Anda di halaman 1dari 18

Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

MAKNA SIMBOLIS DEFORMASI RUMAH ADAT


KARO SIWALUH JABU DALAM KARYA LUKIS

Okky Masito Barus dan R. Triyanto.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan beberapa makna simbolik dari lukisan yang
sumber objeknya rumah adat Karo siwaluh jabu. Pada bahasan ini penulis menentukan
seluruh karya lukis yang yang sudah dipamerkan sebagai populasi yang sekaligus
merupakan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 buah karya lukis yang sudah
dipamerkan di Galeri Seni Rupa Universitas Negeri Medan pada tanggal 30-31 Mei
2012. Kemudian dibahas secara terperinci mulai dari makna-makna apa saja yang
terkandung dalam setiap karya.

Hasil analisis karya secara deskripsi menunjukkan bahwa semua karya-karya lukis
menmpilkan bentuk rumah adat Karo siwaluh jabu dengan pengkombinasian dunia
fantasi berbentuk tanah yang mengambang di atas awan. Penulis mengartikan rumah
adat Karo pada zaman sekarang ini dalam kondisi yang sangat memperihatinkan dapat
dikatakan hanya tinggal angan-angan saja. Dapat dibuktikan dari sekian banyaknya
perkampungan yang ada di Kabupaten Karo yang dulunya paling tidak ada 20-30 rumah
adat di dalam satu kampung. Sekarang hanya beberapa kampung yang masih
mempertahankan rumah adatnya, yaitu desa Lingga, Daukan, Dan Peceren. Itu pun
dalam kondisi yang sangat memperihatinkan

Analisis formal memperlihatan bahwa dalam pengorganisasian unsur-unsur rupa pada


karya lukis didominasi oleh bidang, garis, bentuk, dan ukuran. Intepretasi karya melalui
bentuk disesuaikan dengan pemaknaan dan pesan yang disampaikan untuk memberi
pemahaman terhadap karya.

Kata kunci : Lukisan, fantasi, rumah adat siwaluh jabu,

PENDAHULUAN

Indonesia, dikenal sebagai salah satu bangsa yang memiliki kekayaan budaya yang
beraneka ragam. Ragam budaya Indonesia tersebut ada di berbagai daerah dari Sabang
sampai Marauke dan tentu saja dengan sifat-sifat tradisinya sendiri-sendiri.
Kekayaan ragam budaya ini, telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia tidak ternilai
harganya. Keanekaragaman ini secara jelas digambarkan oleh aspirasi kepribadian
suku dari tiap daerah, yang telah diwariskan secara turun temurun dan selalu dijaga
kelestariannya sepanjang masa.

Salah satu dari suku dan budaya yang ada di Indonesia adalah suku Karo. Suku yang
mendiami wilayah Sumatera Utara. Suku Karo termasuk suku Batak. Ada enam suku
BatakdiSumatera Utara antara lain: Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Dairi/Pakpak
,Batak Mandailing, Batak Angkola dan Karo.

Seperti keberadaan suku Batak lainya, suku Karo juga mempunyai keragamaan jenis
budaya yang sangat menarik dan luar biasa. Salah satunya adalah pada rumah
adat. Suku Karo mempunyai beberapa jenis rumah adat antara lain: rumah Siwaluh
Jabu.

1
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Rumah Siwaluh Jabu peneliti anggap menarik dilihat dari sisi bentuk, untuk dijadikan
objek penelitian karya lukis dari beberapa jenis bangunan yang ada di tanah Karo.
Rumah siwaluh jabu merupakan rumah yang dahulunya paling banyak dibangun dan
terdapat di daerah Karo seperti di desa Lingga, Paribun, Peceren, Daukan, Barus Jahe
dan daerah-daerah lainnya yang ada di Kabupaten Karo.

Seiring dengan berkembangnya zaman diera globalisasi, banyak penduduk yang mening
gal kan daerahnya dan terpencar keseluruh penjuru dunia. Begitu juga dengan orang-
orang yang berasal dari suku Karo.Dampaknya adalah, mulai melupakan akan
budaya mereka terutama rumah Siwaluh Jabu yang dahulunya merupakan tempat tingg-
al mereka. Dengan berkembang-nya zaman bentuk - bentuk rumah minimalis sudah
menjamur dan mungkin sulit untuk kembali menumbuh-kan rumah Siwaluh Jabu.
Hal ini lah yang mendorong peneliti untuk menganalisis karya lukisan rumah adat
Karo. Peneliti ingin menumbuhkan kembali rasa cinta terhadap budaya Karo
kepada masyarakat Karo pada umumnya, yaitu dengan karya-karya lukisan terutama
bangunan rumah adat Karo siwaluh jabu.

Peneliti sebagai orang Karo sangat tertarik dan antusias pada rumah adat Karo dan
menjadikan rumah adat Karo sebagai sumber dan ide dalam penelitian karya lukis,
disamping untuk melestarikan rumah adat Karo dan mengangkat kembali kebudayaan
Karo sebagai warisan nenek moyang. Dari uraian dan penjelasan di atas peneliti
mengambil judul Makna Simbolis Deformasi Rumah Adat Karo Si Waluh Jabu
Dalam Karya Lukis.
Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana
perpaduan bentuk rumah adat siwaluh jabu pada sebuah lukisan.Bagaimana bentuk
visual karya lukisan yang dibuat dengan pengkombinasian objek rumah adat Karo
dengan dunia fantasi. Bagaimana Representasi dan analisis simbolik karya lukisan yang
menggunakan objek rumah adat Karo siwaluh jabu.

Tujuan

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk untuk menghasilkkan
karya lukis yang menampilkan rumah adat Karo Siwaluh Jabu sebagai objek lukisan.
Sebagai acuan untuk menciptakan lebih banyak karya lukisan dengan mengangkat objek
rumah adat Karo khususnya siwaluh jabu.Untuk mengetahui bagaimana bentuk karya
lukisan yang mengangkat objek rumah adat Karo siwaluh jabu. Untuk mendeskripsikan
bentuk visual dan analisis simbolik karya lukisan yang mengangkat objek rumah adat
Karo Siwaluh jabu.

