2018
Saragih, Maychael. T.
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5261
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
RETRET RUMAH ADAT KARO:
KAJIAN SEMIOTIK
Skripsi
Disusun Oleh:
MAYCHAEL. T. SARAGIH
NIM: 130703017
Maychael, 2017. Judul skripsi : retret Pada Dinding Rumah Adat Karo :
Kajian Semiotik
Penelitian ini adalah tentang retret pada rumah adat etnik Karo di
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo yang ditinjau dari kajian semiotik.
Retret merupakan warisan budaya nenek moyang kita sejak dulu hingga sekarang.
Retret yang terdapat pada rumah adat etnik Karo sangat erat dikaitkannya hal-hal
mistis dan religius.
Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek/subjek penelitian
seseorang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya.
Puji dan syukur ke khadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat
dan berkat yang diberikannya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Maychael. T.
Saragih 130703017
Bab I (sada) emekap kata penaruh, ngori latar belakang, persoalan, tujun
persoalan, ras manfaat penelitin. Bab II (dua) ngori kajian pustaka, si mencakup
kepustakaan si relevan ras teori si i gunaken. Bab III (telu) ngori metode penelitin,
si isi metode pemena, ingan penelitin, jenis ras sumber data, instrumen data,
metode ras teknik pepulung data, metode analisis data. Bab IV (empat) hasil
penelitin, simencakup beraspatih ni taneh, lumut lumut lawit, tapak raja
sulaiman, embun sikawiten, pantil manggis, bunga bincole, taruk taruk, cimba lau
ras tutup dadu, bindu matagah, bindu mateguh, pucuk merbung, tupak salah
silimalima, osar osar, teger tudung, kurung tendi, kiungen, bintang Raja
Sulaiman. Bab V (lima) emakap kesimpulan ras saran.
Sinulis sadar maka lit kekurangen entah pe kelemahan bas skripsi enda.
Arah, meteruk ukur si nulis ngarap ndatken masuken ras kritiken guna
petungguhen skripsi enda, gelah erguna bas bidang pendidikan banci i
kembangken terdauhen. Singkat kata penulis ngataken bujur ras mejuah-juah man
ban ta kerina.
Maychael. T.
Saragih 130703017
bujru-rs-mejuwhjuwhsiktkne-mn-tuan-dibtsiae^gomeberEkne-
psupsunmn-penulsi-sehs-k-rpi-siaEDdu^!s-k-rpi-siaEDare-
judlu-rte-rte-rumhadt-krokjiyn-semiyotki-s-k-rpi-siaEDare-
judlu-sdciriadt-klk-krosiae^gojr^Ipeljripenulsi-pE<rp-s-k-
rpi-siaEDbn-cijdisdmsukne-mn-temn-temn-k-aussu-nkre-nrte-
rte-rs-semiyotki-Isis-k-rpi-siaEDaEmEkp-!bb-sdaEmEkp-
ktpenruh<oriltr-belk^pre-sowln-tujnu-pre-sowln-rs-mn-pat-
penelitni-bb-duw<orikjiyn-psu-tksimne-ckpu-kepsu-tkan-
sirelepn-rs-tEyorisiIgunkne-bb-telu<orimEtodEpenelitni-
siIsimEtodEpemenI<n-penelitni-jensi-rs-smu-bre-dtIn-s-t-
rumnE-dtmEtodErs-tkE-nki-pepulu^dtmEtodEanlissi-dtbb-ame-pt-
asli-penelitni-simne-ckpu-bers-ptihnitnehlumtu-lumtu-lwti-
tpk-rjsulyimn-ame-bnu-sikwitne-pn-tli-m^gsi-bu<bni-colEtrku-
trku-ciBlwurs-tutpu-ddubiDumtghbiDumteguhpucku-mre-bu^tupk-
slhsilimlimaosr-aosr-tegre-tudu^kuru^teDikiyu<ne-bni-
t^rjsulyimn-bb-limaEmEkp-kesmi-puln-rs-srn-!sinulsi-sdr-
mklti-kekur<ne-ane-thpEkelemane-bs-s-k-rpi-siaEDarhmeterku-
Ukru-sinulsi-<rp-Dt-kne-msukne-rs-k-ritikne-gunpetu^guane-s-
k-rpi-siaEDgelhare-gunbs-bid^pne-didikn-bn-cikme-b^kne-tre-
dwuane-si^kt-ktpenulsi-<tkne-bujru-rs-mejuwhjuwhmn-bn-
tkerin!
jNari2018
penulsi-
my-c-aalE-t-srgih
130703017
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum, selaku Ketua Prodi Sastra Batak
FIB Universitas Sumatera Utara.
5. Dosen penguji skripsi, Ibu Asni Barus, M.Hum yang telah menyediakan
waktu untuk memberikan masukan kepada penulis agar skripsi ini jauh
lebih baik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua dosen dan
staf Fakultas Ilmu Budaya, khususnya dosen-dosen Prodi Sastra Batak
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
6 Orang tua tercinta, yaitu orang tua penulis, Bapak Hendrik Ober Saragih
(+) dan Ibu Herta Berliana br Simangunsong, orang tua terbaik yang
telahmembesarkan dan mendidik penulis dan selalu memberikan
perhatian, doa, nasehat dan selalu juga memarahi penulis dalam
mengerjakan skripsi ini agar dalam prosesnya penulis lebih baik
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman satu stambuk penulis 2013, terima kasih atas semangat dan
dukungannya selama di kampus dan informasi-informasinya dalam
perkuliahan. Terima kasih juga kepada Dandi Hutagalung, Partogi
Silitonga, Fajar Opah Tarigan, Jhon Henry Sihotang, Aldo Marpaung,
Alex Sinaga, Dedi Aritonang, teman-teman Nasionalis dan Parpondok atas
dukungannya dan hiburannya kepada penulis dalam kondisi apapun.
