Anda di halaman 1dari 14

Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis

Ornamen Tradisional Sumatra Utara


Daulat Saragi
Pendidikan Seni Rupa,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, Medan 20221
Email: saragios@yahoo.co.id

ABSTRACT

Ethnicity and cultural diversity of North Sumatra is the pride of the communities who contri-
bute to the wealth of cultural heritage. Nowadays, a textile development has been successfully ex-
plored with a variety of ornaments and its philosophical values, and it has been brought into fashion
trends. The North Sumatra ornamental motifs contribute to the world of fashion today. Fashion de-
signers pay big a!entions to the advance of the complexity of ethnic motifs in the development of the
textile world. The study was conducted by the method of documentation, observation, and interpre-
tation of meaning of the motifs. Verstehen method (understanding) is used to interpret the symbols
of ornamental motifs containing the ideas of community. The result is an alternative of textile motif
development of North Sumatra-based on local pa!erns. With the richness of textile pa!erns raised
from local ethnic of North Sumatra, make the fashion increasingly popular and in demand, and ulti-
mately contributes to the development of the textile and fashion industry.

Keywords: ornamental motifs, philosophical values, textile industry

ABSTRAK

Keanekaragaman suku dan budaya Sumatra Utara merupakan kebanggaan masyara-


katnya yang berkontribusi kepada kekayaan budaya Nusantara. Perkembangan tekstil de-
wasa ini berhasil mengeksplorasi aneka motif dan nilai filosofis ornamen tradisi dan meng-
angkatnya menjadi tren mode. Motif ornamen Sumatra Utara telah berkontribusi pada
dunia mode saat ini. Perancang busana melirik adanya suatu kekuatan corak etnis yang
diangkat menjadi corak secara masif dalam perkembangan dunia tekstil. Penelitian dilaku-
kan dengan menggunakan metode dokumentasi dan observasi, interpretasi atau pemak-
naan, sekaligus melakukan penafsiran terhadap data yang terkumpul. Metode verstehen
(pemaaman) dilakukan terhadap motif-motif ornamen sebagai simbol yang mengandung
ide-ide masyarakatnya. Hasil penelitian menjadi alternatif pengembangan motif tekstil Su-
matra Utara yang berbasis corak lokal. Dengan semakin kayanya corak tekstil yang diang-
kat dari etnis lokal Sumatra Utara akan menjadikan dunia fesyen semakin digemari dan
diminati, dan akhirnya berkontribusi terhadap perkembangan industri tekstil dan fashion.

Kata kunci: motif ornamen, nilai filosofis, industri tekstil


Panggung Vol. 28 No. 2, Juni 2018 162

PENDAHULUAN jiwa. Untuk itulah perlu dilakukan pengum-


Sumatra Utara terdiri dari 8 etnis asli pulan jenis motif ornamen dari seluruh etnis
yang masing-masing memiliki corak kese- di Sumatra Utara serta mengungkap filoso-
nian yang berbeda-beda. Etnis asli terse- fi makna dari setiap ornamen dimaksud
but adalah: Batak yang masih dibagi men- (Saragi, 2015: 76).
jadi 6 subetnis, yaitu Toba, Simalungun, Hampir semua suku di Indonesia me-
Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola, ngenal seni tenun ikat yang menjadi ciri
ditambah dengan Melayu dan Nias. Pen- khas masyarakatnya. Sumatra Utara terke-
duduk Sumatra Utara dikenal terbuka me- nal dengan tenunan yang dinamakan Ulos
nerima suku lain di luar Sumatra Utara, (Toba) dan Uis (Simalungun). Setiap sub-
sehingga dewasa ini penduduknya terdiri etnis Batak memiliki kain tenunan khas,
dari banyak suku pendatang baik dari yang selalu dipakai pada setiap upacara
dalam negeri seperti, Jawa, Minang, Aceh, adat. Motif tenunan ini banyak diadopsi
Sunda, Madura, Ambon, Manado, dan dari dari motif ornamen rumah adat Batak. Satu
luar negeri seperti India (Tamil dan Pun- lembar kain tenunan mampu mengungkap
jabi), China, Arab, dan Pakistan. Hetero- beribu makna. Dengan dasar inilah, perlu
genitas ini membuat Sumatra Utara cepat diungkapkan makna dibalik motif-motif
berkembang, baik dari segi industri, eko- ornamen tersebut.
nomi, perdagangan, pariwisata, properti Perkembangan fesyen di Indonesia masa
maupun dunia tekstil atau fesyen/fashion kini cenderung mengeksplorasi motif-mo-
(Saragi, 2015: 76). tif tradisi, seperti motif Pekalongan, Jepara,
Keanekaragaman suku di Sumatra Uta- Solo, Nusa Tenggara, Toraja, dan daerah
ra kini membawa dampak perkembangan lainnya. Motif ragam hias kedelapan etnis
motif ornamen yang dimiliki masing-ma- Sumatra Utara tidak kalah kayanya dari
sing suku. Sering kali suatu lembaran kain beberapa daerah di Nusantara. Untuk itu-
dihiasi motif ornamen berbagai etnis di Su- lah perlu dilakukan inventarisasi agar ma-
matra Utara. Demikian halnya motif-motif syarakat lebih mengenal dan menghargai
ornamen atau ragam hias yang dimiliki ma- kearifan lokal yang tidak kalah dengan dae-
sing-masing etnis kadang sudah digayakan rah-daerah yang sudah terlebih dahulu dike-
(stylisasi) dan diubah bentuk (deformasi) nal orang lewat corak tekstil atau fesyen.
sehingga kehilangan ciri khas aslinya, baik Hingga dewasa ini masih jarang dite-
itu yang diterapkan pada kain, cinderama- mukan buku yang dapat menjadi acuan
ta, maupun hiasan pada suatu bangunan jenis motif dan makna filosofi ornamen se-
modern seperti di terminal bandara, lobi tiap suku di Sumatra Utara. Pengertian ma-
hotel, perkantoran pemerintah maupun syarakat tentang makna filosofi ornamen
tempat-tempat umum lainnya. ini masih dalam bentuk verbal yang di-
Setiap etnis daerah Sumatra Utara me- wariskan kepada generasi sesudahnya. Hal
miliki corak motif dan warna yang ber- ini membuat terjadinya pengertian yang
beda-beda membuat semakin beragamnya beraneka ragam sesuai dengan tafsiran be-
kekayaan keseniannya. Semua motif dan berapa penulis. Beberapa ornamen tidak
warna ornamen tersebut pada awalnya la- sembarangan dikenakan oleh setiap orang,
hir dari suatu pemikiran masyarakatnya dan ada suatu ketentuan atau aturan me-
sebagai bentuk ekspresi atas interaksinya ngenakan motif-motif tertentu pada pakai-
terhadap alam, manusia dan Tuhan. Or- an. Terdapat suatu ketentuan yang hanya
namen merupakan pictogram atau bahasa diketahui secara verbal dan turun-temurun
gambar untuk mengungkapkan ekspresi tentang makna motif dan warna dari se-
Saragi: Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatra Utara 163

