Anda di halaman 1dari 6

58

Available online at https://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/JMN


Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2 (1), 2019, 58-63

Eksplorasi Etnomatematika Kain Songket Minang Kabau Untuk Mengungkap Nilai Filosofi
Konsep Matematika

Syahriannur 1
Guru MIN Simpang Gambir
Simpang Gambir, Kec. Linggga Bayu, Kab. Mandailing Natal, Sumatera Utara, 22983, Indonesia.1
Email : Syahriannur24@yahoo.com Telp : +6282160656433

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi contoh ide-ide matematika yang terdapat dalam motif kain
songket minang. Meskipun berupa hasil studi pustaka, didapati prinsip-prinsip geometri seperti
simetri, transformasi, refleksi dan pengulangan dalam menghasilkan kain sonket minang kabau. Begitu
juga didapatkan konsep-konsep matematika dalam motif kain songket minang kabau seperti garis
lurus, garis lengkung, lingkaran dan bangun polygon seperti segitiga, segiempat, bentuk bintang,
hexagon, octagon, piramid dan parallelogrammotif. Penting bagi kita untuk mempelajari agar
memperoleh wawasan baru tentang pengetahuan matematika yang pada hakekatnya memiliki wajah
yang beragam, bukan hanya matematika formal di sekolah, sehingga pembelajaran matematika dapat
dimulai dari memperkenalkan budaya lokal sebagai sumber pembelajaran.

Kata Kunci : Etnomatematika, Kain Songket Minang Kabau, Matematika

Exploration of Etnomathematics Fabrics of Songket Minang Kabau to Disclosure the Value of


Philosophy Concept of Math

Abstract

This study aims to explore the mathematical ideas that are available in minang songket cloth motif.
Although including the results of literature studies, found the principles of geometry such as
symmetry, transformation, reflection and repetition in producing minang kabau sonket cloth.
Likewise, mathematical concepts in songket motif such as straight line, circle and polygon build like
triangle, quadrilateral, star shape, hexagon, octagon, pyramid and parallelogrammotif. It is important
for us to develop in order to gain new insight into mathematical knowledge that essentially has a
variety of faces, not just mathematics in schools, but can also be used as part of learning.

Keywords : Ethnomatematics, Songket Minang Kabau, Mathematics

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 59
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Syahriannur 1

