pembuatan retret Kurung Tendi

ini sakral dan mistis, karena sang pelukis atau pengukir harus bersemedi terlebih

dahulu kepada Empu Butara Datas(dibata datas) untuk melakukan pengukiran

retret Kurung Tendi tersebut. Retret Kurung Tendi ini biasanya terletak pada

dinding bagian dalam rumah yang berguna untuk menangkal segala sesuatu yang

tidak di inginkan etnik Karo

Universitas Sumatera Utara


9. Retret Teger Tudung

(Retret Teger Tudung. Doc. Foto 17 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret Teger Tudung ini berbentuk seperti topi adat

yang biasa di pakai oleh perempuan etnik Karo dalam upacara adat yang

melambangkan kesopansantunan dan kesucian dari seorang perempuan. Lukisan

retret Teger Tudung ini biasanya di letakkan pada bagian dalam rumah adat untuk

memperindah bagian dalam rumah.

Universitas Sumatera Utara


10. Retret Bintang Raja Sulaiman

(Retret Bintang Raja Sulaiman. Doc.Foto 18 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Berdasarkan foto diatas retret Bintang Raja Sulaiman ini berbentuk

segitiga yang di lukiskan saling terbalik menjadi satu ditambah lukisan bulat di

ujung lukisan retret Bintang Raja Sulaiman tersebut. Motif retret ini biasanya

diletakkan pada dinding di atas pintu masuk rumah adat Karo, dengan kesan

memperindah rumah adat Karo.

Universitas Sumatera Utara


4.2 Fungsi Retret Rumah Adat Etnik Karo

Fungsi retret rumah adat etnik Karo mempunyai fungsi tersendiri yang

berhubungan dengan makna retret. Hal ini berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari etnik karo. penulis menganalisis fungsi retret rumah adat etnik Karo

berdasarkan fungsi kegunaan.

Berikut ini akan dijelaskan fungsi retret yang terdapat pada rumah adat

etnik Karo, diantaranya yaitu:

4.2.1 Fungsi Retret Simbol Bentuk Hewan

1. Fungsi Retret Beraspatih Ni Taneh

(Retret Beraspatih Ni Taneh. Doc. Foto 2 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Universitas Sumatera Utara


Nama Retret Fungsi Retret

Retret Beraspatih Beraspatih Ni Taneh ini memiliki 2 fungsi,

Ni Taneh sebagai berikut:

a. Tolak Bala

Tolak bala merupakan penolakan etnik Karo

terhadap segala bahaya yang datangnya dari roh-roh

jahat di udara yang dapat mengganggu ketentraman

orang yang berada dalam rumah adat. Di dalam rumah

adat Karo terdiri dari delapan rumah tangga yang

semuanya diikat oleh rasa kesatuan yang merasa senasib

sepenanggugan, sehingga untuk menghindari hal-hal

yang merusak keharmonisan yang datangnya dari luar

mereka percaya bahwa Beraspatih Ni Taneh akan

menjaga mereka, selain itu Beraspatih Ni Taneh juga

dipercayai etnik Karo sebagai penunjuk jalan apabila

salah satu dari mereka yang tersesat disaat berburu di

hutan.

b. Pagar Rumah

Beraspatih Ni Taneh ini merupakan pagar

rumah yang berfungsi menjaga pemilik rumah dari

orang yang berusaha untuk mengganggu ketentraman

dari pemilik rumah. Mereka percaya bahwa kekuatan

jahat yang ada di sekitar mereka dapat merusak

Universitas Sumatera Utara


keharmonisan yang ada dalam rumah adat. Untuk

menghalau kekuatan jahat itu mereka percaya bahwa

Beraspatih Ni Taneh sebagai penolak kekuatan jahat

dan pelindung yang melindungi seisi rumah mereka

tersebut agar terhindar dari perbuatan jahat orang lain

yang memiliki niat yang akan mengganggu ketentraman

orang yang ada dalam rumah adat.

2. Fungsi Retret Kiungen

(Retret Kiungen. Doc. Foto 3 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Universitas Sumatera Utara


Nama Retret Fungsi Retret

Retret Kiungen Fungsi retret Kiungen ini di lukiskan dengan

melambangkan keindahan dan keberanian etnik Karo

terhadap apapun yang akan terjadi, dengan

dilukiskannya retret Kiungen ini mencerminkan bahwa

semua etnik Karo orangnya pemberani. Tehnik

pembuatan retret ini tidaklah sembarangan, karena

harus melakukan acara ritual terlebih dahulu.

4.2.2 Fungsi Retret Bermotif Bentuk Tumbuhan

1. Fungsi Retret Lumut Lumut Lawit

(Retret Lumut Lumut Lawit. Doc. Foto 4 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Universitas Sumatera Utara


Nama Retret Fungsi Retret

Retret Lumut Retret Lumut Lumut Lawit diatas diletakkan pada

Lumut Lawit ayo-ayo rumah adat Karo yang berfungsi yakni:

a. Penolakan kepada segala niat jahat Penolakan

berarti menepis segala hal-hal yang tidak baik karena

etnik Karo pada zaman dahulu masih percaya akan

adanya roh-ro0h jahat yang hendak mengganggu

ketentraman rumah. Roh-roh jahat itu dikirim melalui

bantuan dukun yang gunanya untuk merusak dan

membinasakan orang yang tinggal di rumah,

sehingga mereka mempercayai retret Lumut Lumut

Lawit dapat dijadikan penangkal untuk

menggagalkan segala niat jahat orang tersebut.

b. Sebagai ventilasi udara retret Lumut Lumut Lawit

di letakkan pada ayo-ayo depan rumah adat Karo

memiliki fungsi sebagai ventilasi udara. Retret ini

akan memberikan cahaya matahari karena retret ini

diletakkan pada ayo-ayo rumah adat yang dibuat

dengan cara dianyam sehingga udara segar masuk

melalui retret tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2. Fungsi Retret TarukTaruk

(Retret Taruk Taruk. Doc. Foto 5 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Taruk Retret Taruk Taruk di atas diletakkan pada

Taruk dapur-dapur rumah adat Karo yang berfungsi sebagai

hiasan yang memperindah sepanjang dapur-dapur

rumah adat Karo. Keindahan dari sulur labu

ditunjukkan pada pertanian Karo yang sampai pada

saat sekarang ini masih dapat terlihat. Sulur labu

yang menjalar menunjukkan kesuburan pertanian

Karo yang pada umumnya etnik Karo menyukai

pertanian sebagai mata pencaharian mereka.