LANDASAN TEORI

Rumah Adat.

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya,
beraneka ragam bahasa dan suku dari Sabang sampai Marauke sehingga Indonesia
memiliki banyak koleksi rumah adat. Hingga saat ini masih banyak suku dan daerah-
daerah di Indonesia yang masih mempertahakan rumah adat sebagai usaha untuk
memelihara nilai-nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya modernsasi. Bangunan-
bangunan bersejarah yang ada di tanah Karo sangat penting untuk dilestarikan dan
diketahui jenis-jenisnya, karena dengan adanya bangunan-bangunan tersebut dapat kita
lihat perkembangan desain arsitektur modern di Indonesia berdasarkan perjalanan
sejarah di Kabupaten Karo.

2
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Kampung pada masyarakat Karo disebut juga kuta atau huta (bahasa Toba). Kuta
(bahasa Karo) biasanya lebih besar dari huta dan terdiri dari penduduk yang berasal dari
beberapa klen yang berbeda. Setiap kuta atau huta itu dahulu dikelilingi oleh satu parit
yaitu dinding tanah yang tinggi dan rumpun-rumpun bambu yang tumbuh rapat.
Kegunaan dari hal-hal tersebut adalah sebagai pertahanan terhadap serangan-serangan
musuh dari huta atau kuta lain (Koentjaraningrat, 2004 : 98).
Kebudayaan suku karo merupakan salah satu unsur dalam pembentukan kebudayaan
nasional yang harus dirawat dan dilestarikan keberadaannya, sehingga sedapat mungkin
terhrindar dari kepunahan, sejalan dengan itu ciri khas daerah berupa tradisi dan budaya
sangat berperan dalam pengembangan daerah tersebt.

Arsitektur merupakan penandaan yang memberikan identitas bagi sebuah tempat.


Arsitektur memiliki peran yang signifikan bagi kelanjutan sejarah dalam memori
generasi yang berikutnya, kecuali sebuah Bangsa atau Negara telah kehilangan
penghargaanya terhadap sejarah, arsitektur dari masa lalu semestinya tetap dapat
memberikan perjalanan berharga bagi bangsa dikemudian hari kelak.

Menurut Pont (dikutip dari Kusno 2000 : 40) menyatakan bahwa :

“ Arsitektur adalah lingkungan yang diciptakan manusia untuk dirinya dari alam,
untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan sikapnya pada kehidupan, untuk
menghasilkan suasana yang diinginkan dan memenuhi kebutuhan status. Arsitektur hadi
r sebagai salah satu unsur pembentuk sejarah.Meskipun banyak yang bukan merupakan
hasil karya bangsa sendiri, peninggalan bersejarah tersebut memiliki nilai arsitektur
yang tinggi dan menyimpan nilai historis yang luhur”.

Bentuk dan arsitektur rumah adat di Indonesia masing-masing daerah memiliki bentuk
dan arsitektur berbeda sesuai dengan adat setempat misalnya: Bali, Jawa, Minang, dan
Batak. Rumah adat pada umumnya dihiasai ukiran-ukiran yang indah. Pada zaman dulu
rumah adat yang paling indah dimiliki keluarga kerajaan atau ketua adat setempat,
menggunakan kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional. Banyak
rumah adat yang saat ini berdiri kokoh dan sengaja dipertahanan dan dilestarikan
sebagai simbol budaya Indonesia.

Pada zaman dahulu rumah di perkampungan Karo pada umumnya mempunyai pola
mengelompok dan pengelompokan tersebut berada pada satu bidang tanah tertentu,
akan tetapi pengelompokan tersebut dibagi juga menjadi beberapa sektor atau Kesain
(halaman kampung yang diketuai oleh seorang penghulu) (Sitanggang, 1991 : 5).

Sebuah Kesain (kepenghuluan) pada umumnya terdiri dari beberapa bangunan


tradisional (Sitanggang, dalam Sada kata Ginting 2010:2), yakni rumah adat Siwaluh
Jabu sebagai tempat tinggal, rumah adat Karo terkenal dengan nama rumah Siwaluh
Jabu yang berarti “rumah yang didiami oleh delapan keluarga” (Tarigan,1990 : 1), dari
beberapa buah rumah adat,Jambur, Geriten,dan Lesung. ), ada juga Jambur dan
Geriten, dimana Jambur berfungsi sebagai tempat musyawarah adat, sedangkan Geriten
berfungsi sebagai tempat tulang-tulang manusia yang telah meninggal. Kehidupan
manusia tidak lepas dari kebutuhan pokok atau makanan sehari-hari, Sapo Page pada
masyarakat Karo zaman dahulu digunakan sebagai tempat atau wadah untuk
menyimpan hasil pertanian khususnya padi, sedangkan Lesung untuk mengolah padi
menjadi beras (Ginting, 1994 : 12-14). Kelima bangunan tersebut memiliki hubungan
satu sama lain yang saling melengkapi. Oleh karena itu bangunan-bangunan tersebut
merupakan satu kesatuan dalam sebuah Kesain.

3
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Deformatif

Secara umum deformatif berasal dari deformasi yang berarti perubahan bentuk. Ada pun
perubahan itu misalnya, bentuk rumah yang di ubah sedemikian rupa sehingga
menghasilkan bentuk yang baru,namun masih menyerupai bentuk aslinya. Deformatif
merupakan perubahan bentuk, dimensi dan posisi dari suatu materi baik merupakan
bagian dari alam ataupun buatan manusia dalam sekala waktu dan ruang (Hery Andreas
dalam Edi Suprayitno 2009 : 14). Dan bentuk-bentuk yang lain yang diubah pada
lukisan terdapat pada bentuk dan makna semuanya dijelaskan dalam lukisan.

