Anda di halaman 1dari 8

64

Available online at https://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/JMN


Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2 (1), 2019, 64-71

Eksplorasi Etnomatika Kain Tenun Masyarakat Melayu Kota Tebing Tinggi

Dewi Azriani1, Hasratuddin 2, Abdul Mujib 3


Jurusan Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Muslim Nusantara Al Wasliyah ,
Jl. Garu II No. 02 Medan, Sumatera Utara, 20147, Indonesia.1,2,3
Email: dewiazriani94@gmail.com, Telp: +6282277484566

Abstrak

Budaya merupakan aset yang paling berharga yang dimiliki oleh suatu bangsa. Sehingga perlu dikelola
secara bersama-sama dengan satu pemikiran. Serta dapat memberikan hasil yang bagus secara positif.
Pendidikan juga membuat orang lebih berbudaya. Karena kebudayaan dan pendidikan adalah suatu hal
yang saling melibatkan satu sama lain. Oleh karena itu, pendidikan dan budaya adalah unsur yang kuat
yang tidak dapat dipisahkan. Etnomatematika adalah salah satu cara pembelajaran matematika yang
menghubungkan kultur budaya lokal dalam pembelajaran matematika. Melalui etnomatematika
pemahaman pelajaran matematika dapat dikembangkan dalam praktek-praktek budaya. Dengan
demikian peserta didik diharapkan mampu mengetahui bagaimana budaya mereka terkait dengan
metematika. Salah satu contoh unsur budaya yang dapat disosialiasasikan dan dimanfaatkan dalam
pembelajaran matematika adalah ragam hias melayu. Dalam Ragam Hias Melayu ada banyak hal yang
bisa di pelajari dimana berhubungan dengan matematika salah satunya ialah keterkaitan Ukiran
Melayu yang berhubungan dengan materi simetri Lipat yang di pelajari di tingkatan sekolah menegah.
Sehingga dengan keterkaitan tersebut membuat siswa dapat mengetahui bahwa hubungan budaya dan
matematika merupakan salah satu kesatuan yang saling berkaitan.

Kata Kunci : Etnomatika, Pembelajaran Matematika, kebudayaan dan pendidikan

Ethnomatical Exploration of Woven Fabrics of Malay Community of Tebing Tinggi City

Abstract

Culture is the most valuable asset possessed by a nation. So it needs to be managed together with one
thought. And can give positive results in a positive manner. Education also makes people more
cultured. Because culture and education are a matter of mutual involvement. Therefore, education and
culture are strong elements that can not be separated. Ethnomatematics is one way of learning
mathematics that connects the culture of local culture in learning mathematics. Through mathematics
the understanding of mathematics lessons can be developed in cultural practices. Thus learners are
expected to be able to know how their culture is related to the math. One example of cultural elements
that can be socialized and utilized in learning mathematics is Malay ornamental variety. In Malay
Ornamental Variety there are many things that can be learned in relation to mathematics, one of them
is Malay carving relatedness related to lipat symmetry material which is learned in middle school
level. So with such relevance makes students can know that the relationship of culture and
mathematics is one of the interrelated unity.

Keywords : Ethnomatics, Mathematics, Culture and Education

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 65
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Dewi Azriani1, Hasratuddin 2, Abdul Mujib 3