Pertanian juga memberikan rejeki yang baik pada

etnik Karo.

Universitas Sumatera Utara


3. Fungsi retret Pantil Manggis

(Retret Pantil Manggis. Doc. Foto 6 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Pantil Retret pantil manggis diatas di letakkan pada

Manggis dapur-dapur rumah adat Karo yang berfungsi

sebagai:

a. Hiasan yang memperindah rumah adat Karo.

Bunga yang merupakan bagian bawah buah manggis

akan memberikan kesan indah pada dapur-dapur

rumah adat Karo.

b. Retret Pantil Manggis juga menunjukkan kemurah

hatian etnik Karo dalam melakukan kegiatan mereka

sehari-hari. Warna hitam yang ditunjukkan pada kulit

buah manggis menunjukkan semangat kerja keras

Universitas Sumatera Utara


mereka dan anggapan banyak orang di luar mereka

yang menyatakan orang Karo jahat akan tetapi

dibalik semangat kerja keras dan sifat keras mereka

terdapat kemurnian hati dari mereka yang

ditunjukkan pada bagian isi dari buah manggis yang

berwarna putih.

4. Fungsi Retret Bunga Bincole

(Retret Bunga Bincole. Doc. Foto 7 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Bunga Fungsi retret Bunga Bincole diletakkan pada

Bincole dapur-dapur rumah adat Karo yang berfungsi sebagai

keindahan yang memperindah rumah adat Karo.

Universitas Sumatera Utara


Retret Bunga Bincole yang merupakan tiruan dari

bunga teratai putih yang tumbuh disemak-semak di

rawa-rawa hutan menunjukkan kecantikan dan

kemurnian hati etnik Karo. Kemurnian hati etnik

Karo tersebut bisa terlihat dari sikap kerja keras

mereka pada pertanian dan sikap gotong-royong

mereka saat akan mendapatkan hasil pertanian yang

mau berbagi dengan orang lain. Retret Bunga Bincole

juga dapat ditunjukkan pada gadis Karo yang

berparas ayu dan memiliki kemurnian hati dan

terpuji.

5. Fungsi Retret Pucuk Merbung

(Retret Pucuk Merbung. Doc. Foto 8 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Universitas Sumatera Utara


Nama Retret Fungsi Retret

Retret Pucuk Fungsi retret Pucuk Merbung diletakkan pada

Merbung dapur-dapur rumah adat Karo yang berfungsi sebagai

keindahan yang memperindah rumah adat Karo.

retret Pucuk Merbung yang menunjukkan bunga

kembang sepatu yang sedang mekar menunjukkan

kesan indah dan cantik dari bunga yang sedang

mekar. Kesan indah itulah yang melatar belakangi

pembuatan retret ini. Tehnik pembuatan retret ini

dengan cara diukir dan di pahat pada ayo-ayo rumah

adat Karo, karena retret ini berfungsi memberikan

kesan indah dan cantik pada dapur-dapur rumah adat

Karo. Bunga Pucuk Merbung yang sedang mekar

itulah yang melatarbelakangi retret Pucuk Merbung

yang jika sedang mekar akan memperlihatkan

keindahannya.

4.2.3 Fungsi Retret Bermotif Bentuk Geometris

1. Fungsi Retret Embun Sikawien

Universitas Sumatera Utara


(Retret Embun Sikawiten. Doc. Foto 9 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Embun Retret Embun Sikawiten merupakan gambar

Sikawiten alam yang berupa segitiga yang memiliki bayangan

yang berfungsi menunjukkan hubungan kalimbubu

dan anak berru yang posisinya berbeda yaitu

kalimbubu di atas dan anak berru di bawah sesuai

dengan gambar awan yang beriringan. Dalam etnik

Karo, kalimbubu memegang peranan yang penting,

orang yang sangat dihormati dan disegani. etnik Karo

percaya menghormati kalimbubu akan mendapatkan

usaha dan rejeki yang baik. Oleh karena itu

kalimbubu disebut juga Dibata Idah yang maksudnya

kalimbubu merupakan wakil Dibata di dunia ini.

Universitas Sumatera Utara


Anak berru ialah pihak keluarga Laki-laki yang

kawin atau mengambil anak perempuan suatu

keluarga dan kalimbubunya ialah pihak keluarga

perempuan yang dikawininya. Dan anak berru harus

menghormati kalimbubunya dan kalimbubu akan

memberikan perlindungan kepada anak berru. retret

ini juga berfungsi untuk menolak segala niat jahat

orang yang berusaha untuk mengganggu ketentraman

satu keluarga anak berru yang memiliki konflik.

Posisi kalimbubu sebagai pelindung anak berru akan

terlihat dan kalimbubu akan membuat keputusan

yang baik sesuai dengan warna merah yang berarti

pemberi semangat pada retret Embun Sikawiten.