tiap motif ornamen tersebut. Untuk itulah dan nilai moral masyarakatnya. Kemudian
penelitian ini sangat penting agar masyara- secara praktis dapat memberikan kontribu-
kat mengenal dan paham akan makna mo- si pada pengembangan motif tekstil atau-
tif-motif ornamen daerahnya, serta dapat pun fesyen dari motif-motif tradisi menjadi
berkontribusi pada pengembangan indus- mode atau gaya modern.
tri tekstil dengan motif-motif tradisi menu- Kata ‘ornamen’ berasal dari bahasa
ju persaingan global. Latin ornare yang artinya menghiasi yaitu
Dari latar belakang yang dikemukakan komponen produk seni yang ditambah-
di atas, terdapat beberapa permasalahan kan atau sengaja dibuat untuk hiasan, atau
antara lain, pertama, belum terinventari- disebut juga penerapan hiasan dalam suatu
sirnya motif ragam hias dan makna filosofi produk (Sunaryo, 2009: 3). Seni ragam hias
ornamen 8 etnis asli Sumatra Utara. Kedua, atau ornamen adalah seni yang tergolong
perlunya menggambarkan kembali mo- tua. Sejak manusia belum mengenal ak-
tif-motif ornamen yang sudah kabur atau sara, mereka sudah mampu berkomuni-
bahkan musnah karena bangunan rumah kasi atau menyampaikan buah pikirannya
tradisionalnya sudah diambang kerusakan. kepada orang lain atau kepada keturunan-
Ketiga, motif-motif ornamen daerah dapat nya kelak. Lewat coretan di tanah, di din-
menjadi ikon motif tekstil dan fesyen khas ding gua, pada alat berburu, bahkan pada
Sumatra Utara. tubuhnya, mereka mengungkapkan pesan
Tujuan penulisan artikel ini adalah per- tertentu untuk diingat, diketahui orang
tama, melakukan pencarian dan inventari- lain dan dicitrakan lewat coretan bentuk-
sasi seluruh motif ornamen 8 etnis daerah bentuk geometris, aneka gambar hewan,
Sumatra Utara. Kedua, mencari, menemu- tumbuhan bahkan sosok dalam mimpinya.
kan dan menggambarkan kembali motif- Inilah yang disebut pictogram atau bahasa
motif ornamen yang telah kabur atau yang gambar, atau alat kumunikasi lewat motif-
telah berubah bentuk aslinya. Ketiga, meng- motif gambar yang masih perlu ditafsirkan
ungkap makna simbol setiap ornamen kembali apa makna pesan yang disampai-
suku di Sumatra Utara sehingga diketahui kan (Saragi, 2015: 78)
nilai-nilai filosofis yang terkandung pada Ornamen merupakan salah satu ben-
setiap motif tersebut. Penerapan ornamen 8 tuk ekspresi kreatif manusia zaman dahu-
etnis Sumatra Utara dalam pengembangan lu. Ornamen dipakai untuk mendekorasi
corak tekstil dari lokal ke global ini menjadi badan, dipahat pada kayu, pada tembikar,
ciri khas Sumatra Utara. hiasan pada baju, alat-alat perang, bangun-
Urgensi penelitian secara teoritis yang an serta benda seni lainnya (Sari dan Pra-
diharapkan, yakni pertama, bermanfaat mono, 2008: 73). Franz Sales Meyer (1957:
dalam upaya mengembangkan ilmu pe- vii) dalam bukunya Handbook of Ornament
ngetahuan tentang seni, budaya dan fil- menyebut istilah ornamen dalam arti terba-
safat, khususnya yang berkenaan dengan tas mengandung unsur-unsur dari hiasan
pengumpulan seluruh motif ornamen yang digubah atau dikembangkan dari mo-
yang dimiliki suku asli di Sumatra Utara, tif daun-daun alam, bentuk geometris dan
baik pada rumah adatnya, pakaiannya dan bentuk-bentuk binatang. Dalam kesenian
perkakasnya. Kedua, melestarikan nilai- primitif, kepandaian hias-menghias sering
nilai kesenian lokal daerah Sumatra Utara lebih dipentingkan dari pada cara-cara ber-
untuk dapat dipelajari dan dikenal sehing- kesenian kemudian.
ga mampu menambah wawasan kearifan Victor Ganap (2012: 165) menyebutkan
lokal yang mampu menjadi nilai pedagogik seni tradisi Nusantara yang didukung oleh
Panggung Vol. 28 No. 2, Juni 2018 164