PENDAHULUAN berbentuk jajaran genjang di tarik dengan garis


Dalam kehidupan sehari-hari, baik lurus keatas kebawh dengan berkelok-kelok
dalam ruangan tertutup, ruangan terbuka, semua menjadi bentuk belah ketupat. Peletakan
orang pasti memakai busana. Fungsi utama motifnya juga diletakkan secara sejajar dan
busana atau sebutan lain adalah pakaian biasanya diletakkan diantara motif yang lain
merupakan penutup aurat, yang dipandu oleh sebagai pemisah unsur bentuk yang lain.
nilai-nilai kebudayaan, adat dan agama. Jenis- sedangkan bentuk yang kedua dibuat bentuk
jenis busana yang dipakai manusia juga belah ketupat, pada bagian dalamya dirangkap
disesuaika dengan konteks kegiatan yang seperti bentuk belah ketupat luarnya, tetapi
dilakukan manuia. Misalnya di kolam renang, ukurannya lebih kecil sehingga tidak terlihat
ia akan memakai pakaian renang. Dalam berlapis. Pengaitan matematika dengan budaya
aktivitas belajar diruang tertutup, ia memakai harus digali berdasarkan kearifal lokal yang
pakaian resmi, begitu pula ketika konteks dimiliki oleh komunitas pemegang budaya.
upacara perkawinan, seorang tamu lelaki Upaya ini di kenal dengan istilah Etnomatika.
misalnya memakai pakaian adat melayu yaitu
terdiri dari : peci, pakaian dala, seluar dalam, Etnomatika
baju gunting,china, seluar, tali pinggang, kain Etnomatika dapat diartikan sebagai
samping, sepatu, butang dan lainnya. Adapun simbolis matematika yang diperlihatkan oleh
wanita mengenakan pakaian baju kebaya, perkumpulan budaya, seperti masyarakat
pakaian dalam, kain sarung, alas kaki , dikota dan didesa, anggota buruh, anak-anak
ditambah perhiasan-perhiasan seperti gelang, dari kelompok usia tertentu, masyarakat adat,
subang, anting-anting, kalung, cincin, dan dan lainnya.
sebagianya. Di sisi lain, dalam pesta
perkawinan ini, dua mempelai sebagai “raja dan Kerajinan Tenun Masyarakat Melayu
ratu” yang sifatnya lebih gah, indah dan harga Kerajinan adalah hasil buah tangan
relative mahal, serta penuh dengan muatan- yang dihasilkan melalui kemahiran tangan
muatan nilai budaya yang dianut. seseorang. Kerajinan atau sering diebut
Pendidikan membuat orang berbudaya. keterampilan ini yang terbuat dari berbagai
Karena kebudayaan dan pendidikan adalah bahan. Kegiatan kerajinan ini menghasilkan
suatu hal yang saling melibatkan satu sama lain. hiasan atau benda indah yang bisa
Misalnya dalam konteks upacara perkawinan dipergunakan.
melayu, pakaian dan make up pengantin Kain tenun melayu atau sering disebut
perempuan terdiri dari sanggul, bunga sanggul, songket merupakan salah satu hasil kerajinan
bedak, lipstick, gelang, cincin, sirih genggam, yang lahir dari daerah Sumatra, tepatnya
kolar, anting-anting, rantai emas, tali pinggang, didaerah Sumatera Utara. Model khas budaya
pakaian dalam pakai luar dlam bentuk kebaya songket dan ulos di Sumatera Utara, adalah
yang terbuat dari benang emas, kain tenun, alas menggunakan tiga jenis alat tenunan. Yang
kaki dan sebagainya. Sebaliknya, pakaian pertama adalah okik, yang dimanfaatkan dalam
pengantin laki-laki terdiri dari destar atau pembuatan songket Melayu Batubara dan
tengkuluk, pakain dalam, baju dan seluar yang Tebing Tinggi di Sumatera Utara. Alat tenun
terbuat dari bahan kain tenun, kain samping, ini, secara struktural sama dengan yang
sirih genggam, alas kaki dan lainnya. terdapat di Semenanjung Malaysia. Sehingga
Salah satu bagian dari pendidikan yang banyak memiliki kesamaan dengan di
diberikan di sekolah ialah pembelajaran Semananjung Malaysia. Persamaan lainnya
matematika. Matematika adalah formal sains. adalah penggunaan jenis-jenis motif songket,
Matematika modern sangat patuh terhadap yang sama antara kawasan Tebing Tinggi,
kaidah-kaidah yang sagat ketat dan menekan Batu Bara, Asahan dengan Semenanjung
aturan yang sudah baku. Keindahan matematika Malaysia. Ini membuktikan bahwa Tebing
dapat dilihat pada bentuk, pola dan suasana Tinggi adalah salah satu yang kota yang masih
alam, bahkan budaya.. Misalnya unsur-unsur memiliki adat kebudayaan.
belah ketupat yang digunakan untuk menghias Alat tenun kedua adalah partonunan,
kain tenun. Pola ini terdiri dari dua macam yaitu alat tenun yang dipakai oleh masyarakat
bentuk belah ketupat yakni diambil dari bentuk Batak Toba untuk menghasilkan ulos.
belah ketupat yang cara pembuatannya perbedaanya dengan okik, alat partonunan ini
Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara
ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 66
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Dewi Azriani1, Hasratuddin 2, Abdul Mujib 3