2. Fungsi Retret Bindu Matagah

Universitas Sumatera Utara


(Retret Bindu Matagah. Doc. Foto 10 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Bindu Retret ini memiliki fungsi sebagai penyingkir

Matagah yang tidak baik dalam etnik Karo yang memiliki arti

apabila seorang tamu hendak memasuki kampung

atau rumah maka retret Bindu Matagah akan

dilukiskan di tanah dan tamu tersebut harus memijak

retret Bindu Matagah. Ada anggapan etnik Karo

bahwa tidak semua orang mempunyai sifat baik

apalagi kalau ada orang asing yang datang ke

kampung atau ke rumah, maka orang tersebut harus

memijak retret Bindu Matagah dengan kaki kanan

agar supaya segala niat jahat yang mungkin di bawa

orang tersebut hilang, dan tidak masuk ke rumah atau

kampung, sehingga ketentraman tetap terjaga. Retret

ini juga berfungsi untuk menjaga pemilik rumah atau

Universitas Sumatera Utara


orang kampung yang sedang berburu kehutan.

Apabila penghuni kampung di hutan memiliki

ketakutan, akibat adanya gangguan dari binatang

buas seperti ular, harimau dan hewan-hewan liar

yang berusaha mengganggu dan mengancam jiwa

mereka, maka retret ini dilukiskan ditanah dan

dipijakkan dengan kaki kanan, maka hal-hal buruk

tidak akan terjadi.

3. Fungsi Retret Tapak Raja Sulaiman

(Retret Tapak Raja Sulaiman. Doc. Foto 11 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Universitas Sumatera Utara


Nama Retret Fungsi Retret

Retret Tapak Raja Retret ini terletak pada dinding bagian bawah

Sulaiman rumah adat Karo yang berfungsi sebagai Penolakan

niat jahat orang. Retret Tapak Raja Sulaiman akan

menolong mereka untuk menghancurkan niat jahat

orang yang datang secara nyata maupun tidak nyata

pada etnik Karo. Raja sulaiman dalam etnik Karo

dipercaya sebagai Raja yang dapat menghancurkan

dedemit yang ada di alam lain. Mereka percaya

bahwa Tapak Raja Sulaiman sebagai penolong

mereka untuk menghadapi roh-roh jahat yang ada di

udara. Retret Tapak Raja Sulaiman juga

menunjukkan status yang berbeda dalam etnik Karo,

sebagai status Raja atau golongan bangsa taneh yang

sangat berperan dalam acara adat, akan tetapi saling

menghargai dan menyanyangi dengan golongan

rakyat biasa yang dalam etnik Karo.

Universitas Sumatera Utara


4. Fungsi Retret Cimba lau dan tutup dadu

(Retret Cimba lau dan tutup dadu. Doc. Foto 12 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni

2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Cimba Lau Retret Cimba Lau dan Tutup Dadu diletakkan

dan Tutup Dadu pada dapur-dapur rumah adat Karo yang berfungsi

sebagai:

a. Doa etnik Karo kepada penciptanya. etnik Karo

pada zaman dahulu percaya pada kekuatan gaib dan

roh-roh halus sebagai suatu bentuk kekuatan yang

dapat membahagiakan dan menghancurkan. Oleh

karena itu kepercayaan animesme merupakan sistem

religius yang mereka anut. Kepercayaan kepada

Dibata atas, Dibata tengah dan Dibata Terruh dibagi

lagi atas beberapa bagian seperti kepercayaan akan

Universitas Sumatera Utara


adanya pembagian sibiak atau Dewa yang mereka

yakini sudah mempunyai peranan masing-masing.

Doa etnik Karo pada langit menunjukkan

permohonan mereka pada Dewa hujan agar ketika

mereka bertanam diturunkan hujan yang memberikan

kecerahan pada hidup mereka.

b. Retret ini berfungsi sebagai hiasan yang

memperindah rumah adat Karo. Retret Cimba Lau

dan tutup dadu tidak mengandung unsur mistik akan

tetapi hanya merupakan sebagai keindahan dan doa

etnik Karo pada penciptanya.

5. Fungsi retret Bindu Matogoh

(Retret Bindu Matogoh . Doc. Foto 13 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Universitas Sumatera Utara


Nama Retret Fungsi Retret

Retret Bindu Retret ini berfungsi sebagai tolak bala dan

Matogoh memegang yang baik (encikep simehuli) dalam

etnikKaro.

a. Tolak Bala

Tolak Bala berarti penolakan kepada hal-hal yang

dianggap dapat merugikan banyak orang. Penolakan

ini juga berhubungan dengan upacara ritual pada saat

mereka akan berburu kehutan. Sebelum mereka pergi

ke hutan etnik Karo pada zaman dahulu akan

mengadakan acara bepergian kehutan supaya di

hutan mereka mendapatkan hasil buruan yang

banyak. Retret ini dilukiskan ditanah dan dipijakkan

dengan kaki sebelah kiri.

b. Memegang yang baik (encikep simehuli)

Memegang yang baik dalam etnik Karo berhubungan

dengan kepercayaan mereka bahwa hal-hal yang baik

yang tidak melanggar norma yang harus dipegang

dan tidak merugikan banyak orang.

Universitas Sumatera Utara


6. Fungsi Retret Tupak Salah Silimalima

(Retret Tupak Salah Silima Lima. Doc. Foto 14 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni

2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Tupak Salah Fungsi retret ini sebagai penolakan niat jahat

Silimalima orang yang hendak mengganggu keutuhan merga

silima. Pada etnik Karo merga merupakan dasar

untuk mengadakan sisitim organisasi adat orang

Karo. Merga berasal dari kata meherga yang artinya

berharga atau memiliki nilai. (sitepu 1996 : 34).