kekayaan budaya etnik masing-masing irnya, bentuk simbolis ini merupakan ung-
tentunya membutuhkan perhatian para kapan perasaan yang dalam. Lahirnya ben-
peneliti pribumi untuk menggali dan me- tuk-bentuk simbolis ini adalah manifestasi
nemukan berbagai kearifan lokal dengan religius dari suatu masyarakat, tetapi mak-
berbekal metodologi yang berimbang anta- na simbolis yang dikandungnya mungkin
ra pendekatan etik dan emik. Peneliti seni berbeda dengan masyarakat lainnya (Saragi,
hendaknya dapat memberlakukan seni tra- 1996: 56).
disi sebagai warisan budaya yang bernilai Perkembangan ornamen mengalami per-
tinggi melalui pemuliaan terhadap kearifan geseran nilai dari sakral ke profan. Mulanya
lokal dan tradisi lisan budaya Nusantara. ornamen lahir sebagai ungkapan mistis atau
Dari beberapa pendapat di atas dapat di- religi pada masyarakat tertentu, dan kini
simpulkan bahwa ornamen adalah sebutan lebih banyak berfungsi sebagai hiasan saja.
untuk ragam hias yang bentuknya berasal Kehadiran ornamen di samping mempu-
dari suatu motif yang digambar secara beru- nyai makna simbolis juga mengandung
lang dan meniru bentuk alam semesta yang nilai estetis. Tujuannya, untuk memperin-
digayakan, lalu mengubah bentuknya untuk dah bidang atau permukaan. Di samping
mendapat kesan suatu gambar dekoratif. itu, tidak jarang ornamen yang dikenakan
1. Motif ornamen sebagai simbol pada suatu tenunan memiliki nilai simbo-
Penggunaan ornamen pada suatu ben- lik atau mengandung maksud-maksud ter-
da atau bidang, tidak semata-mata untuk tentu, sesuai dengan tujuan dan gagasan
menampilkan bentuk yang lebih indah dari pembuatnya sehingga dapat meningkatkan
bentuk atau benda aslinya, tetapi kadang- status sosial pemiliknya. Dengan demikian,
kadang lebih dari itu, yakni ingin mewujud- ornamen tidak dapat dipisahkan dari ke-
kan atau mengutarakan maksud-maksud hidupan sosial budaya masyarakatnya (Su-
tertentu kepada orang lain. Bentuk ungkap- naryo 2009: 3). Pemilihan motif ornamen ti-
an-ungkapan itu digambarkan lewat mo- dak sembarangan, tetapi kemungkinan ada
tif-motif tertentu yang mempunyai makna hubungan antara motif tersebut dengan
sebagai simbol akan kesucian, kerinduan, kepercayaan, dengan kekuatan-kekuatan
pengorbanan, status atau penghormatan supernatural, dan harapan-harapan gene-
kepada leluhur dan lain-lain. Oleh karena rasi terdahulu kepada generasi kemudian.
itu benda-benda yang dihias bermakna Motif ragam hias pada suatu kain memiliki
simbolis, dan ditempatkan tidak pada sem- simbol status dan tingkat sosial pemakai-
barang tempat atau bidang. Motif-motif nya, dan dahulu tidak sembarang orang
simbol umumnya dikenakan pada benda- mengenakan kain dengan motif tertentu.
benda,seperti alat berburu, sandang, ba- Demikian halnya dengan motif batik. Ia
ngunan hunian, tempat sembahyang, dan mempunyai banyak ragam pola dan motif
alat-alat upacara ritual (Saragi, 2015: 78). yang muncul dari imajinasi yang menggam-
Masyarakat Mentawai menoreh tu- barkan cita-cita atau pengharapan. Mengu-
buhnya dengan ta!o tidak sekedar untuk pas batik tidak dapat dilepaskan dari pola
menghadirkan unsur estetisnya, melainkan dan motif, dan akan lebih menarik lagi ten-
sebagai simbol adanya nilai mistis yang tunya juga berbicara dengan simbol yang
membuat mereka kebal terhadap benda ta- melingkupi di balik wujud rupa tersebut
jam. Penekanan yang utama adalah pada (Sudarwanto, 2012: 108).
makna simbolis. Mereka percaya adanya Berbicara motif ornamen tidak terlepas
kekuatan “mana” yang dijadikan sumber dari makna di baliknya. Motif merupakan
dalam menghadapi tantangan. Pada akh- simbol dari suatu pengalaman orang yang
Saragi: Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatra Utara 165

menciptakannya. Simbol muncul sebagai an utama yang dihiasi. Apabila dibuang be-
pernyataan atas dua hal yang disatukan gitu saja tidak akan mempengaruhi bentuk
dan didasarkan pada dimensinya. Motif atau bangunan tersebut.
ornamen atau hiasan yang dikenakan pada c) Hiasan teknis. Bentuk hiasan disesuai-
suatu busana memiliki makna sesuai de- kan dengan fungsinya, seperti penunjuk
ngan representasi orang yang mengena- arah mata angin, palang pintu dan anak
kannya. Motif tekstil tidak saja menambah tangga. Di museum Simalungun Pema-
nilai estetis melainkan memiliki nilai sosial tangsiantar, palang pintu museum dibuat
pemakainya. dengan bentuk boraspati (cicak). Cicak ti-
2. Pola dan Jenis Hiasan dak sekedar ornamen tetapi juga sebagai
Yang dimaksud dengan pola hias ialah palang pintu, inilah yang disebut ornamen
unsur dasar ornamen yang dapat dipakai aktif atau konstruktif.
sebagai pedoman untuk menyusun suatu Menurut gaya penggambaran atau
hiasan. Pola hias mengandung pengertian perwujudannya ornamen terdiri dari 4
suatu hasil susunan dari motif hias tertentu gaya, yaitu 1) stilasi, distorsi, ubahan atau
dalam bentuk dan komposisi yang terten- perubahan bentuk. Maksudnya, bentuk-
tu pula. Misalnya, pola hias kawung, pola bentuk dasar yang akan dijadikan motif
hias Majapahit, Mataram, dan sebagainya mengalami penggayaan atau perubahan
(Tukiyo dan Sukarman dalam Syafii dan bentuk dari bentuk aslinya. Tujuannya, un-
Rohendi, 1987: 5). Pola untuk konteks ter- tuk menyederhanakan bentuk, menghadir-
tentu mempunyai pengertian lain. Misal- kan nilai magis dan estetisnya. Penggam-
nya, dalam desain produk pola ini dise- barannya secara dekoratif. 2) Realis dan
but monster (produk prototipe) dari suatu naturalis. Maksudnya, menggambarkan
barang yang akan dibuat atau digandakan bentuk-bentuk dasar yang dijadikan mo-
(Sukarman, dalam Saragi 2015: 78). tif, digambarkan dengan semestinya atau
Mengacu pada pengertian motif dan sesuai dengan bentuk aslinya. 3) Idealisa-
pola hias tersebut, dapat disimpulkan se- si. Proses penggambaran motif dilakukan
cara terbatas bahwa pengertian ornamen secara berlebihan atau dilebih-lebihkan,
merupakan susunan pola hias yang meng- terjadi perulangan yang berlebihan dan
gunakan motif dan kaidah-kaidah tertentu menimbulkan kesan rumit. 4) Bebas atau
pada suatu bidang atau ruang, sehingga kombinasi. Maksudnya, penggambaran se-
bentuk yang dihasilkan menjadi lebih in- cara bebas, terdiri dari kombinasi berbagai
dah dan menarik perhatian. gaya (Saragi, 2015: 79).
Kedudukan ornamen dilihat dari fung- 3. Sekilas tentang Masyarakat Sumatra Utara
sinya dapat dibagi atas tiga jenis, antara Sumatra Utara terdiri dari 25 Kabupa-
lain a) ornamen aktif (konstruktif). Orna- ten dan 8 Kota. Suku asli Sumatra Utara
men ini merupakan bentuk hiasan yang terdiri dari 8 Suku, 6 diantaranya merupa-
tidak dapat dipisahkan dari bentuk ba- kan satu rumpun, yaitu Batak Toba, Batak
ngunan utama dari suatu konstruksi. Apa- Karo, Batak Pakpak atau Dairi, Batak Man-
bila dihilangkan akan merusak konstruksi dailing dan Angkola atau Sipirok, dan
bentuk atau bangunan tersebut. Misalnya, Batak Simalungun. Sedangkan dua suku
bentuk tiang yang menggunakan ornamen lagi yaitu Melayu dan Nias. Keberadaan
tertentu, selain mempunyai fungsi hiasan, suku Melayu disebut dengan Melayu Deli,
juga sebagai penyangga atap bangunan. karena suku Melayu juga banyak terdapat
b) Hiasan pasif (non-konstruktif). Ben- di propinsi lain, seperti, Riau, Sumatra Se-
tuk hiasan lepas dari bentuk atau bangun- latan dan Bengkulu. Suku Nias agak ber-
Panggung Vol. 28 No. 2, Juni 2018 166