digunakan sambil duduk selepoh, bukan seperti


okik yang memiliki tempat duduk.
Alat tenun yang ketiga adalah alat
tenun bukan mesin (ATBM). Alat tenun ini
lahir dari Jawa. Alat tenun ini merupakan
suatu program pemerintah Indonesia untuk
digunakan menenun kain tradisional di seluruh
Indonesia. Cara penggunaan setiap kerajinan
berbeda beda, sehingga penggunaan alat tenun
rumit atau mudahnya kembali lagi pada faktor Gambar 3:Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
budaya, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang telah yang Diprogramkan Oleh Pemerintah
ditanakan dalam diri seseorang.. Indonesia untuk Menenun Tenun Tradisional
Dengan demikian, di kawasan Seluruh Indonesia Termasuk di Kabanjahe
Sumatera Utara, ada pula yang menggunakan Karo.
alat tenun bukan mesin ini, yaitu di kawasan
budaya Karo dan Dairi, tepatnya di Kota Peran Etnomatika Dalam Pembelajaran
Kabanjahe. Mereka tidak lepas dari peranan Matematika
Bapak S. Tambun, S.Teks yang merupakan Proses pembelajaran matematika yang
lulusan Institut Teknologi Tekstil di Bandung dilakukan saat ini cenderung terlalu kering,
tahun 1995. Dengan demikian, ada juga yang teoritis, kurang kontekstual dan bersifat
lebih menyenangi alat tenun bukan mesin. membosankan. Pembelajaran kurang menarik,
Alasan mereka adalah bahan tenunan yang sehingga minat siswa untuk mempelajari
dihasilkan lebih berkualitas, dan akurasi matematika lebih lanjut semakin rendah.
tenunan lebih baik dibandingkan dengan Pengajaran matematika disekolah terlalu
menggunakan alat tenun tradisional, okik atau bersifat formal sehingga matematika yang
partonunan. Alat tenun bukan mesin ini, bagi ditemukan anak dalam kehidupan sehari hari
yang menggunakannya boleh menurunkan sangat berbeda dengan apa yang ereka temukan
perbarangnya dengan cara membuatnya di sekolah. Oleh sebab itu pembelajaran
sendiri, bukan memesan dari luarJawa. matematika sangat perlu memberikan asumsi
antara matematika dalam dunia sehari-hari yang
berbasis lokal dengan matematika sekolah.
Tujuan guru memperkenalkan
etnomatika adalah pembentukan skema baru.
Yaitu Pembentukan dari skema yang telah ada
pada diri siswa yang akan dikembangkan. Oleh
karena itu, benar sekali jika dalam
mengajarkan matematika sekolah, guru
sebaiknya memulai dengan matematika yang
tidak formal yang diterapkan oleh anak di
masyarakat. Jika pada siswa lahir kebiasaan
Gambar 1: Okik, Alat Tenun Songket baik setelah diterapkan etnomatika dalam
kehidupan sehari-hari ,maka untuk menambah
pengetahuan yang telah ada tersebut guru
memperkuat cara berfikir yang telah ada atau
memperkuat skema yang telah ada sebelumnya.
Pengimplilikasian salah satu ilmu matematika
yaitu Geometri dalam penenunan kain songket ,
diantaranya model bangun datar, meliputi
persegi, persegipanjang, trapesium,s egitiga,
segitiga samakaki, segitiga samasisi, segilima,
serta belah ketupat.
Motif Mata Kibaw ini termasuk salah
Gambar 2: Partonunan, Alat Tenun Ulos
satu motif andalan yang menjadi khas kota
Batak Toba
Tebing Tinggi. Karena memiliki keindahan

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 67
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Dewi Azriani1, Hasratuddin 2, Abdul Mujib 3

dalam unsur –unsur bentuk yang terdapat bawah. Karena unsur bentuk ini berbentuk
didalamnya, serta memiliki makna simbol dan persegi dan lebih menarik jika disejajarkan.
keyakinan tersendiri. Unsur bentuk yang
terdapat di dalam motif tersebut meliputi, Unsur Bentuk Belah Ketupat
unsur bentuk bunga, belah ketupat, dan sedikit
unsur bentuk rantai. Unsur-unsur bentuk ini
akan menjadikan tenun melayu ini menjadi
indah dan menarik.