Sebagai mana yang ditunjukkan retret Tupak Salah

Silimalima yang menunjukkan kelima merga besar

yang menjadi golongan induk sub-sub merga yang

Universitas Sumatera Utara


ada pada etnik Karo yaitu Karo-karo, Ginting,

Sembiring, Perangin-angin, Tarigan. Merga juga

menunjukkan jati diri orang Karo yang mana Laki –

laki dipanggil dengan marga dan perempuan

dipanggil dengan sebutan berru yang kenyataan ini

menunjukkan bahwa etnik Karo mewarisi garis

keturunan ayah. Penolakan niat jahat yang terdapat

pada retret ini dimana ada orang diluar merga silima

yang berusaha merusak keutuhan mereka dan sebagai

pegangan mereka ialah retret Tupak Salah

Silimalima yamg menunjukkan bahwa mereka adalah

bersaudara yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

7. Fungsi Retret Osar Osar

Universitas Sumatera Utara


(Retret Osar Osar. Doc. Foto 15 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Osar Osar Fungsi retret Osar Osar ini pada umumnya

diletakkan pada dinding bagian dalam rumah guna

memperindah bagian dinding rumah dengan seni

yang dimiliki si pelukis. Retret Osar Osar ini juga

dapat ditemukan pada benda-benda yang menurut

etnik Karo memiliki kekuatan, seperti pisau tumbuk

lada dan sendok makan pada zaman dahulu.

8. Fungsi Retret Kurung Tendi

Universitas Sumatera Utara


(Retret Kurung Tendi. Doc. Foto 16 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Kurung Fungsi retret Kurung Tendi ini diletakkan

Tendi pada bagian dalam rumah untuk memperindah bagian

dalam rumah gerga adat Karo. Keindahan pahon

cemara yang terdapat pada retret Kurung Tendi ini

melambangkan kesejahteraan dan kedamaian pada

etnik Karo. Kesan indah itulah yang melatar

belakangi pembuatan retret ini. Tehnik pembuatan

retret ini dengan cara diukir dan di pahat pada pada

dinding bagian dalam rumah adat Karo, karena retret

ini berfungsi memberikan kesan indah dan cantik

pada ruang tamu rumah adat Karo.

9. Fungsi Retret Teger Tudung

Universitas Sumatera Utara


(Retret Teger Tudung. Doc. Foto 17 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Teger Fungsi retret Teger Tudung ini memiliki

Tudung motif yang indah dengan bentuk topi yang menyatu

dan saling terikat. Dengan kesan yang

melambangkan kehidupan adat yang tidak pernah

putus hingga sampai sekarang. Kesan indah itulah

yang melatar belakangi pembuatan retret ini. Tehnik

pembuatan retret ini dengan cara diukir dan di pahat

pada dinding rumah adat Karo, karena retret ini

berfungsi memberikan kesan indah dan cantik pada

dinding bagian dalam rumah adat Karo. retret Teger

Tudung ini memberi kesan kepada orang bahwa

perempuan etnik Karo itu beradat didalam rumah

adat Karo.

Universitas Sumatera Utara


10. Fungsi Retret Bintang Raja Sulaiman

(Retret Bintang Raja Sulaiman.Doc. Foto 18 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)

Nama Retret Fungsi Retret

Retret Bintang Fungsi retret Bintang Raja Sulaiman ini

Raja Sulaiman memiliki motif keindahan yang dapat memperindah

dinding pada bagian atas pintu masuk rumah adat

Karo. Tehnik pembuatan retret ini sangatlah sakral,

pengukir harus melakukan ritual terlebih dahulu

kepada Empu Butara Datas. Dengan memohon

bantuan untuk mengukir dan melukis retret tersebut

tanpa ada masalah yang tidak di inginkan saat

mengukir dan melukis retret Bintang Raja Sulaiman

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


4.3 Makna Retret Rumah Adat Etnik Karo

Ragam motif mengandung makna dan falsafah yang mengacu kepada sifat

asal dari setiap sumber, dipadukan dengan nilai kepercayaan dan budaya. Selain

memiliki bentuk dan fungsi, simbol retret rumah adat etnik karo juga memiliki

makna, adapun makna yang terkandung pada retret rumah adat karo adalah:

4.3.1. Makna Retret Bermotif Bentuk Hewan

1. Makna Retret Beraspati Ni Taneh

Nama Retret Makna Retret

Retret Beraspatih Makna dalam retret Beraspatih Ni Taneh ini

Ni Taneh tidak jauh dari fungsinya yaitu sebagai makna

kekuatan dan kepercayaan.

a. Makna kekuatan

Makna kekuatan ini ditunjukkan pada saat

pembangunan rumah yang tidak memakai paku

sebagai bahan dalam bangunan akan tetapi

mempergunakan Beraspatih Ni Taneh sebagai paku

yang merupakan tali yang mengikat setiap lembar

papan yang ada dalam rumah adat. etnik Karo

memiliki keyakinan Beraspatih Ni Taneh lebih kuat

untuk menjaga ketahanan rumah dari gangguan alam

seperti gempa, karena setiap lembar yang di ikat oleh

Beraspatih Ni Taneh lebih kuat dan lebih tahan lama.

Universitas Sumatera Utara


b. Makna Kepercayaan

Makna kepercayaan ini dimana mereka percaya bahwa

retret Beraspatih Ni Taneh memberikan perlindungan

yang menolak segala niat jahat orang dan sebagai

pagar rumah yang melindungi orang yang ada dalam

rumah.

2. Makna Retret Kiungen

Nama Retret Makna Retret

Retret Kiungen Bagi etnik Karo retret Kiungen ini sangatlah

sakral. Pada zaman dahulu kehidupan sehari-harinya etnik

Karo ialah berburu ke dalam hutan. Apabila saat didalam

hutan mereka yang berburu tersesat karena jalan mereka

di tutupi oleh roh jahat dengan niat untuk membawa roh

dan mengurung roh mereka tersebut, maka dilukiskanlah

Kiungen tersebut diatas tanah. Setelah dilukiskan diatas

tanah dan di doakan, maka retret Kiungen tersebut akan

berputar dengan sendirinya untuk membuka jalan dan

mencari roh mereka dimana disembunyikan oleh roh jahat

tersebut. Guna retret Kiungen tersebut untuk melawan

roh jahat tersebut dan melepaskan ikatan keramat roh

jahat tersebut

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Makna Retret Simbol Bentuk Tumbuhan

