PENDAHULUAN
keragaman budaya dan tradisinya. Warisan budaya yang masih ada dan terus
dikembangkan diantaranya kain tenun, kain batik, tarian, upacara adat, rumah
adat, pakaian adat dan lain-lain. Pesatnya perkembangan era perubahan dan
berikutnya. Salah satu warisan budaya adalah kain tenun tradisional. Generasi
muda sekarang banyak yang sudah melupakan kain tenun tradisional., mereka
lebih memilih kain yang diproduksi oleh pabrik. Kain yang diproduksi oleh pabrik
selain harganya yang lebih murah, motif yang ditawar juga beragam dan
ketersediaan dipaar juga tinggi, sehingga banyak generasi muda lebih suka
Menurut Martono, Sugiyono dan Sri Isnaniadi (Martono, Sugiyono dan Sri
selembar atau sehelai kain yang dibuat dengan cara tenun. Tenun sendiri
memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi dikarenakan daerah di Indonesia yang
penghasil kain tenun memiliki ciri khas masing - masing pada kain tenunnya
baik dari segi motif, warna, dan benang yang digunakan saat membuat kain
1
2
dengan cara tradisional dan masih menggunakan alat tenun yang bukan
makna tertentu. Cara pembuatan kain tenun di setiap daerah juga memiliki cara
yang berbeda - beda dan bersifat turun temurun, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kain tenun Indonesia sangat beragam baik dari motif, cara
pembuatan serta filosofi dibalik motif - motifnya. Keunikan dari setiap kain tenun
yang ada di Indonesia membuat penulis tertarik untuk menggali lebih dalam
terkait dengan kain tenun khususnya kain tenun yang berasal dari Ternate .
adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses
bangsa dan negara. Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa
yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan
merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam masyarakat. Hal ini
104). Matematika merupakan bagian dari budaya dan sejarah (Fathani, 2009:
kehidupan itu diperoleh melalui proses belajar (Maran, 2007:20). Matematika itu
(D’Ambrosio,2007:26).
Maluku Utara, Indonesia dengan ibu kota Sofifi. Dari aspek budaya, masyarakat
Kota ternate sangat kaya akan budaya lokal, diantaranya ialah adat istiadat,
kesenian, kerajinan tangan,dan lainnya. Salah satu budaya lokal yang sampai
saat ini masih ada ialah kain tenun ikat pakan. Kain tenun ikat pakan ternate
tidak jauh berbeda dengan kain tenun dari daerah lain termasuk kain songket,
daerah sendiri dan juga pada kain tenun ikat ternate masih menggunakan alat
tradisional pakan gedogan bukan mesin (ATBM). Kain tenun ikat merupakan
sebuah keterampilan bagi masyarakat kota ternate sejak lama. Kerajinan tenun
4
ikat bukanlah kerajinan asli dari budaya mereka. Tenun ikat dibawa oleh para
perantau dari Sulawesi yang dulunya banyak menyasar wilayah Maluku dan
Maluku Utara. Mereka turut mengajarkan orang asli Ternate untuk menenun.
belakang kehidupan masyarakatnya yang sangat dekat dengan laut. Motif ini
pulalah yang kemudian diturunkan turun temurun kepada anak dan cucu,
sehingga orang Ternate sudah mengakui sendiri bahwa ini adalah hasil karya
mereka sendiri. Motif yang sangat terkenal adalah motif wajik. Motif wajik pada
kain tenun Ternate memiliki filosofi sendiri dimana wajik merupakan salah satu
makanan adat yang dibuat saat acara pernikahan, meskipun sekarang wajik
tidak hanya dijumpai saat acara pesta pernikahan namun bisa dinikmati dihari-
hari biasa dan kita dapat jumpai di kedai-kedai kue atau pasar yang menjual
kue tradisonal. Kue wajik sendiri memiliki filosofi bahwa jika saat pernikahan
berumah tangga seperti rasa kue wajik sendiri yang manis. Filosofi motif wajik
ini penulis peroleh saat observasi awal ( 20 April 2022) di kediaman Ibu
Hj.Sehat di Kelurahan Kolongcucu. Motif kain tenun Ternate bukan hanya motif
merasa tertarik menggali lebih dalam filosofi-filosofi motif dari kain tenun
Ternate. Seiring zaman, motif kain tenun Ternate sendiri sudah bervariasi
unsur budaya yang dialami siswa sehari-hari dengan konsep matematika yang
tenun ikat Ternate ini dapat menjadi sumber belajar sekaligus sebagai upaya
Menurut Nor Maizan Abdul Aziz, Rokiah Embong, Zubaidah Abd Wahab
Matematika merupakan ilmu dari segala ilmu pengetahuan yang tidak bisa
dihindari dalam kehidupan nyata, seperti pengrajin kain tenun sendiri yang
benang yang akan digunakan untuk menghasilkan selembar kain tenun, dalam
proses ini pola pikir pengrajin tersebut menggunakan pola pikir matematika
agar benang yang dibutuhkan tidak kurang atau melebihi batas agar sesuai
6
dengan panjang kain tenun yang diinginkan, dengan kata lain, secara tidak
matematika dalam menghasilkan tenun dan hal ini sejalan dengan pendapat
1997: 25).