Motif belah ketupat merupakan salah


satu motif yang digunakan pengrajin kota
Tebing Tinggi karena bentuk yang sangat
menarik. Motif belah ketupat digunakan untuk
menghias kain tapis. Motif ini terdiri dari dua
Menurut Rahayu, Motif tersebut macam bentuk belah ketupat yakni diambil dari
adalah motif Mato Kibaw, motif ini digunakan bentuk belah ketupat yang cara pembuatannya
pada motif tapis kain sarung/ pakaian adat. berbentuk jajaran genjang ditarik dengan garis
Motif Mato Kibaw dapat disebut juga sebagai lurus keatas kebawah dengan berkelok-kelok
motif mata kerbau. Karena di dalam motif menjadi bentuk belah ketupat. Peletakan
tersebut terdapat bahan yang seperti kaca dan motifnya juga di letakkan secara sejajar dan
menyerupai mata kerbau. Ini sering dipakai biasanya diletakkan diantara motif yang lain
untuk menghadiri upacara adat Lampung. sebagai pemisah unsur bentuk yang lain.
Penyusunan motif ini deletakkan saling sejajar, Sedangkan bentuk yang kedua dibuat bentuk
karena motif ini berbentuk persegi. Jika belah ketupat, pada bagian dalamnya dirangkap
disilangkan akan kurang menarik dalam seperti bentuk belah ketupat luarnya, tetapi
perpaduan motif yang lain. Motif Mato Kibaw ukurannya lebih kecil sehingga tidak terliahat
ini adalah salah satu motif hasil kerajianan berlapis.
Sanggar Rahayu. Unsur pembentukan motif
yang terdapat dalam magian motif Mata Kibaw
sebagai berikut: METODE
Data penelitian ini di dapatkan dari hasil
Unsur Motif Bentuk Bunga data observasi dan wawancara. Dengan data
yang dilaksanakan menjadi tiga tahap yaitu :
a) Tahap Persiapan
b) Tahap Pelaksanaan
Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan
Laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk bunga digunakan sebagai penghias Ragam Hias Melayu sering disebut
pada motif kain Tenun Mata Kibaw ini. Bunga Motif atau Ornamen Melayu. Masyarakat
juga untuk mempercantik motif kain tapis ini. melayu mengenal ornamen tertentu yang dapat
Di tengah-tengah bentuk bunga terdapat kaca diletakkan pada suatu benda, sehingga dengan
kaca digunakan sebagai efek agar terlihat meletakkan ornamen tersebut, benda itu
bersinar pada saat dipakai. Kaca ini juga kelihatan lebih indah dan lebih berwibawa.
biasanya digunakan pada kain Tapis Kaco. Salah satu motif pada kain tenun yang
Bentuk unsur motif ini diletakkan saling sejajar diminati antara lain : motif mato kibaw, motif
atau diletakkan saling bersandingan atau atas kapal tunggal, motif geometri, motif gajah dan
manusia, motif bunga salur, motif modifikasi.

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 68
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Dewi Azriani1, Hasratuddin 2, Abdul Mujib 3

Ukuran Songket sutera dililitkan pula ke peleting.