1. Makna Retret Lumut Lumut Lawit

Nama Retret Makna Retret

Retret Lumut Lumut Lumut Lawit pada etnik Karo memiliki

Lumut Lawit makna berupa keamanan. Retret Lumut Lumut Lawit akan

menjaga keamanan dari setiap anggota keluarga dari segala

niat jahat orang. Niat jahat tersebut bentuknya tidak terlihat

karena dibuat untuk menghancurkan dan membinasakan

orang yang ada dalam rumah adat. Roh-roh jahat tersebut

dikirim dengan bantuan dukun yang berusaha untuk

merusak keharmonisan para anggota keluarga yang tinggal

dalam rumah adat. Niat jahat orang tersebut akan

menjadikan pertengkaran antara satu keluarga dengan

keluarga lainnya yang tinggal di rumah adat. Kekuatan

jahat tersebut juga dapat membinasakan orang yang ada di

rumah adat. Dengan datangnya penyakit yang secara tiba-

tiba sehingga sebelum terjadi hal-hal tersebut harus

dicegah. Retret Lumut Lumut Lawit di percaya dapat

menghancurkan niat jahat tersebut dan menjaga

ketentraman anggota keluarga yang ada dalam rumah adat.

Retret Lumut Lumut Lawit di percaya dapat menghalau dan

menggelincirkan segala niat jahat orang tersebut sehingga

Universitas Sumatera Utara


ketentraman rumah akan terjaga.

2. Makna Retret Taruk Taruk

Nama Retret Makna Retret

Retret Taruk Taruk Makna yang terdapat pada retret Taruk Taruk

ialah makna kemakmuran. Retret Taruk Taruk ini pada

umumnya bermata pencaharian petani atau orang yang

bekerja dilembaga instansi juga akan menyempatkan

waktu kosongnya dengan bertani. Pertanian yang ada di

Karo dengan menanam sayur mayur, buah-buahan dan

padi sebagai tanaman yang mereka anggap

mendatangkan rejeki yang baik. Penanaman yang

dilakukan juga bertukar-tukar menurut musim tanam

masing-masing sehingga mendatangkan rejeki yang baik

bagi mereka. Pada zaman dahulu tanah yang mereka olah

adalah tanah adat yang berdasarkan keturunan.

Pelaksanaan pengolahan tanah juga dengan gotong

royong yang disebut dengan aron (kelompok kerja)

sehingga pekerjaan juga cepat selesai. Akan tetapi pada

saat sekarang ini pengolahan tanah tidak berdasarkan

tanah adat lagi, tetapi menurut kemampuan ekonomi

yang ada pada retret Karo tersebut.

Universitas Sumatera Utara


3. Makna Retret Pantil Manggis

Nama Retret Makna Retret

Retret Pantil Retret ini merupakan gambaran bunga yang

Manggis terdapat pada bagian bawah buah manggis. Retret ini

mempunyai makna yang tidak jauh dari fungsinya

yaitu makna kebaikan. Kebaikan tersebut terlihat dari

sifat tolong menolong etnik Karo dalam bekerja. Sikap

kerja keras dan sifat yang keras pada etnik Karo tidak

mencerminkan hati etnik Karo yang keras pula akan

tetapi dibalik sikap keras mereka , terdapat kemurnian

hati. Ketulusan hati tersebut terlihat dari retret Pantil

Manggis yang menunjukkan isi putih dari buah

manggis.

4. Makna Retret Bunga Bincole

Nama Retret Makna Retret

Retret Bunga Makna yang terdapat pada retret ini tidak jauh

Bincole dari fungsinya yaitu sebagai makna keindahan dan

kekeluargaan

a. Makna keindahan

Pada retret ini terlihat pada keindahan Bunga Bincole

yang merupakan tiruan dari bunga teratai putih yang

Universitas Sumatera Utara


tumbuh disemak-semak dirawa-rawa hutan. Keindahan

Bunga tersebut menunjukkan keiklasan dan kemurnian

hati masyarakat Karo yang mau berbagi degan

sesamanya.

b. Makna kekeluargaan

Retret ini terlihat dari gadis Karo yang mempunyai wajah

yang ayu dan hati yang baik sesuai dengan bunga teratai

yang memancarkan keindahannya ditengah – tengah

lumpur dan semak-semak, yang memberikan bau harum

dan wangi bagi yang melihatnya. Bau harum dan wangi

tersebut memperlihatkan kecantikan dari gadis Karo dan

kemurnian hatinya yang memahami dirinya sebagai anak

beru dalam keluarganya yang harus menghormati

keluarganya yang diikat oleh rakut sitellu.

5. Makna Retret Pucuk Merbung

Nama Retret Makna Retret

Retret Pucuk Retret Pucuk Merbung yang merupakan tiruan

Merbung dari bunga kembang sepatu yang sedang mekar

memberikan keindahan pada etnik Karo. Pucuk

Merbung yang merupakan pucuk bunga kembang

sepatu memberikan kesan indah dan keagungan rumah

sehingga retret ini diletakkan pada dapur-dapur rumah

Universitas Sumatera Utara


adat Karo. Makna yang mengandung mistik pada

retret ini tidak ada, karena retret ini dibentuk dengan

melihat keindahan alam sekitar. Keindahan akan

tumbuhan alam sekitar yang merupakan bunga

kembang sepatu tersebut yang sedang mekar yang

sangat indah tersebutlah yang terdapat pada dapur-

dapur rumah adat Karo. Kecantikan dari pada bunga

kembang sepatu tersebutlah yang menjadikan dapur-

dapur rumah adat Karo indah dan retret ini

menunjukkan kesan indah pada dapur-dapur rumah

adat Karo.