matematika dan filosofi apa saja yang ada pada motif dan aktivitas pembuatan
kain tenun ikat Ternate yang akan menjadi topik dalam penelitian ini.
1. Apa saja aspek-aspek matematika yang terdapat pada motif dan aktivitas
matematika?
peninggalan dari leluhur berupa fisik yaitu kain tenun Ternate dan
aspek matematis pada kain tenun Ternate. Subjek dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
dalam Pendidikan.
etnomatematika.
8
3. Bagi peneliti penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana atau
BAB II
KAJIAN
TEORI
2.1.1 Etnomatematika
A. Defenisi Etnomatematika
professional.
Menurut Prabwati (2016, hal. 25) dalam jurnalnya bahwa beragam kajian
professional.
Artinya, Secara tidak sadar karya seni yang dibuat oleh kelompok masyarakat
sebagainya.
Matematika dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam
simbolis yang tumbuh pada ketrampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat
apa yang mereka lihat dan rasakan. Budaya akan mempengaruhi perilaku
Astri Wahyuni, dkk (2013:2) menyatakan bahwa salah satu yang dapat
inilah bidang yang disebut etnomatematika. Hal ini dapat diartikan bahwa
matematika dapat lahir dari budaya, matematika dapat digali dalam budaya
kebudayaan.
B. Sejarah Etnomatematika
melihat bahwa matematika bebas dari budaya, sebuah fenomena umum, dan
Fettweis, Luquet dan Raum dapat dianggap sebagai pelopor utama dari
etnomatematika.
Wilder meyatakan bahwa bukan merupakan hal yang baru untuk melihat
sangatlah terbatas, reaksi mereka biasanya terdiri dari komentar yang tersebar
as a Cultural System (1981).
kebenaran matematis berada di dunia luar, yang ditemukan oleh manusia, atau
matematika tidak berpangkal dari Euclid dan Phytagoras – atau bahkan Mesir
pemikiran yang bermula dari asal usul manusia dan kebudayaan satu juta tahun
yang lalu.
Perancis Luquet pada asal usul kebudayaan dari gagasan matematis. Selain
itu, buku Raum (1938), Arithmetica in Africa, tidak begitu dikenal bagi para
bisa menjadi efektif kecuali jika pendidikan berdasarkan pada kebudayaan dan
mengambil refleksi dari Wilder, White, Fettweis, Luqet dan Raum ini. Ide yang
dunia ketiga 1978 (Khartoum, Sudan), Workshop 1978 pada Matematika dan
Suriname).
memainkan peranan yang dinamis dalam inisiatif ini. Selama periode tersebut,
dan sebagainya’.
2.1.2 Kebudayaan
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti
cipta, karsa, dan rasa. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di
dalam bahasa Latin dari kata colera. Kata budaya merupakan bentuk majemuk
tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu
sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam.
17
(bahasa Arab); sedangkan dari bahasa Latin “Colere” yang berarti mengelolah,
atau bertani. Dari segi arti berkembanglah culture sebagai “segala usaha dan
budi atau akal manusia yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
Tenun ikat atau kain ikat adalah karya tenun Indonesia berupa kain yang
ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat
dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami (Therik, 1989). Alat tenun yang
18
dipakai adalah alat tenun tradisional bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk
dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias
interior rumah.
plastik sesuai dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup,
bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat
ganda dibuat dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang
dalam pewarna.