Terima kasih juga kepada tim Jasa bola dan tim Sbobet yang selalu
menemani penulis mengerjakan skripsi ini disetiap malamnya.
10. Teman-teman dekat Lae Sahat Sihombing, Lae Berlin Sihombing, abang
Maritopo Sitepu, abang Tarigan, abang Nuai dll yang selalu mendoakan
dan memberikan dorongan semangat kepada penulis. Terima kasih
juga kepada Mama M. Yasmin Sinulingga yang di Desa Lingga yang
selalu mendoakan, memberi semangat dorongan dan memberikan
informasi yang akurat kepada penulis tentang judul skripsi penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi banyak baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Hanya Tuhan Yang
Maha Esa Yang dapat membalas kebaikan kalian semua.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna. Skripsi ini juga jauh
dari sempurna. Namun penulis tetap mencari kesempurnaan tersebut dengan
berusaha merampungkan dan menyelesaikan skripsi ini secara maksimal. Penulis
Maychael. T. Saragih
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
Bab I PENDAHULUAN
5.1 Kesimpulan 84
5.2 Saran 86
DAFTAR PUSTAKA 87
LAMPIRAN 1 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, karena beragam bahasa dan
etnik yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Suku-suku di Indonesia pada
umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri. Salah satunya etnik Batak yang
berada didaerah Sumatera Utara. Etnik Batak terdiri atas lima subetnik, yaitu
Dari kelima etnik Batak ini, etnik Karo memiliki budaya yang sangat
kental. Etnik Karo juga masih memiliki tradisi-tradisi yang diwariskan para
tradisi-tradisi pada zaman dahulu etnik Karo juga masih memelihara peninggalan-
peninggalan para leluhur hingga sampai sekarang. Selain kaya akan budayanya,
etnik Karo juga kaya akan tanaman subur yang terbentang luas di Kabupaten
Karo
Berdasarkan asal usul terjadinya etnik Karo belum diketahui secara pasti.
Namun diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1250. Karena menurut beberapa
penulis pada waktu itu sudah ada kerajaan Haru (Aru). Kerajaan ini dulunya
cukup kuat dan wilayah kekuasaan yang sangat luas. Masa kejayaan kerajaan ini
cukup lama. Namun sekitar tahun 1539 kerajan Haru kalah dan hancur total akibat
serangan tentara kerajaan Aceh yang memiliki persenjataan yang cukup kuat.
(Gayo Alas), Asahan, Simalungun, dan dataran tinggi tanah Karo (Karo Gugung).
Sebahagian lagi pergi ke dataran rendah dekat pengunungan mulai dari bukit
Tebing Tinggi sekarang. Mereka yang menempati tempat yang baru diluar Asahan
luasnya lebih kurang 5.000 km2 kemudian disebut Batak Karo Dusun.
Disisi lain dari penemuan sejarah, di Labu Tuo yang letaknya berdekatan
dengan kota pelabuhan Baros, ditemukan sebuah batu bertulis pada tahun 1872,
isinya baru dapat dibaca pada tahun 1932 oleh Prof. Nilakantisastri, Guru besar
Purbakala di Madras.
Batu tertulis tersebut ditemukan oleh Kontelitir Deuz. Isinya bahwa pada
tahun 1088 M ada 1.500 orang Tamil dari India Selatan bertempat tinggal di
dalam dagang kapur barus dan kemenyan, mereka membentuk kesatuan dagang di
daerah itu.
dengan adanya pendatang baru. Pendatang baru itu terutama berasal dari India
gading gajah, cula badak, kapur barus, kemenyan dan emas yang sangat berharga
dan digemari pada waktu itu. Barang-barang ini dibawa dan diperdagangkan di
kembali kenegrinya, ada juga akibat sulitnya atau putusnya hubungan karena
untuk mencari tempat pertanian yang lebih baik. Oleh karena terjadinya
pergeseran penduduk tersebut, etnik Karo tinggalnya berpencar dan sebagian kecil
derada di dataran tinggi Karo. Diperkirakan orang India (Tamil) yang tinggal
disekitar Baros itulah yang sampai di desa Seberaya (Karo) kemudian tinggal
bersama dengan penduduk setempat. Dari sumber lain diketahui pula bahwa pada
tahun 1680 Guru Pertimpus (Guru Pa Timpus) sudah tinggal di Medan sekarang.
Dia bermarga Sembiring Pelawi datang dari tanah Karo Gugung, bermaksud
untuk membuka ladang diantara sungai Babura dan sungai Deli. Kemudian Guru
Pa Timpus kawin dengan seorang putri panglima Hali yang tinggal di Sei
Sikambing. Panglima Hali sendiri sebenarnya dulu berasal dari etnik Karo,
bermarga Tarigan. Disisi lain masih ada sumber dengan versi yang berbeda.
Sumber itu adalah nenek kandung penulis (Sempa Sitepu) bernama Rayung Karo
Sitepu
Etnik Karo pada umumnya mendiami daerah tanah Karo sebagai daerah
budaya, salah satu diantaranya adalah nilai budaya pada arsitektur tradisional yang
ada pada rumah adat. Hal ini pula yang menjadi penelitian penulis. Penulis
beratkan permasalahan pada fungsi dan makna retret tradisional rumah adat etnik
Karo yang ada di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat. Desa Lingga
Etnik Karo hidup berbudaya sangatlah dijunjung tinggi oleh etnik Karo itu
oleh para leluhur sangatlah dijaga dengan baik oleh penerusnya. Etnik Karo juga
memiliki rumah adat yang diwariskan oleh para Nenek Moyang kepada
generasinya. Selain menjadi tempat tinggal ataupun tempat persinggahan para raja
pada zaman dahulu, rumah adat juga rumah yang sangat sakral, karena di setiap
titik sudut rumah adat itu sendiri memiliki bentuk dan arti yang melambangkan
Rumah adat Karo merupakan salah satu aset kebudayaan yang ada di
Kabupaten Karo, yang memiliki ciri khas dan keunikan yang bernilai tinggi
kesakralannya. Rumah adat etnik Karo memiliki retret yang penuh makna dan
memiliki kesan mistis di dalam ukiran tersebut. Ukiran retret yang terdapat pada
dinding rumah adat karo memiliki lima motif warna yang masing-masing warna
sehari-hari etnik Karo. Retret ini juga menjadi simbol sebagai berikut; 1).
Keeratan persaudaraan pada etnik Karo, 2). Dapat menjadi hiasan pada rumah
adat, 3). Retret ini juga dapat memperindah rumah adat yang ditempati etnik
Karo, 4). Retret juga merupakan desain tradisional yang bernilai tinggi
bagi penghuninya, 5). Retret ialah sebuah pengikat yag biasanya digunakan untuk
dinding rumah adat Karo retret ini juga melambangkan suatu pengikat keeretan
antar etnik Karo tersebut. Retret yang terdapat pada dinding rumah adat Karo
dapat mewakili sebagian besar retret yang ada pada bagian dalam rumah adat
Karo ataupun yang ada pada rumah adat lainnya. Selain terdapat pada sisi luar
rumah adat, retret juga terdapat pada bagian dalam rumah adat seperti; pada
Pada setiap retret yang terdapat pada rumah adat memiliki bentuk, fungsi,
manusia sehari-hari dan memiliki nilai-nilai budaya yang kuat antar sesama.
terkait dengan adat-istidiadat, sebagai suatu produk budaya yang diciptakan nenek
moyang dan sebagai hasil dari belajar, khususnya melalui alam yang dipercayai
sebagai berikut; 1). Penolak bala, 2). Penangkal roh jahat, 3). Media
dinding rumah adat karo. Bangunan rumah adat Karo dan retret menjadi satu
kesatuan yang utuh serta memberikan kesan keagungan dan keindahan, 5).
Pada umumnya, rumah adat etnik Karo memiliki jenis-jenis rumah adat
(Jabu), seperti: siempat jabu (empat rumah), sienem jabu (enam rumah), siwaluh
jabu (delapan rumah), sisepulu jabu (sepuluh rumah), sisepulu dua jabu (dua
belas rumah), dan sisepulu enem jabu (enam belas rumah). Adapun dari keenam
jenis rumah adat ini sama-sama memiliki retret yang diletakkan diberbagai tempat
pada rumah adat tersebut yang memiliki makna dalam kehidupan etnik Karo.
Bentuk, fungsi dan makna tersebut yang membuat manusia saling akur, tolong
lima. Jadi, retret pada rumah adat Karo adalah salah satu budaya etnik Karo yang
di wariskan nenek moyang dari generasi ke generasi yang harus dijaga dan
budaya lama yang menjadi acuan masyarakatnya sudah mulai pudar akibat
masuknya nilai-nilai baru. Hal ini adalah sebagai akibat dari merebaknya arus
dari generasi mudanya cenderung lebih tertarik pada hal-hal yang baru. Posisi dan
nilai-nilai baru. Dengan kata lain, retret yang terdapat pada rumah adat Karo
yang di dalamnya bersifat sakral dan pentingnya nilai-nilai simbol yang terkadung
didalam retret pada rumah adat Karo. Hal inilah yang mendorong penulis untuk
melakukan penelitian mengenai arti simbol-simbol dan makna yang terdapat pada
Karo, bahwasanya bentuk retret yang sangat unik dan indah bila di pandang,
selain itu retret juga memiliki fungsi dan makna yang sangat sakral (religius)
bentuk retret tersebut. Akan tetapi seiring bertambahnya waktu nilai-nilai sakral
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji
bentuk, fungsi dan makna yang terdapat pada retret rumah adat etnik Karo di
2. Apa fungsi simbol yang terdapat pada retret rumah adat Karo?
3. Apa makna simbol yang terdapat pada retret rumah adat Karo?
2. Untuk mendeskripsikan fungsi yang ada di dalam retret rumah adat Karo.
2. Mengetahui fungsi dan makna retret rumah adat yang terdapat pada rumah
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
tentang semiotik, salah satunya pendapat Pierce dan pendapat Alex Sobur sebagai
landasan teori bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Sitepu, (1996) yang berjudul Pilar Budaya Karo, buku ini dipaparkan
tentang tahap pembuatan rumah adat Karo, sistem kemasyarakatan yang ada pada
etnik Karo, sistem religi etnik Karo, ornamen rumah adat Karo, retret rumah adat
Karo, sendok dapur, pakaian tenunan dan lain-lain. Buku ini juga menceritakan
asal usul nama Karo dan asal usul dari satu kampung. Kontribusi buku ini dalam
penyelesaian skripsi ini adalah sangat bermakna, dengan adanya tentang retret di
dalam buku ini dan khususnya retret pada rumah adat Karo dapat membantu
masyarakat Batak Toba. Kontribusi skripsi ini pada skripsi ini ialah membahas
yang sama tentang semiotik, skripsi ini dapat membantu penulis untuk menambah
Skripsi ini membahas tentang ornamen batak Toba, fungsinya dalam masyarakat
toba, dan makna yang terdapat pada setiap ornamen yang ada pada masyarakat
batak Toba. Kontribusi Skripsi ini juga menggunakan teori yang sama seperti
yang penulis pergunakan yaitu teori semiotik, selain itu skripsi ini juga membantu
penulis dari segi pemahaman tentang rumah adat dan seni ukir pada rumah adat.
Dalam hal ini Rayking telah membantu penulis dalam cara menganalisis retret
sebagai simbol. Adapun perbedaan yang terdapat pada skripsi ini dengan skripsi
Hoed, Benny (2008), buku ini yang berjudul Semiotika dan Dinamika
pakar ilmu dibidang semiotika. Kontribusi buku ini sangatlah membantu penulis
semiotika dari para ahli semiotik. Selain dapat membantu dari segi semiotik, buku
sosial budaya.
Sobur, (2012), buku ini yang berjudul Analisis Teks Media. Buku ini
membahas tentang suatu pengantar analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis
framing. Selain itu buku ini juga terdapat banyak pendapat para ahli tentang
Secara etimologi teori berasal dari bahasa yunani theoria yang berarti
kebetulan alam atau realita. Hal ini juga berdasarkan pemahaman lebih jauh
terhadap kata kerjanya yang bermakna. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep
landasan teori ini maka segala masalah yang timbul dalam skripsi ini akan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan
bahwa semiotika itu adalah ilmu yang membahas tentang tanda yang memiliki
fungsi dan makna yang akurat pada suatu hal yang mengandung unsur tertentu.
Dalam mengungkap makna tanda yang dihadirkan pada sebuah karya seni
ranah yang berkembang dalam semiotika tersebut, yaitu komunikasi visual (visual
sebagai berikut.
1. Ikon (icon), ikon adalah “tanda yang ada sedemikian rupa sebagai
kemungkinan tanpa tergantung pada adanya sebuah petanda, tetapi dapat kaitkan
mengimplikasikan bahwa segala sesuatu merupakan ikon, karena semua yang ada
dalam kenyataan dapat di kaitkan dengan sesuatu yang lain”. Sehingga dapat di
pahami ikon juga merupakan tanda yang menyerupai objek (benda) yang
dimaksudkan.
2. Indeks (index), adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya
tergantung dari adanya sebuah denotaturn (penanda). Dengan kata lain tanda yang
sifatnya tergatung pada keberadaan suatu penanda. Tanda ini memiliki kaitan
sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Indeks merupakan tanda yang
menunjuk kepada sebuah arti, indeks sering juga disebut sebagai “petunjuk”
sebuah gambar
kata symbol dalam bahasa Inggris yang berakar pada kata symbolicum dalam
bahasa latin. Sementara dalam bahasa Yunani kata synbolon dan symballo, yang
juga akar kata symbol memiliki beberapa makna generik, yakni “memberi
kiasan”.
merupakan istilah nama yang mempunyai konotasi yang spesifik dan mengandung
Oleh karena itu, itu penulis memilih teori semiotik sebagai landasan dalam
meneliti makna tanda atau simbol yang terkandung dalam retret rumah adat pada
etnik Karo.
cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi
pengguna tanda.”
Berdasarkan judul skripsi ini, maka teori yang digunakan untuk mengkaji
suatu acuan. Setiap tanda selalu memiliki fungsi dan memiliki makna yang sesuai
dengan tanda itu sendiri. Berdasarkan objeknya juga Pierce membagi tanda itu
a. Ikon (icon)
b. Indeks (index)
Indeks merupakan tanda yang menunjuk kepada sebuah arti, indeks sering
c. Simbol (symbol)
Simbol merupakan tanda yang bersifat mewakili sebuah hal yang lebih
besar yang ada di belakangnya. Simbol juga bisa menunjukkan arti yang telah di
sepakati bersama.
mana tanda memiliki arti dan makna tertentu. Ketiga bagian diatas biasa disebut
Dari ke tiga objek di atas menurut pendapat Pierce, objek simbol yang
dapat dijadikan teori acuan pada pembahasan skripsi ini, dengan objek simbol
inilah dapat diketahui fungsi dan makna retret pada pembahasan skripsi ini.
METODE PENELITIAN
Metodhos artinya cara atau jalan. Jadi, metode merupakan jalan yang berkaitan
dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang dikehendaki atau tujuan dalam
kerja penyelidikan secara cermat terhadap suatu sasaran untuk memperoleh hasil
adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai suatu pemahaman.
setting, tata cara, sampel, pembatasan, dan kumpulan data yang hendak di analisis
Jadi, metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala masalah. Masalah disini adalah objek yang di
teliti dan dicari kebenarannya, karena tanpa metodologi penelitian, penelitian yang
Sedangkan arti kata penelitian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ialah untuk menghimpun data
dasar, sumber data penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis
data.
Metode dasar yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
faktual dan akurat, mengenal fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
dalam usaha mengemukakan satu dengan yang lainnya didalam aspek-aspek yang
diselidiki.
tertentu ataupun perseorangan dan antar kelompok masyarakat. Metode ini akan
ialah cara dan teknik yang digunakan metode ini sangat berkaitan dengan objek
yang ingin diteliti oleh penulis. Sesuai dengan cara dan teknik metode deskriptif
ini yang langsung kelapangan dan bertanya langsung kepada narasumber penulis
dapat mengetahui langsung dengan akurat apa fungsi dan makna dari bentuk retret
Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini ialah dikarenakan rumah adat Karo
ada terdapat pada desa ini, rumah adat yang terdapat di Desa Lingga ini masih
pemerintah setempat.
informan guna memperoleh data dan hasil penelitian yang akurat. Penulis
yang sesuai dengan masalah yang terdapat pada skripsi ini. Hal ini
peneliti untuk mengamati letak dan posisi retret pada rumah adat dengan
akurat mengenai fungsi dan makna retret yang terdapat pada rumah adat
Karo.
bentuk, fungsi dan makna simbol retret yang terkandung dalam simbol
yang ada pada retret rumah adat etnik Karo kepada tokoh-tokoh adat.
Wawancara ini ditujukan kepada etnik Karo khususnya kepada etnik yang
berada di Desa Lingga yang terdiri dari kepala desa, tokoh-tokoh adat,
skripsi ini.
sesuai dengan kajian yang digunakan. Dalam metode ini penulis mencari
ke dalam suatu pola, kategori dari satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini data
yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Metode atau cara
mengelola data mentah sehingga menjadi data yang akurat dan ilmiah dipakai
yang ditetapkan yaitu bentuk, fungsi, dan makna retret pada rumah adat
Karo.
Rumah adat Karo merupakan bangunan tradisional etnik Karo yang pada
bagian atas atap rumah terdapat kepala kerbau yang melambangkan kelemah
lembutan etnik Karo. Pada bagian palas rumah adat terdapat retret Lumut Lumut
Lawit yang memperindah rumah adat Karo. Bagi etnik Karo rumah adat ini sangat
dijaga dengan baik kegunaannya dengan merawat dan melestarikan rumah adat ini
agar tetap baik kegunaanya. Rumah adat Karo juga dikenal dengan adanya ukiran
retret, yang menjadi hiasan dan memperindah dinding rumah adat Karo tersebut,
dan retret ini memiliki hal – hal yang berhubungan adat istiadat. Dalam
pembuatan retret pada dinding rumah adat Karo akan melewati berbagai proses
perencanaan yang matang dan tidak terlepas dari adat istiadat yang telah
melalui sidang adat raja, yang kemudian dikirim kepada ahli kesenian (penggerga)
yang mendapat perintah dari pengulu taneh seperti gambar dibawah ini.
Setiap lembar papan yang dihiasi ukiran retret pada etnik Karo ada yang
menjaga pemilik rumah dan sebagai pengerat sistim kekeluargaan pada etnik Karo
dan melambangkan sebagai pengikat tali persaudaraan kelima marga etnik Karo
(Merga Silima). Retret yang diteliti pada skripsi ini adalah retret yang terdapat
Karo yaitu :1. Retret bentuk hewan, 2. Retret bermotif tumbuhan dan 3. Retret
Bangunan Rumah Adat Karo. Doc. Foto 1 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
rumah adat Karo. Bentuk retret yang terdapat pada rumah adat Karo memiliki ciri
khas tersendiri, bila dilihat dari bentuk nama retret beberapa diantaranya tercipta
tumbuhan. Bentuk retret yang terdapat pada rumah adat Karo memiliki fungsi dan
makna yang sakral, retret juga dipercayai dapat menolak bala dan mejauhkan dari
Simbol hewan yang dipilih umumnya mengandung sifat tertentu atau yang
(Retret Beraspatih Ni Taneh. Doc. Foto 2 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
pada gambar ini bila diperhatikan secara seksama akan hampir mirip dengan rupa
hewan yang menyerupai gambar cicak, binatang ini dapat berjalan ke depan dan
kepala dengan satu badan. retret ini memiliki lambang yang berupa kekuatan.
Retret ini pada etnik Karo sendiri diartikan sebagai lambang untuk memperkuat
derpih rumah adat Karo. Dalam pembuatan Beraspatih Ni Taneh ini sebenarnya
dinding pada rumah adat yang sudah dilubangi terlebih dahulu hingga membentuk
memperkokoh rumah adat etnik Karo agar lebih tahan lama dan kuat. Retret
tiap lembar papan yang terdapat pada rumah adat Karo. Ketahanan rumah adat
juga berkisar empat ratus tahun di tempat penulis mengadakan penelitian. Bahan
dasar retret ini adalah sejenis tali (ijuk) yang dibentuk membentuk cicak dan
2. Retret Kiungen
dengan namanya yang menyerupai nama manusia dan bentuknya yang memiliki
kepala, mata, tangan, kaki dan tubuh manusia yang lainnya. Retret ini biasanya
dilukiskan pada bagian dalam rumah untuk memperindah rumah adat Karo.
menurut etnik Karo retret Kiungen ini adalah roh manusia yang mempunyai
kekuatan mistis.
distilirisasi menjadi bentuk hiasan yang merambat bersulur meliuk ke kiri dan ke
(Retret Lumut Lumut Lawit. Doc. Foto 4 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
tersebut terdiri dari empat bagian. Antara bagian yang pertama, kedua, ketiga dan
ke empat memiliki sisi yang sama. Adapun panjang, lebar dan luas dari masing-
masing kotak berukuran sama. Kotak-kotak pada bagian tengah tersebut berwarna
putih, sedangkan sisi yang menutupi kotak-kotak tersebut berwarna hitam. Retret
tumbuhan yang ada di alam laut. Adapun retret ini diambil dari gambaran rumput
laut dengan lumut-lumut yang bertebaran di laut pada batu karang. Rumput laut
yang licin akan menjaga batu karang yang merupakan kekuatan untuk menjaga
timbulkan oleh alam dan manusia untuk merusak laut. Hal tersebutlah yang
melatarbelakangi etnik Karo membentuk retret Lumut Lumut lawit yang mereka
ketentraman pemilik rumah. Retret ini terbuat dari bambu yang dibelah dan
dianyam sedemikian rupa membentuk segi empat yang diletakkan pada ayo-ayo
depan rumah adat Karo. Adapun bambu yang dianyam itu diberikan warna hitam
dan putih yang merupakan tiruan dari batu karang dan Lumut yang mana lumut
(Retret Taruk Taruk. Doc. Foto 5 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas retret taruk taruk ini berbentuk gambar bunga
sulur labu yang menjalar dan di antaranya terdapat retret bincole dan pucuk
merbung yang menambah keindahan dari retret taruk taruk tersebut. Tumbuhan
pertanian yang akan mendatangkan rejeki yang baik pada etnik Karo. Hal inilah
yang melatarbelakangi etnik Karo membentuk retret taruk taruk yang mereka
yakini bahwa pertanian memberikan rejeki yang baik jika diolah dengan baik.
Retret ini dibentuk dengan teknik tatah dan diberi warna sesuai dengan gambar
(Retret Pantil Manggis. Doc. Foto 6 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto di atas retret Pantil Manggis ini berbentuk persegi empat
yang bagian tengahnya dibagi atas empat bagian seperti gambar kelopak bunga.
Antara kelopak bunga yang pertama, kedua, ketiga dan ke empat memiliki ukuran
yang sama. Keempat kelopak bunga tersebut berwarna putih dan persegi dan yang
berupa bagian bawah buah manggis. Bagian bawah buah manggis tersebut
menunjukkan isi dari pada buah manggis. Adapun retret ini bermotif tumbuh-
tumbuhan karena merupakan tiruan dari buah manggis dan isi dari buah manggis.
Warna hitam persegi pada retret ini menunjukkan kulit dari buah manggis dan
putih yang membentuk kelopak bunga menunjukkan isi dari buah manggis
tersebut. Bahan dasar retret ini adalah papan (ayo-ayo) yang tehnik pembuatannya
dengan cara di ukir yang menyerupai bagian bawah buah manggis dengan warna
(Retret Bunga Bincole. Doc. Foto Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
mekar yang menunjukkan keindahan. Pembuatan retret ini dengan cara di ukir
dan di pahat dengan cara melihat tumbuh-tumbuhan yang ada di alam sekitar.
Motif tumbuhan yang ada pada retret ini menyerupai tumbuhan teratai putih.
Tumbuhan bunga teratai putih yang ada pada retret ini tumbuh di semak-semak di
rawa-rawa hutan. Bunga Bincole yang merupakan bunga teratai putih yang
terdapat pada retret ini sangat harum baunya dan sangat sulit untuk memetiknya.
Akan tetapi
hutan. Kesan cantik dan indah itulah yang melatar belakangi pembuatan retret
Bunga Bincole.
(Retret Pucuk Merbung. Doc. Foto 8 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas retret ini berbentuk persegi empat dan persegi
panjang yang bagian tengahnya menunjukan gambar bunga yang sedang mekar.
berupa bunga kembang sepatu yang sedang mekar. Retret ini dibentuk pada
dapur-dapur rumah adat Karo. Tehnik pembuatan retret ini dengan cara di ukir
yang ada di alam sekitar sehingga retret ini menyerupai bunga kembang sepatu
yang sedang mekar. Retret ini pembuatannya tidak mengandung unsur mistik,
Ragam hias geometris merupakan ragam hias yang cukup tua usianya. Hal
tersebut ditunjang oleh bukti-bukti dari peninggalan masa lampau. Adanya karya-
karya yang indah yang terlihat dibuat oleh manusia pada masa lampau
bentuk benda yang dihiasai dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan
disebut motif geometris karena motif ini mengacu pada bentuk ilmu
(Retret Embun Sikawiten. Doc. Foto 9 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas retret ini bermotif alam yang merupakan tiruan
dari awan akan tetapi retret ini dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar
membentuk segitiga. retret ini merupakan gambar awan yang beriring dilangit
yang memiliki gumpalan tebal yang ketika lapisan awan atas bergerak maka
awan yang berkaitan atau rangkaian awan yang beriringan yang berarti rakut
sitelu dalam etnik Karo. Lapisan awan atas menunjukkan Kalimbubu dan lapisan
awan bawah sebagai pengikut menunjukkan anak berru. Bahan dasar retret ini
adalah kayu yang tehnik pembuatannya di ukir dan dipahat sesuai gambar awan
yang beriringan. Warna dasar retret diambil dari warna bunga yang merah yang
berarti kekuatan kalimbubu dalam acara adat Karo yang menjaga keharmonisan
(Retret Bindu Matagah. Doc. Foto 10 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas retret ini berupa garis yang menyilang diagonal
yang tidak baik). Penyingkiran yang tidak baik itu merupakan kekuatan retret
Bindu Matagah untuk menjaga lingkungan dan manusia dari roh-roh alam
mengganggu dan merusak ketentraman desa dan pemilik rumah adat. Retret ini
bermotif geometris. Bahan dasar retret ini adalah kayu yang tehnik
(Retret Tapak Raja Sulaiman. Doc. Foto 11 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas retret ini bermotif geometris yang berupa garis
menyimpul membentuk ruang. Menurut etnik karo pada zaman dahulu Tapak
Raja Sulaiman ini adalah seorang dukun yang sakti mandraguna dan ia juga
menguasai semua mahkluk-mahkluk halus yang ada dibumi ini. Arti dari Tapak
ini melambangkan garis tangan dan kaki dari dukun tersebut yang memiliki
kekuatan yang dapat dijadikan suratan untuk menolak segala yang tidak baik.
Bentuk retret ini merupakan jalinan dari motif bunga tertentu yang secara
geometris membentuk menjadi empat bagian. Nama retret ini merupakan nama
raja yang dianggap sakti yang ditakuti mahluk jahat mulai yang kecil sampai yang
adat Karo terdiri dua bagian yaitu : Jabu ture dan Jabu tengah. Jabu ture
menandakan posisi rumah raja dan sangat berperan dalam segala kegiatan adat,
sedangkaan jabu tengah sebagai pengikut saja yang disetarakan dengan rumah
rakyat biasa, akan tetapi hubungan kekeluargaan tetap terjaga tanpa ada perbedaan
status. Retret ini juga menandakan kepercayaan masyarakat bahwa Raja Sulaiman
(Retret Cimbalau dan tutup dadu.Doc.Foto12 Oleh Maychael Saragih,9 Juni 2017)
stoples pada bagian dalamnya. Bahan dasar retret ini adalah papan ayo-ayo yang
di ukir dan dipahat membentuk tutup stoples melintang. Warna dasar retret ini
ialah hitam dan putih yang mana retret ini menunjukkan awan hitam yang berarak
di langit yang akan segera menunjukkan datangnya hujan. retret ini terdapat pada
merupakan bentuk awan yang berarak di langit menunjukkan doa etnik Karo
kepada sang pencipta yang memberikan kecerahan pada hidup mereka. Cimba lau
dan tutup dadu juga menggambarkan sifat kebiasaan anak laki – laki etnik karo
yang suka bermain judi pada zaman dahulu setelah mendapatkan hasil panennya,
(Retret Bindu Matogoh . Doc. Foto 13 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas bentuk retret ini berupa garis yang menyilang
atau encikep simehuli dalam etnik Karo. Pemegangan terhadap yang baik tersebut
berupa keteguhan hati etnik Karo untuk berbuat dan bertindak dengan baik, tanpa
merugikan banyak orang. Retret ini bermotif geometris dan terdapat pada bagian
bawah dapur-dapur rumah adat karo. Bahan dasar retret ini adalah kayu yang
yang membentu gambar bintang. Retret ini diambil dari gambaran alam berupa
gambar bintang yang ada dilangit. Gambaran bintang yang ada dilangit
menunjukkan kekuatan dari pada alam sendiri untuk menerangi jagad raya pada
malam hari. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pembuatan retret ini pada
pintu masuk rumah adat Karo yang menunjukkan kesatuan dari merga silima
dalam etnik Karo. Kelima merga tersebut adalah merga induk dalam etnik Karo
yang diikat oleh struktur sosial etnik Karo yang utuh dan tidak terpisah-pisahkan
pada etnik Karo. Merga dalam etnik Karo menunjukkan bahwa mereka satu
(Retret Osar Osar. Doc. Foto 15 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas retret ini menyerupai seperti ketupat yang sekilas
berbentuk trapesium dan memiliki tali pengikat untuk menghubungkan satu sama
lain yang bersaudara. Pada retret osar osar ini pun terdapat didalamnya lukisan
retret Pantil Manggis, guna melengkapi kekuatan kedamaian yang terdapat pada
retret Osar Osar ini, selain itu retret ini juga memiliki kekuatan yang sangat baik
(Retret Kurung Tendi. Doc. Foto 16 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas retret ini memiliki bentuk seperti pohon cemara
retret Kurung Tendi ini tampak terlihat seperti pohon cemara dan tampak sekilas
menyerupai kepala yang memiliki mata. Tehnik pembuatan retret Kurung Tendi
ini sakral dan mistis, karena sang pelukis atau pengukir harus bersemedi terlebih
retret Kurung Tendi tersebut. Retret Kurung Tendi ini biasanya terletak pada
dinding bagian dalam rumah yang berguna untuk menangkal segala sesuatu yang
(Retret Teger Tudung. Doc. Foto 17 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Berdasarkan foto diatas retret Teger Tudung ini berbentuk seperti topi adat
yang biasa di pakai oleh perempuan etnik Karo dalam upacara adat yang
retret Teger Tudung ini biasanya di letakkan pada bagian dalam rumah adat untuk
(Retret Bintang Raja Sulaiman. Doc.Foto 18 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
segitiga yang di lukiskan saling terbalik menjadi satu ditambah lukisan bulat di
ujung lukisan retret Bintang Raja Sulaiman tersebut. Motif retret ini biasanya
diletakkan pada dinding di atas pintu masuk rumah adat Karo, dengan kesan
Fungsi retret rumah adat etnik Karo mempunyai fungsi tersendiri yang
berhubungan dengan makna retret. Hal ini berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari etnik karo. penulis menganalisis fungsi retret rumah adat etnik Karo
Berikut ini akan dijelaskan fungsi retret yang terdapat pada rumah adat
(Retret Beraspatih Ni Taneh. Doc. Foto 2 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
a. Tolak Bala
hutan.
b. Pagar Rumah
(Retret Lumut Lumut Lawit. Doc. Foto 4 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
(Retret Taruk Taruk. Doc. Foto 5 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
etnik Karo.
(Retret Pantil Manggis. Doc. Foto 6 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
sebagai:
berwarna putih.
(Retret Bunga Bincole. Doc. Foto 7 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
terpuji.
(Retret Pucuk Merbung. Doc. Foto 8 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
keindahannya.
Matagah yang tidak baik dalam etnik Karo yang memiliki arti
(Retret Tapak Raja Sulaiman. Doc. Foto 11 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
Retret Tapak Raja Retret ini terletak pada dinding bagian bawah
(Retret Cimba lau dan tutup dadu. Doc. Foto 12 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni
2017)
Retret Cimba Lau Retret Cimba Lau dan Tutup Dadu diletakkan
dan Tutup Dadu pada dapur-dapur rumah adat Karo yang berfungsi
sebagai:
(Retret Bindu Matogoh . Doc. Foto 13 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
etnikKaro.
a. Tolak Bala
(Retret Tupak Salah Silima Lima. Doc. Foto 14 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni
2017)
Retret Tupak Salah Fungsi retret ini sebagai penolakan niat jahat
Retret Osar Osar Fungsi retret Osar Osar ini pada umumnya
adat Karo.
(Retret Bintang Raja Sulaiman.Doc. Foto 18 Oleh Maychael Saragih, 9 Juni 2017)
tersebut.
Ragam motif mengandung makna dan falsafah yang mengacu kepada sifat
asal dari setiap sumber, dipadukan dengan nilai kepercayaan dan budaya. Selain
memiliki bentuk dan fungsi, simbol retret rumah adat etnik karo juga memiliki
makna, adapun makna yang terkandung pada retret rumah adat karo adalah:
a. Makna kekuatan
rumah.
jahat tersebut
Lumut Lawit makna berupa keamanan. Retret Lumut Lumut Lawit akan
Retret Taruk Taruk Makna yang terdapat pada retret Taruk Taruk
kerja keras dan sifat yang keras pada etnik Karo tidak
manggis.
Retret Bunga Makna yang terdapat pada retret ini tidak jauh
kekeluargaan
a. Makna keindahan
sesamanya.
b. Makna kekeluargaan
yang ayu dan hati yang baik sesuai dengan bunga teratai
adat Karo.
Retret Bindu Makna yang terdapat pada retret ini adalah makna
a. Makna Kekuatan
dukun.
b. Makna kepercayaan
kaki kanan
Retret Tapak Raja Makna yang terdapat pada retret ini adalah
b. Makna Kekuatan
Retret Cimba Lau Makna Makna yang terdapat pada retret Cimba
dan Tutup Dadu Lau dan tutup dadu ini tidak jauh dari fungsinya yaitu
a. Makna keindahan
b. Makna Kepercayaan
akan mati maka dari itu Cimba Lau dan tutup dadu di
yang banyak.
Retret Tupak Salah Makna yang terdapat pada retret ini ialah
sebagai berikut :
Karo.
Retret Osar Osar Retret Osar Osar ini memiliki makna yang
perselisihan tersebut.
beradat.
5.1 Kesimpulan
Retret merupakan sesuatu hal yang sakral yang menguatkan sebuah ikatan
masyarakat merupakan karya seni yang sangat luar biasa oleh nenek moyang kita
dahulu. Makna yang terkandung di dalam retret tidak terlepas dari kehidupan
dalam dan luar rumah adat etnik Karo yang mengandung unsur mistis dan
penolak bala.
Retret yang terdapat pada rumahadat etnik Karo memiliki bentuk, makna
dan fungsi yang berbeda-beda. Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya, dapat
raja Sulaiman.
etnik Karo dari segi fungsi, baik itu fungsi letak/posisi dengan
makna yang terkandung pada retret rumah adat etnik Karo, penulis
3. Makna retret pada rumah adat Karo ialah makna yang terdapat
pada retret rumah adat Karo ialah kekuatan mistis yang terdapat
5.2. Saran
yang ditinggalkan untuk keturunan (generasi muda). Retret rumah adat Karo yang
jarang diketahui dan dipelajari pada saat ini merupakan cagar budaya warisan dari
nenek moyang yang hampir punah, hal ini dapat kita lihat dari pemeliharaan
bentuk asli dari rumah adat etnik Karo di desa Lingga sudah banyak renovasi dan
Arianus Esra Gea, 2012. Perbandingan Ornamen Rumah Adat Nias Utara dengan
Carl Gustaf Jung dalam sobur, 2012. Pengantar Analisis Semiotik. Bandung.
Perpustakaan Unimed
Rayking, 2013. Gorga Sopo Godang Pada Masyarakat Toba: Skripsi. Medan
Yanti, 2003. Fungsi dan Makna Gorga dalam Masyarakat Batak Toba: Skripsi.
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Muslim
Data Informan 2
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
Data Informan 3
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
Data Informan 4
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Muslim