beda sendiri karena secara geografis suku ini Menurut Atmojo (2013: 91) diperlukan
tinggal jauh di luar pulau Sumatra (Saragi, 2015: 79). kemampuan menelaah muatan lokal yang
Setiap suku di Sumatra Utara memiliki mengandung berbagai macam simbol tra-
perbedaan kesenian yang menjadi ciri khas disional, sehingga dapat dibangun landasan
daerahnya, yaitu memiliki rumah adat yang penciptaan yang tidak semata-mata meng-
berbeda, bahasa yang berbeda, ornamen ubah yang sudah ada tetapi juga memper-
atau ragam hias yang berbeda, yang meng- timbangkan serapan lokal yang bernuansa
gambarkan kekayaan keragaman budaya global.
itu. Namun demikian, sejak dulu dikenal Percampuran budaya di Sumatra Utara
sangat akrab dan tidak pernah terdengar membuka peluang untuk menciptakan mo-
atau tercatat saling berseteru walaupun tif-motif dan warna hasil kreativitas yang
berbeda agama. tetap berbasis pada nilai filosofi motif lokal.
Hidup rukun dan kondusif inilah yang Fasyen tidak lagi hanya sekedar pakaian
membuat banyak para pendatang dari luar penutup raga, tetapi dengan motif tradisi
pulau Sumatra menetap di Sumatra Utara yang telah digayakan menjadi simbol pres-
seperti di kota Medan, Pematang Sian- tise dan tingkat sosial masyarakat.
tar, Lubukpakam dan kota-kota lainnya. 4. Pengertian Tekstil dan Busana (Fesyen)
Karena hidup rukun inilah, kesenian ma- Kata tekstil diserap dari bahasa Latin
sing-masing etnis juga berkembang dengan texere yang artinya menenun atau suatu ak-
baik. Perkembangan kesenian masing-ma- tivitas menggabung seperti benang, serat
sing suku ini saling mempengaruhi satu tumbuhan dan bahan-bahan lainnya men-
sama lain sehingga memperkaya corak dan jadi lebar sehingga disebut kain. Dalam
gaya khas Sumatra Utara. pengertian sehari-hari, tekstil berarti kain
Para antropolog menulis bahwa Suma- yang diperoleh atau dihasilkan dari hasil
tra Utara telah banyak dihuni suku-suku menenun, memintal, merajut, menganyam
pendatang, baik suku dari dalam negeri yang diperoleh dari beraneka macam serat,
sendiri maupun dari negara lain, seperti baik serat alami (kapas, kulit kayu, daun,
China, India (Tamil dan Punjabi), Pakistan dan hewani seperti wol dan sutra) mau-
dan Arab. Heterogenitas Sumatra Utara pun buatan (nilon, poliester, plastik, dan
membawa berkah dengan adanya pencam- sebagainya) (Saragi, 2015: 80).
puran budaya sehingga dapat menimbul- Masyarakat Indonesia sejak dahulu te-
kan percepatan pertumbuhan ekonomi, in- lah mengenal tekstil, dengan cara memintal
dustri, kesenian, pariwisata dan properti. kapas, menenunnya hingga menjadikan-
Semakin merebaknya gaya atau tren nya selembar kain. Inilah yang dinamakan
pakaian batik di kantor pada hari tertentu, dengan istilah tenun ikat. Tekstil tenun ikat
juga berdampak kepada mulai hilangnya dapat ditemukan hampir di seluruh Nu-
identitas Sumatra Utara yang kaya dengan santara. Kain tenun dibuat dengan cara me-
ragam hias. Walaupun sudah ada upaya nyilangkan dua kelompok benang, benang
membuat pakaian batik dengan motif hias yang membujur disebut benang lungsin,
Sumatra Utara, namun belum dapat men- sedangkan benang yang melintang disebut
jadi jawaban pelestarian kearifan lokal Su- dengan benang pakan. Kata ikat disebut
matra Utara, karena tetap juga mengarah dengan cara pembuatan motifnya digu-
kepada ciri khas batik motif Jawa. Aki- nakan pewarnaan dengan cara mengikat
batnya, banyak motif ragam hias Sumatra benang pakan atau lungsin atau keduanya,
Utara diubah bentuk sehingga semakin sehingga dengan warna-warna itu muncul-
mengaburkan bentuk motif aslinya. lah motif.
Saragi: Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatra Utara 167