bila motif kain yang dibuat cukup rumit. Pertama, benang yang menjadi bahan
peralatan yang umumnya terbuat dari bambu dan kayu. Selanjutnya, sang
mengikatnya hingga kuat dan membentuk kain. Inilah sebabnya mengapa kain
ini disebut tenun ikat. Setelah terus dikerjakan selama beberapa waktu, kain
daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Lombok, Bali,
Sumbawa, Sumba, Toraja, Sintang Flores, dan Timor. Kain gringsing dari
Sejenis kain tua yang sudah dikenal di Indonesia sejak zaman dahulu
kala, adalah kain tenun ikat. Hampir di setiap wilayah Indonesia memiliki kain
tenunnya sendiri. Mulai dari wilayah Indonesia Barat hingga Timur memiliki ciri
khas tersendiri pada kain tenunnya. Kain tenun biasanya memiliki harga yang
tidak murah, namun sangat wajar karena proses pengerjaan yang rumit dan
memakan waktu berhari-hari. Salah satu kain tenun yang unik dan memiliki
karakter kuat adalah kain tenun asli Ternate. Orang Ternate menyebut tenun
Ternate dengan sebutan Rapidino. Kata Rapidino berasal dari bahasa Ternate
yang artinya “kain yang rapi”. Kain tenun ternate termasuk kain tenun pakan
Pada dasarnya, kain tenun Ternate tidak berbeda dari kain tenun lain di
Indonesia. Mulai dari benang yang menjadi bahan dasar, peralatan hingga
teknik pembuatan pun sama dengan kain tenun dari daerah lain.perbedaan dari
kain berharga mahal ini adalah motif yang menjadi ciri khasnya. Sejarah kain
tenun Maluku di Ternate di awali oleh para perantau dari pulau Sulawesi yang
dulunya banyak menyasar wilayah Maluku dan Maluku Utara. Mereka yang
Sulawesi ini yang mengajarkan orang asli Ternate untuk menenun. Masyarakat
terutama dalam motif atau corak khas. Pengrajin tenun di Ternate mulai
Motif kain tenun Ternate diantaranya motif iris pondak, potong wajik,
20
kepala tumbak, bunga popia, bunga rica, bunga tanjong, dan motif suji-suji.
Motif pada kain khas Maluku Utara ini yang kemudian diturunkan turun temurun
kepada anak dan cucu, sehingga orang Ternate sudah mengakui sendiri bahwa
motif pada kain tradisional tersebut adalah hasil karya khas daerah Ternate.
Seiring zaman motif yang digunakan sekarang sudah beragam tidak terfokus
pada motif yang dulu. Sekarang banyak motif yang menggunakan motif bangun
Kain Tenun Ternate memang jarang kita dengar dan kurang populer di
dunia busana Indonesia. Namun demikian, kain ini adalah sesuatu yang langka
dan sudah ada cukup lama di Ternate. Satu daerah di Ternate yang bernama
Koloncucu adalah pusat pembuatannya dan kerajinan kain ini telah diturunkan
secara turun-temurun di tempat ini. Banyak pengrajin kain tenun Ternate yang
berasal dari tempat ini, dan biasanya menenun tidak hanya mereka jadikan
sumber pemasukan uang tetapi sebuah hobi yang akan mengisi setiap waktu
luang mereka.Untuk membuat satu kain tenun, biasanya sang pengrajin harus
memakan waktu sekitar 1 minggu. Namun demikian, dapat menjadi 1 bulan bila
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang
baik dari segi hubungan sosial maupun budaya.Tantangan hidup yang dihadapi
pikiran manusia dalam aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal ini didukung oleh
sebagai hasil budaya yang merupakan hasil abstraksi pikiran manusia dan alat
pemecahan masalah.
pada kelompok masyarakat. Dalam pembuatan kain tenun alat yang digunakan
materi dasar konstruksi yang sekarang diajarkan pada sekolah formal yaitu
konsep – konsep geometri dan translasi, akan tetapi mereka dapat mendesain
motif yang sempurna pada kain tenun dengan perhitungan sendiri dan tidak
kalah bagus dengan motif kain yang menggunakan perhitungan saat membuat
motif yaitu kain yang diproduksi oleh mesin. Penenun kain tradisional hanya
sesuai dengan landasan filisofis, etis serta ritual yang mereka yakini.
salah satu ilmu matematika yaitu geometri dan translasi dalam produksi kain
pada pengukuran kain, benang, pembuatan motif dan masih banyak lagi pada
Nama nomor kata sifat; Causing jari dan tubuh; Menghitung; Angka;
nilai tempat; Nol; Basis 10; Operasi pada angka; Kombinasi; Ketepatan;
frekuensi
majemuk.
prediksi.
berupa bangunan, seperti candi, masjid, kelenteng, gereja, pura, rumah tinggal,
berbagai jenis bangun datar, seperti persegi, persegi panjang, segitiga, dan
lingkaran. Dari berbagai jenis bangun datar tadi dapat direkonstruksi bangun
juga akan ditemukan berbagai jenis bangun ruang, seperti kubus, balok, bola,
kerucut.