PENDAHULUAN teselasi (geometri hiperbolik) dan konsep


fraktal. Tenun merupakan salah satu seni
Sejak dulu, kehidupan manusia dengan budaya kain tradisional Indonesia yang
penggunaan matematika tidak dapat dipisahkan. diproduksi di berbagai wilayah di seluruh
Hal ini terlihat dari berbagai kelompok budaya Nusantara (Jawa, Sumatra, Aceh, Sulawaisi,
yang berbeda telah menggunakan pengetahuan NTT, Bali, dan termasuk pulau Lombok, NTB).
matematika yang berbeda satu dengan lainnya Tenun memiliki makna, nilai sejarah dan teknik
(Walle, 2006: 104). Diantara penggunaan yang tinggi baik dari segi warna, motif, jenis
konsep matematika dalam kehidupan manusia bahan dan benang yang digunakan disetiap
ialah digunakan dalam kesenian, ukiran, daerah memiliki ciri khas tersendiri, termasuk
perhiasan danlain sebagainya. Matematika tenun yang dihasilkan oleh Sumatera Barat atau
merupakan bagian dari budaya dan sejarah songket dengan kekayaan motifnya ternyata
(Fathani, 2009: 87). Kebudayaan merupakan juga memiliki arti dan nilai kebersamaan
cara khas manusia untuk mengadaptasikan diri tersendiri. "Keterampilan menenun bagi
dengan lingkungannya. Yang khas pada masyarakat Indonesia merupakan sebuah
kebudayaan ialah bahwa design kehidupan itu warisan yang perlu dipertahankan dan
diperoleh melalui proses belajar (Maran, disosialisasikan, karena ini merupakan kekuatan
2007:20). Matematika itu terwujud karena budaya, kreativitas, dan seni dalam kehidupan
adanya kegiatan manusia (Soedjadi, 2007:6). bermasyarakat," ungkap perancang Samuel
Ketika budaya, matematika dan pendidikan Wattimena, saat pagelaran busana "Pagelaran
dikombinasikan, pencampuran ini sering kali Tenun Unggan Sumatera Barat Sijunjung" Di
dinamakan dengan ethnomathematics. Sumatra Barat ada dua daerah yang dikenal
Ethnomathematics dapat disebut sebagai sebagai penghasil tenunan songket yang bagus.
matematika dalam lingkungan (math in the Selain Pandai Sikek di Kabupaten Tanah Datar,
invironment) atau matematika dalam komunitas satu lagi adalah Silungkang, Kota
(math in the community). Pada tingkat lain, Sawahlunto.Tenunan Silungkang.
ethnomathematics dapat dideskripsikan sebagai Dengan cara tradisional dan masih
suatu cara khusus yang dipakai oleh kelompok menggunakan alat tenun yang bukan mesin,
budaya tertentu dalam aktivitas para penenun menghasikan kain songket yang
mengelompokkan, mengurutkan, berhitung, mempunyai kelebihan pada motif dan
bermain, membuat pola dan menjelaskan keistimewaan lain yang terdapat pada ragam
dengan cara mereka sendiri (Sumardyono, hias kain yang berbeda. Perbedaan inilah yang
2004: 21-22). Jika dikaitkan dengan dunia menyebabkan kain songket terlihat menonjol
pendidikan, ethnomathematics adalah sebuah dan dapat segera terlihat karena berbeda dengan
penelitian yang mengkaji tentang sejarah dan tenun latarnya.
konsep dari matematika, yang berimplikasi Di Silungkang dan Pandai Sikek
untuk pengajaran (D’Ambrosio, tenunan dasar atau latar biasanya berwarna
2007:26).Konseptualisasi matematika dalam merah tua (merah vermillion), hijau tua, atau
kehidupan sehari-hari, khususnya dilihat dalam biru tua. Perbedaan motif ini biasa terjadi
kebudayaan dan seni kita temui beragam-ragam dikarenakan motif-motif tersebut mempunyai
budaya yangmerupakan representasi dari makna, maksudnya bukan hanya sebuah
banyak konsep matematika. Diantaranya adalah gambar akan tetapi mengandung makna
konsep geometri yang muncul dalam seni tertentu. Bila diamati, motif-motif tenun
budaya kain Indonesia. Dalam kain songket ini songket yang dihasilkan oleh suku minang
muncul beberapa konsep geometri seperti kabau mengandung sifat-sifat keteraturan atau
teselasi (geometri hiperbolik) dan konsep berpola. Sentuhan-sentuhan motif dengan
fractal.Konseptualisasi matematika dalam menggunakan prinsip geometris secara tidak
kehidupan sehari-hari, khususnya dilihat dalam langsung memberi warna tersendiri dari motif
kebudayaan dan seni kita temui beragam-ragam yang dihasilkan oleh penenun minang kabau.
budaya yangmerupakan representasi dari Jenis kain songket yang dihasilkan yaitu
banyak konsep matematika. Diantaranya adalah songket ikat, songket batabua, penuh, benang
konsep geometri yang muncul dalam seni dua, dan songket selendang lebar. Dalam
budaya kain Indonesia. Dalam seni batik ini makalah ini akan dieksplorasi motif jenis kain
muncul beberapa konsep geometri seperti songket terhadap konsep matematika
Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara
ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 60
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Syahriannur 1