Ukuran kain tenun yang lazim Peleting ini dimasukkan ke bahagian
diproduksinya adalah menurut digunakan untuk ujung mata rahat, sehingga tongkol
lelaki atau perempuan. Untuk lelaki yang juga benang akan terurai melalui putarannya,
disebut songket papa, ukuran songket lalu melilit di atas peleting yang diputar
panjangnya 80 cm sampai 90 cm. Sementara oleh pemutar rahat.
untuk perempuan atau songket mama ukuran
songket panjang biasanya adalah 103 cm.
Ukuran ini dibuat menurut kehendak para
pemakai kain tenun.. Kalau terlalu panjang atau
terlalu pendek menurut mereka tak cantik.
Ukuran ini sudah menjadi kehendak umum
masyarakat kota Tebing Tinggi, Batubara dan
Sumatera Utara. Namun jika dipesan dengan Gambar : Menorou Benang
lebih panjang atau pendek juga boleh
diproduksi oleh para perajin songket Batubara. (b) Tahap kedua adalah mengani, yaitu
aktivitas menarik benang dengan
Tahap-tahap Pembuatan Kain Tenun diluruskan menurut bentuk yang hendak
Menurut Norwani Mohd. Nawawi, dicapai. Proses berikutnya adalah
berdasarkan pengalaman penelitiannya penyediaan benang dengan
terutama di Malaysia, teknik menenun dan menggunakan alat pengani yang terdiri
bahan yang digunakan dalam menghasilkan dari pemidang peleting dan bingkai
songket masih terpelihara dari zaman ke pembuat lonseng. Fadlin Muhammad
zaman. Untuk memahami dengan lebih Dja’far, Songket Melayu Batubara
mendalam tentang cara menenun songket,
Norwani telah membuat tenunan songket
dengan dibantu oleh Puan Wan Mahani
Abdullah, seorang guru menenun di
Perbandaran Kemajuan Kraftangan Malaysia,
Kuala Trengganu. Menurutnya proses utama
menenun songket Melayu, terbagi dalam
delapan tahap yaitu: mencelup benang,
menerai benang, menganing benang,
menggulung benang, menyapuk benang, Gambar: Mengani
mengarat, menyongket, dan menenun
(Norwani Moh. Nawawi 2002:31). (c) Tahap ketiga adalah menggulung
Dalam membuat songket di kota benang ke papan gulung dan direntang
Tebing Tinggi, para penenun mestilah menurut bentuk papan gulung tersebut.
menuruti tahap-tahap dari awal sampai Setelah proses mengani selasai
akhirnya menjadi selembar songket. Menurut dilakukan, maka proses selanjutnya
keterangan Ibu Ratna, dalam membuat adalah benang lonseng dikeluarkan dari
songket, dilakukan melalui delapan tahapan. kepala anian dengan cara memasukkan
(a) Tahap pertama disebut dengan menorou, dua batang kayu bolero melalui benang
yaitu aktivitas menggulung benang dari yang bersilang. Dengan cara ini kayu
gulungannya kepada gulungan kecil. bolero dapat mengasingkan dua
Selepas benang yang telah dibeli dengan kumpulan benang yang berangka genap
menggunakan warna yang dikehendaki, dan ganjil. Kemudian dua kayu bolero
maka benang itu dililitkan ke batang itu dilipat serta disatukan dan diletakkan
bambu (buluh) dengan memusingkan di atas dua pancang kayu yang khas,
pemutar yang dipanggil rahat. Gelung yaitu tempat penggulung loseng. Pada
tali pemutar disarungkan ke bahagian ujung benang loseng yang bertentangan
tengah alur roda dan ke mata rahat, yaitu dua kayu silinder yang disebut anak
sebuah mata besi yang meruncing. kayu, dimasukkan melalui benang
Bahagian ujung benang kapas atau loseng bersilang pada bahagian
Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara
ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 69
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Dewi Azriani1, Hasratuddin 2, Abdul Mujib 3