Simbol

Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai rasa keindahan, manusia
mempunyai pikiran, perasaan, dan sikap melalui ungkapan-ungkapan simbolis.
Ungkapan simbolis tersebut merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dari
mahluk lain. Simbol adalah suatu tanda dimana hubungan tanda dan denotasinya
ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum dan di tentukan oleh suatu
kesepakatan bersama. Setiap hal yang dilihat dan didiami manusia dan diolah menjadi
serangkaian simbol yang dimengerti oleh manusia (Suparlan dalam Edi Suprayitno 2009
: 15).

Simbol pada hakekatnya merupakan perlambang yang disepakati pemakainya untuk


menandai atau mempresentasikan identitas tertentu. Selain itu simbol juga merujuk pada
suatu yang transenden, yakni hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dialog antara
manusia dengan Tuhan. Dengan demikin simbol bukan semata-mata konstruksi
kognitif, tetapi juga konstruksi emotif. Simbol merupakan sebuah obyek yang berfungsi
sebagai sarana untukmempresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak, misalnya bur
ung merpati yang digunakan sebagai simbol kedamaian. Menurut Charles Sanders
Peirce (Teori Trikonomi Semiotika Arsitektural):

Simbol merupakan tanda yang hadir karena mempunyai hubungan yang sudahdisepakati
bersama atau sudah memilikiperjanjian (arbitrary relation) antara penanda dan petanda.
Sedangkan dalam Sign, Symbol and Architecture, Charles Sanders Peirce menjelaskan
Symbol adalah suatu tanda atau gambar yang mengingatkan kita kepada penyerupaan
benda yang kompleks yang diartikan sebagai sesuatu yang dipelajari dalam konteks
budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus. (senin 12 november 2013.http:/wawan ju
naidi.blogspot.com/2009/10/ definisi- tanda- lambang-dan simbol.html).

Manifestasi simbol tidak terbatas pada bentuk fisik saja, melainkan nonfisik, seperti
bahasa, ilmu pengetahuan yang menyatukan pengertian sesama manusia. Dengan
demikian, terdapat hubungan antara simbol dan kebudayaan, kaduanya membawahi
manusia dalam kehidupan yang membuat manusia bertanggung jawab atas tindakannya.
Simbol mengawali manusia dengan tindakannaya, dalam hal ini simbol memberikan
maknanya melalui kabut teka-teki yang diperlawankan, yaitu “hal-hal yang bermakna”
dan “hal-hal yang tidak bermakna”.

Disini tanggung jawab manusia dituntut atas simbol yang dibuatnya. Jika pilihan nilai-
nilai tidak dijabarkan dalam berbagai prantara organisasi, akan muncul berbagai
tindakan yang berbeda dengan makna simbol atau kebudayaannaya, perwujudan
kesenian senantiasa terkait dengan penggunaan kaidah dan simbol. Penggunaan simbol
dalam seni, sebagai mana dalam bahasa menyiaratkan sesuatu bentuk pemahaman
bersama diantara warga masyarakat pendukungnya.

4
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Makna Warna

Pengertian Warna

Warna merupakan karunia Tuhan yang diciptakan sebagai salah satu bentuk keindahan
dunia, warna tercipta dari berbagai campuran yang ada di alam, akan tetapi tidak hanya
berfungsi sebagai bentuk keindahan saja, tetapi juga warna dikenal mampu
memberikan kesan-kesan kepada seseorang pada saat pertama kali bertemu ataupun
pertama kali melihatnya.

Menurut buku Ensiklopedi Indonesia warna adalah gejala yang timbul karena suatu
benda memantulkan cahaya yang mengenainya. Sifat cahaya bergantung pada panjang
gelombang cahaya yang dipantulkan benda tersebut. Sebagian cahaya diabsorbsikan
oleh benda tadi. Pada cahaya putih warna yang diabsorbsikan bersifat komplementer
terhadap warna cahaya yang dipantulkan, sedangkan secara umum warna adalah
kualitas dari mutu cahaya yang dipantulkan oleh suatu objek ke mata manusia sehingga
bisa membangkitkan perasaan manusia.

Warna juga dapat di definisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang
dipancarkan, secara obyektif warna juga dapat juga diperkirakan oleh panjang
gelombang, sedangkan secara subyektif/ psikologis sebagai bagian dari pengalaman
indera penglihatan. Warna memiliki fungsi penting bagi suatu perancangan.
Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2179778-definisi-atau-
pengertian-warna-dan/#ixzz2C3sgRSs2.13 november 2013.

warna merupakan pertimbangan emosional, karena variasi warna dapat menyebabkan


emosi yang berbeda-beda pada setiap orang. Pemilihan warna pada setiap lukisanakan
mendapat efek yang langsungn kepada pengujung ataupun pecinta seni tentang karya
seni yang kita buat. warna sebagai representasi alam yaitu kehadiran warna merupakan
penggambaran sifat objek secara nyata,atau penggambaran dari suatu objek alam sesuai
dengan apa yang dilihatnya. Warna sebagai lambang atau tanda ataupun simbol yaitu
kehadiran warna merupakan lambang sesuatu yang merupakan tradisi.

Pendapat lain menyatakan warna adalah fenomena yang terjadi karena tiga unsur yaitu
cahaya,objek,dan pengamatan. Atau warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi
yang dapat mempengaruhi pengelihatan kita (Bahari, 2008 : 100). Warna memiliki
pengaruh besar dalam hidup seseorang. Orang yang mempunyai warna favorit tertentu
biasanya akan memiliki sifat tertentu pula.

Warna sebagai simbol

Pada dasarnya warna merupakan simbol atau lambang sesuatu yang merupakan tradisi
ataupun pola umum. Warna merupakan unsur susunan yang penting dalam seni murni
atupun seni terapan. Penggunaan serta arti warna sangat luas dan tidak terbatas dan
pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan dan kesenangan manusia. Ini dapat dilihat
dari berbagai benda dan peralatan yang digunakan oleh manusia, seperti pakaian,
perhiasan, kebutuhan rumah tangga dan lain sebagainya.

Dalam penggunaan warna, pelukis memiliki kesan-kesan dan pengertian yang berbeda-
beda. Penggunaan warna yang berbeda bisa menjadi arah menuju jati diri, sehingga
bersifat khas dan memiliki arti, nilai dan pandangan sendiri. Kahadiran warna banyak
dianggap oleh para seniman tradisi dan banyak dipakai untuk memberikan warna pada
bangunan, ornamen, batik, dan rupa yang lainnya yang punya citra tradisi untuk
memberikan tanda tertentu seperti pada logo, atau pun busana tradisi.

5
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Dalam seni lukis warna sangat luas dan tidak ada batasannya dan bukan hanya seni lukis
seni patung, seni kriya, seni dekorasi, seni arsitektur, dan seni desain grafis. Warna
sangat besar pengarunya dalam kehidupan manusia serta kemampuan mempengaruhi
mata sehinnga dapat membangkitkan emosi kepada seseorang. Tetapi makna yang
sebenarnya pemaknaan warna itu sendiri tergantung kepada pencipta karya pencipta
seni itu sendiri. yang dirasakan dalam hati dan dituangkan pada hasil karya. (Edi
Suprayitno 2009 : 24).

Fantasi

Fantasi biasanya merupakan hal yang berhubungan dengan khayalan atau dengan
sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran
saja. Fantasi bisa juga merupakan sebuah genre yang menggunakan bentuk sihir dan
supranatural sebagai salah satu elemen plot, tema dan seting dalam sebuah film. Genre
fantasi secara umum dibedakan dengan genre sains fiksi yang lebih bertemakan ilmiah
dan horor tentang hal yang mengerikan. Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk
membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru.

Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan dihadapinya
dan menjangkau kedepan, ke keadaan keadaan yang mendatang. Fantasi sebagai kemam
puan jiwa manusia dapat terjadi: Secara disadari, yaitu apabila individu betul betul men
yadari akanfantasinya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan deng
an kemampuan fantasinya. Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar
telah dituntun oleh fantasinya. Fantasi berbeda dengan berpikir, bila berpikir adalah
menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi mencipat
akan sesuatu yang baru.

Jenis Fantasi

Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun demikian


sering dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang dipimpin. Fantasi
yang menciptakan atau kreatif merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan
sesuatu. Fantasi model demikian banyak dimilki oleh seniman, desainer . Fantasi yang
dituntun atau terpimpin, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh
fihak lain. Misalnya seorang yang melihat film, orang ini dapat meliputi apa yang
dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat tempat lain dengan
perantaraan film itu, sehingga dengan demikian fantasinya dituntun atau dipimpin oleh
film tersebut.

Bila dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas tiga fantasi yaitu:
a). Fantasi yang Mengabstraksi
Yaitu cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada
bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir,
maka untuk menjelaskan maka dipakailah bayangan hasil persepsi yaitu lapangan.
Bayangan lapangan ini dipakai sebagai loncatan untuk menjelaskan gurun pasir
tersebut. Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak bagian-bagian lapangan yang
diabstrksikan. Dalam berfantasi gurun pasir dibayangkan seperti lapangan, tetapi tanpa
pohon-pohon disekitarnya, dan tanahnya itu melulu pasir semua, bukan rumput.
b). Fantasi yang Mendeterminasi
Yaitu cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya anak
belum pernah melihat harimau. Yang telah mereka kenal kucing; maka kucing
digunakan sebagai bahan untuk memberikan pengertian tentang harimau. Dalam

6
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

berfantasi harimau, dalam bayangan seperti kucing, tetapi bentuknya besar.


c). Fantasi yang Mengombinasi
Yaitu orang berfantasi dengan cara mengombinasikan pengertian-pengertian atau
bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan. Misalnya berfantasi
tentang ikan duyung, yaitu kepalanya kepala seorang wanita, tetapi badannya badan
ikan. Jadi adanya kombinasi dari kepala manusia badan ikan. Fantasi yang
mengombinasi inilah yang banyak digunakan orang. (http://wiedta.blogspot.com/2010/1
2/bab-i-pendahuluan.html 3 november 2012 12:16).

Kerangka Berfikir

Ada banyak cara yang dilakukan seseorang dalam menyampaikan segala bentuk
keindahan. Seperti melalui musik, puisi, gambar, dan media lainnya. Lukisan. Lukisan
kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding dan lain-lain. Dalam dunia
pendidikan, sifat ini disebut juga dengan dwimatra (dua dimensi). Seiring dengan
perkembangan zaman, makin mendukung untuk menghasilkan karya-karya yang mulai
membentuk semacam komposisi rupa dan suatu cerita atau kisah pada dua dimensional,
tiga dimensional. Pada perkembangan sekarang, sudah banyak seniman-seniman yang
sumber idenya dalam melukis yang tak terlepas dari kebudayaan khas suatu daerah.
Beberapa seniman Karo memperoleh idenya dari rumah adat Karo dan ragam hias di
daerah dimana seorang seniman tersebut tinggal.

Rumah Siwaluh Jabu merupakan bangunan tradisional yang merupakan salah satu
peninggalan budaya Karo. Bentuk bangunan dan ornamen yang menghiasi bangunan
Siwaluh Jabu tersebut merupakan ciri yang dapat kita lihat. Pada masa sekarang ini
bangunan tradisional tersebut sudah jarang ditemukan dan mungkin akan mengalami
kepunahan seirama dengan perkembangan zaman sekarang. Pengaruh dari bangunan-
bangunan modern sekarang ini, membuat bangunan tradisional kurang diangkat atau
tidak memungkinkan dipakai sekarang.

Pada bangunan Siwaluh Jabu tersebut terdapat berbagai jenis ornamen yang menghiasi
dan memiliki makna pada tiap-tiap ornamen. Melihat keadaan sekarang ini, bangunan
tradisional tersebut sudah kurang dilestarikan dan hampir punah. Dengan demikian
perlu adanya penelitian tentang rumah Siwaluh Jabu tersebut agar keberadaannya dapat
dipertahankan.

Berkarya seni bisa dimulai dengan apa yang ada pada dan di sekitar kita. Dari sesuatu
yang sangat sederhana, yang lokal, yang etnik atau dari perkara kecil yang boleh jadi
sangat subjektif, untuk dijadikan sesuatu yang luar biasa. Sebab dalam yang lokal
terkandung potensi-potensi non-lokal. Dalam perkara kecil selalu terdapat poteni-
potensi yang bersifat universal (M. Dwi Marianto 2006: 6-7).

Menurut Sony Kartika merujuk seni tradisi sebagai sumber inspirasi dan media ekspresi
merupakan konsep alternatif yang disebut konsep seni revitalisasi dan konsep seni
reinterpretasi (2007: 139).

Secara ringkas penjelasan konsep seni modern dengan sentuhan tradisi nusantara adalah
sebagai berikut:

1). Bentuk Revitalisasi: Karya seni dalam proses cipta seninya secara vital
memanfaatkan artefak seni tradisi nusantara dengan garap medium dan teknik
secara progress.

7
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

2). Bentuk Reinterpretasi: Karya seni dalam proses cipta seninya memilih artefak
seni tradis nusantara sebagai sarana berekspresi, rangsang cipta, tema dan
sumber gagasan (Sony Kartika 2007: 144).

Dalam penelitian ini, peneliti memilih rumah adat Karo Siwaluh Jabu sebagai objek
lukisan, dimana rumah adat Karo khususnya Siwaluh Jabu sudah sangat jarang sekali
ditemukan di Kabupaten Karo sebagai asal usulnya rumah adat Karo tetrsebut berasal.
Dengan kondisi yang seperti ini, peneliti sangat perihatin dengan kondisi rumah
tersebut, peneliti menganalisis beberapa lukisan rumah adat Karo dengan
pengkombinasian dunia fantasi seperti rumah yang mengambang di atas awan. Ini
mengartikan bahwasannya Rumah adat Karo sekarang ini dapat dikatakan hanya
tinggal angan-angan saja, ataupun dapat dikatakan keadaan yang tidak jelas dan
terombang-ambing.

Metode Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi dan
dokumentasi. Dalam setiap penelitian diperlukan cara atau metode yang sistematis dan
bebas guna mencapai penelitian yang dapat mejelaskan secara aktual dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode adalah alat atau yang telah ditentukan untuk
memecahkan suatu masalah semakin baik suatu metode semakin efektif pencapaian
tujuan.

Metode yang digunakan yaitu melakukan pengamatan terhadap karya lukis dengan tema
rumah adat Karo Siwaluh Jabu kemudian menabsirkan makna simboliknya.Analisis
karya akan dilakukan secara terperinci. Prosedur analisis pertama akan dimulai dengan
uraian tentang denotasi. Artinya menguraikan karya secara teknis, yakni mengungkap-
kan data lukisan, antara lain garis, bidang, warna, komposisi, tahun pembuatan dan seb
againya.

Kemudian langkah berikutnya analisis dilakukan berdasarkan perspektif simbol yaitu


menafsirkan. Langkah yang terakhir adalah uraian mengenai aspek konotatifnya yakni
mendeskripsikan hal-hal yang tersaji secara langsung menurut pengelihatan mengenai
rupa dan wujud visualnya.

Pada penciptaan karya seni, menganalisis karya menjadi masalah yang tidak
terpisahkan. Sebab dalam penciptaan karya seni, kreator telah memberikan ruang untuk
mengapresiasi, menginterprestasikan dan menganalisis mulai dari segi estetika yang
disuguhkan sampai pada tahap pemaknaan.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian antara lain : Tepatnya di Galeri Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri
Medan. Tempat berlangsungnya pameran tugas akhir tahun pada tanggal 30-31 Mei
2012. Dan studio pribadi peneliti, yaitu di tempat kediaman peneliti, Medan Pancing,
Jln Rela No 166 A.

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama empat bulan, waktu yang
secara resmi dalam penelitian ini yaitu bulan November 2012 sampai dengan bulan
Februari 2013.

8
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Populasi

“Populasi adalah yang terdiri dari, penyeluruhan objek yang terdiri dari, manusia,
benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, atau sebuah peristiwa sebagai sumber yang
mempunyai karakter atau ciri tertentu dalam suatu penelitian Nawawi (1991:44). dalam
bukunya Metodogi Penelitian Pendidikan mengemukakan tentang populasi.

Populasi adalah seluruh data yang menjadi sumber penelitian dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang ditentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya.
Apabila manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukurannya adalah sama
dengan manusia (Margono,1989:102).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua karya-karya pameran tugas
akhir tahun peneliti, yaitu tanggal 30-31 Mei 2012.

Sampel

Menurut Ari Kunto, dijelaskan bahwa sampel adalah, sebagian atau mewakili populasi
yang di teliti. Dengan adanya sampel ini yang bertujuan mengetahui sifat-sifat tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat hubungannya dengan sifat-sifat
populasi yang sudah di ketahui sebelumnya. Atas dasar tersebut, semua karya yang
sudah ada dianggap sah.

Dengan demikian sampel yang dipilih dapat di pertanggung jawabkan serta mewakili
setiap karya. Hal ini sangat tergantung kepada pertimbangan jumlah lukisan yang
dianggap dapat mewakili ide lukisan secara keseluruhan. Pemilihan sampel yaitu
dengan memilih karya yang mewakili karya lainnya secara tampilan visual dan gagasan
penciptaan. Sedangkan sampel yang dimaksud 5 (lima) karya lukis yang dipamerkan
peneliti. Ke lima karya lukis yang sumber idenya dari Rumah Adat Karo siwaluh jabu.

Jenis Data Penelitian

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah menganalisis karya lukis, yang
sumber idenya pembuatan karya lukis adalah Rumah Adat Karo siwaluh Jabu.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Dokumentasi
Dokumentasi menggunakan data berupa foto-foto lukisan yang
mereprentasikan rumah adat Karo siwaluh jabu dengan dunia fantasi,,
kemudian dianalisis setiap tema yang terdapat dalam setiap lukisan rumah adat
Karo tersebut.
2) Teknik observasi atau sering disebut dengan teknik pengamatan yang
merupakan kegiatan perhatian terhadap lukisan peneliti. Dan hasil yang di
peroleh dari observasi tersebut dipindahkan ke dalam buku catatan.

9
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Analisis Karya

Seni merupakan ungkapan segala macam keinginan, perasaan dan pikiran. Membaca
karya seni apapun medium serta substansi, berarti menelusuri jejak-jejak dalam rangka
memahami keduniaan yang ditampilkan. Bagaimana elemen dan struktur komposisi
dalam karya seni menampakkan diri memperkaya dunia estetis yang terjadi.
Mengungkap beberapa faktor yang dapat menuntun pemahaman yang lain terhadap
karya yang dapat dilakukan dengan cara analisis karya ciptaan yang disajikan oleh
sipenciptanya. Berdasarkan analisis karya yang disajikan seniman penciptanya, orang
lain yang dapat memahami, menghayati dan mempu untuk melakukan apresiasi
terhadap karya seni.

Berhadapan dengan karya seni, orang tidak hanya sekedar melihat apa yang tampak
secara visual saja, tetapi ada rasa ingin tahu apa dan mengapa karya ini diciptakan akan
selalu menjadi pertnyaan. Bila hal ini tidak terjawab maka kepuasan dari penikmat seni
belum terpenuhi. Kepuasan yang yang diperoleh dari tampilan fisik karya seni dapat
dikatakan dalam batasan seputar hal yang bersifat teknis.

Sementara itu, penciptaan sebuah karya seni, dilatar belakangi oleh ada keinginan seni-
man untuk mengungkapkan sesuatu pengalaman dengan maksud dan tujuan dapat
memenuhi harapannya karena penciptaan karya seni pada akhirnya memiliki tujuan,

Dalam pembuatan skripsi dengan metode penelitian karya, analisis karya yang akan
diolah adalah karya-karya yang telah diciptakan. Dengan demikian data yang diperoleh
dan diolah di bawah ini merupakan karya-karya yang telah dibuat. Berikut hasil karya
berjumlah 5 buah dan telah dipamerkan pada pameran tunggal yang dilaksanakan pada
tanggal 30-31 Mei 2012 di Gedung Galeri Jurusan Seni Rupa. Karya lukis yang
diangkat bertema tentang rumah adat Karo Siwaluh Jabu, dalam karya lukis.
Keseluruhan karya dibuat dengan teknik manual dengan menggunakan media cat
minyak di atas kanvas.

Representasi Karya Secara Keseluruhan

Secara keseluruhan struktur visual pada lukisan yang terdapat pada karya lukis,
berbentuk manusia/masyarakat Karo, bangunan rumah adat, dalam pembuatan karya,
dengan menuangkan ide imajinatif sehingga hasil lukisan tersebut, menghasilkan
suasana dan pengembangan bentuk yang berbeda dengan yang aslinya. Dengan
penggabungan ide imajinatif dengan yang aslinya menjadi sumber pelahir citra bentuk
imajinatif dimanfaatkan sebagai pemicu ide dalam berkarya.

Lebih jelasnya dalam buku The Liang Gie (1996 : 15) Menyatakan bahwa:

“Sebuah karya seni adalah suatu bentuk tampak tersendiri yang dibentuk secara mahir
dalam bahan yang cocok oleh suatu pribadi kreatif untuk memberikan suatu
pengungkapan atau perwujudan yang serasi mungkin dan dapat berdiri sebagai suatu
gagasan, khayalan atau keinginan yang mengharukan”.

Yang dimaksud dengan visualisasi dalam penelitian ini mengacu kepada pengertian
yang luas yaitu stimulus yang dapat diobservasi. Visualisasi dalam penelitian ini lebih
ditekankan kepada interaksi antara pengelihatan dengan apa yang dilihat.

10
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Arheim dalam Embun Kenyowati (2009:95) menyatakan bahwa :

“hal visual tidak dapat diungkapkan dalam bahasa verbal. Pengelihatan memiliki
kelebihan sendiri dan tulisan bermaksud mengingatkan dan mengarahkan hal tersebut.
Hal utama yang akan disampaikan adalah bahwa pengelihatan bukan sekedar alat
penyimpan elemen secara mekanis, melainkan pengungkapan dari pola-pola struktural
yang bermakna. Dengan mendasari penelitianya dengan psikologi perseptual, Arheim
menguraikan elemen persepsi visual menurut: keseimbangan (balance), bentuk (form),
pertumbuhan (growth), ruang ( space). Cahaya (light), warna (color), gerakan
(movement), dinamika (dynamic), dan ekspresi (expression)”.

Wujud karya merupakan suatu penjelasan mengenai karya yang telah diciptakan
yang dikaji secara ilmiah. Wujud dari sebuah karya seni lukis adalah sesuatu yang
kongkrit atau nyata untuk mehahami antara visual dan ide yang dapat dipahami lewat
karya yang diciptakan. Dalam hal ini peneliti mencoba memindahkan ide yang muncul
ketika melihat kesederhanaan, keunikan bentuk rumah adat Karo ini kedalam suatu
karya dengan kemampuan melukis yang peneliti miliki.

Pada suatu wujud karya terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek
ideoplastis dan fisikoplastis. Adapun aspek tersebut akan diuraikan lebih rinci seperti
dibawah ini :

Aspek Ideoplastis
Pergertian Ideoplastis adalah ide atau pendapat, pengalaman emosi, fantasi. Faktor
ini lebih rohani yang mendasari karya seni Pengalaman-pengalaman estetis yang
peneliti alami menjadi salah satu sumber ide dalam proses penciptaaan sebuah
karya seni lukis, peneliti mengangkat tema rumah adat Karo sebagai sumber inspirasi
dalam penciptaan karya seni, disamping peneliti merupakan salah satu bagian dari
masyarakat Karo itu sendiri.

Berbagai cara yang peneliti lakukan untuk mendapatkan obyek yang memenuhi
keriteria , baik dari pengamatan obyek secara langsung, mengambil foto-foto,
maupun melihat dari foto-foto zaman dulu melalui majalah-majalah ataupun internet.
Karya peneliti dengan keseluruhan lebih banyak bermain warna, garis dan gerak atau ka
rakter obyek dalam lukisan yang menghasilkan karya ekspresif. Sehingga bentuk visual-
nya mempunyai ciri khas tersendiri. Aspek ideoplastis dalam karya peneliti bertitik
tolak pada karya mengenai rumah adat Karo yang sudah jarang di temukan
keberadaanya.

Aspek ideoplastis dalam karya peneliti bertitik tolak pada karya yang direalisasikan
dengan berbagai karakter figur-figur hasil dari pengolahan ide dan imajinasi. Ide
dalam karya peneliti banyak dipengaruhi oleh berbagai situasi atau peristiwa yang
terjadi pada masyarakat Karo yang kurang memperhatikan rumah adat Karo pada saat
ini.

Aspek Fisikoplastis
Aspek ini adalah suatu yang nampak pada karya serta memaparkan masalah teknik,
termasuk elemen-elemen seni lukis dan unsur estetika yang mendukung penerapan
ide karya penggarap. Secara teknik karya yang peneliti hasilkan merupakan wujud
kombinasi dari teknik yang masih berpegang pada prinsip-prinsip seni lukis yang
ada seperti bentuk, garis dan warna.

11
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Bentuk-bentuk pada karya lukisan tidak berpatokan pada bentuk asli obyek yang
peneliti amati. Garis dalam karya lukis dibuat melalui goresan ujung kuas sebagai
kontur dalam obyek maupun dalam memperjelas ornamen pada rumah adat.

Berikutnya peneliti menguraikan mengenai masing-masing karya lukis beserta ide dan
gagasan yang melatar belakangi karya serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Dapat dilihat dalam karya lukis tersebut, terutama dalam penerapan elemen (unsur-
unsur) dalam seni rupa seperti bentuk, warna, garis, ruang, komposisi, proporsi,
keseimbangan, pusat perhatian, irama, kesatuan, kerumitan dan intensitas. Semua
elemen diatas merupakan wujud fisik dan karya seni lukis.

Bentuk yang muncul pada karya merupakan bentuk-bentuk distorsi dengan bentuk asli
dari rumah adat Karo. Warna yang ditampilkan merupakan suatu keadaan dan
suasana rumah adat Karo. Garis dalam karya timbul akibat pertemuan warna satu
dengan yang lainnya. Keberadaan ruang dan obyek utama dengan latar belakang, karakt
er warna pada obyek dan latar belakangsaling mendukung, komposisi bidang merupaka
n hasil pengaturan antara bidang besar dan kecil, jauh dan dekat untuk mendapatkan
ruang dalam karya lukisan.

Penerapan prinsip-prinsip estetika seperti kesatuan, melalui kesatuan antara bentuk,


warna, komposisi, bidang, ruang, garis, pusat perhatian, dan keseimbangan.Demikian
pula halnya unsur-unsur estetika yang ditampilkan melalui komposisi, porposi, disusun
lewat kesadaran guna membangun wujud karya yang dapat membahas akan ide atau
gagasan, dengan demikian pengorganisasian unsur-unsur tersebut akan berbeda pada
masing-masing karya, sehingga kesan monoton pada karya dapat dihilangkan, namun
tetap berkosentrasi pada satu tema yaitu ”Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu”.

Makna dalam kajian barikut ini akan disajikan sejumlah 5 buah yang dipilih untuk
dianalisis. Dan makna yang ditampilkan didalam kajian ini adalah makna yang timbul
berdasarkan segi denotatif yang terdapat dalam karya. Kelima karya lukis yang akan
dianalisis adalah:

1. Mengket Rumah
2. Mencari Jalan Pulang
3. Tinggal Menunggu Waktu
4. Putus Asa
5. Aku Pulang

12
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Analisis Karya I
Judul : Mengket Rumah
Bahan : Cat Minyak di Atas Kanvas
Ukuran : 90 X 70 Cm

Analisis Karya 2.
Judul : Mencari Jalan Pulang
Bahan : Cat Minyak di Atas Kanvas
Ukuran : 70 X 50 Cm

13
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Analisis Karya. 3

Judul : Tinggal Menunggu Waktu


Bahan : Cat Minyak di Atas Kanvas
Ukuran : 90 X 70 Cm

Analisis Karya 4
Judul : Putus Asa
Bahan : Cat Minyak di Atas Kanvas
Ukuran : 60 X 60 Cm

14
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Analisis Karya 5
Judul : Aku Pulang
Bahan : Cat Minyak di Atas Kanvas
Ukuran : 70 X 90 Cm

Kesimpulan

Penelitian ini sudah menghasilkan karya lukis dngan objek rumah adat Karo Siwaluh
Jabu. Karakterisasi budaya Karo dalam lukisan dibuat berdasarkan makna sintaksis
(menganalisis struktur karya seni dan unsur-unsurnya, antara lain: garis, warna,
bentuk,tekstur, termasuk ruang ) dan makna semantik (makna-makna yang terkandung
didalam karya seni) dari budaya Karo yang terkandung dalam setiap karya. Karakter/ciri
khas rumah adat Karo yang dihasilkan adalah karakter rumah adat karo yang
mengambang di atas awan dengan pengkombinasian dengan dunia fantasi sehingga
menjadi ciri khas yang unik dalam karya.

Bentuk-bentuk yang dibuat dari seluruh karya sudah sesuai dengan konsep rumah adat
Karo Siwaluh Jabu. Dari 5 karya penelitian setiap karakter rumah adat Karo hampir
memiliki karakter bentuk yang sama. Yaitu semua rumah adatnya mengambang diatas
awan, yang peneliti anggap rumah adat Karo sekarang ini tidak jelas lagi
keberadaannya, atau hanya tinggal angan-angan saja.

Bentuk-bentuk dan karakter pada lukisan rumah adat Karo sudah sesuai yang dibangun
dari garis dan warna, bentuk-bentuk dan ciri lukisan yang khas. Bangunan rumah adat
Karo dan perkembangan zaman yang semakin cepat diangkat sebagai salah satu
fenomena yang sangat bagus diungkapkan kedalam karya seni lukis, dan rumah adat

15
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

karo Siwaluh Jabu merupakan tuntutan diri untuk maju dan tidak meninggalkan budaya
begitu saja dalam zaman modern, meskipun zaman berkembang sangat cepat dan
dengan perkembangan zaman di era globalisasi sekarang ini.

Pesan yang disampaikan dalam karya lukis yang mengangkat tema rumah adat Karo
serta kehidupan masyarakat Karo sekarang adalah suatu keprihatinan pada budaya Karo
yang telah lama meninggalkan sebagian dari budaya Karo pada zaman modern ini,
sekiranya masyarakat Karo sekarang kembali melirilik ke belakang dan mulai kembali
memperdulikan keadaan rumah adat Karo .

Saran
Berbagai fenomena dalam lingkungan masyarakat sekarang merupakan sumber ide
yang tidak akan pernah habis untuk diungkap menjadi karya seni lukis seperti
misalnya bangunan-bangunan bersejarah khususnya rumah adat Karo, oleh karena itu
setiap karya seni akan mencerminkan nilai budaya masyarakat, dan merangsang
untuk memicu kreativitas berkesenian.

Untuk masyarakat Karo hendaknya bisa menjaga dan melestarikan sebagian dari benda
budaya Karo yang masih ada.

Untuk lebih memacu aktivitas berolah seni khususnya karya seni lukis deformasi,maka
disarankan agar:

Melakukan olahan bentuk-bentuk yang ada pada karya lukis dengan objek rumah adat
Karo untuk mendapatkan bentuk-bentuk yang baru dan yang dapat dijadikan identitas
diri dalam berkarya

Bagi pembaca yang menggunakan media serupa hendaknya dapat menciptakan ide-ide
baru dalam pengembangan bentuk-bentuk visual dari rumah adat Karo. Untuk
meningkatkan kreatifitas dan imajinasi penting untuk mencari terlebih dahulu resensi
tentang bentuk-bentuk rumah adat tradisional Karo dan benda-benda yang
melambangkan identitas kebudayaan tradisional Karo.

Banyak melakukan pengamatan terhadap bentuk-bentuk bangunan rumah adat Karo


sebagai upaya pengenalan bentuk, jenis dan karakter rumah adat Karo agar mudah
memilih dan menentukan objek-objek dan sesuai dengan bentuk dan isi pesan (makna)
ungkapan karya.

Bagi mahasiswa seni rupa dengan studi khusus seni lukis, Sebagai seniman akademik
yang bergelut dibidang pendidikan tentunya berbeda dengan seniman autodidak atau
seniman ilmu murni, hendaknya sebagai seorang yang nantinya menjadi seorang
pendidik memiliki potensi dan idealisme yang tinggi didalam menciptakan suatu karya,
sehingga eksistensinya tetap mendapat apresiasi didalam lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kunto,S.1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina


Aksara, Jakarta.
Bahari, Noryan. 2008, Kritik Seni Wahana Apresiasi dan Kreasi. Pustaka
Pelajar Yogyakarta.

16
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

Gie, The Liang. (1996). Filsafat Seni, Yogyakarta, PUBIB.


Ginting, Samaria. 1991. Ragam Hias (Ornamen) Rumah Adat batak
Karo. Medan: Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan.
Ginting. Sada Kata. 2010, “Makna Ornamen Tradisional Karo Pada
Geriten di Desa Rumah Kaban Jahe Kabupaten Karo” Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Hasanah, Nur. 2011. Illustrasi Digital “Tanpa Batas” Chip Spesial


Digital 2D Art Unlimite Illustration (1).
Kenyowati, Embun Ekosiwi. 2009. Ilusi Dalam Seni Visual ke Teori-
teori Seni dan Implikasinya Bsgi Pendidikan. Ringkasan Disertasi.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:


Djambatan.
Naibaho,Togar M.a dan Wigig.1998, Metodologi Riset Seni Rupa dan
Desain. Tri Sakti Jakarta.
Margono, S. 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta,
Jakarta.

Sitanggang, Hilderia. 1991. Arsitektur Tradisional Karo. Jakarta:


Departemen Pendidikan Dan Kebudaaan.
Suprayitno, Edi. 2009, “Makna Simbolis Bunga Mawar Dalam Lukisan”
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Sinulingga, Desnalri. 2008, “Analisis Perkembangan Ornamen Ayo-ayo
Rumah Adat Karo Pada Arsitektur Modern di Kabupaten Karo”
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Sitepu,Salip. 1994, “Pengaruh Seni Tradisional Batak Karo Pada
Bangunan Gereja GBKP di Kota Madya Medan” Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Medan.
Sitepu, A.G. 1980. Ragam Hias (Ornamen) Tradisional Karo Seri A.
Medan: Proyek Penelitian Pengumpulan Dan Dokumentasi Ornamen
Tradisional Sumatera Utara.

Surakhmad, Winarto. 1980, Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito,


Bandung.
Sahman, Humar (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang, IKIP
Semarang Press.
Soni Kartika, Dharsono.(2007).Kritik Seni,Bandung, Rekayasa sains.
Tarigan, Sarjani. 2008. Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisme.
Medan : Tanpa penerbit.
(http://wiedta.blogspot.com/2010/12/bab-i-pendahuluan.html

17
Okky Masito Barus dan R.Triyanto: Makna Simbolis...

http:/ wawan junaidi. blogspot.com/2009/10/ definisi- tanda- lambang-


dan simbol.html)
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2179778-definisi-atau-
pengertian-warna-dan/#ixzz2C3sgRSs2

http://www.edupaint.com/warna/ragam-warna/1844-lihat-yuk-makna-
warna-warna.html
www. GE2HOUSE.com.

18

Anda mungkin juga menyukai