(Himmawan, P., Adib, A., & Wijayanti, A.,


2013. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Nor Maizan Abdul Aziz,
Rokiah Embong, Zubaidah Abd Wahab & Sumatera Barat adalah salah satu Propinsi
Hamidah Maidinsah (2012), (dalam penghasil kain tenun songket yakni di Nagari
Sabilirrosyad)dimungkinkan untuk Pandai Sikek, Silungkang (Kabupaten
dilakukannya studi ethnomathematics pada Sawahlunto) dan tenunan KubangPayakumbuh
aktivitas bertenun. Aktivitas bertenun, dibalik (Kabupaten Lima Puluh Kota). Songket adalah
pengetahuan budaya yang melingkupinya, salah satu kreasi tenun yang banyak dihasilkan
dipandang memiliki karakteristik-karakteristik di berbagai. Salah satu teknik tenun dimana
matematika. Pengungkapannya melalui benang lungsi dan pakan diwarnai dan diikat,
ethnomathematics diyakini akan menunjukkan sedangkan jika hanya benang pakan saja yang
adanya keterhubungan antara matematika diwarnai dan diikat disebut ikat pakan (Achadji,
dengan budaya, juga sebaliknya. 1986:14). Proses dalam menghasilkan sebuah
Keterhubungannya terlihat dari aktivitas tenunan songket tidaklah mudah, melainkan
matematika yang dilakukan oleh para penenun. suatu proses yang rumit, teliti dan
Aktivitas matematika ini muncul secara alami, membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh
melalui pengetahuan dan pandangan karenanya dibutuhkan ketelitian serta
masyarakat Minang Kabau sendiri tanpa ketekunan seperti yang diungkapkan oleh Bart
melalui pendidikan atau pelatihan formal. dalam Revitalisasi Songket Lama Minangkabau
Dengan kata lain, secara tidak sadar kelompok (2006:17). Songket yang merupakan salah satu
masyarakat (suku Minang Kabau) yang tidak pakaian yang dikenakan oleh manusia
mengenyam pendidikan mampu menggunakan merupakan salah satu karya seni yang indah,
konsep-konsep matematika dalam mendesain karena fungsinya tidak hanya bersifat sebagai
dan menghasilkan suatu karya seni. Sehingga pelindung, dekorasi, melainkan untuk
dapatlah dikaji penggunaan konsep matematika menonjolkan suatu tujuan dengan daya tariknya
dalam menghasilkan tenun dan hal ini sejalan (Kartiwa, 1986:4). Salah satu fungsi pakaian
dengan pendapat Marcia Ascher and Robert yakni untuk menonjolkan daya tariknya, maka
Ascher (1997) bahwa “Ethnomathematics is the dalam hal ini dapat dilihat pada kemewahan dan
study of mathematical ideas of nonliterate kilauan songket dari warnawarni benang yang
peoples” (Powell & Frankenstein, 1997: 25). digunakan baik itu dengan benang emas
Berdasarkan uraian di atas maka maupun dengan benang-benang hasil celupan
peneliti tertarik mengungkapkan konsep pewarnaan dari keahlian para penenunnya.
matematika apa saja yang ada dalam motif kain Pandai Sikek adalah Nagari di Kabupaten
songket minang kabau yang akan menjadi topik Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat yang
dalam penelitian ini. sampai hari ini masih memproduksi songket
secara turun temurun. Produk kerajinan tenun
songket Pandai Sikek tidak hanya terbatas pada
METODE berbagai macam pakaian seperti baju kurung
Data penelitian ini didapatkan dari dan destar, tetapi juga berbagai kelengkapan
observasi studi perpustakaan untuk mengetahui upacara adat dan perkawinan, seperti: kodek
penggunaan konsep matematika dalam songket, saruang balapak, saruang batabua,
menghasilkan tenun dan mencoba selendang songket atau selendang batabua
mengeksplorasi motif-motif yang dihasilkan tingkuluak tanduak (tutup kepala wanita), dan
dan mengaitkannya konsep matematika dengan sisampiang (salempang yang biasa digunakan
asas geometris, seperti transformasi, simetri dan penghulu). Songket bagi masyarakat
keseimbangan. Tentu saja pemakalah memiliki Minangkabau merupakan jenis pakaian yang
keterbatasan terhadap penafsiran hal-hal yang tinggi nilainya (sangat dihargai). Oleh karena
ditemukan, selain jangkauan pengamatan yang itu, pemakaiannya terbatas pada peristiwa-
terbatas pada motif tertentu. Dengan demikian peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu,
analisis yang pemakalah lakukan tidak dapat seperti: perkawinan, batagak gala (penobatan
dikatakan berlaku secara umum untuk semua penghulu), dan penyambutan tamu-tamu
motif tenun songket suku Minang Kabau di penting.
Propinsi Sumatra Barat.