belakang. Di antara dua anak kayu ini telapak kaki di bagian bawah
dimasukkan sebilah papan gulung dan penyongket. Demikian sekilas proses
benang loseng yang berkeadaan tegang pembuatan songket di Batubara ini.
dan disebarkan secara merata. Untuk
melilit benang lonseng, dua orang perlu Menyongket ini akan memakan waktu
memegang papan gulung (pungguhan) yang lebih lama dengan menggunakan benang
serta anak kayu yang menjadi satu. Sedangkan benang dua dan tiga lebih
sebahagian dari papan lonseng. Dengan memakan waktu yang lebih pendek. Namun
secara perlahan dan cermat keduanya para pelanggan umumnya memesan benang
berjalan ke arah tempat pemegang satu dan dua. Selepas disongket dan selesai
benang lonseng serta menggulung maka pada bagian tepi songket harus ditutup.
benang ini. Setelah selesai songket lalu dilipat dengan rapi
(d) Tahap keempat adalah menyosoh, yaitu dan kemudian dipajang di lemari Ibu Ratna
menggulungnya ke papan karab. yang ada di rumah bahagian depan ruang
Benang yang telah digulung di papan rumahnya.
gulung selanjutnya di cara bahagian
ujungnya digulungkan pula kepada Beberapa contoh Ragam Hias Melayu
karab yang ada di pangkal okik. yaitu Ragam Hias Bunga Matahari, Ragam
Kemudian benang-benang ini Hias Tempung Pinang, Ragam Hias Genting,
diregangkan secara menyilang. Tak Putus, Ragam Hias Roda Bunga, Ragam
Kemudian setelah diperolehi Hias Lilit kangkung dan Ragam Hias Pucuk
ketegangan tertentu maka papan Rebung.
pungguhan benang lonseng dimasukkan
ke bahagian cucak. 1. Bentuk Ragam Hias Bunga Matahari
(e) Tahap kelima adalah berbentuk setangkai bunga matahari yang
memasukkan sisir, yaitu memasukkan dikelilingi secara simetris dengan saluran
benang lonseng ke dalam gigi sisir daun-daun.Di kanan kiranya diberi hiasan
atau sikat, sebelum dipasang ke alat bunga lengkap dengan vasenya, serta
tenun okik. Gigi sisir dibuat dari lidi- bingkai lengkung Gothik dan dibatasi
lidi halus dari pokok buluh atau kayu. dengan empat persegi panjang. Pada
Menyosoh benang biasanya dilakukan bagian atas terdapat sederetan susunan
dua orang penenun yang duduk di atas bunga matahari dan tidak memakai daun.
lantai, saling berhadapan, di Ragam hias bunga matahari ini berbentuk
tengahnya diletakkan benang, dua empat persegi panjang, yang berisikan
kayu bolero dan gigi sisir. Seorang ukiran yang bermotif bunga matahari,
penenun menyusurkan pengait benang sedang pada bagian atasnya terdapat
melalui celah-celah gigi sisir. Selepas hiasan geometris.
itu, benang-benang ini disangkutkan 2. Ragam Hias Tapuk Pinang merupakan
ke pengait dan dikeluarkan susunan tampuk pinang. Satu dengan
berpasangan oleh penenun yang lainnya saling berkaitan dan berhubungan
duduk bertentangan. Setiap pasangan sehingga mengingatkan pada bentuk tegel.
benang dimasukkan ke anak kayu agar Ragam hias ini dapat diperpanjang atau
tidak kusut. diperpendek sesuai dengan tempat yang
(f) Tahap keenam adalah menaikkan ke telah disediakan nantinya.
okik. 3. Ragam Hias Genting Tak Putus
(g) Tahap ketujuh memungut dan merupakan lengkungan yang berlilit-lilit
merancang motif apa yang akan ke kanan dan kekiri, saling kait mengait
disongket, yang tentu saja menurutkan dengan variasi daun yang selalu
jalur benang. disusuaikan dengan tempatnya berada.
(h) Tahap kelapan adalah menenun Ada kalanya yang digabung dengan
songket dengan cara mengarahkan bentuk-bentuk fauna seperti burung
benang dengan torak ke kiri dan ataupun ikan dan lain-lain. Makna dari
kanan, kemudian diketatkan dengan ragam hias ini bahwa sesusah-susahnya
tinjak yang ditekan dengan kedua manusia dalam hidup ini tetapi tidak
Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara
ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 70
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Dewi Azriani1, Hasratuddin 2, Abdul Mujib 3