Berbagai jenis bangun datar dan bangun ruang ternyata dapat ditemukan
pula pada masjid, gereja, klenteng, maupun wihara, termasuk juga pada kain
lebih dulu ada, konsep-konsep bangun datar yang ada di pikiran manusia
merumuskan unsur-unsur yang tidak didefinisikan (titik, garis, dan bidang) dan
sebagai tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap titik tertentu,
yang kemudian disebut pusat lingkaran. Benda yang berbentuk lingkaran dalam
kehidupan sehari-hari dapat berupa uang logam dan roda (sepeda, motor atau
dengan matematika yang ada di kenyataan. Hal ini sejalan dengan Hiebert &
ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda. Oleh sebab itu
antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal
pembejaran ini mestinya guru lebih memahami faktor apa saja yang
memahami suatu materi matematika. Ketika suatu materi begitu jauh dari
skema budaya yang mereka miliki tentunya materi tersebut sulit untuk
mereka.
oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait langsung dengan
baru bahwa belajar matematika tidak hanya terkungkung di dalam kelas tetapi
akan budaya, salah satunya adalah budaya kain tenun Ikat. Kain tenun Ikat ini
28
tentang aspek-aspek matematika pada kain tenun Ternate ini diperoleh dari
dan akan menjadi salah satu bentuk untuk melestarikan budaya yang ada pada
masyarakat Ternate maka perlu untuk dikaji lagi mengenai motif kain tenun ikat
berbeda pula.
Peneliti akan menganalisis bentuk motif pada kain tenun ikat Ternate
terfokus pada kajian bentuk-bentuk motif kain tenun ikat Ternate dan
Matematika Bernuansa
Budaya Ternate
Aktivitas
Budaya Ternate Bentuk Etnomatematika Konsep Matematika
Melengkapi kajian teori berikut ini diuraikan dalam Tabel 2.2 tentang
Peneliti
No Masalah Hasil
(Tahun)
30
BAB III
METODE PENELITIAN
motif kain tenun ikat Ternate, serta mengetahui aspek-aspek matematika yang
terdapat pada kain tenun ikat Ternate sehingga dapat digunakan dalam
kelompok.
Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui hubungan atau kaitan proses
pembuatan kain tenun ikat Ternate dan matematika dari segi budaya dan
rumusan masalah yang akan diteliti, seperti penenun, guru matematika, dan
penenun dari kelompok penenun yaitu ibu Sehat dan ibu Ita.
Menurut Lovland dalam Lexi (1988) sumber data utama dalam penelitian
dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil dari studi lapangan
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang
diperlukan oleh peneliti dengan cara melakukan observasi dengan tujuan untuk
kepada subjek yang telah ditunjuk dan mengatur jadwal penelitian, agar akan
menggali berbagai informasi agar semua data yang diharapkan dapat diperoleh
secara lengkap.
Selain itu, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi
dilakukan dengan dua cara yaitu berupa foto-foto dan rekaman. Kegiatan
3.7.1 Observasi
3.7.2 Wawancara
informan seputar sejarah, motif, makna, dan motif yang sering digunakan
3.7.3 Dokumentasi
keabsahan data pada penelitian ini melalui triangulasi data dengan dua
yang diperoleh dari salah satu sumber dengan sumber yang lain.
Data hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis dan dikaji untuk
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini mengacu pada Miles dan
selanjutnya.
37
serta membuang data yang tidak perluh agar dapat disimpulkan dan
kegiatan konfigurasi yang utuh dan juga perluh diverifikasi selama proses
tidak hanya terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi
Penjelasan :
DAFTAR PUSTAKA
Adam, S., Alangui, W., & Barton, B. 2003. A Comment on: Rowlands &
Carson``Where would formal, academic mathematics stand in a curriculum
informed by ethnomathematics? A critical review. Educational Studies in
Mathematics, 52 (3): 327-335
D''Ambrosioa. 1985. Ethomatematics and Its Palace in the History and Pedagogy of
Mathematics. For Learning of Mathematics: Libgan.
Puspadewi, K. R., & Gst. Ngurah Nila Putra, I. (2014). Etnomatematika di Balik
Kerajinan Anyaman Bali. Jurnal Matematika. 4. (2): 80–89.
Utami R., Muhtadi D., Ratnaningsih N., Sukirwan, Hamid Hasan, Etnomatematika:
Eksplorasi Candi Borobudur, Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran
Matematika, Vol. 6 No. 1, Pp.13-26, 2020