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 61
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Syahriannur 1

Berikut ini diuraikan beberapa motif hias jepitannya ini akan menjadi bermakna
yang terdapat pada pakaian adat (kain songket) bila jika manusia adalah Sirangkak
Silungkang dan pandai sikek, antara lain (Kepiting) Buah Palo Bapatah 10 sangat
adalah: menyakitkan, apalagi yang disakiti itu
manusia yang tiada berdaya, dan ini
1. Motif Pucuak Rabuang (Pucuk biasanya digunakan untuk sindiran.
Rebung)
Motif hias pucuk rebung merupakan Sirangkak
tafsiran nilai guna yang banyak.
Pengrajin mematrikan motif ini
kedalam ukiran dan kain tenunan
sehingga makna dari nilai yang serba
guna ini menjadi suri tauladan bagi Gambar (2). Motif Sirangkak
masyarakat adat minang kabau. Rebung
ini adalah anak bambu yang keluar dari Desain sirangkak bakuruang
umbinya. Bentuknya seperti tumpal melambangkan pengendalian diri
(kerucut) dan bersisik, kecil enak terhadap sifat amarah dan sifat
dimakan, jika rebung ini sudah besar mengumbar emosi terhadap orang lain
dinamakan bambu. Perlambangan dari tanpa sebab musaban yang jelas. Sifat
bambu ini adalah: Muda berguna, tua pemarah harus dikendalikan agar hidup
terpakai menjadi contoh bagi kaumnya. disenangi oleh orang lain dan
lingkungan.Falsafah sirangkak ini jelas
kurang baik, bagaimanapun seorang
pemimpin datau masyarakat biasa harus
Pucuak pandai mengendarikan diri, amarah dan
rebuang emosinya. Seorang pimpinan adat harus
mendengarkan atau melihat dahulu
kesalahan anak-kemanakan atau
masyarakat lainnya sebelum mengambil
Gambar (1). Motif Pucuak Rabuang
keputusan, apalagi keputusan tersebut
Fenomena lain yang dapat dipelajari dari dapat merugikan orang lain. Jelas hal ini
bambu ini sebagaimana di jelaskan tidak baik dan sifat seperti ini harus
Wimar dalam Bart (2006), bahwa ketika dijauhi oleh seorang pimpinan adat.
sudah menjadi batang yang tinggi 3. Sajamba makan
pucuknya selalu merunduk kebawah. Ini Sajamba makan merupakan lambang
lambang dari kekuatan tanpa kebersamaan dalam menikmati
kesombongan, salah satu sifat yang keberhasilan dan makan beradat dalam
harus dimiliki oleh seorang pemimpin. upacara adat di Minangkabau, antara
Dapat ditafsirkan bahwa, nilai mendidik lain makan pada upacara adat yang
yang tersirat dari motif Pucuak Rabuang, terdiri dari enam orang atau empat
yakni pemimpin yang kuat dan punya orang.
ilmu pengetahuan serta berkharisma Desain dari motif sajamba makan
tinggi tentu disegani oleh banyak orang. melambangkan kebersamaan dalam
Sementara itu rebung sebagai nilai menikmati rezeki. Jumlah hidangan
simbolik kepemimpinan tentu belum biasanya enam atau empat sesuai
mampu menjadi pemimpin, namun ia dengan jumlah anggota dalam jamba.
dapat menjadi bagian dari proses Makan bersama satu jamba dilakukan
regenerasi kepemimpinan. dengan tertip dan rapi sehingga
2. Sirangkak (Kepiting) makanan yang dimakan tidak
Sirangkak adalah semacam kepiting berjatuhan ke tempat makan bahagian
yang suka hidup dalam air atau setengah orang lain kiri dan kanan yang ikut
kering. Ia suka merangkak, menggapai makan dalam satu jamba.
sambil menjepit kian kemari. Sifat