4.3.3 Makna Retret Bermotif Bentuk Geometris

1. Makna Retret Embun Sikawiten

Nama Retret Makna Retret

Retret Embun Makna yang terdapat pada retret Embun

Sikawiten Sikawiten ialah makna kekeluargaan. Makna

kekeluargaan itu terlihat dari hubungan antara kalimbubu

dan anak berru. Retret Embun Sikawiten berarti rakut

sitellu dalam etnik Karo (Kalimbubu, Senina, Anak

Berru) yang tidak terpisahkan dalam etnik Karo. Sebagai

contoh perkawinan antara marga dan sub marga dalam

etnik Karo. Perkawinan tersebut menghasilkan keturunan

Universitas Sumatera Utara


baru disamping ada keluarga lama, maka terjadilah

pertukaran kedudukan dan fungsi pihak keluarga laki-laki

dinamakan anak berru pihak keluarga perempuan. Dan

selanjutnya keluarga pihak perempuan disebut kalimbubu

oleh pihak keluarga laki-laki. Dan hal ini yang

menimbulkan kekelurgaan yang disebut rakut sitellu.

Rakut artinya suatu ikatan dan sitellu artinya kelengkapan

dari tiga unsur. Selain itu retret ini juga mempunyai

makna keindahan yang memberikan kesan indah pada

dapur-dapur rumah adat Karo. Unsur mistik dalam retret

ini tidak ada , akan tetapi retret ini menunjukkan rakut si

tellu dalam etnik Karo.

2. Makna Retret Bindu Matagah

Nama Retret Makna Retret

Retret Bindu Makna yang terdapat pada retret ini adalah makna

Matagah kekuatan dan makna kepercayaan

a. Makna Kekuatan

Retret Bindu Matagah mempunyai kekuatan untuk

menjaga orang kampung dari niat jahat orang ketika

mereka kedatangan tamu dari luar desa yang tidak

dikenal. Etnik Karo menganggap setiap orang yang tidak

dikenal belum tentu mempunyai niat baik maka retret

Universitas Sumatera Utara


Bindu Matagah akan memiliki kekuatan untuk menjaga

orang kampung dan pemilik rumah dari segala ancaman

dan gangguan yang datangnya terlihat maupun tidak

terlihat. Gangguan yang terlihat seperti merusak

hubungan persaudaraan masyarakat yang menghuni

kampung dan gangguan yang tidak terlihat berupa

gangguan yang dikirim lewat udara dengan bantuan

dukun.

b. Makna kepercayaan

Makna kepercayaan terlihat dari kepercayaan etnik Karo

pada retret Bindu Matagah saat kedatangan tamu, tamu

tersebut harus memijak retret Bindu Matagah dengan

kaki kanan agar niat jahat tidak masuk ke kampung atau

kerumah. Retret ini juga dipercaya akan memperkuat roh

orang yang akan berburu kehutan ketika mereka

berjumpa dengan hewan binatang buas di hutan dengan

melukisan retret ini di tanah dan memijaknya dengan

kaki kanan

3. Makna Retret Tapak Raja Sulaiman

Nama Retret Makna Retret

Retret Tapak Raja Makna yang terdapat pada retret ini adalah

Sulaiman makna kekeluargaan dan makna kekuatan

Universitas Sumatera Utara


a. Makna Kekeluargaan

Makna Kekeluargaan terlihat pada retret Tapak Raja

Sulaiman yang menunujukkan status dari keluarga

Raja Atau bangsa taneh yang menyayangi golongan

rakyat biasa dalam etnik Karo.

b. Makna Kekuatan

Tapak Raja Sulaiman merupakan kekuatan pada etnik

Karo yang dipercayai bahwa retret Tapak Raja

Sulaiman akan menjaga pemilik rumah dari segala niat

buruk orang dan yang menunjukkan status Raja

sebagai orang yang lebih tinggi kedudukannya dan

yang dihormati oleh etnik Karo.

4. Makna Retret Cimba Lau dan Tutup Dadu

Nama Retret Makna Retret

Retret Cimba Lau Makna Makna yang terdapat pada retret Cimba

dan Tutup Dadu Lau dan tutup dadu ini tidak jauh dari fungsinya yaitu

sebagai makna keindahan dan makna kepercayaan.

a. Makna keindahan

Makna keindahan itu terlihat pada retret Cimba Lau

dan tutup dadu yang memberikan kesan keindahan

pada dapur-dapur sepanjang rumah adat Karo.

b. Makna Kepercayaan

Universitas Sumatera Utara


Cimba lau dan tutup dadu melambangkan kebersihan,

kehangatan dan kesucian atau memberi kehidupan,

karena menurut kepercayaan etnik karo tanpa air kita

akan mati maka dari itu Cimba Lau dan tutup dadu di

percaya sebagai sumber kehidupan. Terlihat pada

upacara-upacara ritual etnik Karo seperti dalam

meminta hujan akibat terjadinya kekeringan pada suatu

kampung. Kekeringan tersebut akan mengganggu

pertumbuhan tanaman yang akan menguning. Air yang

ada di sungaipun sudah mulai surut sehingga orang

kampung membuat inisiatif untuk meminta Dewa

hujan (sibiak udan), agar hujan turun dengan acara

ritual yang diadakan di sungai yang dikenal dengan

nama ndilo wari udan.

5. Makna Retret Bindu Matogoh

Nama Retret Makna Retret

Retret Bindu Makna yang terdapat pada retret Bindu Matogoh

Matogoh ini adalah makna kepercayaan. Makna kepercayaan pada

retret ini berhubungan dengan upacara ritual adat

kepercayaan etnik Karo pada zaman dahulu. Pada zaman

dahulu sebelum pergi ke hutan etnik Karo akan

mengadakan acara ritual berburu ke hutan dan sebelum

Universitas Sumatera Utara


mereka pergi mereka harus memijak retret Bindu

Matagah dengan kaki kiri agar mereka mendapatkan

hasil buruan yang banyak. Retret ini juga dipergunakan

saat mereka akan memulai menanam maka retret ini

berhubungan dengan hasil yang melimpah saat mereka

retret ini di tanah maka hasil pertanian mereka akan

terhindar dari hama dan mereka akan mendapatkan hasil

yang banyak.