sampai habis sama sekali. Ragam Hias ini 8. Ragam hias Roda Sula
berfungsi sebagai ventilasi pada bagian Ragam hias ini menggambarkan roda
dalam. dengan tujug mata sula sebagai jari jari
rodanya. Mata sula melambangkan kekuatan
4 Ragam Hias Roda bunga (Groda dan ketahanan, sedangkan 7 melambangkan
Bunga) tujuh petala langit. Yang gambarnya adalah
Ragam Hias ini berbentuk setengah sebagai berikut:
lingkaran, yang mengingatkan pada
setengah roda dengan hiasan jari-jarinya
dibuat dari tangkupan bunga. Pada sudut
atas di kanan kirinya diisi dengan hiasan,
bentuk mahkota dari sulur-sulur daun dan
bunga. Kesemuanya dibatasi dengan Simetri Lipat Lingkaran
bentuk empat persegi yang merupakan
bingkai. Raram hias ini melambangkan selain itu juga Tennas Effendi dan Emmy Kadir
kemakmuran (2003: 131) menggunakan ragam hias untuk
Lubang angin yang disebut Lubang angin
5. Ragam Hias Lilit Kangkung Berwajik-wajik yang gambarnya sebagi berikut
Ragam hias ini merupakan hiasan,
yang memanjang mengikuti garis-garis lurus.
Melilit ke kanan atau ke kiri dengan berbagai
variasi sehingga mengesankan menunjang bagi
arah yang tegak dan melebar bagi arah
horizontal. Ragam Hias ini diletakkan di tiang
atau les dinding rumah. Simetri Lipat Belah Ketupat

SIMPULAN
6. Ragam Hias Jala-jala Dalam Ragam Hias Melayu Banyak hal
Ragam hias ini berbentuk belah yang dapat di pelajari dimana berhubungan
ketupat, karena hasil penyusunan ketupat dengan matematika salah satunya ialah
yang sejajar dan saling berlawanan arah. keterkaitan Ukiran Melayu yang berhubungan
Ragam hias jala-jala hanya berwarna kecoklat- dengan materi simetri Lipat yang di pelajari di
coklatan atau warna putih kapur saja. Ragam tingkatan sekolah menegah. Sehingga dengan
hias ini sangat sederhana, namun banyak keterkaitan tersebut membuat siswa dapat
dipakai. Ragam hias ini tidak memiliki arti apa- mengetahui bahwa hubungan budaya dan
apa, hanya berfungsi sebagai ventilasi dan matematika merupakan salah satu kesatuan
keindahan saja. yang saling berkaitan.

DAFTAR PUSTAKA

Simetri Lipat Persegi Panjang Astri Wahyuni, dkk. 2013. Peran


Etnomatematika dalam Membangun
7. Ragam hias kuda kencana Karakter Bangsa. Prosiding dalam
Suatu ornament tumbuh-tumbuhan yang Seminar Nasional Matematika dan
terdapat pada sebuah segitiga sama kaki. Pendidikan Matematika FMIPA UNY:
Terletak pada Singa bahagian luar rumah Yogyakarta.
Melayu pesisir. Barton, B. (1996). Making Sense of
Ethnomathematics: Ethnomathematics
is Making Sense. Educational Studies
in Mathematics, 31(1-2), 201-33. Rosa
& Orey, 2006).
Simetri Lipat Segi Tiga
Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara
ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 71
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Dewi Azriani1, Hasratuddin 2, Abdul Mujib 3

D’Ambrosio, U. 1985. Ethnomathematics and Juliandri, D. (2016). Penerapan Pendekatan


its place in the history and pedagogy of Contextual Teaching And Learning
mathematics. For the Learning of (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil
Mathematics, 5(1), 44-48. Belajar Statistika. JURNAL
D'Ambrosio. 1999. Literacy, Matheracy, and PENELITIAN PENDIDIKAN
Technoracy: A Trivium for Today. MIPA, 1(1), 1-10.
Mathematical Thinking and Learning Panjaitan, D. J. (2018). Peningkatan
1(2), 131-153. Pemahaman dan Aplikasi Konsep
Farizal Nasution. 2007. Budaya Melalui Pendekatan Contextual
Melayu. Yogyakarta: Adicita Grup dan Teaching and Learning. Jurnal
Balai MathEducation Nusantara, 1(1), 52-59.

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)

Anda mungkin juga menyukai