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 62
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Syahriannur 1

Tirai
Sirangkak

Gambar (3). Motif Sejamba Makan Gambar (4). Motif Tirai


Dalam pepatah dikatakan: lai samo 5. Saluak Laka
dimakan, indak samo dicari. Makna Motif Saluak Laka memiliki arti
yang dikandungnya ialah dapat kekerabatan. Hal ini bermakna bahwa
menikmati rezeki secara bersama-sama kekuatan akan terjalin dari kesatuan
tanpa merugikan orang lain dan tanpa yang saling terikat sehingga akan
merasa ada yang berlebih atau yang terwujud kekuatan bersama dalam
kurang dan saling menjaga norma dan menghadapi bermacam masalah.
adat istiadat dalam kebersamaan.
4. Tirai. Sajamba
Tirai adalah hiasan dari kain yang
diletakkan pada pintu, dinding maupun makan
jendela, yang berfungsi untuk
memperindah suasana dan keadaan
ruangan. Motif ini menggambarkan
keindahan, lambang kemewahan dalam
upacara adat minang kabau.

Gambar (5). Saluak Laka

Tabel (1). Filosofi konsep matematika pada kain songket minang kabau

Motif Bentuk ornamen Konsep Matematika


Pucuak Rabuang Segitiga dan simetris
kiri dan kanan

Sirangkak Geometris, segi enam,


jajar genjang dan
simetris

Sejamba Makan Persegi panjang dan


belah ketupat

Tirai Pencerminan dan


segitiga

Saluak Laka Segitiga dan persegi


panjang

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)
| 63
Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2(1), 2019
Syahriannur 1

SIMPULAN Tradisional Padang, Jurnal Ilmu


Berdasarkan pembahasan yang telah Sosial Mamangan.
dipaparkan dapat disimpulkan bahwa hasil Fitri Jaya Astuti¹, Ernawati Nazar,
penelitian menunjukkan bahwa terdapat Yasnidawati(2015). Program Studi
etnomatematika pada motif kain songket Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
minang kabau. Terbukti adanya etnomatematika FT Universitas Negeri Padang.
motif kain songket minang kabau melalui Juliandri, D. (2016). Penerapan Pendekatan
berbagai hasil aktivitas matematika yang Contextual Teaching And Learning
diterapkan di motif kain songket minang kabau, (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil
meliputi konsep-konsep matematika pada: 1. Belajar Statistika. JURNAL
Motif Songket Pucuak Rabuang 2. Motif PENELITIAN PENDIDIKAN
Songket sirangkak 3. Motif Songket Sejamba MIPA, 1(1), 1-10.
Makan 4. Motif Songket Tirai 5. Motif Songket Panjaitan, D. J. (2018). Peningkatan
Saluak Laka. Pemahaman dan Aplikasi Konsep
Melalui Pendekatan Contextual
DAFTAR PUSTAKA Teaching and Learning. Jurnal
Budiwirman, Makna Mendidik pada Kriya MathEducation Nusantara, 1(1), 52-59.
Songket Silungkang. Sumatera Barat Sabilirrosyad (2016). Ethnomathematics Sasak:
Jurusan Seni Rupa UNP Padang Eksplorasi Geometri Tenun Suku Sasak
Sukarara Dan Implikasinya Untuk
Devi Silvia (2015). Sejarah dan Nilai Songket Pembelajaran. Dinas Pendidikan
Pandai Sikek, Peneliti di Balai Pemuda dan Olahraga (DIKPORA)
Pelestarian Sejarah dan Nilai NTB, Mataram, Indonesia.

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara


ISSN: 2614-512X (print), Online ISSN: 2614-5138 (online)

Anda mungkin juga menyukai