6. Makna Retret Tupak Salah Silimalima

Nama Retret Makna Retret

Retret Tupak Salah Makna yang terdapat pada retret ini ialah

Silimalima makna kesatuan keluarga yang berarti bahwa merga

silima tidak dapat dipisahkan dalam susunan marga

yang ada dalam etnik Karo. Kelima merga tersebut

adalah Karo-karo, Ginting, Sembiring, Perngin-angin,

Tarigan merupakan merga induk dalam etnik Karo.

Sehingga dengan adanya merga ini maka segala sikap-

sikap dan tanggung jawab serta hak dari rakut sitellu

bisa terlaksana dengan teratur. Manfaat dari pada

merga bagi etnik Karo menurut (sitepu 1996:34)

sebagai berikut :

a. Merga membuat seorang etnik Karo dihargai,

Universitas Sumatera Utara


disegani dan dihormati.

b. Merga sebagai tanda pengenal bagi anggota etnik

Karo.

c. Merga sebagai tanda garis keturunan seseorang

dalam etnik Karo.

d. Merga adalah bagian atau unsur yang terdapat

dalam hak pemilikan dan pewarisan pada etnik Karo.

7. Makna Retret Osar Osar

Nama Retret Makna Retret

Retret Osar Osar Retret Osar Osar ini memiliki makna yang

sangat sakral bagi kehidupan sehari-hari etnik Karo.

Apabila ada pertentangan ataupun perselisihan di

dalam kehidupan sehari-hari etnik Karo antar

bersaudara yang tidak memiliki titik temu ataupun

jalan keluar dari pertentangan tersebut, maka pada saat

itu jugalah petuah adat memanggil seorang dukun

untuk membuka jalan dari perselisihan tersebut.

Melalui dukun tersebutlah yang menggambarkan retret

Osar Osar tersebut ditanah guna menemui jalan keluar

dari pertentangan tersebut, gunanya supaya mosar

pertentangan dan perselisihan yang telah terjadi antar

saudara tersebut ataupun agar menemui jalan keluar

Universitas Sumatera Utara


yang melambangkan perdamaian. Arti dari mosar ini

ialah memberikan jalan keluar dari perselisihan

tersebut dan melambangkan perdamaian yang

mengikat kembali tali persudaraan yang diakibatkan

perselisihan tersebut.

8. Makna Retret Kurung Tendi

Nama Retret Makna Retret

Retret Kurung Bagi etnik Karo retret Kurung Tendi ini

Tendi sangatlah sakral. Pada zaman dahulu kehidupan sehari-

harinya etnik Karo ialah berburu ke dalam hutan. Saat

didalam hutan tidak boleh berbuat yang tidak baik

ataupun berkata kotor yang membuat penghuni hutan

marah dan segala sesuatunya yang ingin dilakukan

didalam hutan harus permisi atau mengucapkan

sentabi bulang /sentabi nenek. Apabila hal tersebut

tidak dilakukan maka dapat membuat penghuni hutan

akan marah kepada orang yang melakukan kesalahan

tersebut dan roh jahat tersebut akan mengambil dan

membawa pergi roh dan jiwa orang tersebut dan

mengurung rohnya didalam hutan (ndutndut tendi)

yang membuat orang tersebut tidak dapat melakukan

aktifitasnya sehari-hari seperti biasa atau Mate Tendi.

Universitas Sumatera Utara


Maka dari itu untuk mengembalikan roh orang tersebut

dipanggillah seorang dukun, dukun tersebut

menggambarkan retret Kurung Tendi diatas tanah dan

membuat ritual untuk memanggil roh orang tersebut

dan membawa pulang roh orang tersebut dan

memohon maaf kepada roh jahat tersebut.

9. Makna Retret Teger Tudung

Nama Retret Makna Retret

Retret Teger Makna Retret Teger Tudung ini melambangkan

Tudung kesucian seorang perempuan. Pada zaman dahulu

Teger Tudung ini memberi kesan kepada orang bahwa

rumah adat etnik Karo beradat dan sangat sakral.

Karena pada zaman dahulu perempuan tidak boleh

tampak bagian kakinya, maka dari itu harus memakai

tutup kepalanya dan memakai pakaian harus melewati

mata kaki atau biasanya memakai sarung. Begitu juga

jika pada upacara adat pernikahan dan kematian, kaum

perempuan harus berpakaian sopan dengan menutup

kepala dan berpakaian hingga mata kaki untuk

menunjukkan kodrat seorang perempuan yang beradat

dan suci. Tetapi pada upacara adat/tarian reritual

erpangir ku lau, dan gundagudala (rabihdatas). Teger

Universitas Sumatera Utara


Tudung ini pun digunakan untuk laki-laki agar

melengkapi kehidupan didalam rumah adat Karo ini

beradat.

10. Makna Retret Bintang Raja Sulaiman

Nama Retret Makna Retret

Retret Bintang Raja Pekerjaan etnik Karo pada zaman dahulunya

Sulaiman ialah bertani dan berdagang hingga sampai sekarang.

Khususnya berdagang, bagi etnik karo berdagang ialah

pekerjaannya sehari-hari pada zaman dahulu hingga

sekarang. menurut kepercayaan etnik Karo kepada

retret Bintang Raja Sulaiman ini, apabila dagangan

mereka kurang laris atau tidak laku maka mereka akan

mengambil jeruk purut dan melukiskan retret Bintang

Raja Sulaiman pada kulit luar jeruk purut tersebut.

Setelah retret Bintang Raja Sulaiman di lukiskan pada

jeruk tersebut, jeruk tersebut dimandikan dengan air

yang sudah dibacakan doa menurut kepercayaan

mereka. Menurut kepercayaan etnik Karo pada zaman

dahulu setelah semua itu sudah dilakukan dagangan

mereka akan laris dan laku seperti biasa.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Retret merupakan sesuatu hal yang sakral yang menguatkan sebuah ikatan

persatuan dalam kehidupan bermasyarakat. Terciptanya retret didalam kehidupan

masyarakat merupakan karya seni yang sangat luar biasa oleh nenek moyang kita

dahulu. Makna yang terkandung di dalam retret tidak terlepas dari kehidupan

penciptanya atau si pembuat karya retret pada saat itu.