5. Perkembangan Tekstil atau pakaian dan disebut dengan fesyen.


William Lee berhasil menemukan me- Busana telah menjadi identitas dan prestise
sin rajut pada masa revolusi industri di Ing- orang yang memakainya. Indonesia me-
gris pada abad ke-17. Dengan penemuan miliki ciri khas fesyen, yaitu batik dan ke-
ini berkembang jugalah teknik pewarnaan baya. Perkembangan batik seiring dengan
tekstil sehingga dunia tekstil sejak masa itu perkembangan tekstil saat ini, sehingga
sangat pesat perkembangannya. Perkem- selalu menyesuaikan dengan kebutuhan
bangan industri selanjutnya ditemukan- pasar. Wahyu Tri Atmojo (2011: 329-339)
nya mesin pemintal dan mesin tenun oleh menjelaskan temuan-temuan bentuk cende-
seorang ahli kimia Perancis, Hilaire Char- ramata khas Batak yang kreatif dan inova-
donnet. Sejak itu perkembangan tekstil tif meskipun merupakan hasil dari tiruan
telah merambah ke luar Eropa, seperti yang sudah ada sebelumnya. Tulisan ini
Amerika, Asia, dan Afrika. Perkembangan dapat menjadi pembuka jalan masuk pada
bahan tekstil bukan lagi hanya dengan cara ragam hias yang dipakai pada cindera mata
alami, tetapi dengan menemukan bahan- dan juga dapat diadopsi pada motif tekstil
bahan sintesis yang sekarang disebut rayon, atau dunia mode atau fesyen.
seperti nilon, poliester, akrilik, dan olefin Dalam tulisan Kudia, Sabhana dan
merupakan serat-serat yang dibuat dari Sachari (2014: 176) disebutkan perlunya
petrokimia. Poliester bersifat tidak mudah dibuat disain-disain batik yang berorientasi
kusut, banyak dipakai untuk bahan-ba- kepada kebutuhan gaya hidup, kosmopoli-
han yang jarang disetrika, seperti gorden tan, perdagangan bebas, dan pelestarian
dan tenda. Serat akrilik sifatnya lunak dan lingkungan dengan tujuan agar bisa bersa-
ringan sehingga banyak dipakai untuk ba- ing di pasar luar negeri. Senada dengan tu-
han selimut, baju hangat, dan karpet. Ole- lisan ini bahwa perkembangan motif tekstil
fin merupakan bahan yang tidak mudah harus berorientasi pasar, namun demikian
lapuk, mudah kering, dan gampang diber- perlu juga dipertahankan nilai-nilai filoso-
sihkan sehingga banyak dipergunakan un- fi dari setiap motif hias tekstil bagi setiap
tuk bahan karpet. orang yang mengenakannya.
Kata fashion berasal dari bahasa Ing- Busana sekarang ini telah menjadi simbol
gris yang kini telah diindonesiakan men- prestise pada masyarakat. Apalagi dengan
jadi fesyen. Pengertian fesyen sebenarnya memiliki corak yang diangkat dari motif tra-
adalah busana yang menjadi menentukan disi yang memiliki makna simbolis. Di be-
penampilan seseorang dalam suatu acara berapa tempat di Nusantara motif ini masih
tertentu. Fesyen kadang disebut juga untuk dipertahankan sampai sekarang sehingga
menunjuk mode, cara, dan gaya pakaian dapat membedakan ciri khas masing-masing
atau seseorang yang sedang mengenakan daerah lewat fasyen yang dikenakan.
pakaian sehingga terlihat berbeda dari se-
belumnya. Fesyen dimetaforakan sebagai METODE
gejala sosial yang membawa pesan dan Lokasi penelitian terdiri dari 8 kabupa-
gaya hidup suatu komunitas tertentu yang ten, tempat bermukim 8 suku asli Sumatra
merupakan bagian dari kehidupan sosial. Utara, yaitu Kabupaten Karo, Simalungun,
Fesyen telah menjadi gaya hidup, simbol Dairi, Serdang Bedagai, Tapanuli Selatan,
prestise, atau status seseorang yang mengi- Natal dan Kabupaten Nias. Setiap kabu-
kuti hidup modern. paten mewakili masing-masing etnis, yaitu
Seiring dengan perkembangan tekstil Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Mela-
berdampak kepada perkembangan busana yu, Mandailing, Sipirok dan Nias. Populasi
Panggung Vol. 28 No. 2, Juni 2018 168

terdiri dari seluruh suku yang jumlah pen- masyarakatnya. Akhirnya, hasil penelitian
duduknya besar di Sumatra Utara, yakni disusun dengan inventarisasi gambar mo-
terdiri dari 8 suku. Teknik sampling yaitu tif ornamen sesuai etnis, dan selanjutnya
purposif atau sampel bertujuan sehingga dalam bentuk deskriptif interpretatif de-
ditentukan sampel penelitian sasaran yak- ngan logika berpikir induktif dan deduktif
ni 8 etnis asli yang dibagi atas dua tahapan (Ratna, 2010: 305).
yang masing-masing 4 suku tiap tahapan
Teknik pengumpulan data dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui studi pustaka, yaitu dokumentasi Secara garis besar sebanyak 6 etnis di
hasil-hasil penelitian terdahulu. Survei Sumatra Utara memiliki satu rumpun, hal
atau penelitian lapangan berupa obser- ini dapat dibuktikan dari pola dasar dan
vasi mengikuti langkah-langkah Sugiyono makna ornamen yang hampir sama. Dasar
(2010: 226). Wawancara dan dokumentasi makna filosofi motif dan warna juga dapat
berupa rekam gambar dengan alat kamera ditelusuri persamaannya pada masing-
dan catatan tertulis. Hasil wawancara dari masing etnis. Ditemukan adanya benang
berbagai sumber direduksi sesuai dengan merah yang menyatukan dasar penggam-
kebutuhan untuk menjawab pertanyaan baran setiap motif. Hal ini terjadi karena
penelitian. Data berikutnya diperoleh me- memang masih adanya kedekatan budaya
lalui wawancara tidak terstruktur untuk dan bahasa keenam suku tersebut. Berbeda
mengumpulkan dan mempelajari nilai-ni- dengan suku Melayu dan Nias, motif or-
lai filosofi dari masing-masing motif orna- namen dan warna yang dimilikinya justru
men. Data yang telah digambar kembali sangat jauh dari 6 etnis lainnya. Namun
akan disusun sesuai dengan daerahnya dan karena terjadinya kedekatan budaya antar
akan ditafsirkan makna filosofinya sesuai etnis ini membuat beberapa daerah masing-
dengan hasil wawancara dan studi pustaka masing mengadopsi ciri khas satu sama
yang telah dilakukan. lain. Seperti halnya motif ornamen rumah
Metode analisis data mengacu pada adat Mandailing hampir sama dengan mo-
pendapat Kaelan (2005: 68). Langkah-lang- tif ornamen Sipirok. Pewarnaan ornamen
kah dalam penerapan metode analisis ber- Melayu diadopsi dalam ornamen Mandai-
turut-turut, 1) reduksi data, 2) klassifikasi ling, sehingga lebih kaya warna.
data, 3) display data, dan 4) melakukan Demikian halnya motif ornamen pada
penafsiran dan interpretasi serta mena- kain tenunan masing-masing suku me-
rik kesimpulan. Reduksi data berkaitan miliki corak yang hampir sama. Terdapat
dengan data verbal yang harus ditangkap suatu corak atau motif yang sendirinya la-
maknanya. Selanjutnya, klasifikasi data, hir dari ekspresi yang sama pada wilayah
mengelompokkan data sesuai dengan ciri yang berbeda. Hal ini menunjukkan ada-
khasnya masing-masing. Display data yai- nya suatu naluri manusia untuk mencontoh
tu pengorganisasian data dalam suatu peta atau menghadirkan sesuatu yang memiliki
yang disesuaikan dengan objek formal mau- makna, bahkan kekuatan.
pun tujuan penelitian. Langkah berikutnya Sesuai dengan pendapat Ismail Ibrahim
adalah melakukan interpretasi atau pemak- (2012: 22) yang menjelaskan bahwa,
naan, dan sekaligus melakukan penafsiran- Pembentukan corak ragam hias didasari
penafsiran terhadap data yang terkumpul. oleh satu rupa kecil yang disebut motif. Mo-
Metode Verstehen (pemahaman) dilaku- tif pula adalah satu imej yang mewakili se-
suatu tema, cerita/peristiwa dan ikon kepada
kan terhadap motif-motif ornamen sebagai sesuatu yang dinamakan alat, objek buatan
simbol-simbol, dan pemikiran-pemikiran objek semula jadi. Cerita dan makhlumat
Saragi: Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatra Utara 169

sesuatu motif yang didapati daripada infor- tris. Demikian juga halnya motif tumbuhan
man akan dicerapkan melalui pemerhatian juga digayakan secara berlebihan sehingga
logik dan deduktif bagi mendapatkan satu
rumusan. Analisis motif dan corak adalah membentuk pola geometris. Beberpa pola
berlandaskan kepada persepsi rekaan kon- dari suku yang berbeda dipadukan men-
temporari.
jadi pola baru. Demikian juga dalam satu
Pembentukan motif ornamen tidak- lembar kain terdiri dari perpaduan motif
lah terjadi begitu saja, namun mengalami ornamen beberapa suku sehingga tampak
perenungan mendalam atau kontemplasi lebih bervariasi dari sebelumnya.
sehingga bentuk-bentuk alami dari gambar Dari hasil penelitian, setiap pola me-
binatang, tumbuhan maupun manusia di- miliki makna dan ada juga hanya berupa
robah bentuk (distorsi), digayakan (stilasi) hiasan tepi pemanis bidang atau hanya
dan diulangi (repetisi), dan akhirnya jadi- sebagai nilai estetisnya saja. Sifat ornamen
lah perulangan penggambaran dan inilah dibagi dua, yaitu ornamen utama dan orna-
yang disebut dengan ornamen. Hampir men sebagai hiasan tepi yang membingkai
semua suku bangsa di dunia ini merasakan ornamen utama. Motif ornamen yang di-
dan melakukan kegiatan seperti ini, se- angkat dari bentuk alam mengalami peng-
hingga jika ditelusuri pada setiap etnis, ada gayaan dan perubahan bentuk sehingga
benang merah untuk menyatukan aktivitas bentuk hewan atau tumbuhan digambar-
yang memang benar-benar dilakukan para kan dengan bentuk geometris. Ada juga
pendahulu kita ketika masih memiliki pola perpaduan dua pola atau tiga pola, seperti
pikir sederhana. ornamen Karo yang disebut embun sikawi-
Motif ornamen lahir dari adanya suatu ten (awan berarak) namun penggambaran-
keinginan untuk menyatakan sesuatu ke- nya memakai motif tumbuhan.
pada orang lain, apakah itu cita, harapan, Warna yang dikenakan pada setiap or-
pesan, strata sosial, dan juga sebagai simbol namen memiliki standar dari warna orna-
penolak bala ataupun sebagai penjaga atau men Batak Toba, yaitu hitam, merah, dan
pelindung keselamatan terhadap penghu- putih. Berbeda halnya pola hias Karo, Nias,
ninya. Disamping itu, terdapat juga orna- Mandailing dan Melayu dikenakan warna
men yang hanya berfungsi untuk hiasan saja kuning, hijau dan biru yang tentu memiliki
atau hiasan tepi suatu gambar ornamen. makna yang berbeda. Warna ini masih di-
Dalam perkembangan tekstil sekarang percaya memiliki kekuatan magis dan di-
ini, tenunan memiliki motif gabungan dari sakralkan. Setiap warna memiliki makna
dua bahkan sampai empat etnis. Seperti khas dan bentuk ornamen juga ditempat-
halnya tenunan khas Batak Toba telah disi- kan pada tempat yang tidak sembarangan.
sipi motif-motif bukan hanya dari Toba saja, Ada aturan penempatan ornamen sehingga
melainkan penggabungan beberapa etnis. tidak sembarang orang untuk menempat-
Demikian halnya tenunan Sipirok bukan kannya di rumah.
hanya memakai hiasan motif Sipirok, tetapi Dalam bahasa Batak Toba, motif orna-
menjadi motif gabungan beberapa etnis. men disebut dengan gorga dengan arti ukir-
Dari hasil penelusuran pustaka dan an, sesuai dengan bentuk aslinya bahwa
observasi lapangan berhasil diinventaris bentuk motif ornamen Batak Toba harus
sejumlah ornamen tiap-tiap suku yang diukir pada bahan kayu rumah adat tra-
dapat dikembangkan menjadi motif-motif disional Batak tersebut. Pemakaian warna
tekstil yang bernuansa lokal. Motif orna- pada ornamen Batak Toba hanya tiga war-
men dengan pola tumbuhan digayakan na, yakni merah, hitam, dan putih. Sampai
atau diubah-bentuk menjadi pola geome- sekarang, ketiga warna itu masih diperta-
Panggung Vol. 28 No. 2, Juni 2018 170

Tabel 1. Jumlah motif ornamen 8 suku di Sumatra Utara.


Suku Tumbuhan Hewan Geometris Kosmos Hayal Teknis Manusia Jumlah
Karo 18 7 12 6 - 1 - 44
Pakpak Dairi 8 6 9 - 1 - 1 25
Simalungun 18 12 17 - - - 1 48
Toba 9 2 1 1 4 - 1 18
Mandailing 10 7 1 8 - 9 - 35
Sipirok 8 7 1 8 - 9 - 33
Melayu 28 1 10 - 1 2 - 42
Nias 5 8 4 2 1 1 1 22
Sumber: Daulat Saragi, 2017

hankan tanpa memasukkan unsur warna- Pola manusia juga digambarkan dengan
warna lainnya. Pemakaian warna ini sesuai pola geometris, demikian pula sebaliknya.
dengan maknaya dan nilai-nilai filosofi or- Perkembangan selanjutnya motif-motif or-
namen tersebut. Setiap warna yang domi- namen pada rumah adat diadopsi menjadi
nan menegaskan sifat kekuatan maknanya motif tekstil atau fesyen. Tentu saja motif
seperti sirara (dominasi warna merah), si- ini disesuaikan dengan penggarapan suatu
lintong (dominasi warna hitam), dan sihapas tenun ikat yang lebih menekankan kepada
(dominasi warna putih). garis-garis benang kain yang akan ditenun.
Berbeda halnya penerapan ornamen Jumlah pola motif ornamen masing-mas-
Sumatra Utara di bandara Kualanamo Deli ing suku di Sumatra Utara dapat dilihat
Serdang yang disesuaikan dengan fung- pada tabel 1.
sinya. Fungsi ornamen digunakan seba- Tabel 1 merupakan hasil inventarisasi
gai pemburam kaca, jadi warna ornamen jumlah motif ornamen 8 suku di Sumatra
dibuat dengan warna putih buram, agar ti- Utara. Beberapa motif ornamen tercipta
dak tembus pandang ke ruang sebelah. Pe- dari gabungan beberapa pola, dan terjadi
makaian ornamen di Bandara Kualanamo dari perubahan bentuk aslinya menjadi
memiliki ciri khas tersendiri yang disesuai- bentuk baru. Hal ini dapat diketahui dari
kan dengan fungsinya, sehingga diubah nama, pola dasar, dan bentuk barunya.
bentuk dan warnanya, yaitu dengan berba- Adakalanya motif dengan nama sejenis
han plastik perekat. tumbuhan namun digambarkan dalam
Secara umum, motif ornamen kedela- bentuk geometris saja, sehingga membuat
pan etnis di Sumatra Utara dapat dike- suatu pola baru.
lompokkan pada 6 motif, yaitu motif tum- Motif tumbuhan diubah bentuk sede-
buhan, hewan, geometris, kosmos, hayal mikian rupa menjadi motif kosmos, seperti
dan manusia. Ada kalanya penggabungan halnya motif ornamen Karo yang dinama-
dua atau tiga motif, seperti motif Suncang kan embun sikawiten. Motif embun sikawiten
duri dengan dasar motif hewan digayakan (awan beriring) termasuk motif kosmos dan
menjadi pola geometris. Demikian halnya tumbuhan. Motif ini mengadopsi gambar
motif ornamen Karo yakni embun sikawiten, awan yang divisualisasikan dengan motif
yang dari makna kata artinya yaitu awan tumbuhan yang merambat yang menja-
berarak/beriring, namun dalam penggam- lin satu sama lain (Saragi, 2017: 27). Dari
barannya lebih mendekati motif tumbuh- namanya termasuk pola kosmos namun
an. Setiap pola dalam ornamen tidak ha- penggambarannya dengan kombinasi mo-
rus sesuai dengan sebutan nama motifnya. tif tumbuhan dipadu dengan motif geome-
Saragi: Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatra Utara 171

tris, motif ini mengandung makna simbol dan keibuan. Motif raksasa atau motif ha-
berupa kekayan, kemakmuran, dan keba- yal dibuat dengan simbol sebagai penjaga
hagiaan. Motif manusia hanya mengambil harta benda, keselamatan pemilik rumah
bentuk bohi-bohi (wajah) dan adop (susu/pa- dan penolak bala berupa penyakit sampar
yudara), yang memiliki makna kesuburan maupun santet.

Tabel 2. Beberapa contoh motif ornamen suku di Sumatra Utara


Nama Motif Jenis Motif Daerah Asal Gambar Nilai Filosofi / Makna Simbol
Embun Sikawiten Kosmos Karo Simbol kebahagiaan, kekayaan
(Awan berarak) dan kemakmuran pada setiap ru-
mah yang mengenakan motif ini.
Beraspati Hewan Karo Simbol kesuburan dan pelindung.
(Cecak)
Persalimbat (Jali- Tumbuhan Dairi Simbol persatuan dan persaha-
nan = Jalin-men- batan atau keakraban pada ma-
jalin) syarakat Dairi.
Pinarasi-asi Tumbuhan Simalungun Simbol kesehatan dan tanda suatu
(Nama Tum- musim akan terjadi.
buhan)
Suleppat Geometris Simalungun Simbol persatuan dan kesejahter-
(belah ketupat) dan aan masyarakat Simalungun.
tumbuhan
Hoda-hoda Manusia Toba Simbol kegembiraan, pesta, dan
(Kuda) dan Hewan status seorang bangsawan atau to-
koh adat.
Ipon-ipon (Gigi = Tumbuhan Toba Sebagai hiasan tepi, dan men-
hiasan tepi) gandung makna untuk menjaga/
mengawal motif lain.
Bunga tabu (bun- Tumbuhan Simalungun Simbol umur panjang, harapan se-
ga labu) tiap orang tua.
Bona bulu Geometris Mandailing Sebagai simbol sudah ada Otonomi
(Pohon bambu) adat, budaya dan pemerintahan di
tengah masyarakat Mandailing.
Panji-panji Geometris Mandailing Sebagai simbol suatu tatakrama
(Bendera) dan sopan-santun sesuai dengan
adat-istiadat.
Bondul na opat Geometris Mandailing Simbol keadilan dalam memutus-
(Lantai dengan kan perkara.
empat sudut)
Bincar mataniari Kosmos Mandailing Terbitnya matahari sebai Simbol
(Matahari Ter- sumber kehidupan dan kese-
bit) jahteraan.
Lebah Geometris Melayu Simbol suatu kebaikan dan kein-
Bergantung dahan tercipta dari kerapihan dan
ketertiban.
Roda sula Geometris Melayu Simbol kekuatan dan ketahanan

Terali biola Geometris Melayu Simbol suatu ke-indahan tercipta


dari adanya ketertiban, kebaikan
dan kerapihan.
Roda Bunga Geometris Melayu Simbol kesejahteraan yang tercipta
dan dari keindahan dan pertumbuhan
Tumbuhan yang baik.
Panggung Vol. 28 No. 2, Juni 2018 172

Tabel 2. Beberapa contoh motif ornamen suku di Sumatra Utara (lanjutan)

Nama Motif Jenis Motif Daerah Asal Gambar Nilai Filosofi / Makna Simbol
Julun Kacang Tumbuhan Melayu Simbol pemersatu dalam kehidu-
dan pan masyarakat Melayu.
Geometris
Pucuk Rebung Geometris Melayu Simbol pertumbuhan dan harapan
hidup bagi masyarakat Melayu.
Niohulayo (Mata Geometris Nias Simbol heroik dan keberanian
tombak) bagi masyarakat Nias.
Niosolafiga (Jenis Tumbuhan Nias Simbol persatuan dan gotong ro-
tumbuhan Mer- yong bagi masyarakat Nias.
ambat)
Niosolafiga dan Tumbuhan Nias Simbol kesatuan, gotong royong
Niotalinga Woli- dan kesuburan bagi masyarakat
woli (Tumbuhan Nias, khususnya Nias Selatan.
Pakis
Sumber foto: dokumentasi Daulat Saragi , tahun 2015-2016

SIMPULAN pasar busana. Demikian juga dunia indus-


Dari hasil penelitian yang telah dilaku- tri saat ini telah melirik motif ragam hias
kan pada ke-8 etnis Sumatra Utara, penulis Sumatra Utara untuk dicetak secara mas-
telah berhasil menginventaris seluruh motif sal, sehubungan dengan adanya upaya
ornamen dan mengungkap makna filosofi pemerintah daerah untuk mengenakan di-
yang dikandungnya. Pada dasarnya motif nas kantor maupun dinas sekolah dengan
ornamen yang dimiliki tiap-tiap suku per- kain bercorak ragam hias etnis daerahnya
tama sekali diabadikan pada rumah adat, masing-masing.
kemudian diadopsi dan dikembangkan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dalam penerapan pada media lain. Motif menjadi alternatif pedoman pengembangan
mengalami perubahan jika sudah diterap- industri tekstil corak etnis Sumatra Utara.
kan pada tenunan karena cara penggarap- Dengan demikian, masyarakat dapat lebih
annya berbeda dengan media kayu atau memamahami makna filosofi dari berbagai
bambu. Dari penempatan pada rumah tra- motif fasyen yang dikenakannya.
disional inilah diadobsi keberbagai media Nilai-nilai filosofi yang terkandung
lainnya seperti, kain, atau pakaian, perka- pada setiap motif ornamen akan menjadi
kas rumah tangga, wadah makanan dan referensi bukti kearifan lokal masyarakat
obat-obatan hingga menghiasi alat-alat Sumatra Utara, sehingga temuan kebijakan
musik khas suku itu sendiri. Tidak semba- lokal (local wisdom) akan dapat disumbang-
rangan mengenakan motif ornamen pada kan menjadi dasar filsafat Nusantara (na-
setiap rumah adat, karena masing-masing tion wisdom). Dengan konstribusi ini akan
motif memiliki nilai-nilai filosofi yang ber- semakin nyata bahwa budaya dan filsafat
beda-beda. Demikian halnya penerapan Nusantara akan kuat apabila digali dari
motif pada selembar kain pada mulanya kekayaan budaya dan pandangan hidup
memiliki aturan secara adat, namun kini atau filsafat dari suku bangsanya sendiri
motif itu hanya menonjolkan nilai esteti- Penemuan nilai-nilai budaya lama dan
kanya saja pelestariannya akan dibukukan serta di-
Para desainer sekarang ini banyak meng- patenkan agar menjadi kekayaan intelek-
angkat ragam hias etnis, sehingga ornamen tual yang nantinya tidak dapat lagi diklaim
daerah menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa lain. Nilai-nilai filososfi makna or-
Saragi: Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatra Utara 173

namen atau ragam hias yang ditemukan Cirebon dalam Desain Baru Kreatif.
dapat disumbangkan untuk memperkaya Panggung, 24 (2), 175-186.
nilai-nilai Filsafat Nusantara. Oleh sebab Ratna, K. N. (2010). Metodologi Penelitian Ka-
itu, perlu adanya pengembangan atau peng- jian Budaya dan Ilmu Sosial Humanio-
angkatan nilai-nilai tradisi menjadi kom- ra Pada Umumnya. Yogyakarta: Pus-
sumsi global khususnya bidang industri taka Pelajar.
tekstil dan fesyen. Dengan adanya buku Saragi, D. (2017). Jenis Motif dan Nilai Filoso-
album gambar motif-motif ornamen dari 8 fis Ornamen Tradidional Sumatra Uta-
etnis di Sumatra Utara, maka akan dapat ra. Yogyakarta: Thafa Media.
menjadi acuan untuk pengembangan mo- ---------------. (2015). Inventarisasi Jenis Mo-
tif-motif tradisi yang akan diterapkan pada tif dan Nilai Filosofis Ornamen Tra-
tekstil atau dunia mode (fashion/ fesyen). disional Sumatra Utara Guna Pe-
Disarankan kepada pihak dinas perin- ngembangan Industri Tekstil Berba-
dustrian Provinsi Sumatra Utara agar lebih sis Corak Ornamen Lokal dalam
aktif, reaktif dan kreatif dalam hal peng- Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan
galian nilai-nilai budaya Sumatra Utara BKS PTN Wilayah Barat Bidang: Ba-
dan mengaplikasikannya dalam berbagai hasa, Sastra, Seni dan Budaya, Fakul-
ragam produk hasil industri kreatif Suma- tas Bahasa dan Seni Universitas Ne-
tra Utara. geri Jakarta, Jakarta.
Diharapkan adanya kerjasama lintas ---------------. (2012). Mengungkap Nilai Peda-
dinas dengan para disainer untuk mem- gogis dan Ajaran Moral yang Terkan-
perkenalkan corak fasyen khas Sumatra dung Dalam Makna Ornamen Tradisi-
Utara lewat hiburan dan peragaan busana onal Rumah adat Batak Simalungun se-
yang dilakukan secara rutin, baik dalam bagai Konstribusi Pendidikan Karakter
skala nasional maupun internasional. Bangsa, Hasil Penelitian LEMLIT U-
nimed, Medan
Daftar Pustaka ---------------. (2009). Mengungkap Nilai Pedago-
Atmojo, T., W. (2011). Cendramata Berbasis gis dan Nilai Estetika Yang Terkandung
Seni Etnik Batak. Panggung, 21 (3), dalam Makna Motif Ornamen Tradisi-
329-339. onal Rumah Adat Batak Toba, Hasil Pe-
---------------. (2013). Penciptaan Batik Mela- nelitian, Lemlit Unimed, Medan.
yu Sumatra Utara. Panggung, 23 (1), Sari, M., S. dan Pramon, S., R. (2008). Kajian
90-97. Ikonografis Ornamen Pada Interior
Ganap, V. (2012). Konsep Multikultural dan Klenteng Sanggar Agung Surabaya.
Etnisitas Pribumi dalam Penelitian Dimensi Interior. Jurnal Desain Inte-
Seni. Humaniora, 24 (2), 156-167. rior, 6 (2), 73-84.
Ibrahim, I. (2012). Pembentukan Motif/Co- Sukarman. (1983). Pengantar Ornamen Timur
rak dan Hubungannya dalam Ruang I, Proyek STSRI “ASRI” Proyek Pe-
Lingkup Kehidupan Murut Borneo ngembangan IKIP Jakarta, Jakarta.
Utara, Proceding Seminar Internasio- Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuanti-
nal Tema: Warisan Nusantara. Univer- tatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
sitas Negeri Semarang, Semarang. Alfabeta.
Kaelan. (2005). Metode Penelitian Kualitatif Sudarwanto, A. (2012). Rupa dan makna
bidang Filsafat. Yogjakarta: Paradigma. Simbolis Batik Motif Modang, Ce-
Kudia, K., Sabana, S., Sachari, A. (2014). Re- mukiran. Jurnal Dewa Ruci, 8 (1),
vitalisasi Ragam Hias Batik Keraton 107-123.
Panggung Vol. 28 No. 2, Juni 2018 174

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Ka- Syafii dan Rohendi, T., R. (1987). Ornamen
jian Khusus tentang Ornamen Indone- Ukir. Semarang: IKIP Semarang Press.
sia. Semarang: Dahara Prize.

Anda mungkin juga menyukai