1. Masyarakat etnik Karo sangat menghormati karya seni para leluhur

2. Retret adalah ornamen yang biasanya terdapat pada dinding bagian

dalam dan luar rumah adat etnik Karo yang mengandung unsur mistis dan

penolak bala.

Retret yang terdapat pada rumahadat etnik Karo memiliki bentuk, makna

dan fungsi yang berbeda-beda. Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil penelitianyang terdapat dalam rumah adat etnik Karo

terdapat 3 jenif motif retret yaitu:

1. Retret bermotif bentuk hewan terdiri atas:retret beraspatih ni taneh


dan retret Kiungen

Universitas Sumatera Utara


Retret bermotif tumbuhan terdiri atas: retretlumut lumut lawit

retret taruk taruk, retret pantil manggis, retret bunga bincole,

retret pucuk merbung,

Retret bermotif geometris terdiri atas: retret embun sikawiten,retret

bindu matagah,retret tapak raja sulaiman,cimba lau dan tutup

dadu, retret bindu matogoh, retret tupak salah silima lima,retret

osar osar, retret kurung tendi,retret teger tudung,retret bintang

raja Sulaiman.

2. Fungsi retret ialah sebagai hiasan yang dapat memperindah

dinding rumah adat Karo. Retret sangatlah bermakna bagi

kehidupan etnik Karo dengan dipercayainya kesakralan pada retret

tersebut. penulis juga menganalisis tentang retret pada rumah adat

etnik Karo dari segi fungsi, baik itu fungsi letak/posisi dengan

makna yang terkandung pada retret rumah adat etnik Karo, penulis

juga menganalisis dari segi makna bentuk retret, makna

letak/posisi, dan makna bahan.

3. Makna retret pada rumah adat Karo ialah makna yang terdapat

pada retret rumah adat Karo ialah kekuatan mistis yang terdapat

pada retret yang dapat dipercayai memiliki kesakralan guna

menolak dan melindungi etnik Karo dari roh-roh jahat.

5.2. Saran

Universitas Sumatera Utara


Retret merupakan salah satu karya seni dan budaya yang sangat berharga

yang ditinggalkan untuk keturunan (generasi muda). Retret rumah adat Karo yang

jarang diketahui dan dipelajari pada saat ini merupakan cagar budaya warisan dari

nenek moyang yang hampir punah, hal ini dapat kita lihat dari pemeliharaan

peninggalan bersejarah tersebut kurang diperhatikan oleh pihak-pihak terkait. Dari

bentuk asli dari rumah adat etnik Karo di desa Lingga sudah banyak renovasi dan

bentuk aslinya tidak banyak lagi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abdi, 2008. Sistem Tanda (Teori Semiotik). Bandung

Academic Indonesia, 2006. Analisis Semiotik, Defenisi Semiotik, Semiotik

Menurut Para Ahli

Ajiersa, 2016. Pengertian Semiotik Menurut para Ahli:

Arianus Esra Gea, 2012. Perbandingan Ornamen Rumah Adat Nias Utara dengan

Rumah Adat Batak Karo: Skripsi. Medan, Fakultas Ilmu Budaya(FIB)

Universitas Sumatera Utara

Bakler, 1984. Peran Penting Metode Penelitian. Medan, Perpustakaan Unimed.

Burn & Grove, 2003. Metodologi Penelitian Desain Penelitian. Jakarta.

Budianto, 2004. Rumah Tradisional Karo di Desain Memiliki Makna

Kebahagiaan Bagi Penghuninya:

Barthes dalam sobur, 2012. Analisis Teks Media. Bandung

Carl Gustaf Jung dalam sobur, 2012. Pengantar Analisis Semiotik. Bandung.

Gattdiener dalam listiurini, 1999. Semiotika Secara Etimologis, Medan.

Perpustakaan Unimed

Hasan, Ruqaiya. 1992. Aspek-Aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial.

D.I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Universitas Sumatera Utara


Hoed, Benny H. 2008. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya: Fakultas Ilmu

Pengetahuan (FIB) UI Depok.

Morris, 1946: Pengertian Semiotika. Pengertian semiotika-menurut-para-ahli

Narbuko, 1997. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Medan, Perpustakaan USU

Nawawi, 1991. Metode Dasar Penelitian. Medan, Perpustakaan USU.

Rayking, 2013. Gorga Sopo Godang Pada Masyarakat Toba: Skripsi. Medan

Fakultas Ilmu Budaya(FIB) Universitas Sumatera Utara.

Robert dalam Wibowo,2001. Analisis Teks Media. Bandung 2012.

Sitepu dkk, 1996. Pilar Budaya Karo : Medan, Perpustakaan USU

Sitepu dalam Surbakti 2008 : Budaya Karo : Medan, Perpustakaan USU

Sudjiman, 1983. Kajian Semiotik , 2015. Wong Kapetakan’s blog

Surbakti, Asmyta, 2011. ” Simbol dan Kearifan Lokal Ornamen Rumah

Tradisional Karo”. Medan, Perpustakaan USU.

Yanti, 2003. Fungsi dan Makna Gorga dalam Masyarakat Batak Toba: Skripsi.

Medan, Fakultas Ilmu Budaya(FIB) Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1
Data Informan 1

Nama : M.Yahmin Sinulingga

Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Muslim

Data Informan 2

Nama : Terset Ginting

Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Kristen

Data Informan 3

Nama : Panen Ginting

Umur : 54 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Kristen

Data Informan 4

Nama : Pusen Sinulingga

Umur : 37 tahun

Pekerjaan : Petani

Agama : Muslim

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai